Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang tidak luput dari sekian banyak faktor yang memengaruhi
perkembangan negara. Isu-isu tentang pendidikan erat kaitannya dengan kurikulum yang ada.
Kurikulum di Indonesia mengalami beberapa kali perubahan. Isu kurikulum juga mencuat
dengan tujuan Indonesia pada tahun 2030. Tujuan tersebut yakni masuk dalam lima besar
ekonomi dunia, sedikitnya 30 perusahaan Indonesia akan masuk dalam daftar 500 perusahaan
besar dunia, pengelolaan alam yang berkelanjutan, dan terwujudnya kualitas hidup modern yang
merata. Visi Indonesia pada tahun 2015 adalah menjadi negara terbesar ke-5. Upaya besar
Indonesia pada tahun 2030 dan 2045 tidak serta-merta dapat mudah terjadi. Visi misi tersebut
harus diimbangi dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada. Mengingat Indonesia saat ini
belum masuk pada nominasi 10 negara dengan ekonomi terbaik. Hal tersebut juga sejalan dengan
pendapat IMF yang menyatakan bahwa pada tahun 2040 Indonesia belum bisa masuk pada
nominasi 10 negara dengan ekonomi terbaik dunia

Pengertian Kurikulum Salah satu komponen terpenting dalam pendidikan yang sering
terabaikan adalah kurikulum. Padahal kurikulum memiliki posisi yang sangat penting dan
strategis. Kurikulum merupakan deskripsi dari visi, misi, dan tujuan pendidikan suatu institusi
atau lembaga pendidikan. Kurikulum juga merupakan sentral muatan-muatan nilai yang akan
ditransformasikan kepada para peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Bagi pihak guru,
kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bagi kepala
sekolah atau kepala madrasah dan pengawas, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam
melaksanakan supervisi atau pengawasan. Bagi orangtua, kurikulum berfungsi sebagai pedoman
dalam membimbing anaknya belajar di rumah. Bagi masyarakat, kurikulum berfungsi sebagai
pedoman untuk memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah atau
madrasah. Adapun bagi peserta didik, kurikulum berfungsi sebagi pedoman dalam melaksanakan
kegiatan belajar. Selain sebagai pedoman bagi peserta didik, kurikulum memiliki enam fungsi
penting dan strategis, yaitu fungsi persiapan, fungsi pemilihan, fungsi diferensiasi, fungsi
penyesuaian, fungsi pengintegrasian, dan fungsi diagnostik.

Dalam pendidikan, kurikulum menjadi salah satu komponen terpenting. Kurikulum


memiliki posisi yang sangat penting dan strategis. Kurikulum merupakan deskripsi dari visi,
misi, dan tujuan pendidikan suatu institusi atau lembaga pendidikan. Kurikulum perlu untuk
terus dikembangkan dan disempurnakan agar sesuai dengan laju perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta masyarakat yang sedang membangun. Pengembangan
kurikulum yang terkini adalah Kurikulum Merdeka.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian analisis kurikulum 2013 ?
2. Apa tujuan dan fungsi analisis kurikulum 2013 ?
3. Apa saja ruang lingkup analisis kurikulum 2013
4. Apa pengertian kurikulum merdeka ?
5. Apa saja Keunggulan dan kekurangan kurikulum merdeka
6. Bagaimana Program Kegiatan Merdeka Belajar
7. Bagaiamana Penerapan Pengembangan Kurikulum Merdeka di SD
8.
A. KURIKULUM 2013
1. Pengertian Analisis Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 adalah kurikulum terbaru yang diluncurkan oleh Departemen Pendidikan
Nasional mulai tahun 2013 ini sebagai bentuk pengembangan dari kurikulum sebelumnya yaitu
kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang mencangkup kompetensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Hal ini senada dengan apa yang ditegaskan
dalam pasal 1 ayat 29 Undang-Undang no 20 tahun 2003 bahwa kurikulum merupakan
pengaturan mengena tujuan is dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggara kegiatan pembe a aran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Secara umum, Pengertian kurikulum adalah seperangkat atau sistem rencana dan pengaturan
mengenai isi dan bahan aa pembelajaran yang menjadi pedoman dalam aktivitas belajar
mengajar. Secara etimologis, kurikulum berasal dari istilah Curriculum dimana dalam bahasa
inggris, kurikulum adalah rencana pelajaran. Curriculum berasal dari bahasa latin yaitu currere
yang memiliki banyak arti yaitu berlari cepat, maju dengan cepat, menjalani dan berusaha untuk.
Sedangkan untuk pengertian Analisis sendiri yaitu aktivitas yang memuat sejumlah kegiatan
seperti mengurai, membedakan, memilah sesuatu untuk digolongkan dan dikelompokkan
kembali menurut kriteria tertentu kemudian dicari kaitannya dan ditafsirkan maknanya. Dalam
pengertian yang lain, analisis adalah sikap atau perhatian terhadap sesuatu (benda, fakta,
fenomena) sampai mampu menguraikan menjadi bagian bagian, serta mengenal kaitan
antarbagian tersebut dalam keseluruhan. Analisis dapat juga diartikan sebagai kemampuan
memecahkan atau menguraikan suatu materi atau informasi menjadi komponen-komponen yang
lebih kecil sehingga lebih mudah dipahami. Sesuai dengan yang telah dituliskan sebelumnya
maka menganalisis kurikulum dapat diartikan sebagai kegiatan mempelajari apa yang dimaksud
dengan kurikulum, apa saja isi dari kurikulum, untuk apa kurikulum tersebut disusun, apa saja
yang merupakan perangkat kurikulum, bagaimana cara | melaksanakan kurikulum tersebut, dan
bagaimana mengevaluasi keberhasilannya.

2. Tujuan Dan Fungsi Analisis Kurikulum 2013

Tujuan dan fungsi analsisi kurikulum 2013 adalah mengkaji , kelebihan dan kekurangan
kurikulum 2013.

a. Kelebihan kurikulum 2013

Kurikulum 2013 sudah diteliti oleh para pakar pendidikan. , Sehingga, harapannya
kurikulum ini akan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di masa mendatang. Oleh karena itu,
ada beberapa kelebihan dari kurikulum 2013 ini yang dinilai dari para ahli pendidikan. Berikut
rincian dari kelebihan tersebut.

1) Lebih Menekankan Kepada Pendidikan


Karakter Kelebihan pertama dari kurikulum 2013 adalah adanya , kesempatan
bagi lembaga pendidikan untuk lebih maksimal dalam membentuk karakter peserta didik.
Menariknya, upaya pembangunan karakter dan juga budi pekerti luhur ini ditekankan
pada semua program studi yang ada. Sehingga, memungkinkan karakter anak bangsa
semakin terbentuk.
2) Memungkinkan siswa lebih aktif, inovatif dan kreatif
Selain memudahkan proses pembentukan karakter, kurikulum 2013 juga memiliki
keunggulan dari sisi mendorong siswa untuk lebih aktif. Karena kurikulum ini didesain
secara khusus agar siswa lebih inovatif dan kreatif di dalam berbagai hal. Khususnya
dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi saat proses pembelajaran.
3) Lebih responsif terhadap fenomena sosial yang ada
Tidak hanya itu, kelebihan lain dari kurikulum 2013 adalah dapat menjadikan
siswa yang responsif dalam berbagai hal. Peserta didik akan diajari untuk lebih mandiri
dan tanggap dalam berbagai fenomena sosial. Baik di tingkat lokal, daerah ataupun
nasional. Hal ini sangat penting dalam rangka memupuk kepedulian terhadap nasib dan
masa depan bangsa.
4) Proses Penilaian Dilakukan Dari Semua Aspek
Keunggulan menarik lainnya dari kurikulum 2013 adalah adanya proses penilaian
yang komprehensif. Jika pada kurikulum sebelumnya penilaian hanya dilakukan dari sisi
intelektual siswa, maka kurikulum 2013 ini juga membuat suatu indikator penilaian dari
aspek yang lainnya. Di antaranya adalah dari sisi kecerdasan, sikap dan karakter, sosial
bahkan aspek religius.
5) Lembaga Memperoleh Pendampingan dari Pusat
Selain beberapa kelebihan yang telah disebutkan di atas, ada juga kelebihan lain
dari kurikulum ini yang wajib Anda ketahui. Yaitu adanya pendampingan dan arahan
langsung dari pemerintah pusat. Sehingga, konsepnya pun lebih mudah dan
memungkinkan adanya koordinasi yang baik dengan pihak pusat. Pihak pusat pun juga
akan memberikan arahan secara langsung kepada lembaga.
6) Mendorong Guru untuk Semakin Kreatif Sebagai Fasilitator Pembelajaran
Kurikulum 2013 ini juga mendorong guru agar semakin kreatif di dalam memberikan
pengajaran kepada para siswa. Dimana, inovasi dan keahlian guru diperlukan agar materi
yang dimaksud dapat tersampaikan dengan baik dan mudah dipahami siswa. Dalam hal
ini, penting bagi seorang guru untuk terbuka dan selalu berupaya mengembangkan diri ..
menjadi lebih baik.
7) Penyediaan Fasilitas Belajar Semakin Efisien
Dengan adanya kurikulum 2013, berbagai fasilitas belajar dapat diperoleh dengan
baik dan efisien. Misalnya mengenai buku ajar dan berbagai fasilitas yang lain. Dalam
hal ini sekolah sudah tidak perlu kebingungan mencari fasilitas pembelajaran yang tepat
Karena kurikulum 2013 sudah pembelajaran yang tepat. Karena kurikulum 2013 sudah
dilengkapi dengan perangkat dan fasilitas belajar yang sesuai dengan kurikulumnya.
b. Kekurangan Kurikulum 2013

Meskipun ada berbagai kelebihan kurikulum 2013, tentu saja tidak lepas dari
kelemahan. Ada beberapa kelemahan yang dimiliki oleh kurikulum ini. Kelemahan-
kelemahan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor. Mulai dari faktor kurangnya
kompetensi guru, faktor materi pembelajaran untuk siswa hingga faktor lembaga sekolah
dan pemerintahan Berikut adalah beberapa di antara kelemahan kurikulum ini.
1) Guru tidak dilibatkan dalam pembuatan kurikulum 2013 kelemahan yang pertama
adalah pihak guru yang cenderung tidak dilibatkan dalam proses pembuatan
kurikulum. Sementara guru adalah pihak yang berinteraksi secara langsung dengan
para peserta didik. Sehingga, alangkah lebih baiknya juga kurikulum yang disusun
melibatkan peran guru. Dengan demikian, hasilnya pun akan maksimal sesuai dengan
kondisi lapangan.
2) Banyak sekolah yang masih menerapkan KBM Konvensional. Selain itu, kelemahan
dari kurikulum 2013 ini adalah . masih banyaknya sekolah atau lembaga pendidikan
yang menerapkan kegiatan belajar mengajar konvensional. Sedangkan KBM
konvensional harusnya sudah tidak ditergpkan dalam kurikulum ini. Kurikulum 2013
menghendaki adanya metode dan konsep belajar yang baru dan inovatif seiring
dengan berkembangnya zaman.
3) Banyaknya guru yang belum memiliki kesiapan mental kelemahan lain dari
kurikulum ini adalah banyaknya guru yang sebenarnya masih belum siap mental
menghadapi kurikulum baru ini. Salah satu sebabnya adalah karena kurangnya
kompetensi dan kapasitas guru dalam memberikan pengajaran. Sehingga, capaian dari
kurikulum inipun menjadi terhambat. Maka, dibutuhkan pelatihan dan bimbingan
khusus kepada semua guru.
4) Guru banyak salah faham sehingga kurang memberikan penjelasan selain beberapa
kelemahan yang telah disebutkan di atas, masih ada lagi kelemahan berikutnya yang
membutuhkan evaluasi dan perbaikan. Yaitu banyaknya guru kurang tepat dalam
memahami konsep kurikulum ini. Sehingga guru kurang memberikan penjelasan
materi karena terlalu fokus kepada konsep pembelajaran aktif dan mandiri yang
ditawarkan oleh kurikulum ini.
5) Dalam menyusun RPP guru kurang kreatif berikutnya, kelemahan kurikulum ini juga
ditandai dengan masih banyaknya guru yang kurang kreatif di dalam penyusunan
RPP. Padahal, RPP di sini sangat mempengaruhi hasil pembelajaran. Semakin baik
RPP yang dibuat, maka hasil pembelajarannya juga akan semakin maksimal. Lagi-
lagi hal ini disebabkan karena kemampuan dan kualitas guru yang masih kurang.
6) Materi yang wajib dikuasai oleh siswa terlalu banyak kelemahan berikutnya yang
dimiliki oleh kurikulum 2013 adalah terlalu banyaknya materi yang diberikan kepada
siswa. Bahkan, banyak yang menganggap bahwa ada beberapa materi belajar yang
terlalu berat untuk usia sekian. Sehingga, beban belajar siswa menjadi semakin besar
dan berat. Dan ini akan berdampak pada terlalu tertinggalnya siswa yang
berkemampuan rendah.
7) Sekolah kurang mandiri di dalam menyikapi kurikulum yang ada di samping itu,
kurikulum 2013 juga memiliki kelemahan tersendiri dari sisi kemandirian lembaga.
Jika pada kurikulum yang sebelumnya sekolah sangat independen dan dapat
menentukan kurikulum sendiri, maka pada kurikulum 2013 ini semua materi ajar dan
kurikulumnya harus mengikuti pusat. Hal ini menyebabkan sekolah kurang dapat
aktif membentuk ciri khas lembaga.

3. Ruang Lingkup Analisis Kurikulum 2013

Ruang lingkup analisis kurikulum terdiri atas: 1) Konsep kurikulum. 2) Komponen


kurikulum, 3) Fungsi kurikulum, 4) Pengembangan kurikulum, 5) Landasan-landasan
pengembangan kurikulum.

a. konsep Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 menekankan kepada aspek karakter dan fokusnya kepada pendidikan
karakter. Pendidikan karakter terdiri dari dua term, yaitu pendidikan dan karakter.
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh individu atau kelompok (instansi) untuk
mengembangkan segala potensi yang ada pada dirinya (hati, pikir, rasa dan karsa, serta raga)
untuk mencapai tujuan yang diinginkan, (Muclas dan Hariyanto, 2012: 37). Sedangkan
karakter adalah tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti seseorang yang
membedakan antara orang satu dengan yang lain, (Majid dan Andayani, 2012.11). Jadi
pendidikan karakter ada ah sistem penanaman nilai nilai karakter pada anak didik yang
meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk
merealisasikan nilai-nilai karakter (Mahbubi, 2012:41).

Kurikulum 2013 ini muncul sebagai penyempurna kurikulum sebelumnya dan untuk
menjawab akan pendidikan karakter. Kurikulum ini didesain dengan mengintegrasikan
karakter dalam proses pengimplementasiannya. Pada semua komponen kurikulum harus
mencerminkan karakter yang hendak dicapai. Demikian juga pada proses pembelajarannya.
Oleh karena itu, pada kurikulum 2013 muncul Kompetensi Inti (KI) sebagai acuan dalam
proses pembelajaran. Kurikulum 2013 menggunakan konsep terintegrasi dimana konsep
keintegrasian ini pada hakikatnya menunjukkan pada keseluruhan, kesatuan, kebulatan,
kelengkapan, kompleksitas yang ditandai dengan interaksi antar komponen-komponennya.
Pendekatan keintegrasian ini merupakan suatu sistem totalitas yang terdiri dari komponen-
komponen yang saling berhubungan dan berinteraksi, baik antara komponen satu dengan
komponen lainnya maupun komponen dengan keseluruhan, dalam rangka mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Dengan demikian, pendekatan sistem ini menitikberatkan pada
keseluruhan lalu bagi£ A-bagian dan unsur-unsur dan interaksi antara bagianbagian dengan
keseluruhan.
Kurikulum terintegrasi merupakan sebuah sistem dan pendekatan pembelajaran yang
melibatkan beberapa disiplin ilmu atau mata pelajaran (bidang studi) untuk memberikan
pengalaman yang bermakna dan luas bagi anak didik. Arti bermakna yaitu anak didik akan
memahami konsep-konsep yang mereka pelajari secara utuh dan realistis. Sedangkan arti
luas yaitu ilmu pengetahuan yang didapatkan oleh anak didik tidak dibatasi oleh lingkup
disiplin tertentu saja, tetapi melingkupi semua lintas disiplin yang dipandang berkaitan satu
sama lain, (Poerwanti & Amri, 2013:29).

Kurikulum terintegrasi dirancang dengan sistem keterintegrasian yang


mempertimbangkan komponen komponen masukan, proses, dan produk secara seimbang
dan setaraf. Pada komponen masukan, kurikulum dititik beratkan pada mata pelajaran logis
dan sistematis agar anak didik menguasai struktur pengetahuan tertentu. Pada komponen pro
kurikulum pada pembentukan konsep berpikir dan cara belajar yang diarahkan pada
pengembangan peta kognitif. Dan pada komponen produk, kurikulum dititik beratkan pada
pembentukan tingkah laku spesifik. Ketiga komponen tersebut berinteraksi dalam kurikulum
secara terpadu. Sehingga tujuan kurikulum terintegrasi untuk mengembangkan kemampuan
yang merupakan gejala tingkah laku berkat pengalaman belajar. Dari penjabaran di atas,
mengenai akibat adanya pengintegrasian mata pelajaran maka melahirkan kompetensi inti
(KI). Kompetensi inti merupakan pengikat kompetensi kompetensi yang harus dihasilkan
melalui pembelajaran dalam setiap mata pelajaran, sehingga berperan sebagai integrator
horizontal antar mata pelajaran. Kompetensi inti bebas dari mata pelajaran karena tidak
mewakili mata pelajaran. Kompetensi inti merupakan kebutuhan kompetensi anak didik,
sedangkan mata pelajaran adalah pasokan kompetensi dasar yang harus dipahami dan
dimiliki oleh anak didik melalui proses pembelajaran yang tepat sehingga menjadi
kompetensi inti, (Mulyasa, 2013). Kompetensi inti merupakan operasionalisasi Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki oleh anak didik yang
telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu yang menggambarkan
kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang harus dipelajari oleh anak didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan
mata pelajaran. Kompetensi inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara hard
skills dan soft skills, (Mulyasa, 2013)

Kompetensi inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasian Kompetensi Dasar (KD).


Sebagai unsur pengorganisasian, kompetensi inti merupakan pengikat untuk organisasi
vertikal dah'organisasi hirizontal kompetensi dasar. Organisasi vertikal kompetensi dasar
adalah keterkaitan antara konten kompetensi dasar satu kelas atau jenjang pendidikan di
atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang
berkesinambungan antara konten yang dipelajari oleh anak didik Sedangkan organisasi
horizontal kompetensi dasar adalah keterkaitan antar konten, (Mulyasa, 2013)
b. Komponen Kurikulum 2013
Kurikulum memiliki lima komponen utama, yaitu: (1) tujuan, (2) materi: (3)
strategi, pembelajaran, (4) organisasi kurikulum dan (5) evaluasi. Kelima komponen
tersebut memiliki keterkaitan yang erat dan tidak bisa dipisahkan (Poerwanti & Amri,
2013). Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan tentang masing-masing
komponen tersebut.
1) Tujuan
Tujuan pendidikan direkomendasikan sebagai pengembangan pertumbuhan yang
seimbang dari potensi dan kepribadian total manusia, melalui latihan spiritual
intelektual, perasaan dan kepekaan fisik sehingga menjadi manusia muslim yang
terus berkembang dalam hal keimanan ketakwaannya kepada Allah SWT serta
berakh ak mulia dalam kehidupan pribadi masyarakat berbangsa dan bernegara.
bahwa tujuan dari pendidikan bukanlah untuk mengisi otak anak didik ghengan
segala macam ilmu yang belum pernah mereka ketahui, akan tetapi: (1) Mendidik
akhlak dan jiwa mereka, (2) Menanamkam rasa keutamaan (3) Membiasakan mereka
dengan kesopanan yang tinggi, (4) Mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan
yang suci seluruhnya dengan penuh keikhlasan dan kejujuran (Muhamad, 2003).
Tujuan pendidikan nasional yang merupakan pendidikan pada tataran
makroskopik, selanjutnya dijabarkan ke dalam tujuan institusional yaitu tujuan
pendidikan yang ingin dicapai dari setiap jenis maupun jenjang sekolah atau satuan
pendidikan tertentu. Dalam Permendikbud No. 69 Tahun 2013 dikemukakan bahwa
tujuan pendidikan pada Kurikulum 2013 yaitu: Kurikulum 2013 bertujuan untuk
mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi
dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu
berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban
dunia (Permendikbud: 2013).
2) Materi Pembelajaran
Dalam menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar tidak lepas dari filsafat
dan teori pendidikan dikembangkan Dalam hal ini materi pembelajaran disusun
secara logis dan sistematis dalam bentuk
a.) Teori seperangkat konstiuk atau konsep, definisi atau preposis yang salng
berhubungan yang menyajikan pendapat sistematik tentang gejala dengan
menspesifikasi hubungan-hubungan antara variabel-variabel dengan maksud
menjelaskan dam meramalkan gejala tersebut.
b.) Konsep, suatu abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari kekhususan-
kekhususan, merupakan definisi singkat dari sekelompok fakta atau gejala.
c.) Generalisasi kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber dari
analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian.
d.) rinsip: yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang mengembangkan
hubungan antara beberapa konsep.
e.) Prosedur, yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi pelajaran yang
harus dilakukan peserta didik.
f.) Fakta, sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap penting, terdiri
dari terminologi, orang dan tempat serta kejadian. 5
g.) Istilah, kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang diperkenalkan
dalam materi.
h.) Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk
memperjelas suatu uraian atau pendapat.
i.) Definisi: yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal/kata
dalam garis besarnya.
j.) Preposisi, yaitu cata yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran
dalam upava mencapai tujuan kurikulum.

Isi kurikulum berisi pencapaian target yang jelas, materi standar, standar hasil
pendidikannya terdiri dari program inti, lokal, ekstra kurikuler dan kepribadian
(Munarji, 2004). Keberhasilan pemmbelajaran secara keseluruhan sangat tergantung
pada keberhasilan guru merancang materi pembelajaran. Materi pembelajaran pada
hakikatnya merupakan bagian tak terpisahkan dari silabus, yakni perencanaan,
prediksi, dan proyeksi tentang apa yang akan dilakukan pada saat kegiatan
pembelajaran. Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa materi pembelajaran
(Intructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus
dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang diterapkan
(Poerwanti&Amr, 2013)

3) Strategi Pembelajaran

Strategi pelaksanaan suatu kurikulum tergambar dari cara yang ditempuh di dalam
melaksanakan pengajaran, cara di dalam mengadakan penilaian, cara dalam
melaksanakan bimbingan dan penyuluhan dan cara mengatur kegiatan sekolah secara
keseluruhan. Cara dalam melaksanakan pengajaran mencakup cara yang berlaku
dalam menyajikan tiap bidang studi, termasuk cara / metode mengajar dan alat
pelajaran yang digunakan. Dalam hal ini guru dapat menerapkan banyak
kemungkinan untuk menentukan strategi pembelajaran dan setiap strategi
pembelajaran memiliki kelemahan dan keunggulannya tersendiri.

Dalam pembelajaran K13 ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan bersama
oleh para guru dalam melakssanakn pembeljaran, di antaranya: (a) berpusat pada
peserta didik, (b) mengembangkan kreativitas peserta didik, (c) menciptakan kondisi
menyenangkan dan menantang (d) bermuatan nilai etika estetika logika dan kinestika
e) menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai
strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efesien,
dan bernakna (Fadilah, 2014).
4) Organisasi Kurikulum
Beragamnya pandangan yang mendasari pengembangan kurikulum memunculkan
terjadinya keragaman dalam mengorgansiasikan kurikulum. Menurut peneliti, paling
tidak terdapat enam ragam pengorganisasian kurikulum.
Menurut peneliti, paling tidak terdapat enam ragam pengorganisasian kurikulum,
yaitu:
a) Mata pelajaran terpisah (isolated subject), kurikulum terdiri dari sejumlah mata
pelajaran yang terpisah-pisah, yang diajarkan sendiri-sendiri tanpa ada hubungan
dengan mata pelajaran lainnya. Masing-masing diberikan pada waktu tertentu
dan tidak mempertimbangkan minat, kebutuhan, dan kemampuan peserta didik,
semua materi diberikan sama.
b) Mata pelajaran berkorelasi: korelasi diadakan sebagai upaya untuk mengurangi
kelemahankelemahan sebagai akibat pemisahan mata pelajaran. Prosedur yang
ditempuh adalah menyampaikan pokokpokok yang saling berkorelasi guna
memudahkan peserta didik memahami pelajaran tertentu.
c) Bidang studi (broad field): yaitu organisasi kurikulum yang berupa pengumpulan
beberapa mata pelajaran yang sejenis serta memiliki ciri-ciri yang sama dan
dikorelasikan (difungsikan) dalam satu bidang, pengajaran.
d) Program yang berpusat pada anak (child centered), yaitu program kurikulum
yang menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan peserta didik, bukan pada mata
pelajaran.
e) Inti Masalah (core program) yaitu suatu program ang berupa unit-unit masalah d
mana masalahm aahdamb dar Su t matape aant rtent dan mata pelajaran lainnya
diberikan melalui kegiatan-kegiatan belajar dalam upaya memecahkan
masalahnya. Mata pelajaran-mata pelajaran yang menjadi pisau analisisnya
diberikan secara terintegrasi.
f) Ecletic Program, yaitu suatu program yang mencari keseimbangan antara
organisasi kurikulum yang terpusat pada mata pelajaran dan peserta didik,
(Poerwanti&Amri, 2013).
5) Evaluasi Kurikulum Dalam pengertian yang lebih luas, evaluasi kurikulum
dimaksudkan untuk memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari
berbagai kriteria. Indikator kinerja yang dievaluasi tidak hanya terbatas pada
efektivitas saja, namun juga relevansi, efisiensi, kelaikan (feasibility) program. Luas
atau tidaknya suatu program evaluasi kurikulum sebenarnya ditentukan oleh tujuan
diadakannya evaluasi kurikulum. Apakah evaluasi tersebut ditujukan untuk
mengevaluasi keseluruhan sistem kurikulum atau komponen komponen tertentu saja
dalam sistem kurikulum tersebut. Salah satu komponen kurikulum penting-yang
perlu dievaluasi adalah berkenaan dengan proses dan hasil belajar siswa.

6) Fungsi Kurikulum
a. Fungsi Kurikulum dalam Rangka Pencapaian Tujuan Pendidikan
Kehadiran Kurikulum dalam system pendidikan dianggap penting, karena telah
dirasakan oleh pengelola pendidikan akan fungsi dan perananya yang strategis. Oemar
Hamalik dalam Wina Sanjaya (2008) menyebutkan tiga peranan dalam system pendid
kan yaitu peranan dalam melakukan Konservatif, kreatif, dan krisis (evaluatife), (Ahmad
Yani, 2014). di indonesia ada empat tujuan pendidikan utama yang secara hierarkis dapat
dikemukakan: (1) ujuan Nasional, (2) Tujuan institusional, (3) Tujuan kurikuler, (4)
Tujuan instruksional Dalam pencapain tujuan pendidikan yang dicita-citakan, tujuan-
tujuan tersebut mesti dicapai secara bertingkat, yang saling mendukung, sedangkan
keberadaan kurikulum disini adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan (pendidikan),
(Idi, 2007).
b. Fungsi Kurikulum bagi Anak Didik
Kurikulum berfungsi sebagai bahan penngalaman belajar atau sebagai konten untuk
dipelajari. Kurikulum yang mewujud dalam ceramah guru, buku, dan informasi lainya
menjadi pengalaman belajar bagi peserta didik, (Yani, 2013). Sebagai alat dalam
mencapai tujuan pendidikan, kurikulum diharapkan mampu menawarkan program-
program pada anak didik yang akan hidup pada zamannya, dengan latar belakang sosio
histories dan cultural yang berbeda dengan zaman dimana kedua orang tuanya berada,
(Idi, 2007).
c. Fungsi Kurikulum Bagi Pendidik
Kurikulum berfungsi sebagai pedoman kerja dalam mengorganisasi pengalaman
belajar dan pedoman untu mengadakan evaluasi perkembangan peserta didik,
(Yani,2013). Guru memikul sebagian tanggung jawab yang ada dipundak para orang tua,
dan orang tua berharap agar anaknya menemukan guru yang baik, kompeten, dan
berkualitas. Adapun fungsi kurikulum bagi guru adalah: (1) Pedoman kerja dalam
menyusun dan mengorganisasikan pengalaman belajar para anak didik, (2) Pedoman
untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak didik dalam rangka menyerap
sejumlah pengalaman yang diberikan. Dengan adanya kurikulum, sudah barang tentu
tugas guru/pendidik sebagai pengajar dan pendidik lebih terarah. Pendidik juga
merupakan slah satu faktor yang sangat menentukan dan sangat penting dalam proses
pendidikan, dan slah satu komponen yang berinteraksi secara aktif dengan anak didik
dalam pendidikan (Idi, 2007).
d. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah/Pembina sekolah Kepala sekolah merupakan
administrator dan supervisor yang mempunyai tanggung jawab terhadap kurikulum.
Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah dan para Pembina lainnya adalah:
1) Sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi supervisi, yakni memperbaiki situasi
belajar.
2) Sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervise dalam menciptakan situasi
untuk menunjang situasi belajar anak kea rah yang lebih baik.
3) Sebagai seorang administrator, menjadikan kurikulum sebagai pedoman untuk
mengembangkan kurikulum pada masa mendatang.
4) Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi atas kemajuan belajar Mengajar.

e. Fungsi kurikulum bagi orang tua

Sebagai alat komunikasi orang tua dengan sekolahan tentang pendidikan putra-
putrinya. Selain itu dapat dijadikan pedoman dalam keikutsertaanya dalam pelaksanan
kurikulum di sekolah (Yani,2013). Meskipun orang tua telah menyerahkan anak-anak
mereka kepada kepala sekolah agar diajarkan ilmu pengetahuan dan dididik menjadi
orang yang bermanfaat. Tetapi mereka dapat turut serta membantu usaha sekolah demi
kemajuan putera-puterinya, alangkah baiknya kalau mereka mengetahui tentang
kurikulum yang dijalankan di sekolah. Dengan demikian partisipasi orang tua dapat
menjadi faktor penunjang dan bukan faktor penghambat.

f. Fungsi bagi masyarakat dan pemakai lulusan sekolah


Sebagai bagian dari bukti akuntabilitas sekolah kepada pengguna lulusan. Dengan
adanya kur kulums yang terinformasikan, masyarakat dapat memberikan kritik dan saran
konstruktif untuk penyempurnaan progam pendidikan. Pada umumnya sekolah
dipersiapkan untuk terjun di masyarakat atau untuk bekerja sesuai dengan keterampilan
profesi yang dimilikinya. Oleh karena itu, kurikulum sekolah haruslah mengetahui atau
mencerminkan hal-hal yang menjadi kebutuhan masyarakat atau para pemakai tamatan
sekolah. Untuk keperluan itu perlu kerja sama antara pihak sekolah dengan pihak luar
dalam hal pembenahan kurikulum yang diharapkan. Dengan demikian, masyarakat atau
para pemakai lulusan sekolah dapat memberikan bantuan, kritik atau saran-saran yang
berguna bagi penyempurnaan program pendidikan di sekolah bagi masyarakat kurikulum
dapat berfungsi sebagai acuan dalam mengevaluasi proses dan output yang dihasilkan
oleh kurikulum tertentu, sehingga masyarakat dapat bekerjasama dan memberikan
masukan untuk mengembangkan dan memperbaiki kurikulum di masa depan, yang sesuai
dengan kehendak dan kebutuhan masyarakat sebagai pengguna (user dan atau
stakeholder).

7) Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum adalah proses penyusunan rencana tentang isi dan bahan
pelajaran yang harus dipelajari serta bagaimana cara mempelajarinya (Sanjaya, 2010).
Pengembangan kurikulum pada hakikatnya pengembangan komponenkomponen
pembelajaran yang membentuk sistem kurikulum itu sendiri serta pengembangan
komponen pembelajaran sebagai implementasi kurikulum. Dengan demikian, maka
pengembangan kurikulum memiliki dua sisi yamg sama pentingnya, yaitu sisi kurikulum
sebagai pedoman yang kemudian membentuk kurikulum tertulis dan isi kurikulum
sebagai implementasi yang tidak lain adalah sistem pembelajaran. Dalam pengembangan
kurikulum penekanannya pada isi, penekanan pada proses dan gabungan dari keduanya
yaitu penekanan pada isi dan proses atau pengalaman pendidikan. .
1) Pengembangan kurikulum yang menekankan pada isi
Kurikulum biasanya ditentukan oleh sekelompok orang ahli, disusun secara
sistematis dan logis sesuai dengan disiplindisiplin Ilmu atau sistematisasi ilmu yang
dianggap telah mapan, tanpa melibatkan pendidik dan peserta didik. Fungsi
pendidik sebagai penjabar atau penjelas dan pelaksana dalam pembelajaran baik
dalam hal isi, metode maupun evaluasi.
2) Pengembangan kurikulum yang menekankan pada proses
Peserta didik sejak dilahirkan telah memiliki potensi-potensi, baik potensi
untuk berpikir,   berbuat, memecahkan masalah, maupun untuk belajar dan
berkembang sendiri. Fungsi pendidikan adalah menciptakan situasi atau lingkungan
yang menunjang perkembangan dengan minat dan kebutuhannya. peserta didik
menduduki tempat utama dalam pendidikan, sedangkan pendidik berfungsi sebagai
psikolog yang memahami segala kebutuhan dan masalah peserta didik.
3) Convergence dari pengembangan kurikulum yang menekankan pada isi dan proses
Tugas pendidikan adalah membantu peserta didik untuk menjadi cakap dan
selanjutnya mampu ikut bertanggung jawab terhadap pembangunan dan
pengembangan masyarakat, karena itu isi pendidikan terdiri atas problem problem
aktual yang dihadapi dalam kehidupan nyata di masyarakat. Proses pendidikan atau
pengalaman belajar peserta didik berbentuk kegiatan-kegiatan belajar kelompok
yang mengutamakan kerja sama, baik antar peserta didik, peserta didik dengan
pendidik, dan dengan sumber-sumber belajar lainnya. Untuk itu, dalam menyusun
isi kurikulum bertolak dari problem yang dihadapi dalam masyarakat. Sedangkan
proses belajar peserta didik adalah dengan cara memerankan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta bekerja secara kooperatif dan kolaboratif. Adapun kegiatan
penilaian dilakukan untuk menilai hasil dan proses, karenanya pendidik harus
melakukan kegiatan penilaian sepanjang kegiatan belajar peserta didik (Manab,
2009). Dari titik tekan pengembangan kurikulum tersebut juga ditelusuri dari segi
landasan filosofisnya, maka pengembangan kurikulum yang lebih menekankan
pada isi menganut aliran peren alisme dan essensialisme, pengembangan kurikulum
yang lebih menekankan pada proses menganut aliran progessivisme dan
eksistensialisme, sedangkan pengembangan kurikulum memadukan isi dan proses
termasuk dalam aliran rekonstruksi sosial.

4) Landasan-landasan pengembangan kurikulum


Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan ketentuan yuridis yang
mewajibkan adanya pengembangan kurikulum baru, landasan filosofis, dan
landasan empirik. Landasan yuridis merupakan ketentuan hukum yang dijadikan
dasar untuk pengembangan kurikulum dan yang mengharuskan adanya
pengembangan kurikulum baru. Landasan filosofis adalah landasan yang
mengarahkan kurikulum kepada manusia apa yang akan d hasilkan kurikulum
Landasan teor tik member kan dasar-dasar teorit k pengembangan ur ulum sebagai
dokumen dan proses.
Landasan empirik memberikan arahan berdasarkan pelaksanaan kurikulum yang
sedang berlaku di lapangan
a. Landasan Yuridis
Landasan yuridis kurikulum adalah Pancasila dan Undangundang Dasar 1945,
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan
Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan PP No.19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
54 tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 69 tahun Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor
69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah
Atas/ Madrasah Aliyah Lebih lanjut pengembangan Kurikulum 2013 diamanatkan oleh
Rencana Pendidikan Pend dikan Menengah Nasional (RJPMN). Landasa 1 yuridis
pengembangan Kurikulum 2013 lainnya adalah Instruksi Presiden Republik indonesia
tahun 2010 tentang pendidikan karakter, pembelajaran aktif dan pendidikan
kewirausahaan.
b. Landasan filosofis
Secara singkat kurikulum adalah untuk membangun kehidupan masa kini dan masa
akan datang bangsa, yang dikembangkan dari warisan nilai dan pretasi bangsa di masa
lalu, serta kemudian diwariskan serta dikembangkan untuk kehidupan masa depan. Ketiga
dimensi kehidupan bangsa, masa lalu-masa sekarang-masa yang akan datang, menjadi
landasan filosofis pengembangan kurikulum. Pewarisan nilai dan pretasi bangsa di masa
lampau memberikan dasar bagi kehidupan bangsa dan individu sebagai anggota
masyarakat, modal yang digunakan dan dikembangkan untuk membangun kualitas
kehidupan bangsa dan individu yang diperlukan bagi kehidupan masa kini, dan
keberlanjutan kehidupan bangsa dan warganegara di masa mendatang. Dengan tiga
dimensi kehidupan tersebut kurikulum selalu menempatkan peserta didik dalam
lingkungan sosial-budayanya, mengembangkan kehidupan individu peserta didik sebagai
warganegara yang tidak kehilangan kepribadian dan kualitas untuk kehidupan masa kini
yang lebih baik, dan membangun kehidupan masa depan yang lebih baik lagi.
c. Landasan Empiris
Pada saat ini perekonomian Indonesia terus tumbuh di tengah bayang-bayang resesi
dunia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 2005 sampai dengan 2008 berturut-turut
5,7%, 5,5%, 6,3%, 2008: 6,4%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2012
diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi negara nega a ASEAN
sebesar 6,5 - 69% (Agus D.W. Martowardojo dalam Rapat Par puria DPR 31/05/2012.
Momentum pertumbuhan ekonomi ini harus dijaga dan ditingkatkan. Generasi muda
berjiwa wirausaha yang tangguh, kreatif, ulet, jujur, dan mandiri, sangat diperlukan untuk
memantapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan. Generasi seperti ini
seharusnya tidak muncul karena hasil seleksi alam, namun karena hasil gemblengan pada
tiap jenjang satuan pendidikan dengan kurikulum sebagai pengarahannya. Sebagai negara
bangsa yang besar dari segi geografis, suku bangsa, potensi ekonomi, dan beragamnya
kemajuan pembangunan dari satu daerah ke daerah lain, sekecil apapun ancaman
disintegrasi bangsa masih tetap ada. Maka, kurikulum harus mampu membentuk manusia
Indonesia yang mampu menyeimbangkan kebutuhan individu dan masyarakat untuk
memajukan jatidiri sebagai bagian dari bangsa Indonesia dan kebutuhan untuk
berintegrasi sebagai satu entitas bangsa Indonesia.
Dewasa ini, kecenderungan menyelesaikan persoalan dengan kekerasan dan kasus
pemaksaan kehendak sering muncul di Indonesia. Kecenderungan ini juga menimpa
generasi muda, misalnya pada kasus-kasus perkelahian massal. Walaupun belum ada
kajian ilmiah bahwa kekerasan tersebut berhulu dari kurikulum, namun beberapa ahli
pendidikan dan tokoh masyarakat menyatakan bahwa salah satu akar masalahnya adalah
implementasi kurikulum yang terlalu menekankan aspek kognitif dan keterkungkungan
peserta didik di ruang belajarnya dengan kegiatan yang kurang menantang peserta didik.
Oleh karena itu, kurikulum perlu direorientasi dan direorganisasi terhadap beban belajar
dan kegiatan pembelajaran yang dapat menjawab kebutuhan ini.
Berbagai elemen masyarakat telah memberikan kritikan, komentar, dan saran
berkaitan dengan beban belajar siswa, khususnya siswa sekolah dasar. Beban belajar ini
bahkan secara kasatmata terwujud pada beratnya beban buku yang harus dibawa ke
sekolah. Beban belajar ini salah satunya berhulu dari banyaknya matapelajaran yang ada
di tingkat sekolah dasar. Maka, kurikulum pada tingkat sekolah dasar perlu diarahkan
kepada peningkatan 3 (tiga) kemampuan dasar, yakni baca, tulis, dan hitung, dan
pembentukan karakter.
Berbagai kasus yang berkaitan dengan penyalahgunaan wewenang, manipulasi,
termasuk masih adanya kecurangan di dalam Ujian Nasional menunjukkan mendesaknya
upaya menumbuhkan budaya jujur dan antikorupsi melalui kegiatan pembelajaran di
dalam satuan pendidikan. Maka, kurikulum harus mampu memandu upaya karakterisasi
nilai-nilai kejujuran pada peserta didik.
B. Kurikulum merdeka
1. Pengertian Kurikulum Merdeka

Kurikulum Merdeka merupakan kebijakan baru yang muncul sebagai respons dari sistem
pendidikan yang selama ini berjalan. Kebijakan ini ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia. Kebijakan kurikulum pada hakikatnya merupakan terobosan
baru. Kurikulum ini harus terlebih dahulu dipahami oleh tenaga pendidik sebelum hal tersebut
disampaikan kepada peserta didik. Sejalan dengan hal tersebut, guru harus memiliki kompetensi
yang baik dalam penyampaian kurikulum tersebut agar proses belajar mengajar dapat
berlangsung dengan baik. Merdeka belajar menjadi gagasan yang diharapkan mampu
memberikan angin segar pada dunia pendidikan yang ada saat ini. Sistem pendidikan yang
berbelit dan cenderung memberatkan dari pihak guru dan peserta didik sebisa mungkin dapat
dipangkas pada Kurikulum Medeka. Merdeka belajar akan memberikan kebebasan dan otonomi
pada lembaga pendidikan; merdeka dari birokratisasi; dosen dibebaskan dari birokrasi yang
berbelit; serta mahasiswa diberikan kebebasan untuk memilih bidang yang mereka sukai.

Kurikulum merdeka muncul sebagai gagasan baru guna manjawab perkembangan zaman.
Menelisik dari sejarah, pendidikan di Indonesia telah mengalami beberapa pergantian kurikulum.
Dalam kurun waktu enam tahun, Standar Pendidikan Tinggi (SN-Dikti) sudah berubah tiga kali,
yakni Permenristekdikti Nomor 49 Tahun 2014, Permenristekdikti Nomor 44 Tahun 2015, dan
Permendikbud Nomor 3 Tahun 2020. Dapat diketahui bahwa perubahan menuntut percepatan,
bukan semata-mata kecepatan. Pergantian kurikulum yang ada membuat semua pihak untuk
menyesuaikan dengan perubahan yang ada. Menyikapi hal tersebut, banyak instansi yang belum
mampu menerapkan Kurikulum Merdeka. Tantangan yang dihadapi perguruan tinggi dalam
pengembangan kurikulum terlebih di era Industri 4.0. yaitu menghasilkan lulusan yang memiliki
kemampuan literasi baru meliputi literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia yang
berporos pada akhlak mulia. Salah satu upaya untuk menjawab tantangan tersebut ialah dengan
lahirnya kebijakan hak belajar bagi mahasiswa di luar program studi. Kebijakan yang popoler
dengan sebutan MBKM dimaksudkan untuk mewujudkan proses pembelajaran di perguruan
tinggi yang otonom dan fleksibel. Hingga akhirnya tercipta kultur belajar yang inovatif, tidak
mengekang, serta sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.80 Lingkup merdeka belajar dalam
lingkup Sekolah Dasar telah diatur sebagaimana diatur dalam Permendikbud Nomor 3 Tahun
2020. Terkait dengan Standar Nasional Pendidikan Tinggi, perguruan tinggi wajib menciptakan
peran bagi mahasiswa−bisa diambil atau tidak−dengan mengambil sks di luar perguruan tinggi
selama dua semester (setara maksimal 40 sks). Selain itu, juga mengambil sks pada program
studi yang berbeda di perguruan tinggi yang sama tingginya sebanyak satu semester (setara
maksimal 20 sks). Kaitannya dengan kurikulum merdeka, terdapat delapan kegiatan yang dapat
dipilih prodi dalam menerapkan kurikulum ini. Antara lain pertukaran pelajar, magang/praktik
kerja, bantuan mengajar satuan pendidikan, penelitian, proyek kemanusiaan, kegiatan
kewirausahaan, studi/proyek mandiri.

Pemulihan Pembelajaran Keputusan dari Kemendikbudristek di antaranya sebagai berikut:

a. Dalam rangka pemulihan ketertinggalan pembelajaran (learning loss) yang terjadi dalam
kondisi khusus. Satuan pendidikan atau kelompok satuan pendidikan perlu mengembangkan
kurikulum dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi
daerah, dan peserta didik.

b. Pengembangan kurikulum satuan pendidikan mengacu pada dasardasar berikut.

1) Kurikulum 2013 untuk pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, serta pendidikan
menengah dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar secara utuh.
2) Kurikulum 2013 untuk pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, serta pendidikan
menengah dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang disederhanakan.
3) Kurikulum Merdeka untuk pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah secara utuh.
c. Kurikulum mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.
d. Kurikulum 2013 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
e. Kurikulum 2013 ditetapkan oleh pemimpin unit utama yang membidangi kurikulum,
asesmen, dan perbukuan.
f. Pemenuhan beban kerja dan penataan linieritas guru bersertifikat pendidik dalam
implementasi pembelajaran pada Kurikulum 2013 dan Kurikulum 2013 yang disederhanakan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
g. Bagi satuan pendidikan yang ditetapkan sebagai pelaksana Program Sekolah Penggerak dan
Program Sekolah Menengah Kejuruan Pusat Keunggulan, kurikulum yang digunakan
mengacu pada Kurikulum Merdeka dan pemenuhan beban kerja guru serta linieritas sesuai
dengan Keputusan Menteri ini.
h. Pelaksanaan Kurikulum 2013 yang disederhanakan dapat diberlakukan secara serentak mulai
kelas I sampai dengan kelas XII.
i. Pelaksanaan Kurikulum Merdeka diberlakukan secara bertahap.
j. Pelaksanaan kurikulum menggunakan buku teks utama yang ditetapkan oleh pemimpin unit
utama yang membidangi kurikulum, asesmen, dan perbukuan atas nama. Menteri
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
k. Buku teks utama yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran dievaluasi secara berkala
sebagai dasar revisi dan ditetapkan kembali oleh pemimpin unit utama yang membidangi
kurikulum, asesmen, dan perbukuan.
l. Ketentuan pemenuhan beban kerja minimal 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam 1
(satu) minggu, dikecualikan bagi guru pada satuan pendidikan dalam kondisi khusus.
m. Kurikulum Merdeka mulai berlaku pada tahun ajaran 2022/2023. Keputuran dari
Kemendikbudristek di atas menjadi dasar dan payung hukum serta rujukan dalam
pelaksanaan Kurikulum Merdeka yang diterapkan pada sekolah-sekolah, madrasah-
madrasah, serta institusi-institusi atau lembaga-lembaga pendidikan yang berada di
Indonesia.

Pengertian Kurikulum Merdeka Pendidikan di Indonesia mengalami beberapa kali


perubahan sistem kurikulum dengan tujuan penyempurnaan. Usaha yang dilakukan oleh
pemerintah dalam penyempurnaan yaitu mengubah dan memberi inovasi kurikulum. Di
antaranya kurikulum KTSP/2006 menjadi Kurikulum 2013 hingga menjadi Kurikulum Merdeka
Belajar. Kurikulum 2013 telah diterapkan mulai dari tahun ajaran 2013/2014.

Kurikulum Merdeka bisa saja terus dilakukan dengan beberapa syarat. Pertama, regulasi
yang fundamental, misalnya Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Kedua, melihat dari asesmen nasional yang bertujuan untuk mengukur
bagaimana penalaran dari peserta didik bukan hanya pengetahuan saja. Ketiga, jika publikasi
semakin menyebar luas maka kemungkinan kecil Kurikulum Merdeka dihentikan. Jadi,
implementasi Kurikulum Merdeka bertujuan untuk menjawab keluhan dan masalah yang terjadi
pada kurikulum sebelumnya. Implementasi Kurikulum Merdeka dapat dilihat di sekolah
penggerak. Implementasi kurikulum ini menekankan pada bakat dan minat peserta didik dalam
mengembangkan potensi yang mereka punya. Implementasi kurikulum ini dapat menjadikan
peserta didik berkompeten sesuai bidangnya, serta dapat berkembang sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan terknologi masa sekarang. Implementasi diartikan sebagai
suatu tindakan dari suatu perencanaan yang sudah disusun dengan matang dan terperinci.35
Implementasi dilakukan ketika perencanaan sudah sempurna yang berlanjut pada aktivitas, aksi,
tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem yang sesuai perencanaan. Implementasi tidak
dapat berdiri sendiri, tetapi berkaitan erat dengan yang lain. Misalnya sumber daya manusia,
alam, sarana, prasarana, dan pendanaan. Kaitannya dengan implementasi MBKM di lingkungan
perguruan tinggi ataupun sekolah tingkat dasar dan menengah tentu dipengaruhi oleh kurikulum,
kelas, peserta didik, guru, mahasiwa, dosen, hingga pendanaan yang tidak murah. Implementasi
dari Kurikulum Merdeka Belajar jika dijalankan sesuai fungsinya pasti akan berjalan dengan
baik.

Kurikulum ini juga sangat membantu menyelesaikan problematika sekolah selama masa
Covid19. Pada masa itu pembelajaran dilakukan dari rumah secara online. Pembelajaran
menggunakan kurikulum lama dengan metode lama tentu tidak akan efektif dan tidak efisien
lagi. Selain menjadikan peserta didik tidak memahami secara keseluruhan tentang pembelajaran,
guru pun juga bingung bagaimana cara membuat peserta didik mengerti dengan materi ajar.
Konsep merdeka belajar merupakan konsep yang memberikan kemerdekaan dalam belajar untuk
mengusahakan kesiapan lulusan dari sekolah dan perguruan tinggi negeri maupun swasta agar
mampu menghadapi perkembangan zaman yang semakin pesat. Terdapat delapan program
MBKM yang direncanakan. Beberapa program yang telah dilaksanakan oleh perguruan tinggi
swasta di antaranya program pertukaran pelajar antarprodi maupun antarperguruan tinggi di
dalam perguruan tinggi maupun luar perguruan tinggi. Problematika Kurikulum Merdeka Belajar
Program Kurikulum MBKM merupakan bagian dari upaya Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan RI. Bertujuan mendorong siswa dan mahasiswa agar bisa menguasai beragam
kompetensi sebagaimana tertuang dalam Permendikbud Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar
Nasional Pendidikan Tinggi. Tertuang di dalam Kebijakan Merdeka Belajar dinyatakan bahwa
Kampus Merdeka diharapkan dapat menjadi jawaban atas tuntutan tersebut. Berkaitan dengan
hal di atas, kebijakan atau program pemerintah yang akan atau sedang dilaksanakan atau
diimplementasikan tahun 2021 ini, maka beberapa kemungkinan permasalahan akan terjadi.
Permasalahan akan terjadi apabila antara aturan atau kebijakan pemerintah yang
diimplementasikan atau dilaksanakan tidak seperti yang diharapkan. Susetyo menyatakan bahwa
kebijakan program MBKM yang dirancang berbeda dengan implementasinya.

Komponen Utama Kurikulum Merdeka Belajar Menurut Abidah dkk. terdapat empat
komponen utama Kurikulum Merdeka Belajar, yaitu sebagai berikut:
1. Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) diganti dengan asesmen berupa ujian tertulis
dan/atau bentuk ujian lain, yaitu penugasan dan portofolio seperti tugas kelompok, karya
tulis, tugas proyek, dan lainnya.
2. Pada tahun 2020 Ujian Nasional (UN) dihapus dan diganti dengan Survei Karakter serta
Asesmen Kompetensi Minimun.
3. Implementasi perihal Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) satu lembar.
4. Menerapkan sistem zonasi pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Kemendikbud
menggagas empat komponen di atas bertujuan untuk memberi ruang luas bagi setiap
peserta didik, guru dan pihak sekolah dalam menentukan langkah kebijakan. Adanya
Kurikulum Merdeka Belajar dapat menjawab terhadap pesatnya globalisasi yang sudah
memasuki abad ke-21. Tuntutan perkembangan zaman mendorong suatu lembaga
pendidikan untuk senantiasa adaptif dan solutif terhadap kurikulum.

Kelebihan Kurikulum Merdeka Dalam “Buku Saku Tanya Jawab Kurikulum


Merdeka” yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan, dan Kebudayaan pada
Tahun 2022,

2. Keunggulan dan kekurangan kurikulum merdeka

Keunggulan Kurikulum Merdeka di antaranya sebagai berikut.

a. Lebih sederhana dan mendalam Fokus pada materi yang esensial dan pengembangan
kompetensi peserta didik sesuai tahapan perkembangannya. Dengan demikian, kegiatan
belajar menjadi lebih mendalam, bermakna, tidak terburuburu, dan menyenangkan.
b. Lebih relevan dan interaktif Pembelajaran dalam kegiatan proyek memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk secara aktif mengeksplorasi isu-
isu terkini guna mendukung pengembangan kepribadian dan profil kompetensi Pelajar
Pancasila.
c. Lebih merdeka
a. Peserta didik tidak mempunyai program peminatan di SMA. Mereka bisa memilih
mata pelajaran sesuai minat, bakat, dan aspirasinya.
b. Guru mengajar sesuai tahap capaian dan perkembangan peserta didik.
c. Sekolah mempunyai wewenang untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum,
serta menentukan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan
dan peserta didik.

Dengan kelebihan Kurikulum Merdeka di atas menghasilkan beberapa karakterisik dari


kurikulum tersebut, yaitu sebagai berikut:

a. Pembelajaran berbasis proyek untuk pengembangan soft skills dan karakteristik profil
Pelajar Pancasila.
b. Fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang
mendalam, khususnya kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi.
c. Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan
peserta didik, serta melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.

Kekurangan Kurikulum MerdekaMenurut Badan Standar Nasional Pendidikan,


kurikulum merdeka adalah sistem pembelajaran yang mengacu pada pendekatan bakat dan
minat. Adapun beberapa kekurangan kurikulum merdeka yang perlu dievaluasi, seperti
berikut. 
a. Masih perlu evaluasi dan pengkajian
b. Persiapan kurikulum baru ini dinilai masih belum matang. Maka dari itu, perlu
pengkajian dan evaluasi yang lebih mendalam agar penerapannya efektif dan tepat.
c. Sistem belum terencana dengan baik 
d. Pada awal kurikulum merdeka banyak target pendidikan yang belum terencana
dengan baik. Pasalnya, pada bagian prosedur pelaksanaan pendidikan dan pengajaran
masih kurang pembahasan tentang cara peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.
Maka dari itu, kurikulum ini dinilai belum cukup sempurna untuk menjadi sistem
pendidikan dan pengajaran yang terencana dengan baik.
e. Kurangnya SDM yang cakap
f. Kurikulum merdeka masih perlu sosialisasi dan persiapan yang matang supaya
mempunyai sistem yang terstruktur dengan baik. Selain itu, kurikulum ini juga
memerlukan SDM yang matang, yaitu tenaga pendidik yang cakap agar dapat
melaksanakan kurikulum dengan baik. Sayangnya, SDM yang tersedia masih kurang
memadai.

3. Program Kegiatan Merdeka Belajar


a. Pembiayaan pembelajaran lewat Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah dengan sasaran
1,095 juta mahasiswa serta KIP Sekolah dengan sasaran 17,9 juta siswa. Pendanaan
pembelajaran pula mencakup layanan spesial pembelajaran warga dan kebencanaan
dengan sasaran 42,896 sekolah, tunjangan profesi guru dengan sasaran 363 ribu guru,
pembinaan Sekolah Indonesia Luar Negara (SILN), serta dorongan pemerintah pada 13
SILN dan 2. 236 lembaga.
b. Program digitalisasi sekolah dan medium pendidikan melalui 4 sistem penguatan
platform digital; 8 layanan terpadu Kemendikbud, kehumasan, dan media; 345 model
bahan ajar dan model media pembelajaran digital; serta penyediaan fasilitas pembelajaran
untuk 16.844 sekolah.
c. Pembinaan partisipan didik, prestasi, talenta, serta penguatan kepribadian. Prioritas ini
hendak diciptakan melalui 3 layanan pendampingan advokasi serta sosialisasi penguatan
kepribadian; pembinaan partisipan didik oleh 345 pemerintah wilayah; serta kenaikan
prestasi dan manajemen talenta kepada 13.505 pelajar.
d. Kemendikbud menargetkan hendak melaksanakan pembelajaran kepada 19.624 guru
penggerak; sertifikasi terhadap 10.000 guru serta tenaga kependidikan; rekrutmen guru
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) oleh 548 pemerintah wilayah dan
penjaminan kualitas; serta sekolah penggerak dan organisasi penggerak kepada 20.438
orang guru.
e. Dalam kenaikan kurikulum dan asesmen nasional, Kemendikbud hendak melaksanakan
pelatihan kurikulum baru kepada 62.948 guru dan tenaga kependidikan; pendampingan
dan sosialisasi implementasi kurikulum serta asesmen di 428.957 sekolah; meningkatkan
4.515 model kurikulum dan perbukuan, serta akreditasi dan standar nasional
pembelajaran di 94.912 lembaga.
f. Kemendikbud menunjang seluruh pencapaian indeks kinerja utama (IKU) untuk 75 PTN
(BOPTN), kenaikan kelembagaan pembelajaran besar, competitive fund serta matching
fun untuk Akademi Besar Negara ataupun Akademi Besar Swasta, kenaikan mutu SDM,
serta kenaikan mutu pendidikan dan kemahasiswaan sehingga terbentuk 50 ribu
mahasiswa berwirausaha.
g. Kemendikbud hendak membagikan apresiasi dan kenaikan SDM kepada 5.225 orang di
994 satuan pembelajaran; mengadakan aktivitas dan program publik dengan sasaran
619.515 orang, 450 layanan, 352 aktivitas, serta satu platform holistik; pengelolaan cagar
budaya dan peninggalan budaya tidak barang pada 72.305 unit; penguatan desa dan
sarana bidang kebudayaan pada 359 desa dan 260 kelompok warga, serta layanan
keyakinan dan warga adat kepada 1 031 orang di 25 daerah adat.

Pendekatan dalam Implementasi Kurikulum Merdeka Praktisi dan pelaksana kurikulum dapat
menggunakan satu atau lebih pendekatan atau teori dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi kurikulum. Penulis buku teks dan penyusun materi ajar juga memiliki pendekatan dan
teori kurikulum yang berbeda. Pendekatan kurikulum berfokus pada pentingnya perencanaan
dalam desain kurikulum. Oleh karena itu, perlu diingat bahwa ada banyak pendekatan
kurikulum, tetapi sebagian besar dapat dikategorikan sebagai pendekatan teknis atau non-teknis.
Selanjutnya, identifikasi jenis pendekatan kurikulum dalam setiap kasus. Dari perspektif teori
kurikulum, teori-teori kunci yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum diperiksa dan
diikuti dengan deskripsi singkat tentang berbagai fitur teoretis kurikulum. Termasuk sejarah
kurikulum, struktur terprogram, isi materi pelajaran, dan dukungan. Pertimbangan penting dalam
mengembangkan, melaksanakan, dan mengevaluasi kurikulum bisa disandarkan pada SNDikti
(Standar Nasional Pendidikan Tinggi). Aspek yang menjadi acuan ialah kompetensi lulusan
(SKL)/capaian pembelajaran lulusan (CPL) yang dinyatakan sebagai landasan utama. Oleh
karena itu, kurikulum pendidikan tinggi yang dikembangkan atas dasar SNDikti sebenarnya
menggunakan pendekatan output-based education (OBE). Tentunya ini sangat membantu dalam
implementasi capaian kurikulum suatu lembaga pendidikan. Begitu juga menjadi keuntungan
lembaga ketika mengikuti akreditasi internasional melalui pendekatan OBE.

4. Penerapan Pengembangan Kurikulum Merdeka di SD

Implementasi merupakan hal yang berbeda dengan desain ataupun perancangan kurikulum.
Pelaksanaannya merupakan hal yang lebih kompleks dan memerlukan kolaborasi yang lebih luas
antara pengajar dan pelajar. Di samping itu, penerapan pengembangan kurikulum sendiri
merupakan urgensi dalam pendidikan. Pengembangan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan
efisiensi kurikulum sebelumnya. Hal tersebut dilakukan karena tidak setiap orang mampu
menerima dan menerapkan kurikulum yang telah dibuat.

Materi Kurikulum Merdeka Kurikulum Medeka yang diterapkan dalam Sekolah Dasar
dirancang agar capaian pembelajaran tidak berpusat pada membaca dan menulis agar tidak
membebani peserta didik. Dalam bidang struktur pendidikan di Sekolah Dasar tidak mengalami
banyak perubahan. Meskipun demikian terdapat perubahan pada bidang IPA dan IPS, keduanya
dikombinasikan dan dikenal istilah IPAS. Perubahan lain juga muncul dari pengurangan materi
yang ada. Perubahan lain adalah pembelajaran berbasis proyek sebagai kegiatan kokurikuler.
Pembelajaran berbasis proyek merupakan kegiatan yang kontekstual kolaboratif dan berorientasi
pada penyelesaian problem atau pembuatan karya. Kurikulum Merdeka juga turut merubah
orientasi pembelajaran olahraga dan kesenian. Keduanya saat ini lebih berorientasi pada praktik.
Olahraga dalam kurikulum ini berisi kegiatan untuk kebugaran dan kesenian berisi kegiatan
berkarya untuk mengasah rasa seni.

Selain itu, Kurikulum Merdeka SD mencakup bahasa Inggris sebagai mata pelajaran pilihan.
Mata pelajaran ini dapat diterapkan oleh satuan pendidikan yang sudah memiliki SDM memadai.
Implikasinya adalah guru perlu mempelajari secara lebih mendalam capaian pembelajaran
Kurikulum Merdeka serta elemen dan tahap perkembangan peserta didiknya. Implementasi
pengembangan Kurikulum Merdeka dapat dilakukan melalui materi kurikulum tersebut. Materi
pembelajaran merupakan hal yang langsung bersinggungan dengan peserta didik. Oleh karena
itu, implementasi pengembangan kurikulum dapat dilakukan dengan memasukkannya dalam
materi ajar. Digitalisiasi Sekolah Implementasi merdeka belajar perlu didukung dengan
seperangkat alat bantu guna kelancaran pelaksanaanya. Perkembangan yang cepat juga harus
diimbangi dengan peralatan yang memadai. Pengembangan kurikulum di lingkup Sekolah Dasar
juga bergantung pada digitalisasinya. Pengembangan kurikulum pada dasarnya menyesuaikan
dengan kebutuhan yang ada. Dalam praktiknya, hal tersebut diharapkan lebih efektif dari
sebelumnya. Oleh karena itu, digitalisasi diperlukan dalam implementasinya. Digitalisasi sekolah
merupakan sebuah urgensi di tengah perkembangan zaman. Di samping itu, perubahan dan
perkembangan zaman juga menjadikan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi mutlak
dibutuhkan.

Termasuk juga pemanfaatan terobosan perkembangan teknologi informasi dalam proses


belajar dan pengajaran sangat mutlak dibutuhkan. Saat ini, program digitalisasi sekolah yang
diformulasikan oleh pemerintah melalui Kemendikbud terus mendapat sorotan publik.108
Khususnya dalam beberapa tahun terakhir, perhatian publik semakin santer manakala selama
pandemi Covid-19 ini telah mewajibkan publik untuk bekerja dan beraktivitas di rumah.
Selebihnya, kebijakan tersebut lebih menekankan penggunaan sarana teknologi informasi dan
komunikasi (TIK), berupa komputer tablet dan portal rumah belajar.109 Kemajuan teknologi dan
informasi sangatlah penting dalam aspek strategi digitalisasi pembelajaran, digitalisasi
infrastruktur, administrasi berbasis digital, dan perubahan budaya lokal menuju budaya
internasional based on digital yang bermanfaat. Bertujuan untuk menembus perubahan
pendidikan ke arah yang lebih tepat pada era revolusi indutri 4.0. Hal ini merupakan tuntutan di
dunia pendidikan masa sekarang yang harus diperhatikan secara baik dan secara saksama. Di sisi
lain, untuk mencapai peserta didik yang berdaya saing regional, implementasi pembelajaran
berbasis komputer untuk mendorong meleknya peserta didik terhadap teknologi adalah tuntutan
era yang harus disikapi. Atas dasar tersebut, penelitian mengenai digitalisasi pembelajaran di
sekolah pedalaman sangat penting dan strategis guna mendorong peningkatan pendidikan
berdaya saing regional secara merata di seluruh wilayah NKRI.

Guru Penggerak Guru penggerak kaitannya dengan merdeka belajar merupakan seseorang
yang mampu mengarahkan peserta didik dalam mengembagkan dirinya secara menyeluruh.
Perkembangan tersebut dapat berupa memiliki pemikiran yang kritis dan daya cipta yang kreatif.
Dalam pembelajaran merdeka belajar, guru penggerak memiliki kewajiban untuk mampu
melaksanakan proses pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik. Guru penggerak tidak
hanya mengikuti kurikulum yang ditentukan. Melainkan, berupaya mengubah semua aktivitas
belajar untuk mencapai atau menjaga standar peserta didik yang beriman, bertakwa, memiliki
akhlak yang mulia, lebih kreatif, mampu bergotong royong, memiliki jiwa kebinekaan yang
global, berpikir kritis, serta memiliki kemandirian. Guru penggerak juga berfungsi sebagai guru
yang menggerakkan guru yang lain dalam pembelajaran merdeka belajar sehingga mampu
mengembangkan potensi peserta didik secara holistik. Guru penggerak dalam merdeka belajar
tidak hanya memiliki kemampuan dalam mengelola pembelajaran secara efektif. Namun, harus
mampu menciptakan hubungan yang baik dengan peserta didik dalam komunitas persekolahan.
Dilaksanakan dengan menggunakan teknologi yang ada demi peningkatan mutu pembelajaran,
serta harus melakukan refleksi dan evaluasi terus-menerus dalam perbaikan praktik pembelajaran
yang terus-menerus.

Guru penggerak harus mampu menjadi teladan yang memiliki kemampuan dan daya juang
untuk membawa suatu perubahan yang baik dalam ekosistem pendidikan dalam sekolahnya
maupun dalam unit sekolah yang lain. Didikan profil pelajar Pancasila dapat terwujud dengan
baik sesuai dengan yang diharapkan. Guru penggerak merupakan pemimpin pembelajaran dalam
merdeka belajar yang memiliki kemampuan dalam menggerakkan ekosistem pendidikan untuk
mewujudkan pendidikan yang berpusat kepada peserta didik. Menjadi guru penggerak harus
lulus seleksi dan mengikuti program pendidikan dan pelatihan selama sembilan bulan.

Menurut Sutikno dan Manizar, peran dari guru penggerak dalam pendidikan yaitu sebagai
berikut.

a. Guru menjadi penggerak dalam komunitas belajar bagi rekan guru di sekolah dan
wilayahnya. Guru dewasa ini tidak hanya dituntut sebagai contoh bagi peserta didiknya.
Diharapkan kehadiran guru penggerak mampu membawa suatu perubahan yang baik bagi
guru yang digerakkan. Khususnya dalam kualitas mengajar peserta didik dan kemandirian
guru dalam mengembangkan dirinya secara mandiri.
b. Guru penggerak memiliki peran dalam melatih rekan guru dalam mengembangkan
pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik. Guru yang digerakkan oleh guru
penggerak harus mempunyai kemampuan mendesain dan mengelola pembelajarannya
semenarik mungkin sehingga peserta didik termotivasi untuk belajar dan berkreasi sesuai
dengan bakat dan kemampuannya. Motivasi yang ada dalam diri peserta didik
memampukan dirinya untuk meningkatkan prestasi akademiknya secara mandiri.
c. Guru penggerak menjadi agen perubahan dalam hal peningkatan kualitas kepemimpinan
peserta didik di sekolah
d. Guru penggerak harus mampu mencipatkan suatu ruang sebagai wadah untuk berdiskusi
dan berkolaborasi bersama. Antara rekan guru dan mereka yang memiliki kepentingan atau
pemangku kepentingan yang ada di lingkungan pendidikan sekolah maupun di luar sekolah
dengan tujuan peningkatan kualitas dalam pembelajaran.
e. Guru penggerak harus menjadi pemandu dalam proses pembelajaran yang menciptakan
suasana nyaman dan damai dalam ekosistem pembelajaran. Dengan pembelajaran yang
nyaman, peserta didik terdorong untuk mengembangkan dirinya menjadi pribadi yang
bernalar kritis, kreatif, berhati mulia, dan memiliki sikap toleransi.
f. Mengembangkan diri secara aktif. Guru penggerak harus selalu meng-upgrade dirinya
dalam mengikuti perkembangan zaman. Guru harus mampu meningkatkan dan
mengembangkan kompetensinya sebagai guru secara mandiri.
g. Menjadi motivator, artinya guru merupakan motivator dalam pembelajaran dalam memacu
aktivitas belajarnya.
h. Guru penggerak harus menjadi panutan yang mampu mengarahkan dan mengubah perilaku
dan karakter peserta didik ke arah yang lebih baik. Melahirkan generasi bangsa berkualitas
yang memiliki keilmuwan dan kedalaman spritual sebagai ujung tombak bagi kemajuan
bangsa.

Guru penggerak dalam kaitannya dengan implementasi Kurikulum Merdeka memilki peran
yang sentral. Guru sebagai teladan juga memiliki kepentingan dalam menerapkan kurikulum
yang ada. Implementasi pengembangan kurikulum yang disusun sudah sepantasnya mampu
dipelajari dengan baik dan dijalankan terhadap peserta didiknya. Khususnya dalam dunia
pendidikan Sekolah Dasar yang masih sangat bergantung kepada guru dan tenaga pengajar
lainnnya. Project Based Learning Alfred North Whitehead dalam bukunya “The Aims of
Education (1929)” menjelaskan tentang the rhythm of education (ritme atau irama pendidikan),
bahwa esensi pendidikan merupakan sebuah “proses menjadi” (on being process). Dalam kata
lain, pendidikan merupakan suatu “proses” yang membuat seorang manusia tumbuh dan
berkembang menurut irama atau ritme kehidupan dengan segala kebutuhan, permasalahan,
peluang, dan tantangannya tersendiri. Whitehead megungkapkan pemikirannya tentang
pendidikan yang harus dipandang sebagai sebuah project of life yang dimulai sejak awal
kelahiran hingga kematian seorang manusia. Selanjutnya, pendidikan seyogianya tidak dijadikan
sebagai sebuah sistem yang kaku, statis, konvensional, dan terlalu administratif. Project based
learning (PBL) dipahami sebagai sebuah pendekatan dalam pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk memperdalam pengetahuan dan pengembangan
kemampuannya sesuai karakter yang dimiliki melalui aktivitas problem solving dan investigasi.
Peluang penerapan pengembagan Kurikulum Merdeka Belajar melalui PBL memiliki potensi
lebih tinggi. Hal ini dikarenakan guru dapat mendampingi peserta didik menemukan jawaban
dan solusi atas problem pembelajaran yang dihadapi.

Selain itu, juga memberi kesempatan bagi mereka membuat inovasi, kreativitas,
pemahaman, dan meningkatkan keterampilan. Implementasi pengembangan kurikulum
dilakukan dengan pembelajaran berbasis proyek. Pengembangan yang dinilai baru dapat
dimasukkan dalam program pembelajaran berbasis proyek. Kegiatan yang berpusat pada
penyelesaian masalah dapat dikombinasikan dengan memasukkan pengembangan kurikulum
yang ada. Pengalaman secara empiris akan lebih cepat dan mudah dipahami daripada dalam
bentuk teks semata. Model PBL dinilai baik dalam mendesain pembelajaran yang efektif dan
memiliki potensi dalam memenuhi tuntutan pembelajaran.

Model ini membantu peserta didik dalam mempelajari hal berikut.

a. Pengetahuan dan keterampilan yang kokoh dan bermakna guna (meaningfull-use) yang
dibangun melalui tugas-tugas dan pekerjaan yang autentik.
b. Memperluas pengetahuan melalui keautentikan kegiatan kurikuler dengan melakukan
perencanaan atau investigasi yang open-ended, dengan hasil atau jawaban yang tidak
ditetapkan sebelumnya oleh perspektif tertentu.
c. Membangun pengetahuan melalui pengalaman dunia nyata dan negosiasi kognitif antar
personal yang berlangsung di dalam suasana kerja kolaboratif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dalam pendidikan, kurikulum menjadi salah satu komponen terpenting. Kurikulum


memiliki posisi yang sangat penting dan strategis. Kurikulum merupakan deskripsi dari visi,
misi, dan tujuan pendidikan suatu institusi atau lembaga pendidikan. Kurikulum perlu untuk
terus dikembangkan dan disempurnakan agar sesuai dengan laju perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta masyarakat yang sedang membangun. Pengembangan
kurikulum yang terkini adalah Kurikulum Merdeka.

Secara umum, Pengertian kurikulum adalah seperangkat atau sistem rencana dan
pengaturan mengenai isi dan bahan pembelajaran yang menjadi pedoman dalam aktivitas belajar
mengajar. Secara etimologis, kurikulum berasal dari istilah Curriculum dimana dalam bahasa
inggris, kurikulum adalah rencana pelajaran. Curriculum berasal dari bahasa latin yaitu currere
yang memiliki banyak arti yaitu berlari cepat, maju dengan cepat, menjalani dan berusaha untuk..

Kurikulum 2013 adalah kurikulum terbaru yang diluncurkan oleh Departemen Pendidikan
Nasional mulai tahun 2013 ini sebagai bentuk pengembangan dari kurikulum sebelumnya yaitu
kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang mencangkup kompetensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.

Kurikulum Merdeka merupakan kebijakan baru yang muncul sebagai respons dari sistem
pendidikan yang selama ini berjalan. Kebijakan ini ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia. Kebijakan kurikulum pada hakikatnya merupakan terobosan
baru. Kurikulum ini harus terlebih dahulu dipahami oleh tenaga pendidik sebelum hal tersebut
disampaikan kepada peserta didik

B. Saran

Melihat persolan di atas ada beberapa saran untuk perbaikan guru Dalam implementasi
kurikulum 2013 ada Empat kompetensi yang seharusnya dikuasai guru, yakni manajemen
kelas, evaluasi belajar mengajar, metode mengajar, dan upaya pengembangan karakter.
Kurikulum 2013 sudah ditetapkan dan akan berlangsung, namun antusiasme guru untuk
mengetahui masih kurang. Dalam peningkatan dan pengembangan kurikulum guru harus
pelajari kurikulum 2013 sebab, tantangan kita hari ini, , bukan sekadar melatih guru tentang
kurikulum dan mencetak guru yang pintar melainkan bagaimana para guru yang pintar ini
bisa menularkan keterampilannya sehingga guru lain turut pintar.

Dengan adanya kurikulum merdeka, diharapkan mampu mengembangkan kompetensi


para peserta didik. Hal ini menjadi keunggulan tersendiri, di mana kurikulum ini lebih
menekankan pada kebebasan peserta didik. Kurikulum ini juga memudahkan para guru dalam
memberikan pembelajaran kepada peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA

Dra. Latifah Hanum, M.Si. Perencanaan Pembelajaran, Syiah. Latifah University press
Darussalam Banda Aceh

Achruh, A. 2019. “Komponen dan Model Pengembangan Kurikulum”. Jurnal Inspiratif


Pendidikan, 8(1).

Agus, A. A. & Aisah N. 2021. “Implementasi kebijakan merdeka belajar–kampus merdeka


(Studi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Makassar)”. Jurnal
Kreatif Online, 9(4).

Ahmad M, dkk. 1998. Pengembangan Kurikulum di Perguruan Tinggi. Bandung: Pustaka Setia.

Angga, A. & Iskandar S. 2022. “Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mewujudkan Merdeka
Belajar di Sekolah Dasar”. Jurnal Basicedu, 6(3).

Arifin, S., Abidin N., & Al Anshori F. 2021. “Kebijakan Merdeka Belajar dan Implikasinya
terhadap Pengembangan Desain Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam”.
Dirasat: Jurnal Manajemen dan Pendidikan Islam, 7(1).

Anda mungkin juga menyukai