Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
202
BAB I
PENDAHULUAN
lembaga pendidikan terjadi proses peningkatan kualitas manusia. Oleh karena itu
maksimal. Salah satu sistem pendidikan modern yang berkembang di negara kita
adalah sistem pendidikan terpadu dengan sistem Full Day School atau sekolah
Day School telah mampu menciptakan generasi - generasi bangsa yang memiliki
secara perlahan pendidikan karakter akan terbangun pada diri peserta didik.
beratkan lima nilai utama yaitu religius, nasionalis, gotong royong, mandiri, dan
lembaga sekolah dan dijadikan sebagai sumber belajar. Hal ini dikenal dengan
tiga pusat pendidikan yaitu rumah, sekolah dan masyarakat bisa bekerja sama
sore hari (dari pukul 06.45 –15.00) kurang lebih belajar selama 8 jam sehari,
secara rutin sesuai dengan program pada tiap jenjang pendidikannya.Jadi 8 jam
dihitung sebagai proses belajar siswa sudah termasuk berbagai aktivitas tambahan
pemanjangan waktu sekolah saja, tetapi lebih kompleks yaitu meliputi semua
lembaga pendidikan umum yang berlabel Islam. Dalam konteks pendidikan Islam,
pendidikan terpadu artinya memadukan ilmu umum dengan ilmu agama secara
menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat, hal ini terjadi dikarenakan
masyarakat belum memahami sepenuhnya tentang konsep pembelajaran FDS.
Oleh karena itu adanya evaluasi program pembelajaran FDS untuk mengetahui
maksimal.
siswa lebih banyak, guru bebas menambah materi melebihi muatan kurikulum
biasanya dan bahkan mengatur waktu agar lebih kondusif, orang tua siswa
terutama yang bapak-ibunya sibuk berkarier di kantor dan baru bisa pulang
menjelang maghrib mereka lebih tenang karena anaknya ada di sekolah sepanjang
hari dan berada dalam pengawasan guru. Dalam FDS lamanya waktu belajar tidak
bahwa adanya FDS memberikan efek positif bahwa anak-anak akan lebih banyak
belajar dari pada bermain, karena lebih banyak waktu terlibat dalam kelas yang
bermuara pada produktivitas yang tinggi, juga lebih mungkin dekat dengan guru,
dan siswa juga menunjukkan sikap yang lebih positif, terhindar dari
pengawasan guru.
FDS pada awalnya muncul pada awal tahun 1980-an di Amerika Serikat.
Pada waktu itu FDS dilaksanakan untuk jenjang sekolah Taman Kanak – kanak
dan selanjutnya meluas pada jenjang yang lebih tinggi mulai dari SD sampai
yang banyak dipelopori oleh sekolah - sekolah swasta termasuk sekolah - sekolah
yang berlabel Islam. Dalam pengertian yang ideal, sekolah unggul adalah sekolah
yang fokus pada kualitas proses pembelajaran, bukan pada kualitas input
biaya yang mahal, fasilitas yang lengkap dan serba mewah, elit, lain daripada
yang lain, serta tenaga - tenaga pengajar yang “professional”, walaupun keadaan
sekolah-sekolah menjadi bentuk yang lebih beragam dan menjadi trade mark,
diantaranya adalah FDS dan sekolah terpadu. Ketertarikan para orang tua untuk
semakin banyaknya kaum ibu yang bekerja di luar rumah dan mereka banyak
yang memiliki anak berusia di bawah 6 tahun, meningkatnya jumlah anak - anak
usia pra sekolah yang ditampung di sekolah - sekolah milik public (masyarakat
umum), meningkatnya pengaruh televisi dan mobilitas para orang tua, serta
teratasi. Dan dalam hasil penelitian ini disebutkan bahwa anak yang menempuh
pendidikan di FDS terbukti tampil lebih baik dalam mengikuti setiap mata
pendidikan ditinjau dari sasarannya, evaluasi ada yang bersifat makro dan ada
yang mikro. Evaluasi yang bersifat makro sasarannya adalah program pendidikan,
sedangkan evaluasi yang bersifat mikro sering digunakan guru di dalam kelas,
sistem adalah sebuah unit yang terdiri dari beberapa unsur yang kait - mengakit
berfungsi. Untuk dapat memahami sebuah program, kita harus berpikir sistematik.
program pembelajaran tersebut sebagai sebuah sistem, yaitu unsur - unsur yang
sebuah sistem. Sistem pembelajaran merupakan sebuah program yang terdiri dari
disebarluaskan.
1.2. Rumusan Masalah
terkait evaluasi program Full Day School yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
Jakarta Timur?
Timur?
Timur?
Timur?
FDS meliputi : visi, misi, tujuan, sumber daya manusia, kurikulum, manajemen,
sarana prasarana dan pendanaan, manajemen sekolah dan manajemen
Adapun manfaat yang diharapkan dari evaluasi ini adalah sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
FDS.
2. Secara Praktis
KAJIAN PUSTAKA
A. Evaluasi Program
menjadi pembeda antara lembaga tersebut dengan lembaga lainnya. Program yang
terselenggara dengan baik tentu menambah nilai positif bagi sebuah lembaga di
berjalan secara efektif dan efisien, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap
teori tersebut berikut akan dibahas terlebih dahulu kajian teoritis yang
1. Definisi Evaluasi
Evaluasi berasal dari bahasa Inggis yaitu “Evaluation” yang berarti penilaian.
untuk mengambil keputusan mengenai nilai dan manfaat objek evaluasi. Menurut
Sudijono “Evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk menilai sesuatu. Untuk
dapat menentukan nilai dari sesuatu yang sedang dinilai itu, dilakukanlah
sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (worth and merit) dari
evaluasi sebagai proses yang menentukan sampai sejauh mana tujuan pendidikan
dapat dicapai. Sedangkan Guba dan Lincoln dalam Arifin berpendapat mengenai
definisi evaluasi yaitu "a process for describing an evaluanand judging its merit
implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat
mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai sehingga bisa diketahui bila terdapat
selisih antara standar yang telah ditetapkan dengan hasil yang bisa
evaluasi ialah kegiatan melakukan penilaian kualitas (merit) baik buruknya atau
tinggi rendahnya kualitas atau kinerja program yang dievaluasi, dan penilaian
manfaat (worth) bermanfaat tinggi atau rendahnya program dalam kaitan dengan
suatu tujuan atau standar tertentu. Menurut Muktiali, evaluasi merupakan proses
penilaian pencapaian tujuan dan pengungkapan masalah kinerja program /
kegiatan yang bermaksud untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditentukan
dapat dicapai, apakah pelaksanaan program sesuai rencana, dan dampak apa yang
Kemudian, berdasarkan rumusan tersebut dapat kita pahami bahwa arti dari
meningkatkan kualitas dan mutu suatu program atau proyek, yang mana kegiatan
telah dilaksanakan dengan rencana awal program tersebut, bukan untuk mencari
serta penyusunan program selanjutnya yang lebih baik sehingga dapat diketahui
waktu yang tidak terbatas. Kebijakan tertentu bersifat umum dan untuk
dijelaskan oleh Widoyoko bahwa program sebagai satu unit atau kesatuan
Dalam pengertian tersebut ada empat unsur pokok untuk dapat dikategorikan
sesudahnya.
individual.
adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan seksama dalam suatu kelompok
atau organisasi dan dilaksanakan secara kontinu. Maka perlunya suatu program
3. Definisi Evaluasi
dengan melihat pencapaian target program dan menentukan seberapa jauh target
program sudah tercapai, yang dijadikan sebagai tolak ukur adalah tujuan yang
pendapat ahli di atas dapat dinyatakan bahwa pelaksanaan evaluasi program harus
proyek. Informasi tersebut berguna bagi pengambilan keputusan, antara lain untuk
persyaratan ilmiah, praktis, tepat guna, dan sesuai dengan nilai yang mendasari
program yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan. Sebagaimana Sudjana juga
dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk memperoleh data yang berguna bagi
pengambilan keputusan.
evaluasi program adalah proses penetapan secara sistematis tentang nilai, tujuan,
efektivitas, atau kecocokan sesuatu sesuai dengan kriteria dan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
dengan menggunakan standar dan kriteria tertentu yang telah dibakukan. Evaluasi
mutu atau kondisi sesuatu hal sebagai hasil pelaksanaan program setelah data
Hasilnya digunakan untuk menentukan tindak lanjut atau keputusan yang akan
awal dan tujuan dari program. Selanjutnya informasi tersebut digunakan sebagai
menyebarluaskan program.
demikian pula dengan kegiatan evaluasi program. Tujuan evaluasi program adalah
sebagai pengarah kegiatan evaluasi program dan sebagai acuan untuk mengetahui
yang akurat dan objektif tentang suatu program. Informasi tersebut dapat berupa
Ada tujuh elemen yang harus dilakukan menurut Brikerhoff dalam Arikunto
evaluation),
interpreting),
macam tujuan evaluasi yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum
pencapaian tujuan.
berjalan tidak akan dapat dilihat efektifitasnya. Maka jika dilihat dari tujuan
program dapat dikatakan merupakan salah satu bentuk penelitian evaluatif. Oleh
yang telah dipaparkan di atas, dapat dikatakanbahwa tujuan dari evaluasi program
adalah untuk mengetahui seberapa efektif program yang telah dilaksanakan dan
mengumpulkan informasi.
program yang akan dievaluasi, selanjutnya akan timbul manfaat dari kegiatan
evaluasi program. Arikunto dan Jabar menyatakan bahwa evaluasi program
program dapat disama artikan dengan validasi lembaga dan akreditasi. Adapun
manfaat dari evaluasi program menurut Suharsimi Arikunto dan Safruddin adalah
sebagai berikut;
a) Menghentikan program,
b) Merevisi program,
c) Melanjutkan program,
d) Menyebarluaskan program.
ada manfaatnya atau tidak terlaksana sebagaimana mestinya sehingga apa yang
beberapa hal yang kurang sesuai dengan harapan (terdapat kesalahan tetapi hanya
sedikit), maka program tersebut dapat diperbaiki kembali sehingga program dapat
sesuai dengan yang diharapkan dan memberikan hasil yang bermanfaat, maka
program ditempat -tempat lain atau mengulangi lagi program dilain waktu),
karena program tersebut berhasil dengan baik maka sangat baik jika dilaksanakan
diteruskan,
diganti,
program yakni memberikan informasi yang akurat dan objektif bagi pembuat
Setelah memilih objek yang akan dievaluasi, maka harus ditentukan aspek -
aspek apa saja dari objek tersebut yang akan dievaluasi. Untuk mengevaluasi
aspek - aspek yang dimaksud, tentunya dibutuhkan model evaluasi yang tepat.
Model evaluasi merupakan desain yang dikembangkan oleh para ahli evaluasi,
Selain itu juga, ada ahli evaluasi yang membagi evaluasi sesuai dengan misi yang
akan dibawakan dan kepentingan yang ingin diraih serta ada yang menyesuaikan
dengan paham yang dianutnya. Ada banyak model evaluasi program yang dapat
dalam penulisan skripsi ini penulis memilih menggunakan model CIPP dalam
Konsep evaluasi model CIPP pertama kali ditawarkan oleh Stufflebeam pada
1965. Madaus, Scriven, dan Stufflebeam dalam Widoyoko "The CIPP approach
is based on the view that the most importat purpose of evaluation is not to prove
and Product. Seperti yang diuraikan oleh Stufflebeam bahwa: “Model evaluasi
personalia, produk, institusi, dan sistem. Model evaluasi ini dipakai secara meluas
di seluruh dunia dan dipakai untuk mengevaluasi berbagai disiplin bidang dan
merupakan model yang paling banyak dikenal dan diterapkan oleh para evaluator.
Karena model evaluasi CIPP ini terbilang model evaluasi yang paling lengkap
pendidikan atas 4 (empat) dimensi, yaitu context, input, process and product ,
yang keempatnya merupakan sasaran evaluasi yang tidak lain adalah komponen
program, kebutuhan yang belum dipenuhi, karakteristik populasi dan sampel dari
kekuatan dan kelemahan yang dimilki evaluan. Dengan mengetahui kekuatan dan
kelemahan ini, evaluator akan dapat memberikan arah perbaikan yang diperlukan.
populasi dan sampel yang dilayani, dan tujuan proyek. Menurut Stufflebeam
pertanyaan: Apa yang perlu dilakukan? (What needs to be done?). Evaluasi ini
1. Berupaya untuk mencari jawaban atas pertanyaan: Apa yang perlu dilakukan?
Tahap kedua dari model CIPP adalah evaluasi input, atau evaluasi
menentukan sumber-sumber yang ada, alternative apa yang diambil, apa rencana
dan strategi untuk mencapai tujuan, dan bagaimana prosedur kerja untuk
jawaban atas pertanyaan: “Apa yang harus dilakukan? (What should be done?)”.
Evaluasi ini mengidentifikasi problem, aset, dan peluang untuk membantu para
yang ada, alternative apa yang diambil, apa rencana, langkah - langkah dan
strategi untuk mencapai sasaran dan tujuan, bagaimana prosedur kerja untuk
implementation stage,
informasi untuk keputusan program dansebagai rekaman atau arsip prosedur yang
telah terjadi. Evaluasi proses meliputi koleksi data penilaian yang telah ditentukan
betujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana program telah dilaksanakan dan
3. Keputusan: Pelaksanaan.
Widoyoko adalah “to allow to project director (or techer) to make decision of
atau guru untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan kelanjutan, akhir,
yang telah dicapai maupun apa yang dilakukan setelah program itu berjalan.
panjang.
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Data yang dihasilkan akan sangat
bahwa model CIPP adalah suatu model yang dalam aktivitasnya melalui empat
tahapan evaluasi yaitu; evaluasi pada tahapan context, input, process dan product.
Untuk lebih jelas tentang model CIPP, maka dapat ditunjukkan pada
keputusan
do it as it planned? And if
worked
B. Program Full Day School
Menurut etimologi, kata Full Day School berasal dari Bahasa Inggris yang
mengandung arti sehari penuh. Jadi, arti dari Full Day School jika dilihat dari segi
etimologinya berarti sekolah atau kegiatan belajar yang dilakukan sehari penuh
Menurut terminologi atau arti secara luas, Full Day School mengandung
untuk pendalaman materi pelajaran serta pengembangan diri dan kreatifitas. Hal
yang diutamakan dalam Full Day School adalah pengaturan jadwal mata pelajaran
dan pendalaman. Sehingga materi yang disampaikan oleh guru kepada peserta
didik mencapai target yang telah ditetapkan sekolah program tersebut, dan dalam
hal ini guru diharuskan memiliki kompetensi dalam bidangnya masing - masing
serta mampu membuat metode belajar yang menarik untuk dapat mencegah
timbulnya kejenuhan peserta didik selama mengikuti proses kegiatan belajar
mengajar.
kurikuler. Yang pada intinya konsep Full Day School ini dalam pengertian yang
sebenarnya, ditandai oleh waktu belajar yang lebih lama daripada sekolah -
sekolah konvensional serta interaksi antara peserta didik dan pengaruh gurunya
intensif kepada peserta didik, tidak hanya upaya menambah waktu dan
peserta didik agar memiliki pembiasaan hidup yang baik serta pembinaan
mengembangkan potensi, bakat dan skill peserta didik serta dapat meningkatkan
bukan hal yang baru. Banyak lembaga pendidikan yang telah menerapkan Full
Day School dengan model yang sangat variatif. Sistem pembelajaran ini telah
lama diterapkan dalam tradisi pesantren melalui sistem asrama atau pondok.
Bahkan jika ditarik ke belakang, sistem asrama telah dipraktikkan sejak masa
pengaruh hindu - budha pra-islam. Awal kemunculan sistem pendidikan Full Day
semua waktunya dari pagi hingga sore hanya untuk belajar di dalam kelas tetapi
ada pula sebagian waktu yang dialokasikan untuk pengayaan materi seperti di luar
Ada tiga alasan yang melandasi lahirnya sistem pembelajaran Full Day
a. Mengurangi pengaruh negatif dari luar pada anak. Banyak masalah serius
pada anak karena terpengaruh dari lingkungan di luar sekolah dan rumah.
negatif bagi anak. Oleh karena itu, maka perlu diimplementasikan Full
ini, maka rentang waktu belajar di sekolah relatif lebih lama sehingga
memaksa siswa belajar mulai pagi hingga sore hari, sehingga waktu
diajarkan dengan ilmu pengetahuan saja, akan tetapi mereka juga di didik
dengan ilmu agama sehingga ada keseimbangan antara IPTEK dan
maka sangat membantu orang tua siswa terutama yang sibuk bekerja.
mulai pagi hingga sore hari, sehingga orang tua tidak lagi direpotkan
tua tidak akan merasa khawatir anaknya terkena pengaruh negatif, karena
anaknya akan seharian berada di sekolah yang dalam artian sebagian besar
terkontrol.
baik dari aspek akademik dan non akademik serta memberikan perlindungan bagi
Proses pembelajaran Full Day yang diterapkan lebih lama di sekolah tidak
hanya berlangsung di dalam kelas. Konsep awal terbentuknya program ini bukan
semata-mata menambah materi ajar dan jam pelajaran yang sudah ditetapkan
Depdiknas seperti yang ada dalam kurikulum, melainkan tambahan jam sekolah
guru, pembinaan mental, jiwa dan moral anak. Dengan kata lain konsep dari Full
dan pelajaran tambahan yang mewujudkan apa yang menjadi visi dan misi
sekolah. Dapat dikatakan pula bahwa sistem Full Day School adalah sebuah
sistem yang dilakukan secara sadar untuk mengatur adanya tindak belajar yang
sehingga peserta didik tidak merasa takut dan bosan walau mereka belajar
seharian. Semua itu dapat tercapai dengan menerapkan pendekatan, model, dan
metode yang tepat sehingga pembelajaran itu menjadi pembelajaran yang aktif,
pembelajaran yang bermutu, membentuk akhlak peserta didik yang lebih baik,
serta prestasi yang didapatkan lebih maksimal. Dengan demikian peran guru
sangatlah penting, guru harus dapat berperan sebagai fasilitator, motivator, dan
pencipta suasana yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Guru aktif
ini terjadi, maka peserta didik akan bisa menjadi aktif. Artinya, peserta didik
sedangkan tujuan didalam pendidikan merupakan suatu hal yang sangat urgen
pendidikan.Adanya sekolah dengan sistem Full Day School menjadi jawaban atas
dilakukan remaja sekarang. Hal inilah yang menjadi motivasi para orang tua untuk
(informal) pada anak. Secara umum dapat dijelaskan bahwa tujuan sistem
pendidikan Full Day School adalah untuk memberikan dasar yang kuat untuk
Emotional Quotient (EQ), Spiritual Quotient (SQ) dengan berbagai inovasi yang
mengapa para orang tua lebih memilih pembelajaran Full Day School antara lain;
pertama, karena meningkatnya jumlah orang tua tungal dan banyaknya aktivitas
anak setelah pulang sekolah. Kedua, perubahan sosial budaya yang terjadi di
tersebut jelas berpengaruh pada pola pikir dan cara pandang masyarakat.
Kemajuan sains dan teknologi yang begitu cepat perkembangannya, terutama
materi. Hal ini sangat berpengaruh terhadap pola kehidupan masyarakat yang
akhirnya berdampak pada perubahan peran. Peran ibu yang dahulu hanya sebagai
ibu rumah tangga, dengan tugas utamanya mendidik anak, mulai bergeser. Peran
ibu di zaman sekarang tidak hanya sebatas seagai ibu rumah tangga, namun
seorang ibu juga dituntut untuk dapat berkarier di luar rumah. Sehingga tidak
pengetahuan dan teknologi begitu cepat sehingga jika tidak dicermati, maka kita
program televisi serta menjamurnya stasiun televisi sehingga membuat anak lebih
yang positif.
perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan
untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna
dibanding dengan yang lain.” Sehudin dalam Setiyarini, Joyoatmojo, dan Sunardi
kembali mengatakan bahwa garis-garis besar tujuan program Full Day School
b. Pembiasaan berbudaya
Gemar beribadah
Gemar belajar
Disiplin
Kreatif
Mandiri
Adab-adab Islam.
c. Penguasaan Pengetahuan dan Ketrampilan
hari.
pembelajaran Full Day School merupakan keterkaitan antara unsur - unsur dalam
media agar terjadi tindak belajar yang menekankan pada pembelajaran aktif
full day school. Adapun faktor penunjang dari pelaksanaan sistem ini adalah
setiap sekolah memiliki tujuan yang ingin dicapai, tentunya pada tingkat
dalam berbagai bentuk dan jenisnya. Salah satunya adalah sistem yang akan
digunakan di dalam sebuah lembaga tersebut. Apabila kita sudah memilih sistem
dengan baik, maka semuanya dapat diberdayakan menurut fungsi masing –
Kesuksesan suatu pendidikan dapat dilihat dari kurikulum yang digunakan oleh
sangat penting dalam suatu organisasi. Tanpa manajemen yang baik, maka sesuatu
yang akan kita gapai tidak akan pernah tercapai dengan baik karena kelembagaan
akan berjalan dengan baik, jika dikelola dengan baik. Faktor pendukung yang
ketiga adalah sarana dan prasarana. Sarana pembelajaran merupakan sesuatu yang
secara tidak langsung berhubungan dengan proses belajar setiap hari tetapi
dibahas dan alat yang digunakan. Sekolah yang menerapkan Full Day School,
relevan dengan kebutuhan siswa. Faktor pendukung yang terakhir dan yang paling
Dalam penerapan Full Day School, guru dituntut untuk selalu memperkaya
metode pembelajaran yang sekiranya tidak membuat siswa bosan karena Full Day
School adalah sekolah yang menuntut siswanya seharian penuh berada di sekolah.
Faktor lain yang signifikan untuk diperhatikan adalah masalah pendanaan. Dana
yang lain.
tidak terkecuali pada penerapan Full Day School. Faktor yang menghambat
kerukunan kerja. Kedua berkaitan dengan faktor dari luar yaitu berkaitan
6. Kriteria Evaluasi
a. Pengertian Kriteria
Istilah “kriteria” dalam penilaian sering juga dikenal dengan kata “tolok
ukur” atau “standar”. Dapat dipahami bahwa kriteria, tolok ukur, atau standar,
adalah sesuatu yang digunakan sebagai patokan atau batas minimal untuk sesuatu
yang diukur. Program evaluasi harus didasarkan atas kriteria sebagai arahan untuk
menginterpretasi dat
faktor-faktor primer (yang harus dipenuhi) dan ultimat, jadi bukan faktor - faktor
sekunder. Hal ini dimaksudkan agar hasil evaluasi dapat mencapai keobjektifan
yang tinggi. Kriteria bisa didasarkan atas kesuksesan pengalaman lembaga lain
sebagai penentu. Hal ini dapat dilakukan dengan studi program supervisi,
penentu suatu obyek diteliti untuk dievaluasi. Kriteria evaluasi program dengan
S. Bonham tentang “Criteria for Program Evaluation” yaitu: "To what extent are
student users satisfied with the program? What are faculty / staff perceptions of
the program? What are faculty / staff perceptions of the program's students? What
siswa puas dengan program ? Apa persepsi staf pengajar / guru tentang program
ini ? Apa persepsi pengajar / guru tentang programnya ? Apa dampak program
sumber ilmiah yang umum digunakan, hasil penelitian yang relevan, petunjuk atau
daya nalar dan kemampuan yang dimilikinya, yang dimaksud dengan istilah
Dengan pengertian bahwa kriteria adalah suatu ukuran yang menjadi patokan
dijadikan sebagai kriteria atau tolak ukur adalah peraturan atau ketentuan yang
dikeluarkan oleh pengambil kebijakan terdahulu dan belum pernah dicabut masa
berlakunya.
b. Sumber kedua
karena itu, pedoman atau petunjuk pelaksanaan itulah yang distatuskan sebagai
sumber kriteria.
c. Sumber ketiga
Apabila tidak ada ketentuan atau petunjuk pelaksanaan yang dapat digunakan
Jika tidak ada ketentuan, peraturan atau petunjuk pelaksanaandan juga tidak
ada teori yang diacu, penyusun disarankan untuk menggunakan hasil penelitian.
e. Sumber kelima
Apabila penyusun tidak menemukan acuan yang tertulis dan mantap, dapat
dalam bidang yang sedang dievaluasi sehingga terjadi langkah yang dikenal
f. Sumber keenam
Apabila sumber acuan tidak ada,sedangkan ahli yang dapat diandalkan sebagai
orang yang lebih memahami masalah dibanding penyusun juga sukar dicari atau
dihubungi maka penyusun dapat menentukan kriteria secara bersama dengan yang
akandievaluasi.
g. Sumber ketujuh.
Dalam keadaan yang sangat terpaksa karena acuan tidak ada, ahli juga tidak
ada, sedangkan untuk menyelenggarakan diskusi terlalu sulit maka jalan terakhir
Untuk membuat kriteria evaluasi program dalam penelitian ini penulis memilih
METODOLOGI PENELITIAN
1. Tujuan Khusus
siswa puas dengan program ? Apa persepsi staf pengajar / guru tentang
Timur. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2020 s.d Desember
2020.
3. Responden
dokumen terkait pembelajaran “Full Day School”. Pada penelitian ini guru
responden dan objek penelitian yang akan dijadikan sebagai sumber data
penelitian ini didasari oleh maksud peneliti yang ingin mengkaji serta
statistik.
1) Angket
dengan cara memberikan tanda silang (x) atau tanda checklist (√). Dengan
bobot atau disamakan dengan nilai kuantitatif 4,3,2,1 untuk empat pilihan
2) Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini bersifat bebas, yaitu terjadi tanya jawab
sebagai berikut :
d. Melaksanakan wawancara.
3) Studi Dokumentasi
berupa dokumen tertulis lembaga atau dokumen sekolah, serta arsip - arsip
6. Kriteria Evaluasi
II, kurikulum dapat dikatakan sangat baik jika dalam setiap komponen
berkesinambungan.
2. Isi / materi kurikulum dikatakan sangat baik jika: Materi shahih dan
materi itu harus relevan dengan kenyataan sosial dan kultural agar
peserta didik, dan materi sesuai dengan kebutuhan dan minat peserta
didik.
7. Instrumen Evaluasi
Data yang diperoleh dalam penelitian ini bersifat kuantitatif yang didapat
karena tidak ada hipotesis. Karena dalam penelitian ini tidak terdapat
hipotesis maka tidak terdapat uji hipotesis. Teknik analisis data yang
jumlah sampel (N), kemudian dikalikan dengan 100% atau dengan rumus
sebagai berikut :
𝒇
𝑷= 𝒙 𝟏𝟎𝟎 %
𝒏
Keterangan:
P : Presentase
N : Jumlah sampel