Anda di halaman 1dari 41

KEBIJAKAN PROGRAM FULL DAY SCHOOL (FDS)

Revisi Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Seminar Kebijakan & Profesi Pendidikan Islam

Dosen Pengampu: Dr. H. Masrukhin, S.Ag., M.Pd.

Oleh:
Lukmanul Hakim (MP-16064)
Mohammad Hanafi (MP-16076)

PROGRAM PASCA SARJANA


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
2017

0
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu unsur fundamental dalam kehidupan
manusia. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal diharapkan memiliki
kualitas yang baik sehingga mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Ia
merupakan tempat kedua untuk mendidik anak setelah keluarga, tempat bermain,
tempat untuk menumbuhkan semangat hidup dan mengembangkan minat serta
bakat yang dikehendaki, tempat melahirkan banyak kreativitas. Sekolah
mengantarkan anak didik untuk tumbuh menjadi manusia-manusia dengan segala
bentuk harapan dan impian. Sekolah juga merupakan salah satu sarana membina
putra-putri bangsa agar menjadi anak-anak yang berguna bagi bangsa dan negara
sebab disana mereka ditempa untuk belajar berbicara, berpikir, dan bertindak.1
Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 menyatakan, pendidikan
nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga
Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.2 Pendidikan dianggap menjadi
solusi dalam penyelesaian segala problematika yang ada di negeri ini baik
pendidikan formal maupun non formal.
Masyarakat dengan tingkat mobilitas yang tinggi akan meninggalkan rumah
untuk bekerja dari pagi hingga sore, bahkan sampai malam hari. Dengan
demikian, orang tua tidak bisa mendidik anaknya secara maksimal. Di lain pihak,
sekolah dengan sistem pendidikan half day cenderung kurang bahkan tidak
memperhatikan anak didiknya ketika berada di luar sekolah. Ketika anak sudah
pulang dari sekolah maka tanggung jawab pendidikan ada di tangan orang tua atau

1
Mulyasa, 2014, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung: Remaja
Rosdakarya, h. 20.
2
Moh Yamin, 2012, Panduan Manjemen Mutu Kurikulum Pendidikan, Jogjakarta: DIVA Press, h.
203.

1
keluarga. Berawal dari kebutuhan dan mobilitas masyarakat yang tinggi
muncullah konsep pendidikan baru yang dinamakan full day school. Konsep full
day school berbeda dengan sekolah reguler pada umumnya atau half day school.
Half day school merupakan sekolah setengah hari yang berlangsung dari pagi
sampai siang. Full day school merupakan sekolah sepanjang hari atau proses
belajar mengajar yang dilakukan mulai pukul 06.45-15.00 dengan waktu istirahat
setiap dua jam sekali.
Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) mencatat sebanyak 2.008
kasus kriminalitas yang dilakukan anak usia sekolah terjadi di awal tahun 2012.
Jumlah itu meliputi berbagai jenis kejahatan seperti pencurian, tawuran, dan
pelecehan seksual yang dilakukan siswa SD hingga SMA. 3 Melihat fenomena
bangsa yang seperti itu, sangatlah memprihatinkan. Hal tersebut merupakan akibat
dari kurang terkontrolnya pergaulan anak dari pihak sekolah maupun pihak
keluarga. Sistem pendidikan full day school dan terpadu lahir sebagai salah satu
solusi alternatif untuk mengatasi masalah tersebut. Di samping menjawab
kebutuhan masyarakat yang telah disebutkan di atas, yakni sibuk bekerja, orang
tua juga menginginkan pendidikan yang berkualitas bagi anaknya.
Konsep full day school sampai saat ini masih menjadi perdebatan praktisi
pendidikan. Di satu sisi, siswa akan kehilangan waktu bermain di rumah dan
jadwal pelajaran yang padat akan membuat jenuh. Disisi lain, siswa akan
mendapatkan metode pembelajaran yang bervariasi dan lain daripada sekolah
program reguler, orang tua tidak akan merasa khawatir karena siswa akan berada
seharian di sekolah, serta tidak perlu takut anak akan terkena pengaruh negatif
karena untuk masuk ke sekolah tersebut biasanya dilakukan tes dalam menyaring
anak-anak dengan kriteria khusus. Sistem pendidikan full day school dan terpadu
juga mengutamakan pembentukan kepribadian untuk menanamkan nilai-nilai
yang positif pada anak.4
Modernisasi menuntut diferensiasi sistem pendidikan untuk mengantisipasi
dan mengakomodasi berbagai diferensiasi sosial, tehnik, dan manajerial.
3
http://www.vivanews.com, dipublikasikan tahun 2012, tanggal unduh 22 Oktober 2017.
4
http://www.keratontulisan.blogspot.co.id, Iwan Kuswandi, dipublikasikan Sabtu: 14 Juli 2012,
tanggal unduh 22 Oktober 2017.

2
Antisipasi dan akomodasi tersebut haruslah dijabarkan dalam bentuk formulasi,
adopsi dan implementasi kebijaksanaan pendidikan dalam tingkat nasional,
regional dan lokal.5 Dalam konteks modernisasi administatif ini, sistem dan
lembaga pendidikan perlu mensimbiosis ke dalam sistem. Dan inilah yang
dinamakan dengan pendidikan terpadu dengan sistem full day school.
Dalam pelaksanaannya, terlepas dari kelebihan dan kekurangannnya,
penyeimbangan pendidikan atas majunya zaman, dapat kita temukan pada sistem
pendidikan full day school dan terpadu. Lantas mengenai apa yang dimaksud
dengan pengertian, dasar hukum, tujuan, metode, serta dukungan dan
hambatannya akan dijelaskan dalam pembahasan makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Program Full Day School (FDS)?
2. Apa landasan hukum Full Day School (FDS)?
3. Apa tujuan Full Day School (FDS)?
4. Apa metode yang digunakan dari Full Day School (FDS)?
5. Apa Faktor Pendukung dan Penghambat Full Day School (FDS)?
6. Hasil Penelitain tentang Full Day School (FDS).

5
Azyumardi Azra, 2012, Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana, h. 33.

3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Full Day School (FDS)
a. Pengertian Full Day School (FDS)
Secara etimologi kata full day school berasal dari Bahasa Inggris yang terdiri
dari kata full dalam arti penuh, dan day yang artinya hari. Full day mengandung
arti sehari penuh yang juga berarti hari sibuk. Sedangkan school artinya sekolah. 6
Jadi, arti dari full day school jika dilihat dari segi etimologinya berarti sekolah
atau kegiatan belajar yang dilakukan sehari penuh.
Sedangkan menurut terminologi atau arti secara luas, full day school
mengandung arti sistem pendidikan yang menerapkan pembelajaran atau kegiatan
belajar mengajar sehari penuh dengan memadukan sistem pengajaran yang
intensif yakni dengan menambah jam pelajaran untuk pendalaman materi
pelajaran serta pengembangan diri dan kreatifitas.7 Pelaksanaan pembelajaran
yang dilaksanakan di sekolah mulai pagi hingga sore hari, secara rutin sesuai
dengan program pada tiap jenjang pendidikannya. Full day school merupakan
model sekolah umum yang memadukan sistem pengajaran agama secara intensif
yaitu dengan memberi tambahan waktu khusus untuk pendalaman agama siswa,
tambahan dilaksanakan pada jam setelah sholat dhuhur sampai sholat ashar.8
Dalam full day school, lembaga bebas mengatur jadwal mata pelajaran sendiri
dengan tetap mengacu pada standar nasional alokasi waktu sebagai standar
minimal dan sesuai bobot mata pelajaran, ditambah dengan model-model
pendalamannya. Jadi yang terpenting dalam full day school adalah pengaturan
jadwal mata pelajaran. Program ini banyak ditemukan pada sekolah tingkat dasar
SD/MI swasta yang berstatus unggulan. Biasanya, sekolah tersebut tarifnya mahal
dan FDS bagian dari program favorit yang "dijual" pihak sekolah.
FDS memang menjanjikan banyak hal, diantaranya kesempatan belajar siswa
lebih banyak, guru bebas menambah materi melebihi muatan kurikulum biasanya
6
Jhon M Echols & Hassan Shadily, 2003, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia, h. 260.
7
http://www. Sekolah Indonesia. Com/Alirsyad/smu/muqaddimah. Htm/, tanggal unduh 10
Oktober 2017.
8
Saefudin, 2011, Manajemen Pembelajaran Full Day School di SMP Islam Hidayatullah
Semarang, Semarang: IAIN Walisongo, h. 43.

4
dan bahkan mengatur waktu agar lebih kondusif, orang tua siswa terutama yang
bapak-ibunya sibuk berkarier di kantor dan baru bisa pulang menjelang maghrib
mereka lebih tenang karena anaknya ada di sekolah sepanjang hari dan berada
dalam pengawasan guru. Dalam full day school lamanya waktu belajar tidak
dikhawatirkan menjadikan beban karena sebagian waktunya digunakan untuk
waktu-waktu informal. Cryan dan Others dalam penelitiannya menemukan bahwa
adanya full day school memberikan efek positif bahwa anak-anak akan lebih
banyak belajar dari pada bermain, karena lebih banyak waktu terlibat dalam kelas
yang bermuara pada produktivitas yang tinggi, juga lebih mungkin dekat dengan
guru, dan siswa juga menunjukkan sikap yang lebih positif, terhindar dari
penyimpangan-penyimpangan karena seharian berada di kelas dan dalam
pengawasan guru.9
Ditilik dari kurikulumnya, sistem pendidikan full day school memiliki
relevansi dengan pendidikan terpadu. Pendidikan terpadu ini banyak diterapkan
dalam lembaga pendidikan umum yang berlabel Islam. Dalam konteks pendidikan
Islam, pendidikan terpadu artinya memadukan ilmu umum dengan ilmu agama
secara seimbang dan terpadu.10 Model pendidikan terpadu ini menjadi alternatif
penghapusan bentuk dikotomi pendidikan ke dalam pendidikan umum dan
pendidikan agama.
b. Latar Belakang Munculnya Full Day Schooll
Full day school pada awalnya muncul pada awal tahun 1980-an di Amerika
Serikat. Pada waktu itu full day school dilaksanakan untuk jenjang sekolah Taman
Kanak-kanan dan selanjutnya meluas pada jenjang yang lebih tinggi mulai dari
SD sampai dengan menengah atas. Ketertarikan para orang tua untuk
memasukkan anaknya ke full day school dilatarbelakangi oleh beberapa hal, yaitu
karena semakin banyaknya kaum ibu yang bekerja di luar rumah dan mereka
banyak yang memiliki anak berusia di bawah 6 tahun, meningkatnya jumlah anak-
anak usia prasekolah yang ditampung di sekolah-sekolah milik publik
(masyarakat umum), meningkatnya pengaruh televisi dan mobilitas para orang
9
Bobbi Departer, Mark Reardon & Sarah Singger Naurie, 2003, Quantum Teaching
(Mempraktekan Quantum teaching di ruang kelas-kelas), Bandung: Kaifa, h. 7.
10
Imron Rossidy, 2009, Pendidikan Berparadigma Inklusif, Malang: UIN Malang Press, h. 71.

5
tua, serta kemajuan dan kemodernan yang mulai berkembang di segala aspek
kehidupan.
Dengan memasukkan anak mereka ke full day school, mereka berharap dapat
memperbaiki nilai akademik anak-anak mereka sebagai persiapan untuk
melanjutkan ke jenjang berikutnya dengan sukses, juga masalah-masalah tersebut
di atas dapat teratasi. Dan dalam hasil penelitian ini disebutkan bahwa anak yang
menempuh pendidikan di full day school terbukti tampil lebih baik dalam
mengikuti setiap mata pelajaran dan menunjukkan keuntungan yang cukup
signifikan.11
Adapun munculnya sistem pendidikan full day school di Indonesia diawali
dengan menjamurnya istilah sekolah unggulan sekitar tahun 1990-an, yang
banyak dipelopori oleh sekolah-sekolah swasta termasuk sekolah-sekolah yang
berlabel Islam. Dalam pengertian yang ideal, sekolah unggul adalah sekolah yang
fokus pada kualitas proses pembelajaran, bukan pada kualitas input siswanya.
Kualitas proses pembelajaran bergantung pada sistem pembelajarannya. Namun
faktanya sekolah unggulan biasanya ditandai dengan biaya yang mahal, fasilitas
yang lengkap dan serba mewah, elit, lain dari pada yang lain, serta tenaga-tenaga
pengajar yang professional,12 walaupun keadaan ini sebenarnya tidak menjamin
kualitas pendidikan yang dihasilkan. Term unggulan ini yang kemudian
dikembangkan oleh para pengelola di sekolah-sekolah menjadi bentuk yang lebih
beragam dan menjadi trade mark, diantaranya adalah full day school dan sekolah
terpadu.
Sesuai dengan pembahasan tema yang juga menyinggung tentang pendidikan
terpadu sebagai upaya memadukan pendidikan umum dan pendidikan agama,
maka pada pembahasan sejarah tentang hal ini, akan juga mengupas tentang hal
tersebut. Secara historis-sosiologis, pendidikan terpadu lahir sebagai implikasi
dari proses perkembangan perubahan paradigma pengembangan pendidikan Islam
sejak abad pertengahan, dimana tercipta dikotomi antara pendidikan agama yang

11
http://mkpd.wordpress.menakar kapitalisasi fullday school.com. tanggal unduh 22 Oktober
2017.
12
Sismanto, “Awal Munculnya Sekolah Unggulan”, Artikel dipublikasikan pada tanggal 21 Mei
2007

6
menekankan pada pengajaran ilmu-ilmu agama dengan pendidikan umum yang
menekankan pada pengajaran ilmu-ilmu non agama (pengetahuan). 13 Pendidikan
terpadu merupakan salah satu wujud implementasi paradigma yang berusaha
mengintegrasikan nilai-nilai ilmu pengetahuan, nilai-nilai agama dan etik, serta
mampu melahirkan manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi,
memiliki kematangan professional sekaligus hidup dalam nilai-nilai islami.
Konsep pendidikan terpadu ini telah menjadi topik pembicaraan di kalangan
cendekiawan Islam sejak beberapa dasawarsa terakhir. Ia merupakan kristalisasi
dari rekomendasi Konferensi Dunia tentang pendidikan Islam pertama yang
diselenggarakan di Mekkah. Ide tersebut terus bergulir ke berbagai negara, bahkan
di negara-negara non muslim.14
Di Indonesia, ide tersebut agak terlambat sampainya, karena situasi yang
tidak kondusif dan baru memperoleh momentumnya pada era reformasi dengan
banyaknya bermunculan sekolah Islam terpadu, mulai dari tingkat dasar sampai
menengah atas. Dengan adanya sekolah-sekolah Islam terpadu, maka muncullah
jaringan sekolah Islam terpadu (JSIT) di seluruh Indonesia. 15 Tentang perlunya
model pendidikan terpadu, disampaikan oleh presiden Soekarno dalam
catatannya, “Di Bawah Bendera Revolusi”, bahwa pesantren sebagai lembaga
pendidikan Islam, sebaiknya juga mengajarkan pengetahuan umum. Bahkan
menurutnya, Islam science bukan hanya pengetahuan Qur’an dan hadits saja,
Islam science adalah pengetahuan Qur’an dan hadits plus pengetahuan umum.16
Mimpi Soekarno di atas, dapat kemudian dilihat di Pondok Modern
Darussalam Gontor. Kurikulum yang diterapkan Imam Zarkasyi di Pondok
Modern Gontor adalah 100% umum dan 100% agama. Di samping pelajaran
tafsir, hadis, fiqh, ushul fiqh yang diajarkan di pesantren tradisional, Imam
Zarkasyi menambahkan ke dalam kurikulum lembaga pendidikan yang diasuhnya
itu, pengetahuan umum, seperti ilmu alam, ilmu hayat, ilmu pasti (berhitung, al-
13
Muhaimin, 2001, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya mengefektifkan Pendidikan Agama
Islam di Sekolah, Jakarta: Remaja Rosdakarya, h. 38-39.
14
Ibid, Imron Rossidy, Pendidikan Berparadigma Inklusif, h, 74.
15
Zainal Arifin, 2012, Pengembangan Managemen Mutu Kurikulum Pendidikan Islam,
Yogyakarta: DIVA Press, cet.1, h. 30-31.
16
Karel A. Steenbrink, 1974, Pesantren, Madrasah dan Sekolah, Jakarta: LP3ES, h. 227.

7
jabar dan ilmu ukur), sejarah, tata negara, ilmu bumi, ilmu pendidikan, ilmu jiwa
dan sebagainya.17
c. Keunggulan Full Day School (FDS)
Baharudin menjelaskan ada berbagai alasan orang tua memilih full day school
sebagai pendidikan anaknya, antara lain:18
1. Banyaknya orangtua tunggal dan padatnya aktivitas orangtua yang kurang
memberikan perhatian pada anaknya, terutama yang berkaitan dengan
aktivitas anak setelah pulang dari sekolah;
2. Perubahan sosial-budaya yang terjadi di masyarakat (dari masyarakat
agraris menuju ke masyarakat industri) yang mempengaruhi pola pikir dan
cara pandangnya;
3. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga jika tidak
dicermati, maka dapat menjadi korban teknologi komunikasi.
Baharudin menyatakan bahwa konsep pengembangan dan inovasi
pembelajaran sistem full day school didesain untuk mengembangkan kreativitas
anak mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Full day school memiliki
keunggulan dan beberapa nilai plus diantaranya:
1. Anak memperoleh pendidikan umum antisipasi terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan;
2. Anak mendapatkan pendidikan kepribadian yang bersifat antisipatif
terhadap perkembangan sosial budaya yang ditandai dengan derasnya arus
informasi dan globalisasi;
3. Potensi anak tersalurkan melalui kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan
sekolah;
4. Perkembangan bakat, minat, dan kecerdasan terantisipasi sejak dini
melalui pantauan program bimbingan dan konseling.
Baharuddin menyatakan bahwa full day school juga memiliki kelebihan yang
membuat para orang tua tidak khawatir dengan anaknya, yakni:

17
Abuddin Nata, 2005, Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta:
Rajawali Press, h. 208-209.
18
Baharuddin, 2010, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Jogjakarta: Ar- Ruzz Media, h.
233-234.

8
1. Pengaruh negatif kegiatan anak di luar sekolah dapat dikurangi seminimal
mungkin karena waktu pendidikan anak di sekolah lebih lama;
2. Anak dididik oleh tenaga kependidikan yang terlatih dan profesional;
3. Adanya perpustakaan yang nyaman dan representatif sehingga membantu
peningkatan prestasi belajar anak;
4. Siswa mendapat pelajaran dan bimbingan ibadah praktis (doa makan, doa-
doa harian, dan lain-lain).
Nor Hasan menyatakan bahwa sistem full day school lebih memungkinkan
terwujudnya pendidikan utuh meliputi tiga bidang yakni kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Full day school lebih memungkinkan terwujudnya intensifikasi dan
efektivitas proses edukasi. Siswa lebih mudah diarahkan dan dibentuk sesuai
dengan visi dan misi sekolah, sebab aktivitas siswa lebih mudah terpantau karena
sejak awal sudah diarahkan.19 Iwan Kuswandi menyatakan bahwa full day school
memberikan efek positif karena anak-anak akan lebih banyak belajar dari pada
bermain yang bermuara pada produktivitas tinggi, siswa menunjukkan sikap yang
lebih positif, terhindar dari penyimpangan karena seharian berada di kelas dan
dalam pengawasan guru.20
Berdasarkan paparan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keunggulan
full day school yakni anak memperoleh pendidikan umum antisipasi terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan, anak mendapatkan pendidikan utuh meliputi
tiga bidang yakni kognitif, afektif, psikomotorik, anak mendapat pelajaran dan
bimbingan ibadah praktis (doa makan, doa-doa harian, dan lain-lain). Keunggulan
full day school lainnya adalah anak dapat meningkatkan prestasi belajarnya
dengan perpustakaan yang representative, serta potensi anak tersalurkan melalui
kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan sekolah.
d. Kekurangan Full Day School (FDS)

19
Nor Hasan, 2006, Full Day School Model Alternatif Pembelajaran Bahasa Asing. Tadris Vol.
1No.1 2006. Diakses dari www.tadris.stainpamekasan.ac.id/index.php/jtd/article/view/105/209.
halaman 114-115, pada tanggal 23 Oktober 2017.
20
Iwan Kuswandi, 2012, Full Day School dan Pendidikan Terpadu. Diakses dari
http://iwankuswandi.wordpress.com/2012/07/09/full-day-school-danpendidikan-terpadu/.Pada
tanggal 23 Oktober 2017.

9
Namun demikian, sistem pembelajaran model full day school ini tidak terlepas
dari kelemahan atau kekurangan antara lain:
1) Sistem full day school acapkali menimbulkan rasa bosan pada siswa. Sistem
pembelajaran dengan pola full day school membutuhkan kesiapan baik fisik,
psikologis, maupun intelektual yang bagus. Jadwal kegiatan pembelajaran
yang padat dan penerapan sanksi yang konsisten dalam batas tertentu akan
meyebabkan siswa menjadi jenuh. Namun bagi mereka yang telah siap, hal
tersebut bukan suatu masalah, tetapi justru akan mendatangkan keasyikan
tersendiri, oleh karenanya kejelian dan improvisasi pengelolaan dalam hal ini
sangat dibutuhkan. Keahlian dalam merancang full day school sehingga tidak
membosankan.
2) Sistem full day school memerlukan perhatian dan kesungguhan manajemen
bagi pengelola, agar proses pembelajaran pada lembaga pendidikan yang
berpola full day school berlangsung optimal, sangat dibutuhkan perhatian dan
curahan pemikiran terlebih dari pengelolaannya, bahkan pengorbanan baik
fisik, psikologis, material dan lainnya. Tanpa hal demikian, full day school
tidak akan mencapai hasil optimal bahkan boleh jadi hanya sekedar
rutinitas yang tanpa makna.21
3) Dalam perkembangan sosial anak adalah kurang bersosialisasi dengan
teman di sekitar rumah, anak lebih individualistis, dan kognitif sosialnya
tidak terasah dengan baik karena tidak beragamnya ruang interaksi bagi
anak.22

2. Landasan Hukum FDS


Mendikbud Muhadjir Effendy telah menetapkan Peraturan Menteri (Permen)
Nomor 23 Tahun 2017 tentang Hari Sekolah yang mengatur sekolah 8 jam sehari
selama 5 hari alias full day school pada 12 Juni 2017. Kebijakan ini berlaku mulai
tahun ajaran baru yang jatuh pada Juli 2017. Namun bagi sekolah yang belum

21
Nor Hasan, 2006, Full Day School (Model Alternatif Pembelajaran bahasa Asing), Jurnal
Pendidikan. Tadris. Vol 1. No.1, h. 116.
22
Nuru Hilalah, 2009, Pelaksanaan Full Day School di SD Plus Nurul Hikmah Pamekasan
(Telaah Problematika Perkembangan Sosial Peserta Didik), Tesis, (Surabaya: IAIN Sunan
Ampel), h. 55.

10
memiliki sumber daya dan sarana transportasi yang memadai, maka kebijakan ini
dilakukan secara bertahap.23
Berikut pasal-pasal yang tertuang dalam Peraturan Menteri tentang full day
school tersebut:
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2017
TENTANG HARI SEKOLAH
Pasal 1
1. Sekolah adalah adalah bentuk kelompok layanan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK)/ Taman Kanak-kanak
Luar Biasa (TKLB)/ Raudatul athfal (RA), Sekolah Dasar (SD)/ Sekolah Dasar
Luar Biasa (SDLB)/ Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama
(SMP)/ Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB)/ Madrasah
Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Sekolah Menengah Atas
Luar Biasa (SMALB)/ Madrasah Aliyah (MA), dan Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK)/ Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) yang diselenggarakan
oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat;
2. Hari Sekolah adalah jumlah hari dan jam yang digunakan oleh guru, tenaga
kependidikan, dan peserta didik dalam penyelenggaraan pendidikan di
Sekolah;
3. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah;
4. Tenaga Kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan
diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan yang mencakup
pengelola satuan pendidikan, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi
sumber belajar, tenaga administrasi, psikolog, terapis, tenaga kebersihan dan
keamanan, serta tenaga dengan sebutan lain yang bekerja pada satuan
pendidikan;

23
https://kumparan.com>nurul-hidayati. Tanggal unduh 29 Oktober 2017

11
5. Sumber Daya adalah segala sesuatu yang dipergunakan dalam penyelenggaraan
pendidikan yang meliputi tenaga kependidikan, masyarakat, dana, sarana, dan
prasarana;
6. Peserta Didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan tertentu.
Pasal 2
1. Hari Sekolah dilaksanakan 8 (delapan) jam dalam 1 (satu) hari atau 40 (empat
puluh) jam selama 5 (lima) hari dalam 1 (satu) minggu;
2. Ketentuan 8 (delapan) jam dalam 1 (satu) hari atau 40 (empat puluh) jam
selama 5 (lima) hari dalam 1 (satu) minggu sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), termasuk waktu istirahat selama 0,5 (nol koma lima) jam dalam 1 (satu)
hari atau 2,5 (dua koma lima) jam selama 5 (lima) hari dalam 1 (satu) minggu;
3. Dalam hal diperlukan penambahan waktu istirahat sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), Sekolah dapat menambah waktu istirahat melebihi dari 0,5 (nol koma
lima) jam dalam 1 (satu) hari atau 2,5 (dua koma lima) jam selama 5 (lima)
hari dalam 1 (satu) minggu;
4. Penambahan waktu istirahat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak
termasuk dalam perhitungan jam sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 3
1. Hari Sekolah digunakan oleh Guru untuk melaksanakan beban kerja Guru;
2. Beban kerja Guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Merencanakan pembelajaran atau pembimbingan;
b. Melaksanakan pembelajaran atau pembimbingan;
c. Menilai hasil pembelajaran atau pembimbingan;
d. Membimbing dan melatih Peserta Didik; dan
e. Melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan
pokok sesuai dengan beban kerja Guru.
3. Beban kerja Guru sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 4

12
Hari Sekolah digunakan oleh Tenaga Kependidikan untuk melaksanakan
tugas dan fungsinya.
Pasal 5
1. Hari Sekolah digunakan bagi Peserta Didik untuk melaksanakan kegiatan
intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler;
2. Kegiatan intrakurikuler sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
kegiatan yang dilaksanakan untuk pemenuhan kurikulum sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. Kegiatan kokurikuler sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kegiatan
yang dilaksanakan untuk penguatan atau pendalaman kompetensi dasar atau
indikator pada mata pelajaran/bidang sesuai dengan kurikulum;
4. Kegiatan kokurikuler sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi kegiatan
pengayaan mata pelajaran, kegiatan ilmiah, pembimbingan seni dan budaya,
dan/atau bentuk kegiatan lain untuk penguatan karakter Peserta Didik;
5. Kegiatan ekstrakurikuler sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
kegiatan di bawah bimbingan dan pengawasan Sekolah yang bertujuan untuk
mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama,
dan kemandirian Peserta Didik secara optimal untuk mendukung pencapaian
tujuan pendidikan;
6. Kegiatan ekstrakurikuler sebagaimana dimaksud pada ayat (5) termasuk
kegiatan krida, karya ilmiah, latihan olah-bakat/olah-minat, dan keagamaan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
7. Kegiatan keagamaan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) meliputi aktivitas
keagamaan meliputi madrasah diniyah, pesantren kilat, ceramah keagamaan,
katekisasi, retreat, baca tulis Alquran dan kitab suci lainnya.

13
Pasal 6
1. Kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler dalam pelaksanaan Hari Sekolah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dapat dilaksanakan di dalam
Sekolah maupun di luar Sekolah;
2. Pelaksanaan kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler baik di dalam Sekolah
maupun di luar Sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
dengan kerja sama antarsekolah, Sekolah dengan lembaga keagamaan, maupun
Sekolah dengan lembaga lain yang terkait.
Pasal 7
1. Ketentuan Hari Sekolah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) tidak
berlaku bagi Peserta Didik TK/TKLB/RA atau sederajat pada sekolah
keagamaan lainnya;
2. Peserta Didik berkebutuhan khusus dan layanan khusus dapat mengikuti
ketentuan Hari Sekolah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) sesuai
dengan jenis kekhususan.
Pasal 8
Penetapan Hari Sekolah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 mulai
dilaksanakan pada tahun pelajaran 2017/2018.
Pasal 9
1. Dalam hal kesiapan sumber daya pada Sekolah dan akses transportasi belum
memadai, pelaksanaan ketentuan Hari Sekolah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 dapat dilakukan secara bertahap;
2. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah sesuai kewenangannya wajib
menjamin pemenuhan sumber daya pada Sekolah yang diselenggarakan oleh
Pemerintah pusat atau pemerintah daerah, dan ketersediaan akses transportasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam penerapan ketentuan tentang Hari
Sekolah, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini;
3. Masyarakat penyelenggara pendidikan wajib menjamin pemenuhan sumber
daya pada Sekolah yang diselenggarakannya untuk melaksanakan ketentuan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini;

14
4. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sesuai kewenangannya melakukan
pemantauan dan evaluasi secara berkala terhadap pemenuhan sumber daya dan
ketersediaan akses transportasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(3) dalam penerapan ketentuan Hari Sekolah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6.
Pasal 10
1. Guru pada Sekolah yang belum dapat melaksanakan ketentuan Hari Sekolah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) tetap melaksanakan ketentuan
40 (empat puluh) jam dalam 1 (satu) minggu untuk memenuhi beban kerja guru
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2).
2. Peserta Didik pada Sekolah yang belum dapat melaksanakan ketentuan Hari
Sekolah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) tetap melaksanakan
ketentuan jam sekolah sesuai dengan beban belajar pada kurikulum dan dapat
melaksanakan kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler.
Pasal 11
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap
orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini
dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

3. Tujuan FDS
Pelaksanaan full day school merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi
berbagai masalah pendidikan, baik dalam prestasi maupun dalam hal moral atau
akhlak. Dengan mengikuti full day school, orang tua dapat mencegah dan
menetralisir kemungkinan dari kegiatan-kegiatan anak yang menjerumus pada
kegiatan yang negatif. Salah satu alasan para orangtua memilih dan memasukkan
anaknya ke full day school adalah dari segi edukasi siswa. Banyak alasan
mengapa full day school menjadi pilihan.
Adanya sekolah dengan sistem full day school menjadi jawaban atas segala
problem masyarakat tentang berbagai penyimpangan yang banyak dilakukan
remaja sekarang. Hal inilah yang menjadi motivasi para orang tua untuk mencari

15
sekolah formal sekaligus mampu memberikan kegiatan-kegiatan positif (informal)
pada anak.
Secara umum dapat dijelaskan bahwa tujuan sistem pendidikan full day
school adalah untuk memberikan dasar yang kuat untuk mengembangkan dan
meningkatkan kecerdasan/inteligensi Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ),
Spiritual Quotient (SQ) dengan berbagai inovasi yang efektif dan aktual.
Kurikulumnya didesain untuk menjangkau masing-masing bagian dari
perkembangan ini yakni untuk mengembangkan kreatifitas yang mencakup
integritas dan kondisi tiga ranah (ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik).
a) Inteligensi Quotient (IQ) atau kecerdasan intelektual
Dalam perkembangan kognitif anak usia sekolah, masalah kecerdasan atau
inteligensi mendapat banyak perhatian dikalangan psikolog. Hal ini karena
inteligensi telah dianggap sebagai suatu norma yang menentukan
perkembangan kemampuan dan pencapaian optimal hasil belajar anak di
sekolah. Dengan mengetahui inteligensinya seorang anak dapat dikategorikan
sebagai anak yang pandai/cerdas (genius), sedang, atau bodoh (idiot).24
IQ didefinisikan sebagai:
1. Kemampuan untuk bekerja dengan abstraksi (ide, simbol, prinsip
hubungan, konsep dan prinsip);
2. Kemampuan untuk belajar dan menggunakan abstraksi tersebut; dan
3. Kemampuan untuk menyelesaikan masalah termasuk masalah yang baru.25
b) Emotional Quotient (EQ) atau kecerdasan Emosional
Menurut Goleman (1995) Kecerdasan Emosional merupakan (Emotional
intelligence) merujuk pada kemampuan mengenali perasan kita sendiri dan
perasan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan perasan
mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan
orang lain. Kecerdasan emosi mencakup kemampuankemampuan yang
berbeda tetapi saling melengkapi dengan kecerdasan Akademik (academic
intelligence), yaitu kemampuan-kemampuan kognitif murni yang diukur
24
Desmita, 2007, Psikologi Perkembangan, Bandung: Remaja Rosdakarya, h. 163.
25
M. Hariwijaya, 2005, Tes EQ Tes Kecerdasan Emosional, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. 1, h.
7.

16
dengan IQ. banyak orang yang cerdas, dalam arti terpelajar tetapi tidak
mempunyai kecerdasan emosi, sehingga dalam bekerja menjadi bawahan
orang ber-IQ lebih rendah tetapi unggul dalam ketrampilan kecerdasan emosi.
Daniel Goeman mengklasifikasikan kecerdasan emosional atas lima
komponen penting, yaitu: (1) mengenali Emosi, (2) mengelola emosi, (3)
motivasi diri sendiri, (4) mengenali emosi orang lain, dan (5) membina
hubungan.
Memperhatikan kelima komponen kecerdasan emosi diatas, dapat dipahami
bahwa kecerdasan emosi sangat dibutuhkan oleh manusia dalam rangka
mencapai kesuksesan, baik dibidang akademis, karir, maupun dalam
kehidupan sosial. Bahkan belakangan ini beberapa ahli dalam bidang tes
kecerdasan telah menemukan bahwa anak-anak yang memiliki IQ tinggi
(cerdas) dapat mengalami kegagalan dalam bidang akademis, karir dan
kehidupan sosialnya. Banyak anak-anak yang memiliki kecerdasan rata-rata
mendapatkan kesuksesan dalam hidupnya. Berdasarkan fakta tersebut para
ahli tes kecerdasan menganggap bahwa faktor IQ hanya dianggap
menyumbangkan 20% dalam keberhasilan masa depan anak. Sejumlah
penelitian terbaru mengenai otak manusia semakin memperkuat keyakinan
bahwa emosi mempunyai pengaruh yang besar dalam menentukan
keberhasilan anak.26
c) Spiritual Quotient (SQ) atau Kecerdasan Spiritual
Secara bahasa kecerdasan spiritual berasal dari dua kata yaitu cerdas dan
spiritual. Cerdas berarti sempurna perkembangan akal budi, tajam pikiran,
cepat mengerti tentang sesuatu, dapat memecahkan masalah dan sebagainya.27
Sedangkan spiritual adalah berkenaan dengan spirit atau jiwa. Pembangunan
mental dan spiritual.28
Nilai-nilai spiritual sudah terkandung atau ada dalam diri manusia sejak
manusia dilahirkan, dan semakin terasa setelah orang menginjak usia dewasa.
Setiap manusia memiliki nilai spiritual dan untuk mengembangkannya
26
Ibid, Desmita, 2007, Psikologi Perkembangan, h. 171-172.
27
W.J.S. Poerwadarminta, 1999, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, h. 210.
28
H.M. Hafi Anshari, 1996, Kamus Psichologi, Surabaya: Usaha Nasional, h. 653.

17
tergantung pada usaha dan potensi yang telah ada dalam diri manusia. Nilai
spiritual ini dapat berupa rasa kasih sayang, kejujuran dan kreativitas.
Menurut Ary Ginanjar SQ merupakan kemampuan untuk memberi makna dan
nilai ibadah terhadap perilaku dan kegiatan, melalui langkah dan pemikiran
yang bersifat fitrah, menjadi manusia yang hanif (seutuhnya) dan memiliki
pola piker dan tauhidi (integralistik) serta berprinsip karena Allah.29
Sedangkan menurut Danah Zohar dan Ian Marshall mendefinisikan
Kecerdasan Spiritual (spiritual Quotient atau disingkat SQ): Kecerdasan
untuk memecahkan persoalan makna nilai, yaitu kecerdasan untuk
menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan
kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang
lebih bermakna dibanding dengan yang lain.30
Secara utuh dapat dilihat bahwa pelaksanaan system pendidikan full day
school mengarah pada beberapa tujuan antara lain:
a. Untuk memberikan pengayaan dan pendalaman materi pelajaran yang
telah ditetapkan oleh Diknas sesuai jenjang pendidikan;
b. Memberikan pengayaan pengalaman melalui pembiasaanpembiasaan
hidup yang baik untuk kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Melakukan pembinaan kejiwaan, mental dan moral peserta didik
disamping mengasah otak agar terjadi keseimbangan antara kebutuhan
jasmani dan rohani agar terbentuk kepribadian yang utuh.
d. Pembinaan spiritual inteligensi peserta didik melalui penambahan materi-
materi agama dan kegiatan keagamaan sebagai dasar dalam bersikap dan
berprilaku.
Dilihat dari pengertian dan tujuan pendidikan terpadu sebagaimana tersebut di
atas maka dapat dikemukakan beberapa fungsi sistem pendidikan full day school
sebagai berikut:
a. Menghindari pemisahan-pemisahan pengetahuan;

29
Ary ginanjar Agustian, 2004, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ POWER Sebuah Inner
Journey Melalui Ihsan, 2004, Jakarta: Agra press, cet. Ke-3, h. 15.
30
Danah Zohar, 2001, SQ Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berpikir Integralistik dan
Holistik untuk Memaknai Kehidupan, terj. Rahmani Astuti dkk, Bandung: Mizan, h. 4.

18
b. Memberikan kemungkinan bagi guru dan peserta didik untuk
memanfaatkan waktu secara efisien dan efektif karena peserta didik dan
guru bekerjasama penuh dan bermakna;
c. Memberikan peluang bagi peserta didik untuk mengembangkan tiga ranah
sasaran pendidikan secara bersamaan;
d. Memudahkan peserta didik untuk menghubungkan dan mengorganisasikan
ide-ide, konsep-konsep dan kemampuan-kemampuan yang sedang
diajarkan sehingga akan terjadi transfer pemahaman dari satu konteks ke
konteks yang lainnya.

4. Metode FDS
Pada sekolah sistem full day school Proses belajar mengajar yang
diberlakukan dari pagi sampai sore yang berarti hampir seluruh aktifitas anak
berada di sekolah, mulai dari belajar, makan, bermain dan ibadah yang dikemas
dalam sistem pendidikan. Dengan sistem ini pula diharapkan mampu memberikan
nilai-nilai kehidupan yang Islam pada anak secara utuh dan terintegrasi dalam
tujuan pendidikan. Dalam full day school kegiatan-kegiatan belajar seperti tugas
sekolah yang biasanya dikerjakan di rumah dapat dikerjakan di sekolah dengan
bimbingan guru yang bertugas. Namun bukan berarti full day school mengekang
siswa untuk tidak bermain dan terus menerus belajar, tetapi dalam full day school
juga terdapat metode dan media belajar yang meliputi kelas dan alam sehingga
siswa tidak menjadi bosan. Dengan adanya sistem full day school, lamanya waktu
pembelajaran tidak menjadi beban karena sebagian waktunya digunakan untuk
waktu-waktu informal.31
Dalam Lembaga full day school lembaga bebas mengatur jadwal mata
pelajaran sendiri dengan tetap mengacu pada standard nasional alokasi waktu
sebagai standar minimal dan sesuai dengan bobot mata pelajaran, ditambah
dengan model-model pendalamannya. Jadi yang terpenting dalam full day school

31
Iwan Kuswandi, Full Day School dan Pendidikan Terpadu, http://iwankuswandi.wordpress.com.
Tanggal unduh 29 Oktober 2017.

19
adalah pengaturan jadwal mata pelajaran. Program ini banyak ditemukan pada
sekolah tingkat dasar SD/MI swasta yang berstatus unggulan.
Pelaksanaan pembelajaran full day school menerapkan pembelajaran yang
aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan sehingga siswa tidak akan
mengalami kejenuhan dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran. (PAIKEM)
merupakan salah satu bentuk pembelajaran inovatif, istilah aktif maksudnya
pembelajaran adalah proses aktif membangun makna dan pemahaman informasi,
ilmu pengetahuan maupun pengalaman oleh peserta didik itu sendiri. Istilah
inovatif dimaksudkan dalam proses pembelajaran diharapkan muncul ide-ide baru
atau inovasi-inovasi positif yang lebih baik. Istilah kreatif memiliki makna bahwa
pembelajaran merupakan sebuah proses mengembangkan kreatifitas peserta didik,
karena pada dasarnya setiap individu memiliki imaginasi dan rasa ingin tahu yang
tidak pernah berhenti. Istilah efektif berati bahwa model pembelajaran apapun
yang dipilih harus menjamin bahwa tujuan pembelajaran akan tercapai secara
maksimal. Dan istilah menyenangkan dimaksudkan bahwa proses pembelajaran
harus berlangsung dalam suasana yang menyenangkan dan mengesankan.32
Dalam program full day school siswa mendapatkan keuntungan secara
akademik dimana dengan lamanya waktu belajar siswa dapat menambah
pengalaman dan keuntungan secara sosial. Dengan adanya full day school
menunjukkan anak-anak lebih banyak belajar daripada bermain. Hal ini
menunjukkan produktifitas anak tinggi, maka juga lebih mungkin dekat dengan
guru, siswa lebih menunjukkan sikap yang lebih positif, karena tidak ada waktu
luang untuk melakukan penyimpangan-penyimpangan karena seharian berada di
sekolah dan berada dalam pengawasan guru.

5. Hambatan dan Dukungan FDS


a. Faktor Penghambat FDS
Baharudin menyatakan bahwa system pembelajaran full day school memiliki
faktor penghambat yaitu aspek sarana dan prasarana serta aspek guru.

32
Ismail SM, 2011, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Semarang: Rasail
Media Group, h. 46-47.

20
Keterbatasan sarana dan prasarana sekolah dapat menghambat kemajuan sekolah,
karena hakikatnya sarana dan prasarana merupakan bagian vital yang menunjang
keberhasilan pendidikan. Guru mendampingi siswa selama sehari di sekolah
dalam sistem pembelajaran full day school. Oleh karena itu, guru dituntut untuk
memahami perbedaan kemampuan dan karakter siswa. Guru juga dituntut untuk
memiliki pengetahuan, keterampilan, disiplin, upaya pribadi dan kerukunan kerja
serta profesionalitas. Jika guru tidak memiliki hal tersebut, maka akan
menghambat pengembangan sekolah.33
Addin Arsyadana menyatakan bahwa faktor penghambat dalam pelaksanaan
full day school adalah:34
a. Strategi pembangunan pendidikan yang bersifat input oriented
Strategi yang bersifat input oriented lebih bersandar kepada asumsi bahwa
bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku,
sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka
secara otomatis lembaga pendidikan (sekolah) akan dapat menghasilkan
lulusan yang bermutu sebagaimana yang diharapkan, padahal hal tersebut
hanya terjadi dalam institusi ekonomi dan industri.
b. Pengelolaan pendidikan yang banyak diatur oleh pusat
Pengelolaan pendidikan yang banyak diatur oleh pusat akan menyebabkan
tidak terselenggaranya pendidikan secara optimal, mengingat sekolah
sebagai unit pelaksana pendidikan formal dengan berbagai keragaman
potensi anak didik yang memerlukan layanan pendidikan beragam,
sehingga dibutuhkan kedinamisan dan kreativitas dalam melaksanakan
peningkatan kualitas atau mutu pendidikan.
c. Rendahnya partisipasi masyarakat
Rendahnya partisipasi masyarakat akan menghambat proses
pengembangan pendidikan yang sedang berlangsung.

33
Ibid, Baharuddin, 2010, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, h. 232-233.
34
Addin Arsyadana, 2010, Penerapan Sistem Full Day School sebagai Upaya untuk
Meningkatkan Kualitas Pendidikan di MI AL-QAMAR Nganjuk. Diakses dari http://lib.uin-
malang.ac.id/files/thesis/fullchapter/06110206.pdf. Pada tanggal 23 Oktober 2017.

21
Berdasarkan paparan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor
penghambat full day school yakni keterbatasan sarana dan prasarana, rendahnya
kualitas guru dan partisipasi masyarakat. Strategi pembangunan pendidikan
bersifat input oriented dan pengelolaannya yang banyak diatur oleh pusat juga
menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan full day school.
b. Faktor Pendukung FDS
Baharudin menyatakan bahwa faktor-faktor yang mendukung sistem
pembelajaran full day school yaitu:35
1. Kurikulum
Kurikulum adalah suatu alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Sukses
tidaknya pendidikan dapat dilihat dari kurikulum yang digunakan oleh
sekolah. Kurikulum sangat mendukung untuk meningkatkan mutu
pendidikan karena menjadi tolak ukur dalam kegiatan belajar mengajar di
sekolah.
2. Manajemen pendidikan
Manajemen pendidikan yang efektif dan efisien akan menunjang
pengembangan lembaga pendidikan yang berkualitas.
3. Sarana dan prasarana
Sarana pembelajaran merupakan sesuatu yang secara tidak langsung
berhubungan dengan proses belajar setiap hari, tetapi mempengaruhi
kondisi pembelajaran. Prasarana sangat berkaitan dengan materi yang
dibahas dan alat yang digunakan.
Sarana dan prasarana sekolah yang menerapkan system pembelajaran full
day school, diharapkan mampu menunjang kegiatan pembelajaran yang
relevan dengan kebutuhan siswa, misalnya: 1) ruang kepala sekolah, ruang
guru, ruang BK, ruang TU, dan ruang OSIS; 2) ruang kelas dengan formasi
tempat duduk yang mudah dipindah sesuai dengan keperluan; 3) ruang
laboratorium IPA, laboratorium bahasa, laboratorium computer dan ruang
perpustakaan; 4) kantin sekolah, koperasi, mushola/tempat ibadah,
poliklinik; 5) aula pertemuan; 6) lapangan olahraga; 7) kamar mandi/WC.

35
Ibid, Baharuddin, 2010, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, h. 227-231.

22
Syaiful Djamari mengungkapkan bahwa sarana prasarana mempunyai arti
penting dalam pendidikan khususnya pada system full day school karena
berpengaruh terhadap kegiatan belajar mengajar di sekolah.
4. Sumber daya manusia (SDM)
Sumber daya manusia dalam pendidikan yaitu guru dan pegawai. Guru
dituntut memperkaya pengetahuan dan keterampilan serta harus menguasai
metode-metode pembelajaran yang tidak membuat siswa bosan. Hal ini
dikarenakan sistem pembelajaran full day school menuntut siswanya
seharian penuh berada di sekolah. Disamping itu, keberadaan pegawai juga
menjadi hal yang sangat penting dalam lembaga pendidikan, karena
mendukung proses pembelajaran secara tidak langsung.
Nur Hilalah menyatakan bahwa faktor penunjang pelaksanaan full day school
yakni:36
1. Lingkungan sekolah yang kondusif
Lingkungan sekolah yang kondusif dapat terwujud apabila kepala sekolah
memiliki kecerdasan emosi tinggi dan gaya kepemimpinan yang tepat.
2. Kompetensi manajerial kepala sekolah
Kompetensi manajerial kepala sekolah meliputi kemampuan manajemen
dan kepemimpinan, yang dilengkapi keterampilan konseptual, insani, dan
teknis.
3. Profesionalisme guru
Adanya guru professional diharapkan mampu memberikan pengaruh
positif terhadap keberhasilan proses belajar mengajar serta mampu
memaksimalkan perkembangan anak didik dengan sebaik-baiknya.
4. Kelengkapan sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana tersebut berupa buku bacaan, ruang belajar,
laboratorium komputer, laboratorium bahasa, dan lain-lain. Semua itu
sangat berguna sebagai pendukung pelaksanaan full day school bahkan

36
Nur Hilalah, 2012, Faktor Pendukung dan Penghambat Full Day School. Diakses dari
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2246211-faktor-faktor-pendukung-dan-
penghambat/. Pada tanggal 22 Oktober 2017.

23
menjadi faktor yang sangat penting dalam kelancaran proses belajar-
mengajar.
5. Partisipasi orang tua
Hubungan baik antara sekolah dengan orangtua/wali siswa akan
mempengaruhi hasil pendidikan di sekolah. Mereka saling memberikan
informasi tentang perkembangan anaknya baik di sekolah maupun di
keluarga sehingga memperoleh hasil yang maksimal.
Berdasarkan paparan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor
penunjang pelaksanaan full day school meliputi kurikulum, manajemen
pendidikan yang efektif dan efisien, sarana prasarana yang lengkap, dan tenaga
pendidik yang berkualitas. Lingkungan sekolah yang kondusif, kompetensi
manajerial kepala sekolah, adanya partisipasi orang tua juga mendukung dalam
pelaksanaan full day school.

6. Hasil Penelitain tentang Full Day School (FDS)


Penelitian yang mengkaji tentang Full Day School (FDS) sudah banyak
dilakukan sebelumnya, diantaranya:
“Full Day School (Model Alternatif Pembelajaran Bahasa Asing)”.37 Hasil
dari penelitian ini menunjukkan Fullday school adalah sebagai salah satu--jika
tidak mau menyatakan sebagai satu-satunya—model alternatif sistem
pembelajaran bahasa asing, yang menerapkan proses pembelajaran yang
berlangsung secara aktif, kreatif, dan transformatif, berlangsung selama sehari
penuh bahkan selama kurang lebih 24 jam. Proses pembelajaran dalam sistem ini
berusaha mengembangkan secara integral: jiwa eksploratif, suka mencari,
bertanya, menyelidiki, merumuskan pertanyaan, mencari jawaban, peka
menangkap gejala alam sebagai bahan untuk menghubungkan diri, kreatif: suka
menciptakan hal-hal baru dan berguna, tidak mudah putus asa ketika berhadapan
dengan kesulitan, mampu melihat alternatif ketika semua jalan buntu, serta

37
Nor Hasan, 2006, “Pengaruh Manajemen Pembelajaran Full Day School Terhadap Motivasi
Belajar”. Jurnal, Tadris Vo. 1 No. 1, Universitas Islam Negeri Yogyakarta. Tanggal unduh, 24
Nopember 2017

24
integral: kemampuan melihat dan menghadapi beragam kehidupan dalam
keterpaduan yang realistis, utuh, dan mengembangkan diri secara utuh.
Memperhatikan sejumlah keunggulan sistem fullday school dan keberhasilan
sejumlah lembaga yang telah menerapkan sistem ini, maka -dengan tidak menutup
mata atas kelemahan yang dimiliki- sangat wajar apabila sistem ini menjadi model
alternatif pembelajaran bahasa asing.
“Sistem Full-Day School Di Sekolah Dasar Islam Terpadu (Sdit) Studi Kasus
Di Izzuddin Palembang”.38 Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwasanya
dasar filosofis diterapkan sistem full-day school di Sekolah Islam Terpadu (SIT)
Izzuddin Palembang ini merujuk kepada konsep dan aplikasinya yang diterapkan
oleh Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Indonesia. Sistem Pendidikan Islam
Terpadu dibangun dengan paradigma keilmuan utuh, berlandaskan pada filosofi
”ilm’ Allah” yang terdapat dalam Al-Qur’an.
Dengan diterapkanlah sistem full-day school ini agar dapat memaksimalkan,
apa yang dibutuhkan siswa. Di luar sekolah, siswa tidak perlu mencari les atau
kursus tambahan, karena semuanya terpenuhi dan tersedia di sekolah. Sedangkan
keefektifan sistem full-day school di SDIT Izzuddin Palembang ini, secara
keilmuan telah terpenuhi, tetapi dalam pelaksanaannya terus dilaksanakan
evaluasi didalamnya. Misalnya: tahun ajaran yang lalu, waktu kegiatan di sekolah
dimulai pada pukul 07.30-14.00 WIB untuk kelas I-II dan untuk kelas III-VI dari
pukul 07.30-15.00 WIB. Sedangkan setelah diadakan evaluasi jadwalnya diubah
menjadi 07.00-13.30 WIB untuk kelas I-II dan untuk kelas IIIVI dari pukul 07.00-
14.30 WIB, yang memang kenyataannya lebih efektif karena siswa-siswi lebih
bersemangat untuk memulai pelajaran.
Karakteristik utama yang dimiliki oleh SIT yang menjadi rujukan dalam
pengelolaan dan aktivitas pembelajaran pada model Sekolah Islam Terpadu
Izzuddin Palembang yang berada di bawah naungan Jaringan Sekolah Islam
Terpadu (JSIT) Indonesia, yang merupakan suatu Gerakan Dakwah Berbasis
Pendidikan yaitu: Pertama, mengintegrasikan nilai Islam ke dalam bangunan
38
Akmal Hawi, 2015, “Sistem Full-Day School Di Sekolah Dasar Islam Terpadu (Sdit) Studi
Kasus Di Izzuddin Palembang”. Jurnal. Istibath No. 16, h. 71-87. Tanggal unduh, 24 Nopember
2017

25
kurikulum. Kedua, menerapkan dan mengembangkan metode pembelajaran untuk
mencapai optimalisasi proses belajar mengajar. Ketiga, mengedepankan qudwah
hasanah dalam membentuk karakter siswa. Keempat, menumbuhkan biah solihah
dalam iklim dan lingkungan sekolah. Kelima, melibatkan peran-serta orang tua
dan masyarakat dalam mendukung tercapainya tujuan pendidikan. Keenam,
mengutamakan nilai ukhuwah dalam semua interaksi antar warga sekolah.
Ketujuh, membangun budaya rawat, resik, rapih, runut, ringkas, sehat dan asri.
Kedelapan, menjamin seluruh proses kegiatan sekolah untuk berorientasi pada
mutu. Kesembilan, menumbuhkan budaya profesionalisme dikalangan pendidik
dan tenaga kependidikan.
“Implementasi Program Fullday School Sebagai Usaha Mendorong
Perkembangan Sosial Peserta Didik Tk Unggulan Al-Ya’lu Kota Malang”.39 Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa:
1. Pelaksanaan program upaya mendorong perkembangan sosial anak didik di Al-
Ya’lu berawal adanya laporan permasahan perkembangan anak oleh guru pada
rapat evaluasi bulanan antara guru dengan kepala sekolah Setelah adanya laporan
itu, beberapa guru dan kepala sekolah meng-adakan rapat untuk menyusun
program. Setelah tersusun program kami mengadakan sosialisasi kepada semua
guru dan satu minggu kemudian program telah dilaksanakan secara serentak dan
menyeluruh;
2. Penerapan program upaya mendorong perkembangan sosial anak pada sekolah
Fullday school di TK Unggulan Al-Ya’lu dinilai berjalan secara efektif dan efisien.
3. Implementasi Program Fullday Scholl sebagai usaha mendorong perkembangan
sosial peserta didik di TK Unggulan Al-Ya’lu kota Malang Jawa Timur
dilaksanakan mulai pukul 07.00 WIB sampai 15.00 WIB. Dalam rangka
mendorong perkembangan sosial anak didik di TK Unggulan Al-Ya’lu, sekolah
membuat program dalam bentuk pembiasaan maupun melalui pemutaran film
Akhlak Anak Sholeh (AHAS). Adapun Program yang termasuk pembiasaan
dipraktekkan dalam rutinitas sehari-hari seperti praktek ibadah (sholat berjamaah),
makan bersama, bermain bersama melalui fantasi ceria, tidur siang dan juga

39
Marfi’ah Astuti, 2013, “Implementasi Program Fullday School Sebagai Usaha Mendorong
Perkembangan Sosial Peserta Didik Tk Unggulan Al-Ya’lu Kota Malang”. Jurnal. Kebijakan dan
Pengembangan Pendidikan, Vol. 1, No. 2, h. 133-140. Tanggal unduh, 24 Nopember 2017

26
budaya antri dalam segala aktivitas serta perlombaan dan tampilan peserta didik
dalam rangka PHBI/PHBN, serta infaq mingguan yang dilaksanakan setiap hari
Jum’at. Sekolah menggunakan model sekolah dengan pemadatan 5 hari efektif
yakni Senin sampai Jum'at, hari Sabtu dikhususkan untuk program family day.
Dalam pembelajaran-nya, TK Unggulan Al-Ya’lu Malang menerapkan pendekatan
joyfull learning, dimana pem-belajaran dikemas dengan berbagai metode yang
menyenangkan.
“Hubungan Pelaksanaan Full Day School Dan Boarding School Dengan
Pembentukan Karakter Pada Siswa Kelas XI MAN 1 Surakarta Tahun 2016/2017 ”.40
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan full day school
mempunyai hubungan yang positif dan signifikan berhubungan dengan pembentukan
karakter pada Siswa Kelas XI MAN 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2016/ 2017. Hal ini
dapat ditunjukkan dari hasil analisis data, nilai r xy sebesar 0,473 > rtabel 5% (0,361)
dan 1% (0,463). Dengan demikian, berarti apabila program full day school
ditingkatkan, maka pembentukan karakter siswa juga akan meningkat. Sebaliknya
apabila program full day school menurun, maka pembentukan karakter siswa juga
menurun.
Variabel pelaksanaan boarding school dari hasil penelitian menunjukkan, bahwa
ada hubungan positif dan signifikan dengan pembentukan karakter siswa. Hal ini
dapat dilihat dari hasil analisis data, yang menghasilkan nilai r hitung sebesar 0,545
lebih besar dari nilai rtabel, baik pada taraf signifikansi 5% maupun 1% dengan N =
30. Dengan demikian, berarti apabila pelaksanaan boarding school ditingkatkan,
maka pembentukan karakter siswa juga semakin meningkat. Sebaliknya apabila
pelaksanaan boarding school menurun, maka pembentukan karakter siswa juga akan
menurun. Jadi, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan boarding school
mempunyai hubungan yang searah dengan pembentukan karakter siswa.

40
Sulandari Ningsih, 2016, “Hubungan Pelaksanaan Full Day School Dan Boarding School
Dengan Pembentukan Karakter Pada Siswa Kelas Xi Man 1 Surakarta Tahun 2016/2017”. Jurnal.
Global Citizen, Vol. 2, No. 2. Tanggal unduh, 24 Nopember 2017

27
“Penerapan Sistem Pembelajaran “Fun & Full Day School” Untuk
Meningkatkan Religiusitas Peserta Didik Di Sdit Al Islam Kudus”.41 Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa:
1. SDIT Al Islam Kudus sudah merencanakan pembelajaran dengan
mengembangkan dan mengelola pembelajaran dalam sistem full day
school dengan baik serta didukung perencanaan yang dilakukan guru yang
baik pula yang mengikuti model desain pembelajaran Dick, Carey, and
Carey.
2. Pelaksanaan pembelajaran terpadu dan seimbang dalam fun & full day
school sudah berjalan sangat baik dengan tujuan mencetak generasi sholih
(meningkatkan religiusitas) dan berprestasi dengan menambahkan
pembelajaran bermuatan Islami (ikrar dan janji pelajar, bina
karakter/mentoring, Al Qur’an/qiroati, dan praktik ibadah) tanpa
mengesampingkan pengetahuan umum.
3. Evaluasi yang dilaksanakan pada sistem pembelajaran fun & full day
school untuk meningkatkan religiusitas peserta didik telah menggunakan
jenis dan teknik penilaian yang beragam. Guru tidak hanya mengevaluasi
hasil belajar peserta didik dengan instrument tes tertulis pada saat ulangan
harian, Ulangan Tengah Semester (UTS), dan Ulangan Akhir Semester
(UAS) saja, tetapi juga melakukan penilaian proyek, penilaian unjuk kerja,
penilaian portofolio, bahkan penilaian produk untuk mata pelajaran
tertentu. 4) Kendala yang dihadapi pada penerapan sistem pembelajaran
fun & full day school berasal dari dua sumber, yaitu dari guru dan peserta
didik. Kengala yang berasal dari guru adalah kurangnya guru pengampu
mapel Al Qur’an dan kurangnya pengetahuan tentang ilmu pendidikan
terbaru. Kendala yang berasal dari peserta didik adalah tidak terpenuhinya
target tahfidz peserta didik, kurang dikuasainya materi tentang ghorib, dan

41
Ida Nurhayati Setiyarini, dkk, 2016, “Penerapan Sistem Pembelajaran “Fun & Full Day
School” Untuk Meningkatkan Religiusitas Peserta Didik Di Sdit Al Islam Kudus”. Jurnal.
Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Vol. 2, No. 2, h. 231-244. Tanggal unduh, 24 Nopember
2017

28
rasa malu peserta didik ketika mempresentasikan hasil karyanya di depan
kelas.
“Pengaruh Sistem Sekolah Sehari Penuh (Full Day School) Terhadap Prestasi
Akademik Siswa Smp Jati Agung Sidoarjo ”.42 Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa Full Day School akan meningkat maka Prestasi akademik juga akan
meningkat dan begitu juga sebaliknya. Persamaan tersebut juga mempunyai arti
bahwa untuk setiap X bertambah 1 maka rata-rata Y bertambah 1,527 Berdasarkan
hasil penelitian, dapat dikemukakan bahwa hipotesis dalam penelitian ini yaitu
”ada pengaruh antara penerapan sistem Full Day School terhadap Prestasi
Akademik” dapat diterima secara signifikan. Hal ini terlihat dari nilai R=0,743
yang diperoleh dari hasil perhitungan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara variabel bebas X dengan variabel terikat Y. Besarnya nilai
korelasi R=0,743 menunjukkan derajat hubungan yang kuat, sehingga tidak dapat
diabaikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara penerapan sistem Full Day School terhadap prestasi akademik siswa SMP
Jati Agung sidoarjo.Sedangkan untuk menguji hipotesis digunakan rumus uji t,
dan didapatkan nilai t hitung sebesar 6,556 kemudian dikonsultasikan dengan t
tabel sebesar 7,621 dan terlihat bahwa t hitung t tabel. Hal ini berarti “Ada
pengaruh yang signifikan antara penerapan sistem Full Day School terhadap
prestasi akademik siswa SMP Jati Agung sidoarjo”
Sistem Full Day School yang ada di SMP Jati Agung sidoarjo sudah berjalan
dengan cukup baik. Dimana adanya pemenuhan sarana dan prasarana yang dapat
menunjang kegiatan belajar mengajar dengan sistem Full Day School. Selain itu
adanya tuntutan untuk para guru dimana harus kreatif dalam mengembangkan
model pembelajaran Full Day School yang menarik agar siswa tidak merasa bosan
sehingga dengan begitu siswa yang berada pada lingkungan Full Day School
dapat meningkatkan prestasi akademiknya.

42
Lisnawati Soapatty, 2014, “Pengaruh Sistem Sekolah Sehari Penuh (Full Day School) Terhadap Prestasi
Akademik Siswa Smp Jati Agung Sidoarjo”. Jurnal. Kajian Moral dan Kewarganegaraan, Vol. 2, No.
2, h. 719-733. Tanggal unduh, 24 Nopember 2017

29
“Full Day School Dalam Pembentukan Karakter Siswa Smkn13 Kota
Malang”.43 Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa respon sekolah terhadap
program FDS dalam pembinaan karakter peserta didik yang berintegritas memiliki
respon yang sangat postif. Program ini dinilai sangat bermanfaat dalam
menanamkan hal-hal baik kepada peserta didik agar menjadi generasi emas
bangsa yang berintegritas di lingkungan masyarakat. Oleh karena itu sekolah perlu
terus mengembangkan kegiatan FDS sehingga memperkuat penanaman nilainilai
karakter dan akhlak mulia bagi peserta didik.
Hasil presentasi nilai karakter siswa masih dalam kategeri cukup baik
dikarenakan sekolah dengan memiliki siswa yang bercorak suku, budaya, latar
belakang ekonomi, sosial, dan kepribadian yang berbeda yang mempengaruhi
nilai karakter peserta didik. Melalui FDS terbentuk penampakan fisik dan psikis
yang tangguh. Penampakan fisik menunjukkan jati diri mereka sebagai taruna
sejati. Secara spritual/psikis terbentuk karakter taruna yang disiplin, jujur,
tangguh, bekerja keras, berjiwa ksatria, rela berkorban, serta bertanggung jawab.
Nilai-nilai karakter ini berdampak positif terhadap pencapaian kinerja akademik
yang lebih baik. Selanjutnya diperlukan untuk mengkaji dampak program FDS
terhadap motivasi dan prestasi belajar peserta didik, termasuk peserta didik
program afirmasi dan inklusi. Penelitian selanjutnya juga disarankan untuk
memperoleh informasi tentang output karakter lulusan di dunia kerja atau di
masyarakat.
“Implementasi Program Pendidikan Full Day School Di Mi Muhammadiyah
Karanglo Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas”.44 Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa pelaksanaan program pendidikan di MI Muhammadiyah
Karanglo terkait dengan program full day school yang ada dibagi menjadi
beberapa bagian yaitu kegiatan harian, kegiatan pendukung, kegiatan tahunan dan
kegiatan incidental. Dalam kegiatan harian sendiri terdiri dari penyambutan siswa,
43
Marleny Leasa, 2017, “Full Day School Dalam Pembentukan Karakter Siswa SMKN13 Kota
Malang”. Jurnal. Ilmu Sosial dan Humaniora, Vol. 6, No. 1, h. 73-81. Tanggal unduh, 24
Nopember 2017
44
Arizka Min Nur Islami, 2016, “Implementasi Program Pendidikan Full Day School Di Mi
Muhammadiyah Karanglo Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas”. Skripsi. Program Studi
Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAIN Purwokerto, Tanggal unduh, 24
Nopember 2017

30
kegiatan pembelajaran, BTA, wudhu dan shalat siswa, kedisiplinan siswa,
kegiatan ekstrakurikuler siswa, hafalan doa shalat, hafalan doa harian dan ayat-
ayat pilihan, istirahat, pembiasaan islami, upacara, bimbingan belajar, pemulangan
siswa. Untuk kegiatan pendukung sendiri meliputi kegiatan: infaq, shalat dhuha,
tugas pagi, senam pagi, tahfidz, mabit untuk kelas VI. Kegiatan tahunan sendiri
meliputi: khatmil qur’an dan iqra’, pelepasan siswa-siswi kelas VI dan setting
kelas. Sedangkan untuk kegiatan incidental meliputi: bimbingan lomba dan
bimbingan pengayaan.
“Efektivitas Full Day School Dalam Pembentukan Akhlak Siswa Di Sd
Integral Hidayatullah Salatiga”.45 Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
pelaksanaan full day school di SD Integral Hidayatullah Salatiga dalam
membentuk akhlak siswa dilakukan melalui metode pembiasaan, metode
keteladanan, metode pemberian nasihat, metode pendampingan, metode
appersepsi, metode telaah ayat dan hadis, serta metode pendekatan alam.
Pembentukan akhlak melalui full day school berjalan dengan efektif dan lancar.
“Problematika Pembelajaran System Full Day School Siswa Kelas 1 SDIT Al-Irsyad
Tegal”.46 Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa:
1. Proses pelaksanaan pembelajaran system full day school di SDIT Al-Irsyad
berlangsung dari pagi hingga sore hari (07.00-15.00), dalam pelaksanaan
pembelajaran full day school banyaknya muatan agama dalam struktur kurikulum
yang dikembangkan merupakan kegiatan yang mendukung adanya pembelajaran
system full day school.
2. Problematika dalam pelaksanaan pembelajaran system full day school
diantaranya yang pertama adalah masih ditemukan siswa yang belum mampu
menyesuaikan diri dengan jam tambahan yang diberlakukan oleh sekolah, kedua
adanya sebagian kecil siswa yang merasa kelelahan atau bosan karena seharian
berada di sekolah, ketiga dalam pelaksanaan proses tadarus dan do’a bersama pra
KBM masih ditemukan siswa tidak sepenuhnya khidmat, keempat terkadang

45
Tri Oktaviani, 2017, “Efektivitas Full Day School Dalam Pembentukan Akhlak Siswa Di Sd
Integral Hidayatullah Salatiga”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAIN Salatiga, Tanggal unduh, 24 Nopember 2017
46
Azizah Afni Rizky, 2015, “Problematika Pembelajaran System Full Day School Siswa Kelas 1 SDIT Al-
Irsyad Tegal”. Skripsi. Program Studi Ilmu Pendidikan guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan, IAIN Walisongo: Semarang, Tanggal unduh, 24 Nopember 2017

31
masih ditemukan pada saat pembelajaran kelas kosong ditinggal gurunya yang
berhalangan, kelima masih ditemukan siswa yang bermain-main pada saat
pelaksanaan wudhu menjelang sholat dzuhur dan asyar.
Solusi dalam mengatasi problematika pembelajaran system full day school di SDIT
Al-Irsyad Tegal melalui kegiatan, pihak sekolah mensosialisasikan akan tujuan
pembelajaran system pembelajaran full day school, menerapkan jadwal guru piket
pengganti mengajar, dan jadwal guru piket pendamping wudhu & Sholat serta adanya
pembinaan oleh pihak sekolah yang dilakukan oleh masing-masing wali kelas, serta pihak
sekolah bekerjasama dengan para guru dalam mewujudkan pembelajaran yang
menyenangkan guna tercapai tujuan pembelajaran full day school.
“Program Full Day School Dalam Pengembangan Kemandirian Siswa Kelas
Iv Di Sdit Insan Utama Bantul Tahun Ajaran 2013/2014 ”.47 Hasil dari penelitian
ini menunjukkan bahwa program pengembangan kemandirian siswa kelas IV SDIT
Insan Utama Bantul tahun ajaran 2013/2014 dalam Pramuka dilakukan melalui
kegiatan ekstrakurikuler setiap hari Jumat dan Persami dimana anak diharuskan
belajar mandiri dengan melakukan semua kegiatan sendiri, mulai dari pendirian
tenda, melipat pakaian, mencuci tempat minum, membersihkan tenda,
menyiapkan semua peralatan yang dibutuhkan sendiri. Kegiatan market day
dilakukan siswa dengan berjualan makanan mulai dari menyiapkan lapak, menata
barang dagangannya, menawarkannya ke teman-teman, serta membereskan
lapaknya. Program mutaba’ah yaumiah melatih siswa untuk terbiasa merapikan
tempat tidurnya, menyiapkan perlengkapan sekolah, mencuci peralatan makan dan
minum sendiri dalam kehidupan sehari-hari di rumah dengan lembar kontrol
kegiatan dari sekolah. Kegiatan intrakurikuler yang terintegrasi melalui mata
pelajaran dan muatan lokal dalam pengembangan kemandirian siswa dilaksanakan
melalui tugas mandiri yang dikerjakan siswa tanpa meminta bantuan dari teman,
diskusi dimana siswa saling berpendapat untuk memecahkan persoalan yang
diberikan oleh guru, dan eksperimen melalui percobaan yang dialami dan
dibuktikan sendiri terkait persoalan yang diberikan oleh guru.

47
Annisa Nurul Azizah, 2014, “Program Full Day School Dalam Pengembangan Kemandirian
Siswa Kelas Iv Di Sdit Insan Utama Bantul Tahun Ajaran 2013/2014”. Skripsi. Program Studi
Pendidikan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta,
Tanggal unduh, 24 Nopember 2017

32
“Pengelolaan Pembelajaran Program Full Day School Di Sd Budi Mulia Dua
Yogyakarta”.48 Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa:
1. Perencanaan pembelajaran program full day school di SD Budi Mulia Dua
Yogyakarta dilakukan melalui rapat kerja setiap semester yang mencakup
perencanaan pembelajaran di dalam kelas dan pembelajaran di luar kelas.
Untuk perencanaan pembelajaran di dalam kelas program full day school,
termasuk dalam kategori baik sebab sebagian besar guru melaksanakan
perencanaan sesuai dengan komponen perencanaan yang ada dalam RPP.
Hal ini didukung dari hasil angket guru sebesar 83,33% yang menyatakan
melakukan perencanaan pembelajaran sesuai dengan enam komponen
yang telah ditentukan. Sedangkan untuk perencanaan pembelajaran
program full day school di luar kelas, guru tidak menyusun RPP tetapi
membuat agenda kegiatan dengan menggunakan pembelajaran yang
rekreatif dan disesuaikan dengan lingkungan di luar sekolah.
2. Pelaksanaan pembelajaran program full day school di SD Budi Mulia Dua
yang dilakukan oleh guru di dalam kelas termasuk dalam kategori cukup
baik sebab antara guru yang melaksanakan pembelajaran yang sesuai
dengan ketentuan secara penuh dengan guru yang belum melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan ketantuan secara penuh hampir seimbang. Hal
ini didukung dari hasil isian angket guru yang menyatakan bahwa dalam
melaksanakan pemebelajaran program full day school di dalam kelas
sesuai dengan ketentuan secara penuh sebesar 59, 18%. Untuk
pembelajaran program full day school di luar kelas, tidak semua guru
terlibat dalam pelaksanaan. Guru yang telibat dalam pelaksanaannya
adalah guru kelas dan guru pendamping yang bertugas mengontrol
kegiatan siswa.

48
Ragella Septiana, 2011, “Pengelolaan Pembelajaran Program Full Day School Di Sd Budi Mulia
Dua Yogyakarta”. Skripsi. Program Studi Manajemen Pendidikan, Jurusan Administrasi
Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta, Tanggal
unduh, 24 Nopember 2017

33
“Penerapan Sistem Pembelajaran Full Day Scholl (FDS) di SDIT Salsabila 3
Banguntapan”.49 Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa SDIT 3
Banguntapan menerapkan sistem pembelajaran FDS karena dibutuhkan rentang
waktu yang lebih panjang untuk dapat mengintegrasikan lima pendekatan:
pendekatan yang berpusat pada nilai islam (tauhid), pengembangan multi
kecerdasan, belajar dari praktik langsung dan memaknai semua peristiwa sebagai
ilmu, proses pembiasaan bagi terbenyuknya karakter yang padu, dan proses
keteladanan. SDIT ini sudah menerapkan komponen-komponen sistem
pembelajaran dengan baik seperti guru yang kompeten dibidangnya, tujuan yang
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswea, materi yang mengacu pada tiga
ranah pengembangan siswa.

49
Rofita, 2016, “Penerapan Sistem Pembelajaran Full Day Scholl (FDS) di SDIT Salsabila 3
Banguntapan”. Tesis. Program Pasca Sarjana, Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,
Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta, Tanggal unduh, 24 Nopember 2017

34
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Full day school (FDS) merupakan sistem pendidikan yang menerapkan
pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar sehari penuh dengan memadukan
sistem pengajaran yang intensif yakni dengan menambah jam pelajaran untuk
pendalaman materi pelajaran serta pengembangan diri dan kreatifitas. Pelaksanaan
pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah mulai pagi hingga sore hari, secara
rutin sesuai dengan program pada tiap jenjang pendidikannya. Dengan sistem
FDS diharapkan mampu memperbaiki nilai akademik siswa sebagai persiapan
untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya dengan sukses.
Salah satu keunggulan FDS yaitu, siswa memperoleh pendidikan umum
sebagai antisipasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Siswa mendapatkan
pendidikan utuh yang meliputi tiga bidang yakni kognitif, afektif, psikomotorik.
Selain itu, anak dapat meningkatkan prestasi belajarnya dengan perpustakaan
yang representatif, serta potensi anak tersalurkan melalui kegiatan ekstrakurikuler
yang diadakan sekolah. Sedangkan kelemahan dari FDS ini antara lain acapkali
menimbulkan rasa bosan pada siswa, perlunya perhatian dan kesungguhan
manajemen bagi pengelola supaya proses pembelajaran berlangsung sebagaimana
mestinya, anak kurang bersosialisasi dengan teman di sekitar rumah dan
cenderung individualistis.
Landasan hukum FDS tertuang dalam Peraturan Menteri (Permen) Nomor 23
Tahun 2017 tentang Hari Sekolah yang mengatur sekolah 8 jam sehari selama 5
hari alias full day school pada 12 Juni 2017. Tujuan sistem pendidikan FDS untuk
memberikan dasar yang kuat untuk mengembangkan dan meningkatkan
kecerdasan/inteligensi Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), Spiritual
Quotient (SQ) dengan berbagai inovasi yang efektif dan aktual.
Faktor penghambat FDS, yaitu keterbatasan sarana dan prasarana, rendahnya
kualitas guru dan partisipasi masyarakat. Sedangkan faktor penunjang
pelaksanaan FDS meliputi kurikulum, manajemen pendidikan yang efektif dan
efisien, sarana prasarana yang lengkap, dan tenaga pendidik yang berkualitas.

35
Lingkungan sekolah yang kondusif, kompetensi manajerial kepala sekolah, serta
adanya partisipasi orang tua siswa.

B. SARAN
Dan pada akhirnya, tiada gading yang tak retak. Penulis menyadari
sepenuhnya, bahwa hanya Allah satu-satunya yang sempurna. Dari uraian tersebut
di atas, saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan tulisan ini
senantiasa penulis dambakan dari semua pihak. Untuk itu, penulis menghaturkan
terima kasih yang sebesar-besarnya.

36
DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, 2005, Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia,


Jakarta: Rajawali Press.
Addin Arsyadana, 2010, Penerapan Sistem Full Day School sebagai Upaya untuk
Meningkatkan Kualitas Pendidikan di MI AL-QAMAR Nganjuk. Diakses
dari http://lib.uin-malang.ac.id/files/thesis/fullchapter/06110206.pdf. Pada
tanggal 23 Oktober 2017.
Akmal Hawi, 2015, “Sistem Full-Day School Di Sekolah Dasar Islam Terpadu
(Sdit) Studi Kasus Di Izzuddin Palembang”. Jurnal. Istibath No. 16, h. 71-
87.
Annisa Nurul Azizah, 2014, “Program Full Day School Dalam Pengembangan
Kemandirian Siswa Kelas Iv Di Sdit Insan Utama Bantul Tahun Ajaran
2013/2014”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar, Fakultas
Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta.
Arizka Min Nur Islami, 2016, “Implementasi Program Pendidikan Full Day
School Di Mi Muhammadiyah Karanglo Kecamatan Cilongok Kabupaten
Banyumas”. Skripsi. Program Studi Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan, IAIN Purwokerto.
Ary ginanjar Agustian, 2004, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ POWER
Sebuah Inner Journey Melalui Ihsan, Jakarta: Agra press.
Azizah Afni Rizky, 2015, “Problematika Pembelajaran System Full Day School
Siswa Kelas 1 SDIT Al-Irsyad Tegal”. Skripsi. Program Studi Ilmu
Pendidikan guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan, IAIN Walisongo: Semarang.
Azyumardi Azra, 2012, Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
Baharuddin, 2010, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Jogjakarta: Ar- Ruzz
Media.
Bobbi Departer, Mark Reardon & Sarah Singger Naurie, 2003, Quantum Teaching
(Mempraktekan Quantum teaching di ruang kelas-kelas), Bandung: Kaifa.

37
Danah Zohar, 2001, SQ Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berpikir
Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan, terj. Rahmani Astuti
dkk, Bandung: Mizan.
Desmita, 2007, Psikologi Perkembangan, Bandung: Remaja Rosdakarya.
H.M. Hafi Anshari, 1996, Kamus Psichologi, Surabaya: Usaha Nasional.
http://mkpd.Wordpress.(menakar kapitalisasi fullday school).com. tanggal unduh
22 Oktober 2017.
http://www. Sekolah Indonesia. Com/Alirsyad/smu/muqaddimah. Htm/, tanggal
unduh 10 Oktober 2017.
http://www.keratontulisan.blogspot.co.id, Iwan Kuswandi, dipublikasikan Sabtu:
14 Juli 2012, tanggal unduh 22 Oktober 2017.
http://www.vivanews.com, dipublikasikan tahun 2012, tanggal unduh 22 Oktober
2017.
https://kumparan.com>nurul-hidayati. Tanggal unduh 29 Oktober 2017
Ida Nurhayati Setiyarini, dkk, 2016, “Penerapan Sistem Pembelajaran “Fun &
Full Day School” Untuk Meningkatkan Religiusitas Peserta Didik Di Sdit
Al Islam Kudus”. Jurnal. Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Vol. 2,
No. 2, h. 231-244.
Imron Rossidy, 2009, Pendidikan Berparadigma Inklusif, Malang: UIN Malang
Press.
Ismail SM, 2011, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM,
Semarang: Rasail Media Group.
Iwan Kuswandi, 2012, Full Day School dan Pendidikan Terpadu. Diakses dari
http://iwankuswandi.wordpress.com/2012/07/09/full-day-school-
danpendidikan-terpadu/. Pada tanggal 23 Oktober 2017.
Jhon M Echols & Hassan Shadily, 2003, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta:
Gramedia.
Karel A. Steenbrink, 1974, Pesantren, Madrasah dan Sekolah, Jakarta: LP3ES.
Lisnawati Soapatty, 2014, “Pengaruh Sistem Sekolah Sehari Penuh (Full Day
School) Terhadap Prestasi Akademik Siswa Smp Jati Agung Sidoarjo”.
Jurnal. Kajian Moral dan Kewarganegaraan, Vol. 2, No. 2.

38
M. Hariwijaya, 2005, Tes EQ Tes Kecerdasan Emosional, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Marfi’ah Astuti, 2013, “Implementasi Program Fullday School Sebagai Usaha
Mendorong Perkembangan Sosial Peserta Didik Tk Unggulan Al-Ya’lu Kota
Malang”. Jurnal. Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan, Vol. 1, No. 2.
Marleny Leasa, 2017, “Full Day School Dalam Pembentukan Karakter Siswa
SMKN13 Kota Malang”. Jurnal. Ilmu Sosial dan Humaniora, Vol. 6, No. 1,
h. 73-81.
Moh yamin, 2012, Panduan Manjemen Mutu Kurikulum Pendidikan, Jogjakarta:
DIVA press.
Muhaimin, 2001, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Jakarta: Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, 2014, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Nor Hasan, 2006, “Pengaruh Manajemen Pembelajaran Full Day School Terhadap
Motivasi Belajar”. Jurnal, Tadris Vo. 1 No. 1, Universitas Islam Negeri
Yogyakarta.
Nor Hasan, 2006, Full day School (Model Alternatif Pembelajaran bahasa
Asing), Jurnal Pendidikan. Tadris. Vol 1. No.1, h. 116.
Nor Hasan, 2006, Full Day School Model Alternatif Pembelajaran Bahasa Asing.
Tadris Vol. 1No.1 2006. Diakses dari
www.tadris.stainpamekasan.ac.id/index.php/jtd/article/view/105/209.
halaman 114-115, pada tanggal 23 Oktober 2017.
Nur Hilalah, 2012, Faktor Pendukung dan Penghambat Full Day School. Diakses
dari http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2246211-faktor-faktor-
pendukung-dan-penghambat/. Pada tanggal 22 Oktober 2017.
Nurul Hilalah, 2009, Pelaksanaan Full Day School di SD Plus Nurul Hikmah
Pamekasan (Telaah Problematika Perkembangan Sosial Peserta Didik),
Tesis, Surabaya: IAIN Sunan Ampel.
Ragella Septiana, 2011, “Pengelolaan Pembelajaran Program Full Day School Di
Sd Budi Mulia Dua Yogyakarta”. Skripsi. Program Studi Manajemen

39
Pendidikan, Jurusan Administrasi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta.
Saefudin, 2011, Manajemen Pembelajaran Full Day School (di SMP Islam
Hidayatullah Semarang), Semarang: IAIN Walisongo.
Sismanto, “Awal Munculnya Sekolah Unggulan”, Artikel dipublikasikan pada
tanggal 21 Mei 2007
Sulandari Ningsih, 2016, “Hubungan Pelaksanaan Full Day School Dan Boarding
School Dengan Pembentukan Karakter Pada Siswa Kelas Xi Man 1
Surakarta Tahun 2016/2017”. Jurnal. Global Citizen, Vol. 2, No. 2.
Tri Oktaviani, 2017, “Efektivitas Full Day School Dalam Pembentukan Akhlak
Siswa Di Sd Integral Hidayatullah Salatiga”. Skripsi. Program Studi
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAIN
Salatiga.
W.J.S. Poerwadarminta, 1999, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka.
Zainal Arifin, 2012, Pengembangan Managemen Mutu Kurikulum Pendidikan
Islam, Yogyakarta: DIVA Press.

40

Anda mungkin juga menyukai