Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL PENELITIAN

JUDUL:

Evaluasi Kesiapan Satuan Pendidikan Dalam Melaksanakan Full Day School

Disusulkan oleh:

Muhammad Alieffahry [E031191014]

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2020

1
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................ 3

PENDAHULUAN......................................................................................................... 3

A. Latar Belakang ................................................................................................. 3

B. Rumusan Masalah............................................................................................ 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................................... 7

BAB II ........................................................................................................................... 8

TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................ 8

A. Pengertian Konsep yang Digunakan .................................................................. 8

B. Penelitian Terdahulu ......................................................................................... 10

C. Kerangka Konseptual ........................................................................................ 11

BAB III........................................................................................................................ 12

METODE PENELITIAN ............................................................................................ 12

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................ 12

B. Dasar Penelitian ............................................................................................. 12

C. Teknik Penentuan Informan ......................................................................... 12

D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 14

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persoalan karakter memang menjadi persoalan bangsa hari ini, tidak hanya
yang berpendidikan, bahkan yang memiliki pendidikan tinggi dan para pejabat pun
tidak lagi memiliki karakter yang seharusnya menjadi teladan. Karakter pada anak
dimulai dari kenakalan remaja yang melanggar norma, aturan, atau hukum dalam
masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa anak-anak ke dewasa.
Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.
Mengingat begitu pentingnya suatu karakter, maka lembaga Pendidikan memiliki
tanggung jawab untuk menanamkan melalui proses pembelajaran.
Perihal membentuk karakter anak bangsa ini, pemerintah melakukan revolusi
karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional
dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan, yang menempatkan
secara proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah pembentukan
bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air, semangat bela negara dan budi
pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.
Kurikulum 2013 (K-13) hadir dalam upaya pembentukan karakter,
mengedepankan perlunya membangun karakter bangsa dan juga membimbing siswa
agar bersifat positif terhadap segala hal untuk kebaikan masa depan mereka sendiri.
Pendidikan karakter diharapkan agar diterapkan oleh semua satuan pendidikan secara
terintegrasi dalam pembelajaran di kelas dan kultur sekolah. Senada dengan itu,
Koesoema (2010: 116) menegaskan bahwa pendidikan karakter bisa menjadi salah
satu sarana pembudayaan dan pemanusiaan. Peran pendidikan karakter bukan saja
bersifat integratif, dalam arti mengukuhkan moral intelektual subjek didik, melainkan
juga bersifat kuratif, baik secara personal maupun sosial, yakni bisa menjadi salah
satu sarana penyembuh penyakit social.

3
Penerapan kurikulum 2013 diharapkan mampu menghasilkan insan Indonesia
yang produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui penguatan sikap, keterampilan dan
pengetahuan yang terintegrasi. Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Kemdikbud, Hamid Muhammad pada saat menyampaikan sambutan pada kegiatan
Bimbingan Teknis (Bimtek) Tim Pengembang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar
Tingkat Provinsi tanggal 14 Maret 2017 di Hotel Allium Tangerang mengatakan
bahwa ada 3 (tiga) hal penting yang menjadi agenda atau fokus dalam implementasi
K-13, yaitu; (1) penguatan pendidikan karakter, (2) penguatan literasi, dan (3)
pembelajaran abad 21 (Kompasiana, 2017). Oleh Karena itu karakter merupakan
fondasi dalam implementasi K-13 sehingga perlu benar-benar diinternalisasikan
dalam pembelajaran, dan tentunya guru adalah sosok kunci yang diharapkan menjadi
ujung tombak dalam implementasinya.
Prinsip dasar implementasi kurikulum terletak pada kemampuan guru,
dukungan semua pihak, dan sarana dan prasarana yang disiapkan sekolah dalam
menjalan kurikulum tersebut. Guru merupakan salah faktor penentu keberhasilan
kurikulum, sebab peranan yang dimiliki guru terletak pada proses pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan. Hal yang paling diharapkan guru ketika melaksanakan
proses pembelajaran adalah hasil dari pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan
harapan. Guna untuk mencapai hasil yang diharapkan pada pelaksanaan pembelajaran
tentunya tidak terlepas dari standar kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru.
Pembelajaran yang efektif mencerminkan keberhasilan kurikulum bukan
hanya terletak pada kualifikasi akademik yang dimiliki oleh guru, namun dalam hal
ini juga membutuhkan dukungan berbagai pihak. Dukungan berbagai pihak yang
dimaksud disini adalah dukungan warga internal dan eksternal sekolah yang berada
dilingkungan satuan pendidikan tersebut. Namun, pada kenyataannya di Indonesia
dalam penyelenggaraan pendidikan masih terlihat belum maksimalnya dukungan
yang diberikan oleh lingkungan warga sekolah belum maksimal. Implementasi
kurikulum 2013 di Kabupaten Enrekang masih belum dilaksanakan secara merata di

4
semua sekolah. Ketidakmerataan pelaksanaan kurikulum 2013 ini mengakibatkan
kurang terlaksananya secara efisien.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada sekolah yang menerapkan
kurikulum 2013 di Kabupaten Enrekang didapatkan informasi bahwa masih banyak
kepala sekolah dan guru yang kurang memahami konsep dari kurikulum 2013, belum
lagi munculnya adanya peraturan Menteri (Permen) Nomor 23 Tahun 2017 tentang
Hari Sekolah yang mengatur sekolah 8 jam sehari selama 5 hari alias full day school
pada 12 Juni 2017. Kebijakan ini berlaku mulai tahun ajaran baru yang jatuh pada Juli
2017. Namun bagi sekolah yang belum memiliki sumber daya dan sarana transportasi
yang memadai, maka kebijakan ini dilakukan secara bertahap. Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy mengemukakan bahwa full day school
merupakan alternative dalam upaya membangun karakter anak didik menjadi lebih
matang, semakin senang belajar, dan meningkatkan rasa nasionalisme serta
spiritualisme. Dengan full day school, otomatis waktu ketika anak berada di sekolah
menjadi lebih banyak dan sebaliknya, anak-anak banyak kehilangan waktu dirumah.
Menyita waktu anak bermain, yang biasanya dilakukan di rumah atau dilingkungan
rumah bersama keluarga atau teman-teman sebayanya. Padahal masa kecil adalah
masa yang paling baik dan mudah untuk mengasah kemampuan anak dalam belajar
terlebih bersama orang tuanya.
Sehubungan dengan dilaksanakannya full day school pada tingkat SD.
Tentunya muncul kesulitan-kesulitan dalam menerapkan full day school di antaranya:
(1) corak kurikulum yang dikembangkan, (2) orientasi pendidikan dalam kaitannya
pada upaya pencapaian kualitas pendidikan dengan penerapan penambahan jam
belajar, (3) konsep pengembangan kurikulum terpadu, (4) model dan desain
kurikulum terpadu, (5) implementasi model kurikulum terpadu, (6) orientasi
penyelenggara pendidikan, dan (7) konsep manajemen Pendidikan. Berdasarkan
beberapa kesulitan-kesulitan tersebut, maka full day school tidak bisa langsung begitu
saja diterapkan, namun perlu dilakukan beberapa persiapan oleh masing-masing

5
satuan pendidikan. Kesiapan satuan pendidikan dalam menerapkan full day school
perlu dilakukan evaluasi kesiapan dalam pelaksanaannya.
Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat
dijadikan sebagai acuan pertimbangan untuk menentukan tujuan dari suatu program
yang ingin dicapai berupa dampak dari program tersebut sehingga membantu
membuat keputusan serta membantu dalam pertanggung jawaban keterlaksanaan
suatu program yang dijalankan tersebut. Titik tekan dari evaluasi adalah dalam
pengambilan keputusan informasi yang diberikan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan untuk pelaksanaan suatu program yang direncanakan. Maka dipandang
perlu untuk dilakukan evaluasi kesiapan dari satuan pendidikan dalam melaksanakan
full day school. Evaluasi kesiapan Implementasi kurikulum 2013 ditingkat SD dengan
menerapkan full day school saat ini sedang dilakukan bagi sekolah yang memiliki
sumber daya dan sarana transportasi yang memadai, salah satunya adalah di wilayah
Kabupaten Enrekang. Sekolah SD yang dijadikan tempat ujicoba dengan menerapkan
full day school didasarkan pada penunjukan langsung dari Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kabupaten Enrekang.
Penunjukan yang dilakukan tersebut berdasarkan pada kriteria sekolah
unggulan, sehingga hanya beberapa sekolah yang menerapkan full day school di
wilayah Kabupaten Enrekang. Guna untuk mengetahui kesiapan dari satuan
pendidikan di tingkat SD/MI di Kabupaten Enrekang dalam pelaksanaan kurikulum
2013 dengan full day school, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui hal
tersebut. Salah satu alternatif penelitian yang ditawarkan untuk menjawab dan
mengatasi pemasalahan tersebut adalah dengan melakukan penelitian “evaluasi
kesiapan satuan pendidikan dalam melaksanakan full day school di sekolah
dasar Kabupaten Enrekang”.

B. Rumusan Masalah
Terkait dengan pembatasan masalah tersebut, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:

6
1. Bagaimana dukungan dari warga sekolah terhadap masing-masing satuan
pendidikan sekolah dasar pada proses pelaksanaan full day school?
2. Bagaimana kesiapan kepala sekolah dimasing-masing satuan pendidikan sekolah
dasar dalam rangka melaksanakan full day school?
3. Bagaimana kesiapan guru pada masing-masing satuan pendidikan sekolah dasar
dalam rangka mengimplementasikan full day school?
4. Bagaimana kesiapan satuan pendidikan sekolah dasar dalam melaksanakan full
day school dari aspek sarana dan prasarana dalam mendukung pelaksanaan
kegiatan pembelajaran.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengevaluasi kesiapan satuan pendidikan melaksanakan sistem full day school di
sekolah dasar yang meliputi:
1. Dukungan warga sekolah terhadap kurikulum 2013 yang baru di terapkan di
sekolah dasar dengan menerapkan full day school.
2. Kesiapan kepala sekolah dalam menghadapi kurikulum 2013 di sekolah dasar
dengan menerapkan full day school.
3. Kesiapan guru dalam menyiapkan perangkat pembelajaran, kegiatan pelaksanaan
pembelajaran, dan penilaian dengan full day school.
4. Kesiapan satuan pendidikan pada tingkat sekolah dasar yang ditinjau dari
kesiapan sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan full day school.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Konsep yang Digunakan


Full day school merupakan model sekolah umum yang memadukan sistem
pengajaran agama secara intensif yaitu dengan memberi tambahan waktu khusus
untuk pendalaman keagamaan dan ekstrakurikuler siswa. Biasanya jam tambahan
tersebut dialokasikan pada jam setelah sholat dhuhur sampai sholat ashar, sehingga
praktis sekolah model ini masuk pukul 07. 25 WIB dan pulang pada pukul 15. 00
WIB. Sedangkan pada sekolah-sekolah umum, anak biasanya sekolah sampai pukul
13. 00 WIB. Dalam penerapannya, full day school dilengkapi program rekreatif
dalam pembelajaran agar tidak timbul kebosanan bagi siswa. Selain itu, guru harus
menjadi contoh dan model perilaku sosial, emosional, serta spiritual yang baik bagi
anak karena anak menghabiskan banyak waktu di sekolah.
Muslihin (2013) menyatakan bahwa full day school jika ditinjau dari aspek
kelembagaan, kepemimpinan, dan manajemennya mengacu pada konsep yang
mengedepankan kemuliaan akhlak dan prestasi akademik. Kepemimpinan sekolah
diimbangi dengan peningkatan kualitas kepribadian kemampuan manajerial, dan
pengetahuan konsep pendidikan kontemporer yang didukung dengan kegiatan short-
course, orientasi program, dan studi banding yang dilaksanakan secara kontinyu.
Kualitas sumber daya manusia full day school dipilih dari guru-guru bidang studi
yang profesional serta mempunyai integritas yang tinggi. Peningkatan kualitas tenaga
pendidikan seperti tenaga ahli, perpustakaan, laboratorium, dan administrasi juga
menjadi prioritas dalam full day school. Komite sekolah, pengawas pendidikan,
pengurus sekolah, guru juga dilibatkan dalam musyawarah pengembangan program.
Pemanfaatan sarana prasarana pembelajaran menggunakan multimedia. Selain itu
juga terdapat berbagai peralatan dan ruang untuk menunjang pelaksanaan

8
pembelajaran seperti laboratorium, dan ruang computer. Maka sebagai konsekuensi
perlu adanya pengelolaan yang baik, khususnya dalam pembelajaran yang
berhubungan dengan waktu belajar yang efektif, pengajaran terstruktur dan
kesempatan untuk belajar.
Baharudin (2010: 224) menyatakan bahwa sekolah yang bersistem full day
school tidak hanya berbasis sekolah formal, namun juga informal. Sistem pengajaran
yang diterapkan sangat menyenangkan (tidak kaku dan monoton). Guru dituntut
untuk kreatif dan inovatif sedangkan siswa diberi keleluasaan untuk memilih tempat
belajar. Full day school identik dengan permainan, tujuannya agar proses belajar
mengajar penuh dengan suasana kegembiraan. Sekolah yang menerapkan full day
school dapat menciptakan situasi yang sangat menyenangkan serta mewujudkan
keakraban antar siswa dan guru yang nantinya melahirkan generasi cerdas intelektual
serta emosional.
Karakteristik yang paling mendasar dalam model pembelajaran Full day
school yaitu proses Integrated curriculum dan integrated activity yang merupakan
bentuk pembelajaran yang diharapkan dapat membentuk anak (siswa) yang
berintelektual tinggi yang dapat memadukan aspek keterampilan dan pengetahuan
dengan sikap yang baik dan Islami. Tujuannya agar siswa belajar dan berhasil, yaitu
bertambah pengetahuan dan keterampilan serta memiliki karakter. Dari sistem
pembelajaran inilah akan menghasilkan sejumlah siswa dan lulusan yang telah
meningkat pengetahuan dan keterampilannya dan berubah karakternya menjadi lebih
baik. Baharudin (2010: 225) menyatakan bahwa konsep pengembangan dan inovasi
pembelajaran sistem full day school didesain untuk mengembangkan kreativitas anak
mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

9
B. Penelitian Terdahulu
Dalam rangka membahas penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa
skripsi yang terdahulu sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian ini yang
berkaitan dengan permasalahan yang akan peneliti bahas, diantaranya adalah:
Pertama skripsi yang ditulis oleh saudara Imam Sururi pada tahun 2012 dengan judul
PENERAPAN SISTEM FULL DAY SCHOOL dalam MENINGKATKAN MUTU
PENDIDIKAN di SD ISLAM AL-MUNAWAR TULUNGAGUNG.
Berdasarkan fokus masalah, laporan hasil penelitian, pembahasan dan analisis data
yang telah diuraikan oleh peneliti pada skripsi tersebut, maka hasil penelitian tersebut
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan full day school di SD Islam Al-Munawar sudah cukup baik, dimana
program kegiatan yang sudah dikelola dengan semaksimal mungkin. Tidak hanya
fokus mentransfer ilmu pengetahuan saja tetapi juga menanamkan kebiasaan yang
agamis dalam sehari hari, serta juga dalam pendalaman dan pengembangan bakat
minat siswa.
2. Dengan waktu yang lama dalam proses belajar mengajar guru dituntut untuk
menerapkan strategi pembelajaran yang bervariasi, seperti metode yang
menyenangkan, pengelolaan kelas dan lain-lain, kemudian dalam meningkatkan
kualitas pendidikan SD Islam Al-Munawar memacu terus menerus dengan cara
melengkapi sarana dan prasarana, pengaturan penggunaan sarana dan prasarana,
pemantauan serta pembinaan belajar intensif namun tidak bersifat kaku. Agar siswa
tidak merasa jenuh atau bosan dengan situasi dan kondisi ruang belajar yang sama
pada waktu proses kegiatan belajar mengajar maka pembelajaran tidak hanya fokus
dikelas terus tetapi juga diluar kelas.
Kedua skripsi yang ditulis oleh saudara ifazulian pada tahun 2013 dengan
judul PENERAPAN SISTEM FULL DAY SCHOOL dalam MEMBENTUK
KUALITAS AKHLAK SISWA di SD ISLAM MIFTAHUL HUDA.

10
Berdasarkan rumusan masalah, laporan hasil penelitian, pembahasan dan
analisis data yang telah diuraikan oleh peneliti pada skripsi tersebut, maka hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dengan waktu yang lama dalam proses belajar mengajar guru dituntut untuk
menerapkan strategi pembelajaran yang bervariasi, seperti metode yang
menyenangkan, pengelolaan kelas, dan lain-lain kemudian dalam meningkatkan
kualitas pendidikan SD Islam Miftahul Huda memacu terus menerus dengan cara
melengkapi sarana dan prasarana, pengaturan penggunaan sarana prasarana.
2. Penerapan sistem full day school di SD Islam Miftahul Huda sudah berjalan
dengan lancar dan dapat diterima oleh siswa dengan baik. Hal ini sesuai dengan hasil
output di SD Islam Miftahul Huda ini yang mana tidak hanya kompeten dalam bidang
intelektual tetapi berakhlakul karimah.
C. Kerangka Konseptual
Berdasarkan pada teori Susilo mengenai implementasi yaitu teori penerapan,
yang maksudnya merupakan suatu penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi
dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan
pengetahuan, keterampilan maupun nilai, dan sikap.
Dalam kaitannya dengan pembentukan karakter makna implementasi berarti
penerapan atau membiasakan kepada hal-hal yang membuat terbentuknya karakter
yang diwujudkan melalui kebijakan dan inovasi serta tindakan praktis untuk
memberikan dampak dan mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam hal ini tujuan
yang diinginkan adalah tertanamnya karakter yang baik atau mulia (good character)
yang mencakup pengetahuan, sikap dan motivasi, serta perilaku.
Dalam prosesnya untuk menjalankan implementasi program full day school
tentunya tidak lepas dari hambatan yang menghadang. Hambatan bisa berasal dari
dalam sekolah maupun hambatan yang disebabkan di luar sekolah atau lingkungan
rumah dan masyarakat. Kaitannya dengan penelitian ini, hambatan yang terjadi di
dalam sekolah adalah tanggung jawab guru untuk mengatasinya.

11
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada 5 (lima) SD yang berada di wilayah
Kabupaten Enrekang. Sekolah tersebut yang dipilih untuk menjadi tempat
dilaksanakannya penelitian ini adalah SD yang melaksanakan mengimplementasikan
kurikulum 2013. Penelitian ini di mulai pada bulan maret 2018 sampai dengan bulan
desember 2018, pada Tahun Pelajaran 2017/2018.

B. Dasar Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
evaluasi (evaluative research). Acuan kriteria yang dijadikan standar dalam
mengevaluasi kesiapan satuan pendidikan jika dilihat dari aspek dukungan warga
sekolah (wali murid, guru, karyawan, dan Dikbud), kesiapan kepala sekolah, kesiapan
guru, dan kesiapan sarana dan prasarana sekolah digunakan standar pendidikan
nasional yang di kembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan
materi mengenai full day school.

C. Teknik Penentuan Informan


1. Variabel konteks sebagai perencanaan, yang ditujukan untuk mendeskripsikan
dukungan warga sekolah (wali murid, guru, karyawan dan dikbud) terhadap
pelaksanaan full day school.
2. Variabel input sebagai perencanaan, yang ditujukan untuk mendeskripsikan
kesiapan kepala sekolah, guru, dan sarana prasarana. Deskripsi kesiapan kepala
sekolah berfokus pada kualifikasi pendidikan, pengalaman bekerja, dan
pemahaman mengenai full day school. Deskripsi kesiapan guru pada satuan

12
pendidikan terfokus pada kualifikasi pendidikan, pengalaman mengajar, dan
pemahaman guru tentang full day school dengan kurikulum 2013. Selanjutnya
kesiapan sarana prasarana seperti kondisi fasilitas gedung sekolah, kondisi
ketersedian fasilitas sekolah, serta pemanfaatan fasilitas yang tersedia dalam
mendukung proses full day school dalam implementasi kurikulum 2013.
3. Variabel proses sebagai pelaksanaan, ditujukan untuk mendeskripsikan
sejauhmana kesiapan guru di SD dalam melakukan perencanaan pembelajaran
dan melaksanaan kegiatan pembelajaran dalam kaitannya dengan full day school.
4. Variabel produk dibatasi oleh komponen ketercapaian program kurikulum 2013,
dilihat dari aspek pelaksanaan penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh guru.
Selain itu juga, variabel produk ini hasil nilai rapor siswa dengan full day school.

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, melalui tiga
teknik pengumpulan data, yaitu: angket, observasi, dan dokumentasi. Instrumen yang
di gunakan dalam penelitian ini disusun berdasarkan variabel yang akan dievaluasi
yang meliputi variabel konteks, input, proses dan produk. Adapun instrumen yang
akan digunakan dalam penelitian ini yaitu angket, pedoman observasi proses
pelaksanaan pembelajaran, dan pedoman penilaian perangkat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP).

13
DAFTAR PUSTAKA

Aikara, J. (2011). Decentralisation of elementary education and community


participation in Kerala. Rajagiri Journal of Social Development. Volume 2,
number 2.

Azwar, S. (2014). Tes prestasi: fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi


belajar (edisi II). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bafadal, I. (2003). Manajemen peningkatan mutu sekolah dasar. Jakarta: Bumi


Aksara.

Baharuddin. (2010). Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Jogjakarta: ArRuzz


Media.

Doni Koesoema A. 2010. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak Di Zaman


Global. Jakarta: Grasindo.

Fernandes, H.J.X. (1984). Evaluation educational of program. Jakarta: National


Education Planning Evaluation and Curriculum Development.

Fitzpatrick, J.L., Sanders, J.R., & Worthen, B.R. (2004). Program evaluation:
alternative approaches and practical guidelines (3 nd ed). Boston, MA:
Pearson Educational, Inc.

Idris Apandi. (2017). http://www.kompasiana.com/idrisapandi/tiga-agenda-penting-


implementasi-kurikulum-2013.

14
Mardapi, D. (2012). Pengukuran, penilaian, dan evaluasi pendidikan. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Republik Indonesia. (2003). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tentang


Sistem Pendidikan Nasional.

Slameto. (2013). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka


Cipta.

Stufflebeam, D. L. & Shinkfield, A. J. (1985). Systematic evaluation. Boston: Kluwer


Nijhof Publishing.

Sudrajat, A (2010). Manajemen partisipasi masyarakat di sekolah. Diakses pada


tanggal 20 Mei 2017 di http://akhmadsudrajat.wordpress.
com/2010/01/10/konsep dasar manajemen, peran, serta, masyarakat.

Sumanto. (2014). Psikologi Umum, Jakarta: CAPS.

W.S. Winkel. (2009). Psikologi Pengajaran, Yogyakarta: Media Abadi.

Weiss, C.H. (1972). Evaluation research: methods of assessing program


effectiveness. Englewood Cliffs, NJ, NJ: Prentice Hall, Inc.

Widoyoko, E. P. (2009). Evaluasi program pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

15

Anda mungkin juga menyukai