Pengamat pendidikan dari Universitas Negeri Padang (UNP), Sumatera Barat, Dr Erianjoni
banyak faktor yang perlu ditinjau untuk menerapkan suatu aturan pada sekolah. "Wacana sekolah
sehari penuh jika dipaksakan dapat memberikan dampak negatif," kata dia di Padang, Kamis
(11/8).
Menurut nya, sekolah sehari penuh apabila diterapkan akan menimbulkan peluang terjadinya
kekerasan, perpeloncoan, dan eksploitasi siswa oleh guru, karena guru dan siswa berada dalam
suasana lelah seharian di lingkungan sekolah.
Selain itu, siswa juga bisa mengalami stres dikarenakan tidak semua sekolah memiliki sarana dan
prasarana belajar yang bisa menyenangkan siswa.
"Sekolah di Indonesia masih banyak yang sempit dan tidak memiliki fasilitas taman belajar yang
memadai," tambahnya.
Makalah kursus bulanan ”Fullday school, dampak penerapannya serta perbandingan dengan konsep pendidikan daulah islam”
2
Pada dasarnya pendidikan tidak harus dilakukan di sekolah saja, di lingkugan keluarga dan
masyarakat juga bisa dijadikan sebagai media untuk mendidik karakter anak, sehingga tidak
perlu memaksakan pendidikan untuk dibebankan pada sekolah semuanya.
"Jadi yang harus ditingkatkan untuk membentuk karakter anak adalah kerjasama dan
pengawasan antara orang tua, masyarakat, maupun sekolah," ujar dia.
Ia menjelaskan, sistem 'boarding school' lebih baik diterapkan dari pada sekolah sehari penuh.
Boarding school adalah sekolah asrama, dimana siswa, guru, pengelola sekolah tinggal di asrama
yang berada dalam lingkungan sekolah dalam kurun waktu tertentu.
Boarding school adalah sistem yang tepat dipilih bagi orang tua yang sibuk dan tidak memiliki
waktu lebih untuk mendidik dan anaknya saat berada di lingkungan luar sekolah. Sementara itu,
pengamat sosial dari Universitas Andalas, Prof Damsar juga menilai pendidikan tidak harus
difokuskan pada sekolah saja, tetapi di dalam lingkungan dan masyarakat juga bisa dilakukan.
Ia mencontohkan bagi orang tua yang berprofesi sebagai pedagang maka ketika anak pulang
sekolah pasti akan singgah ke toko orang tuanya, pada waktu anak membantu orang tuanya
berdagang maka jiwa wirausaha anak akan bisa terlatih di toko tersebut.
Selain itu, masjid juga bisa dijadikan anak untuk tempat belajar agama pada waktu sore hari.
"Apabila sekolah sehari penuh diterapkan maka masjid untuk tempat belajar agama bagi anak
juga akan sepi," kata dia.
Fullday school melemahkan Madrasah diniyah menjauhkan siswa dari ajaran islam
Sebagaimana yang telah dijelaskan, bahwa tujuan diterapkan fullday school adalah
membentuk karakter siswa, dalam hal ini karakter kepribadian siswa baik dalam penanaman
akhlak, Tauhid, maupun karakter berbangsa dan bernegara yang dimiliki siswa yang bisa
diterapkan di masyarakat dan keluarga.
Oleh karenanya Madrasah diniyah atau Majelis Ta’lim yang dibangun oleh ulama-ulama
setempat yang bertujuan membentuk karakter siswa, menanamkan akhlak terpuji kepada siswa,
menguatkan Tauhid kepada siswa, dan sebagainya yang sifatnya membentuk keagamaan siswa
akan terlewatkan dengan sistem fullday school tadi. Yang biasanya siswa pulang sekolah pukul
13.00 lalu istirahat (tidur siang), setelah ashar siswa melanjutkan pembelajaranya ke madrasah
diniyah, mengkaji Al Qur’an,Hadits,Praktek fiqih dan sebagainya, dengan begitu siswa lebih
fokus karena dalam keadaan vit setelah istirahat, sehingga di waktu malam siswa masih bisa
Makalah kursus bulanan ”Fullday school, dampak penerapannya serta perbandingan dengan konsep pendidikan daulah islam”
3
mengerjakan tugas sekolah. Namun semua itu terlewatkan begitu saja ketika siswa pulang dari
sekolah sudah sangat petang, kalaupun harus hadir madrasah diniyah di malam hari atau setelah
Magrib, siswa berbarengan dengan tugas tugas sekolah yang juga bisa jadi sedikit membebani
siswa, dan yang tak kalah urgent, jika siswa tidur terlalu malam keeseokan harinya harus
berangkat sekolah pukul 06.00, dikhawatirkan terlalu lelah. Maka sistem pendidikan fullday
school ini siswa tak memiliki kesempatan untuk memperdalam islam, mengkaji Al-Qur’an,
memperdalam hadits, mengamalkan fiqih dan sebagainya. Sehingga siswa jauh dari ulama, dan
ajaran islam. Sebagaimana sabda Rasul 14 Abad yang lalu terbukti pada saat ini,
Pada suatu ketika Nabi saw memprediksi tentang umatnya, dalam sebuah hadits di sebutkan :
1. Dasar Agamis, maksudnya bahwa metode yang digunakan dalam pendidikan Islam haruslah
berdasarkan pada Agama. Sementara Agama Islam merujuk pada Al Qur’an dan Hadits. Untuk
itu, dalam pelaksanannya berbagai metode yang digunakan oleh pendidik hendaknya disesuaikan
dengan kebutuhan yang muncul secara efektif dan efesien yang dilandasi nilai-nilai Al Qur’an
dan Hadits.
3. Dasar Psikologis. Perkembangan dan kondisi psikologis peserta didik akan memberikan
pengaruh yang sangat besar terhadap penerimaan nilai pendidikan dan pengetahuan yang
dilaksanakan, dalam kondisi yang labil pemberian ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai akan
berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh Karenanya Metode pendidikan Islam baru
dapat diterapkan secara efektif bila didasarkan pada perkembangan dan kondisi psikologis
peserta didiknya. Untuk itu seorang pendidik dituntut untuk mengembangkan potensi psikologis
yang tumbuh pada peserta didik. Sebab dalam konsep Islam akal termasuk dalam tataran rohani.
4. Dasar sosiologis. Saat pembelanjaran berlangsung ada interaksi antara guru dengan peserta
didik dan ada interaksi antara pendidik dengan peserta didik lain, atas dasar hal ini maka
pengguna metode dalam pendidikan Islam harus memperhatikan landasan atau dasar ini. Jangan
sampai terjadi ada metode yang digunakan tapi tidak sesuai dengan kondisi sosiologis peserta
didik, jika hal ini terjadi bukan mustahil tujuan pendidikan akan sulit untuk dicapai.
Makalah kursus bulanan ”Fullday school, dampak penerapannya serta perbandingan dengan konsep pendidikan daulah islam”
4
Keempat dasar di atas merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan harus
diperhatikan oleh para pengguna metode pendidikan Islam agar dalam mencapai tujuan tidak
mengunakan metode yang tidak tepat dan tidak cocok kondisi agamis, kondisi biologis, kondisi
psikologis, dan kondisi sosiologis peserta didik. Berangkat dari hal itu, sebagaimana pada masa
kekhilafahan Bani Abbasiyah, pendidikan mengalami perkembangan yang sangat pesat, ketika
Khalifah Harun Arrasyid menjabat, sistem pendidikan memiliki beberapa tujuan, yakni :
1. Tujuan keagamaan dan akhlak, dimana siswa di fokuskan kepada pendalaman agama
terlebih dahulu, siswa diajar menghafal Al Qur’an, mengamalkan hadits, memperdalam
tafsir serta dituntut untuk berakhlak mulia di sekolah, keluarga maupun lingkunga
masyarakat.
2. Tujuan kemasyarakatan, yaitu para siswa belajar menuntut ilmu agar bisa mengubah dan
memperbaiki masyarakat menjadi masyarakat yang maju dan makmur akan ilmu
pengetahuan.
3. Cinta akan ilmu pengetahuan serta senang dan lezat mencapai ilmu itu, sehingga tertanam
kepada siswa akan kewajiban menuntut ilmu.
Adapun materi yang diajarkan pada masa kekhilafahan Abbasiyah diantaranya adalah
menempatkan Al-Qur’an sebagai dasar pendidikan yang berperan sebagai landasan utama ilmu
pengetahuan, dan hadits sebagai barometer pendidikan, sehingga pada masa ini berkembang ilmu
pengetahuan seperti ilmu qiraat, ilmu kalam, sastra, pengetahuan alam, sosial dan lain
sebagainya, dengan demikian lahirlah ilmuan berkelas yang disebut dengan mujtahid mutlak atau
imam mazhab terkenal pada masa ini. Yang tak kalah penting dalam bidang umum pun
berkembang berbagai kajian dalam bidang filsafat, logika metafsika, matematika, geometri,
aljabar, astronomi, kedokteran, musik, kimia, sejarah dan sastra, alhasil melahirkan para ahli
dibidangnya seperti Alkhawarizmi, ibnu khaldun, Ibnu Rusydi dan sebagainya.
Adapun metode pembelajaran dan lembaga pendidikan pada masa kekhilafahan adalah
dengan metode membaca, menulis, menghitung, menghafal, takhrij dan diskusi, dan lembaga
pendidikan yang diterapkan antara lain pendidikan dasar, seperti madrasah dimana
menggembleng siswa untuk memperdalam ilmu agama terlebih dahulu sampai benar-benar
matang dan meguasai, setelah itu fase berikutnya tingkat pendalaman para siswa dengan
memperdalam bidang umum baik di lingkungan madrasah ataupun di luar daerah.
Demikiam gambaran pendidikan pada kekhilafahan, dalam hal ini dikutip pada masa
kekhilafahan Bani Abbasiyah, tentu dengan berbagai metode,sistem pembelajaran serta
pendalaman materi yang diajarkan akan lebih efektif dan efisien jika dibanding dengan sistem
pendidikan saat ini yang terutama dengan metode fullday school. Oleh karenanya, dalam ranah
pendidikan daulah islam adalah solusi yang terbaik yang membentuk karakter siswa, baik
karakter beragama, bermasyarakat serta bekrluarga.
Wallahu alam
Daftar Pustaka :
Richard I. Arends, Learning To Teacch, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2008). Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta,PT Rajagrafi ndo Persada,
2010). John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta PT Gramedia 2003).
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. 2011. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Makalah kursus bulanan ”Fullday school, dampak penerapannya serta perbandingan dengan konsep pendidikan daulah islam”
5