Anda di halaman 1dari 5

KONSEP PENDIDIKAN FULL DAY SCHOOL, DAMPAK

PENERAPANNYA SERTA PERBANDINGAN DENGAN KONSEP


PENDIDIKAN DAULAH ISLAM

Penyusun : Dicky Kaharudin


 Pengertian Fullday school
Full day school, berasal dari bahasa Inggris, berarti sekolah sepanjang waktu namun
pengertian Full day school menurut istilah adalah sebuah sekolah yang memberakukan jam
belajar sehari penuh antara jam 07.00-15.30/ 16.00.
Full day school, adalah program sekolah di mana proses pembelajaran dilaksanakan sehari penuh
di sekolah. Dengan kebijakan seperti ini maka waktu dan kesibukan anak-anak lebih banyak
dihabiskan di lingkungan sekolah dari pada di rumah. Anak-anak dapat berada di rumah lagi
setelah petang.
Full day school merupakan model sekolah umum yang memadukan sistem pengajaran
karakter secara intensif yaitu dengan memberi tambahan waktu khusus untuk pendalaman
karakter siswa. Dengan jam tambahan dilaksanakan pada jam setelah sholat dhuhur sampai
sholat ashar, praktis nya sekolah model ini masuk pukul 07:00 WIB dan pulang pada pukul 15 :
30.
Berangkat dari pengertian tersebut, disimpulkan bahwa full day school adalah Sekolah
umum yang memadukan sistem pengajaran secara intensif dengan menambahi waktu khusus
untuk membentuk karakter siswa.
Full day school sebenarnya memiliki kurikulum inti yang sama dengan sekolah
umumnya, namun mempunyai kurikulum lokal. Dengan demikian kondisi anak didik lebih
matang dari segi materi akademik dan non akademik. Secara umum, full day school didirikan
karena beberapa tuntutan, diantaranya adalah: Pertama, minimnya waktu orang tua di rumah,
lebih-lebih karena kesibukan di luar rumah yang tinggi (tuntutan kerja). Kedua, perlunya
formalisasi jam tambahan pembentukan karakter siswa karena dengan minimnya waktu orang
tua di rumah maka secara otomatis pengawasan terhadap hal tersebut juga minim. Ketiga,
perlunya peningkatan mutu pendidikan sebagai solusi alternatif untuk mengatasi problematika
pendidikan. Peningkatan mutu tidak akan tercapai tanpa terciptanya suasana dan proses
pendidikan yang representative dan professional.
Gambaran mengenai program full day school adalah :
Aspek kelembagaan, kepemimpinan dan manajemen, mengacu kepada konsep yang
dikembangkan sekolah program full day school yang mengedepankan pembentukan karakter
siswa dan prestasi akademik. Kepemimpinan sekolah dipacu dengan peningkatan kualitas
kepribadian, peningkatan kemampuan manajerial dan
pengetahuan konsep-konsep pendidikan kontemporer yang didukung dengan kegiatan short-
course, orientasi program, dan studi banding, dimana program-program ini dilaksanakan secara
simultan dan kontinu.
Kualitas sumber daya full day school dipilih dari guru-guru bidang studi yang
professional, berkualitas dan mempunyai integritas yang tinggi. Peningkatan kualitas tenaga
kependidikan seperti tenaga kependidikan seperti tenaga ahli perpustakaan, laborat dan
administrasi juga merupakan fokus garapan dalam peningkatan kualitas sekolah program full day
school. Program-program yang dikembangkan juga beragam dengan melibatkan komite sekolah,
pengawas, pendidikan, pengurus musyawarah guru mata pelajaran.
Pemanfaatan sarana prasarana pembelajaran dengan menggunakan Multimedia. Peningkatan
mutu sarana dan prasarana pendidikan untuk peralatan dan ruang laboratorium yaitu lab fisika,
biologi, bahasa, lab. komputer, matematika, IPS dan lainnya yang dapat menunjang pelaksanaan
pembelajaran di sekolah tersebut.
Kurikulum sekolah program full day school juga digarap sedemikian rupa untuk memacu
keunggulan dalam aspek sains, keagamaan, bahasa berbasis informasi teknologi (IT), M uatan
lokal, keterampilan-keterampilan Vocational, dan ekstra kurikuler dan pengembangan diri.
Program Full day dilaksanakan melalui pendekatan Integrated Curriculum dan Integrated
Activity. Sedangkan pengembangan full day school diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
perkembangan anak. Pengembangan program ini dapat di lakukan melalui pengembangan
kurikulum dan pengelolaan KBM oleh guru dan pengelola yayasan/ lembaga yang bersangkutan.
Makalah kursus bulanan ”Fullday school, dampak penerapannya serta perbandingan dengan konsep pendidikan daulah islam”
1
Pengembangan kurikulum harus dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum. Dari pengembangan kurikulum ini diharapkan adanya perbaikan
pengelolaan proses KBM yang akan menunjang efektifitas pembelajaran. Pembelajaran yang
efektif sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak akan membantu anak mengoptimalkan
bakat, minat, dan potensi positifnya.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan,
Presiden Joko Widodo telah berpesan bahwa kondisi ideal pendidikan di Indonesia adalah ketika
dua aspek pendidikan bagi siswa terpenuhi.
Adapun dua aspek pendidikan itu ialah pendidikan karakter dan pengetahuan umum.
Pada jenjang sekolah dasar (SD), siswa mendapatkan pendidikan karakter sebanyak 80 persen
dan pengetahuan umum sebanyak 20 persen.
Sementara itu, pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP), pendidikan karakter bagi siswa
terpenuhi sebanyak 60 persen dan pengetahuan umum sebanyak 40 persen.
"Merujuk arahan Presiden Joko Widodo, kami akan memastikan bahwa memperkuat pendidikan
karakter peserta didik menjadi rujukan dalam menentukan sistem belajar mengajar di sekolah,"
kata Muhadjir, dalam keterangan tertulis, Selasa (9/8/2016).
Kemudian, guna memenuhi pendidikan karakter di sekolah itu, Kemendikbud akan mengkaji
penerapan sistem belajar mengajar dengan full day school.
Namun, full day school ini bukan berarti para siswa belajar selama sehari penuh di sekolah.
Program ini memastikan siswa dapat mengikuti kegiatan-kegiatan penanaman pendidikan
karakter, misalnya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.
Muhadjir mengatakan, lingkungan sekolah harus memiliki suasana yang menyenangkan.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran formal sampai dengan setengah
hari, selanjutnya dapat diisi dengan kegiatan Intrakulikuler,kokuler dan ekstrakurikuler.
"Usai belajar setengah hari, hendaknya para peserta didik (siswa) tidak langsung pulang ke
rumah, tetapi dapat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang menyenangkan dan membentuk
karakter, kepribadian, serta mengembangkan potensi mereka," kata Muhadjir.
Dengan demikian, kata Muhadjir, para siswa dapat terhindar dari pengaruh-pengaruh negatif dan
kegiatan kontraproduktif, seperti penyalahgunaan narkoba, tawuran, dan sebagainya.
Ia mengatakan, saat ini sistem belajar tersebut masih dalam pengkajian lebih mendalam,
termasuk perihal kondisi sosial dan geografis mana saja yang memungkinkan sistem belajar
tersebut diterapkan.
"Misalnya di daerah mana saja yang orangtuanya sibuk sehingga tidak punya banyak waktu di
rumah," kata dia.
Selain itu, Kemendikbud juga akan mengkaji masukan-masukan dari masyarakat.
Ia mengatakan, penerapan full day school juga dapat membantu orangtua dalam membimbing
anak tanpa mengurangi hak anak.
Setelah bekerja, para orangtua dapat menjemput buah hati mereka di sekolah.
Dengan sistem ini juga, orangtua tidak khawatir atas keamanan anak-anaknya karena mereka
tetap berada di bawah bimbingan guru selama orangtuanya berada di tempat kerja.
"Peran orangtua juga tetap penting, di hari Sabtu dapat menjadi waktu keluarga, dengan begitu,
komunikasi antara orangtua dan anak tetap terjaga dan ikatan emosional juga tetap terjaga," kata
Muhadjir. (Kompas.com/Fachri Fachrudin)

 Dampak-dampak diterapkannya Fullday school

Pengamat pendidikan dari Universitas Negeri Padang (UNP), Sumatera Barat, Dr Erianjoni
banyak faktor yang perlu ditinjau untuk menerapkan suatu aturan pada sekolah. "Wacana sekolah
sehari penuh jika dipaksakan dapat memberikan dampak negatif," kata dia di Padang, Kamis
(11/8).

Menurut nya, sekolah sehari penuh apabila diterapkan akan menimbulkan peluang terjadinya
kekerasan, perpeloncoan, dan eksploitasi siswa oleh guru, karena guru dan siswa berada dalam
suasana lelah seharian di lingkungan sekolah.

Selain itu, siswa juga bisa mengalami stres dikarenakan tidak semua sekolah memiliki sarana dan
prasarana belajar yang bisa menyenangkan siswa.

"Sekolah di Indonesia masih banyak yang sempit dan tidak memiliki fasilitas taman belajar yang
memadai," tambahnya.

Makalah kursus bulanan ”Fullday school, dampak penerapannya serta perbandingan dengan konsep pendidikan daulah islam”
2
Pada dasarnya pendidikan tidak harus dilakukan di sekolah saja, di lingkugan keluarga dan
masyarakat juga bisa dijadikan sebagai media untuk mendidik karakter anak, sehingga tidak
perlu memaksakan pendidikan untuk dibebankan pada sekolah semuanya.

"Jadi yang harus ditingkatkan untuk membentuk karakter anak adalah kerjasama dan
pengawasan antara orang tua, masyarakat, maupun sekolah," ujar dia.

Ia menjelaskan, sistem 'boarding school' lebih baik diterapkan dari pada sekolah sehari penuh.
Boarding school adalah sekolah asrama, dimana siswa, guru, pengelola sekolah tinggal di asrama
yang berada dalam lingkungan sekolah dalam kurun waktu tertentu.

Boarding school adalah sistem yang tepat dipilih bagi orang tua yang sibuk dan tidak memiliki
waktu lebih untuk mendidik dan anaknya saat berada di lingkungan luar sekolah. Sementara itu,
pengamat sosial dari Universitas Andalas, Prof Damsar juga menilai pendidikan tidak harus
difokuskan pada sekolah saja, tetapi di dalam lingkungan dan masyarakat juga bisa dilakukan.

Ia mencontohkan bagi orang tua yang berprofesi sebagai pedagang maka ketika anak pulang
sekolah pasti akan singgah ke toko orang tuanya, pada waktu anak membantu orang tuanya
berdagang maka jiwa wirausaha anak akan bisa terlatih di toko tersebut.

Selain itu, masjid juga bisa dijadikan anak untuk tempat belajar agama pada waktu sore hari.

"Apabila sekolah sehari penuh diterapkan maka masjid untuk tempat belajar agama bagi anak
juga akan sepi," kata dia.

 Fullday school melemahkan Madrasah diniyah menjauhkan siswa dari ajaran islam

Sebagaimana yang telah dijelaskan, bahwa tujuan diterapkan fullday school adalah
membentuk karakter siswa, dalam hal ini karakter kepribadian siswa baik dalam penanaman
akhlak, Tauhid, maupun karakter berbangsa dan bernegara yang dimiliki siswa yang bisa
diterapkan di masyarakat dan keluarga.

Adapun konsep penerapannya yang sudah terlaksana di berbagai sekolah khususnya di


Kota kota besar yang sesuai dengan kurikulum 2013, yaitu satu jam pelajaran terdiri dari 40
menit, sementara bobot per mata pelajaran terdiri dari dua jam pelajaran dalam satu kali tatap
muka, artinya satu mata pelajaran per tatap muka di kelas, siswa belajar dalam waktu 80 menit.
Jadi jika di kalikan dengan empat mata atau lima mata pelajaran satu hari siswa belajar formal
efektif adalah 320 menit atau kurang lebih lima sampai enam jam siswa belajar formal di kelas,
adapun konsep kurikulum 2013 adalah Pembelajaran Asik, Kreatif dan Menyenangkan
(PAKEM) dimana siswa sebagai objek utama dikelas sementara guru sebagai fasilitator saja,
setelah siswa belajar formal selama lima sampai enam jam di kelas, selepas istirahat sampai
maksimal setelah zuhur atau pukul 13.00 sampai 13.30, siswa kembali mendapatkan materi ciri
khas full day school yaitu : Intrakulikuler, Kokurikuler dan ekstrakurikuler.

Intrakulikuler adalah kegiatan dilaksanakan untuk pemenuhan kurikulum sesuai dengan


peraturan undang kemenpen. Kokulikuler adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk penguatan
atau pendalaman materi dasar atau indikator pada mata pelajaran/bidang sesuai kurikulum atau
biasanya disebut les tambahan atau bimbingan belajar. Dan ekstrakulikuler adalah kegiatan
dibawah bimbingan sekolah untuk mengembangkan potensi bakat, minat, kemampuan,
kepribadian, kerjasama, kemandirian siswa secara optimal untuk mendukung pencapaian tujuan
pendidikan. Setelah mendapat tiga kegiatan diatas, siswa selesai pembelajaran kurang lebih
pukul 15.00 sampai 15.30 untuk tingkat SD dan pukul 16.00 untuk tingkat SMP/SMA. Sehingga
sampai di rumah siswa sudah lelah dan istirahat sampai menjelang magrib, bahkan diwaktu
malam siswa harus mengerjakan tugas atau PR.

Oleh karenanya Madrasah diniyah atau Majelis Ta’lim yang dibangun oleh ulama-ulama
setempat yang bertujuan membentuk karakter siswa, menanamkan akhlak terpuji kepada siswa,
menguatkan Tauhid kepada siswa, dan sebagainya yang sifatnya membentuk keagamaan siswa
akan terlewatkan dengan sistem fullday school tadi. Yang biasanya siswa pulang sekolah pukul
13.00 lalu istirahat (tidur siang), setelah ashar siswa melanjutkan pembelajaranya ke madrasah
diniyah, mengkaji Al Qur’an,Hadits,Praktek fiqih dan sebagainya, dengan begitu siswa lebih
fokus karena dalam keadaan vit setelah istirahat, sehingga di waktu malam siswa masih bisa
Makalah kursus bulanan ”Fullday school, dampak penerapannya serta perbandingan dengan konsep pendidikan daulah islam”
3
mengerjakan tugas sekolah. Namun semua itu terlewatkan begitu saja ketika siswa pulang dari
sekolah sudah sangat petang, kalaupun harus hadir madrasah diniyah di malam hari atau setelah
Magrib, siswa berbarengan dengan tugas tugas sekolah yang juga bisa jadi sedikit membebani
siswa, dan yang tak kalah urgent, jika siswa tidur terlalu malam keeseokan harinya harus
berangkat sekolah pukul 06.00, dikhawatirkan terlalu lelah. Maka sistem pendidikan fullday
school ini siswa tak memiliki kesempatan untuk memperdalam islam, mengkaji Al-Qur’an,
memperdalam hadits, mengamalkan fiqih dan sebagainya. Sehingga siswa jauh dari ulama, dan
ajaran islam. Sebagaimana sabda Rasul 14 Abad yang lalu terbukti pada saat ini,

Pada suatu ketika Nabi saw memprediksi tentang umatnya, dalam sebuah hadits di sebutkan :

ٌ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َسيَأْتِى َز َم‬


ُ‫ان َع َلى أ ُ َّمتِى يَفِرُّ وْ نَ ِمهَ ْال ُعلَ َما ِء َو ْالفُقَهَا ِء فَ َي ْبتَ ِل ْي ِه ُم هللا‬ َ ‫قَا َل الىَّبِ ُّى‬
،‫ َوالثَّاوِيَةُ يُ َسلِّطُ هللاُ تَ َعالَى َعلَ ْي ِه ْم س ُْلََاواا ََالِ اما‬،‫ أُوْ ََلهَا يَرْ فَ ُع هللاُ ْالبَ َر َكةَ ِم ْه َك ْسبِ ِه ْم‬: ‫ت‬ ٍ ‫ث بَلِيَّا‬ِ ‫بِثَ ََل‬
ٍ ‫َوالثَّالِثَةُ يَ ْخ ُرجُىْ نَ ِمهَ ال ُّد ْويَا بِ َغي ِْر إِ ْي َم‬
‫ان‬
Nabi saw bersabda : Akan datang suatu zaman menimpa umatku, mereka lari dari ulama dan
fuqaha, maka Allah akan menurunkan tiga macaam bencana kepada mereka . Pertama, Allah
akan mencabut keberkahan dari usahanya, kedua Allah ta'ala menguasakan dengan penguasa
yang dzalim kepada mereka, ketiga mereka meninggal dunia tanpa membawa iman. (Syarah
Nashaihul Ibad, Syekh Nawawi Al-Bantani, halaman 20)

 Konsep pendidikan pada masa daulah islam

Dalam penerapannya, metode pendidikan Islam menyangkut permasalahan individual


atau sosial peserta didik dan pendidik itu sendiri. Untuk itu dalam menggunakan metode seorang
pendidik harus memperhatikan dasar-dasar umum metode pendidikan Islam. Sebab metode
pendidikan merupakan sarana atau jalan menuju tujuan pendidikan, sehingga segala jalan yang
ditempuh oleh seorang pendidik haruslah mengacu pada dasar-dasar metode pendidikan tersebut.
Dasar metode pendidikan Islam itu diantaranya adalah dasar agamis, biologis, psikologis, dan
sosiologis.

1. Dasar Agamis, maksudnya bahwa metode yang digunakan dalam pendidikan Islam haruslah
berdasarkan pada Agama. Sementara Agama Islam merujuk pada Al Qur’an dan Hadits. Untuk
itu, dalam pelaksanannya berbagai metode yang digunakan oleh pendidik hendaknya disesuaikan
dengan kebutuhan yang muncul secara efektif dan efesien yang dilandasi nilai-nilai Al Qur’an
dan Hadits.

2. Dasar Biologis, Perkembangan biologis manusia mempunyai pengaruh dalam perkembangan


intelektualnya. Semakin dinamis perkembangan biologis seseorang, maka dengan sendirinya
makin meningkat pula daya intelektualnya. Untuk itu dalam menggunakan metode pendidikan
Islam seorang guru harus memperhatikan perkembangan biologis peserta didik.

3. Dasar Psikologis. Perkembangan dan kondisi psikologis peserta didik akan memberikan
pengaruh yang sangat besar terhadap penerimaan nilai pendidikan dan pengetahuan yang
dilaksanakan, dalam kondisi yang labil pemberian ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai akan
berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh Karenanya Metode pendidikan Islam baru
dapat diterapkan secara efektif bila didasarkan pada perkembangan dan kondisi psikologis
peserta didiknya. Untuk itu seorang pendidik dituntut untuk mengembangkan potensi psikologis
yang tumbuh pada peserta didik. Sebab dalam konsep Islam akal termasuk dalam tataran rohani.

4. Dasar sosiologis. Saat pembelanjaran berlangsung ada interaksi antara guru dengan peserta
didik dan ada interaksi antara pendidik dengan peserta didik lain, atas dasar hal ini maka
pengguna metode dalam pendidikan Islam harus memperhatikan landasan atau dasar ini. Jangan
sampai terjadi ada metode yang digunakan tapi tidak sesuai dengan kondisi sosiologis peserta
didik, jika hal ini terjadi bukan mustahil tujuan pendidikan akan sulit untuk dicapai.

Makalah kursus bulanan ”Fullday school, dampak penerapannya serta perbandingan dengan konsep pendidikan daulah islam”
4
Keempat dasar di atas merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan harus
diperhatikan oleh para pengguna metode pendidikan Islam agar dalam mencapai tujuan tidak
mengunakan metode yang tidak tepat dan tidak cocok kondisi agamis, kondisi biologis, kondisi
psikologis, dan kondisi sosiologis peserta didik. Berangkat dari hal itu, sebagaimana pada masa
kekhilafahan Bani Abbasiyah, pendidikan mengalami perkembangan yang sangat pesat, ketika
Khalifah Harun Arrasyid menjabat, sistem pendidikan memiliki beberapa tujuan, yakni :

1. Tujuan keagamaan dan akhlak, dimana siswa di fokuskan kepada pendalaman agama
terlebih dahulu, siswa diajar menghafal Al Qur’an, mengamalkan hadits, memperdalam
tafsir serta dituntut untuk berakhlak mulia di sekolah, keluarga maupun lingkunga
masyarakat.

2. Tujuan kemasyarakatan, yaitu para siswa belajar menuntut ilmu agar bisa mengubah dan
memperbaiki masyarakat menjadi masyarakat yang maju dan makmur akan ilmu
pengetahuan.

3. Cinta akan ilmu pengetahuan serta senang dan lezat mencapai ilmu itu, sehingga tertanam
kepada siswa akan kewajiban menuntut ilmu.

Adapun materi yang diajarkan pada masa kekhilafahan Abbasiyah diantaranya adalah
menempatkan Al-Qur’an sebagai dasar pendidikan yang berperan sebagai landasan utama ilmu
pengetahuan, dan hadits sebagai barometer pendidikan, sehingga pada masa ini berkembang ilmu
pengetahuan seperti ilmu qiraat, ilmu kalam, sastra, pengetahuan alam, sosial dan lain
sebagainya, dengan demikian lahirlah ilmuan berkelas yang disebut dengan mujtahid mutlak atau
imam mazhab terkenal pada masa ini. Yang tak kalah penting dalam bidang umum pun
berkembang berbagai kajian dalam bidang filsafat, logika metafsika, matematika, geometri,
aljabar, astronomi, kedokteran, musik, kimia, sejarah dan sastra, alhasil melahirkan para ahli
dibidangnya seperti Alkhawarizmi, ibnu khaldun, Ibnu Rusydi dan sebagainya.

Adapun metode pembelajaran dan lembaga pendidikan pada masa kekhilafahan adalah
dengan metode membaca, menulis, menghitung, menghafal, takhrij dan diskusi, dan lembaga
pendidikan yang diterapkan antara lain pendidikan dasar, seperti madrasah dimana
menggembleng siswa untuk memperdalam ilmu agama terlebih dahulu sampai benar-benar
matang dan meguasai, setelah itu fase berikutnya tingkat pendalaman para siswa dengan
memperdalam bidang umum baik di lingkungan madrasah ataupun di luar daerah.

Demikiam gambaran pendidikan pada kekhilafahan, dalam hal ini dikutip pada masa
kekhilafahan Bani Abbasiyah, tentu dengan berbagai metode,sistem pembelajaran serta
pendalaman materi yang diajarkan akan lebih efektif dan efisien jika dibanding dengan sistem
pendidikan saat ini yang terutama dengan metode fullday school. Oleh karenanya, dalam ranah
pendidikan daulah islam adalah solusi yang terbaik yang membentuk karakter siswa, baik
karakter beragama, bermasyarakat serta bekrluarga.

Wallahu alam

Daftar Pustaka :

Richard I. Arends, Learning To Teacch, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2008). Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta,PT Rajagrafi ndo Persada,
2010). John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta PT Gramedia 2003).

Taqiyuddin. Sejarah Pendidikan Islam. 2008. Bandung: Mulia Press.

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. 2011. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kompas.com (dikutip pada 05 Agustus 2017, pukul 00:30 wib)

Makalah kursus bulanan ”Fullday school, dampak penerapannya serta perbandingan dengan konsep pendidikan daulah islam”
5

Anda mungkin juga menyukai