Anda di halaman 1dari 15

PROBLEMATIKA KURIKULUM 2013

DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Siska Widiawati

Abstrak
Kurikulum merupakan perangkat mata pelajaran yang
diajarkan pada lembaga pendidikan. Kurikulum 2013 (K-13)
adalah kurikulum yang berlaku dalam Sistem Pendidikan di
Indonesia saat ini. Artikel ini membahas mengenai 1)
kurikulum 2013; 2) perbedaan kurikulum 2013 dengan
kurikulum 2013 revisi; 3) perbedaan kurikulum 2013 dengan
KTSP; 4) kendala penerapan kurikulum 2013; 5) solusi
penerapan kurikulum 2013; 6) wacana perubahan kurikulum.
Kata Kunci : Probematika, kurikulum 2013, pembelajaran
bahasa Indonesia

Pendahuluan

Kurikulum merupakan perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga

pendidikan. Kurikulum merupakan program pendidikan yang dibuat untuk mencapai suatu

tujuan pendidikan. Kurikulum 2013 (K-13) adalah kurikulum yang berlaku dalam Sistem

Pendidikan di Indonesia. Kurikulum ini merupakan kurikulum yang diterapkan oleh pemerintah

untuk menggantikan Kurikulum 2006 atau yang disebut sebagai Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Kurikulum 2013 mulai diterapkan pada tahun ajaran 2013/2014.
Sejak diterapkannya kurikulum 2013 banyak terjadi pro dan kontra di kalangan

masyarakat terutama para guru, murid, dan wali murid. Hal tersebut dianggap wajar karena

kurikulum 2013 memiliki banyak perubahan sistem yang signifikan dari kurikulum-kurikulum

sebelumnya.

Pada saat awal pelaksanaan kurikulum 2013 ini tidak secara langsung dapat menjangkau

seluruh wilayah di Indonesia. Hanya terdapat beberapa sekolah yang ditunjuk langsung untuk

melakukan percobaan penerapan kurikulum ini. Setelah selang waktu kurang lebih 2 tahun,

memunculkan banyak masukan dari publik, para ahli, dan para pegiat serta pemerhati

pendidikan. Masukan-masukan tersebut lah yang menjadi rujukan dalam perevisian kurikulum

2013.

Penerapan kurikulum baru tentu memiliki banyak problematika yang akan dihadapi

kedepannya. Berhubungan dengan hal tersebut, artikel ini akan membahas mengenai 1)

Kurikulum 2013; 2) Kendala Penerapan Kurikulum 2013; 3) Solusi kreatif Kendala penerapan

kurikulum 2013; dan 4) Wacana Perubahan Kurikulum.

Metode

Pendekatan dalam artikel ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan

sumber studi pustaka yang memusatkan perhatian pada problematika kurikulum pembelajaran

bahasa Indonesia. Kajian ini dilakukan untuk mencari solusi mengenai problematika kurikulum

dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Untuk mencari solusi tersebut, peneliti melakukan studi

pustaka yang akan dipaparkan dalam pembahasan.


Pembahasan dalam artikel ini dipaparkan kendala-kendala yang terjadi sejak

diberlakukannya kurikulum 2013. Solusi dari kendala-kendala yang dialami dalam penerapan

kurikulum 2013 juga disajikan dalam artikel ini. Pembahasan dalam artikel ini merujuk kepada

penelitian tentang problematika kurikulum 2013. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan bukti

problematika kurikulum 2013 yang sedang terjadi, kemudian memberikan solusi kreatif.

Data pada artikel ini berupa paparan mengenai problematika kurikulum 2013 dalam

pembelajaran bahasa Indonesia yang terdapat di beberapa laporan penelitian. Sumber data artikel

ini adalah buku referensi yang membahas tentang problematika kurikulum 2013 dan laporan

penelitian berupa artikel dan tesis yang membahas mengenai problematika kurikulum 2013.

Instrumen yang digunakan dalam artikel ini adalah manusia (human instrument) atau lebih

tepatnya diri peneliti sebagai pengumpul data dan penafsir data.

Pembahasan

Kurikulum 2013

Kurikulum menurut KBBI adalah perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga

pendidikan. Kurikulum merupakan program pendidikan yang dibuat untuk mencapai suatu

tujuan pendidikan.

Kurikulum 2013 (K-13) adalah kurikulum yang berlaku dalam Sistem Pendidikan di

Indonesia. Kurikulum ini merupakan kurikulum yang diterapkan oleh pemerintah untuk

menggantikan Kurikulum 2006 atau yang disebut sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) yang telah berlaku selama kurang lebih 7 tahun. Pada tahun 2013, Kurikulum 2013

masuk dalam masa percobaanya di beberapa sekolah.


Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek dalam melakukan penilaian, yaitu aspek

pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku. Di dalam Kurikulum 2013,

terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang lebih dirampingkan dan materi yang

ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada di materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn dan

beberapa materi lain, sedangkan materi yang ditambahkan adalah materi Matematika.

Tujuan Kurikulum 2013

Tujuan Kurikulum 2013 yang diterapkan oleh Kemendikbud tertuang pada

Permendikbud No. 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah

Menengah Atas/Madrasah Aliyah) yang berbunyi:

“Tujuan Kurikulum 2013 adalah mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan

hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif

serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban

dunia.”

Berdasarkan tujuan kurikulum 2013 tersebut, siswa dituntut untuk lebih berpikir kreatif,

inovatif, cepat dan tanggap, selain itu dalam kurikulum 2013 siswa dilatih untuk menumbuhkan

keberanian di dalam dirinya. Siswa akan dilatih kemampuan berlogika agar dapat memecahkan

suatu permasalahan. Kurikulum 2013 ini juga diberikan atau dimasukkan unsur-unsur kehidupan

bermasyarakat, berbangsa,dan bernegara serta unsur keagamaan untuk membentuk siswa yang

berkarakter.

Sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013, Kurikulum ini mempunyai empat kompetensi inti

yang berisi tujuan dari proses pembelajaran. Rumusan kompetensi inti tersebut tertuang pada
Permendikbud No. 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah

Menengah Atas/Madrasah Aliyah:

- Kompetensi inti sikap spiritual;

- Kompetensi inti sikap sosial;

- Kompetensi inti pengetahuan;

- Kompetensi inti keterampilan

Kurikulum 2013 dikembangkan dari kurikulum 2006 (KTSP) yang dilandasi pemikiran

tentang tantangan masa depan, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogi,

kompetensi masa depan, dan fenomena negatif yang mengemuka.

Karakteristik Kurikulum 2013

Dalam Permendikbud No. 69 tahun 2013, K-13 dirancang dengan karakteristik sebagai

berikut.

1. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa

ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik;

2. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar

terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat

dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;

3. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam

berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;

4. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan,

dan keterampilan;
5. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut

dalam kompetensi dasar matapelajaran;

6. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi

dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk

mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti;

7. Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat

(reinforced) dan memperkaya (enriched) antar matapelajaran dan jenjang pendidikan

(organisasi horizontal dan vertikal).

Perbedaan kurikulum 2013 dengan kurikulum 2013 revisi

Kurikulum Nasional adalah sebutan untuk Kurikulum 2013 atau K-13 atau kurtilas yang

mengalami proses revisi dan perubahan edisi tahun 2016. Namun, kurikulum 2013 tidak berubah

menjadi kurikulum Nasional, melainkan tetap menggunakan nama Kurikulum 2013 revisi yang

berlaku secara nasional. Terdapat beberapa perbaikan atau perubahan yang dimiliki Kurikulum

2013 Revisi. Perbaikan atau perubahan tersebut terletak dalam:

1. Tanggung Jawab Penilaian Kompetensi Spiritual dan Sosial

Apabila di dalam Kurikulum 2013 setiap guru mata pelajaran wajib melakukan tes dan menilai

kompetensi spiritual dan sosial murid dalam konteks mata pelajaran, maka dalam Kurikulum

2013 revisi tanggung jawab tes dan penilaian hanya diampu oleh guru Agama (Kompetensi

Spiritual) dan Budi Pekerti (Kompetensi Sosial). Guru mata pelajaran cukup mencantumkan

laporan pendekatan belajar kompetensi tersebut di dalam mata pelajaran terkait.

2. Koherensi Kompetensi Inti


Poin 1 menjadikan Kompetensi Inti menjadi lebih koheren dengan Kompetensi Dasar mata

pelajaran. Dengan kompetensi inti yang lebih koheren, guru mata pelajaran yang lainnya

dikurangi bebannya sehingga dapat lebih fokus kepada penguasaan materi dan kompetensi yang

memang sesuai dan berbasis mata pelajaran, sembari tetap menyisipkan karakter-karakter mulia

di dalam praktik pengajaran dikelas maupun kegiatan diluar kelas.

3. Membuka Ruang Kreatif bagi Guru

Selanjutnya sehubungan dengan poin satu dan poin dua, guru menjadi lebih fleksibel, lentur, dan

leluasa merancang berbagai macam pendekatan dan materi ajar. Tumpang tindih antara KD Mata

Pelajaran, KI Spiritual dan Sosial, berikut pendekatan 5 M (mengingat, memahami, menerapkan,

menganalisis, dan mencipta) kerap memaksa guru kembali menghamba kepada buku paket

Kurikulum 2013. Diharapkan dengan revisi poin 1 dan poin 2 dapat menjadikan guru untuk lebih

kreatif dalam merancang pendekatan ajar.

4. Keluasan Taksonomi Kemampuan Peserta Didik

Pada Kurikulum 2013 edisi awal taksonomi, yang mengadopsi Bloom dibatasi per jenjang, hanya

sampai memahami untuk SD, menerapkan dan menelaah untuk SMP, dan mencipta untuk SMA.

Kini taksonomi tersebut secara utuh diterapkan di seluruh jenjang. Jadi seharusnya sangat

dimungkinkan untuk seorang peserta SD dengan potensi dan bimbingan yang tepat dapat saja

mencapai tataran penciptaan di dalam praktik belajar.


Perbedaan dengan KTSP

No Kurikulum Lama Kurikulum baru


1 Materi yang diajarkan ditekankan Materi yang diajarkan ditekankan pada
pada tatabahasa/struktur bahasa kompetensi berbahasa sebagai alat
komunikasi untuk menyampaikan gagasan
dan pengetahuan
2 Siswa tidak dibiasakan membaca Siswa dibiasakan membaca dan memahami
dan memahami makna teks yang makna teks serta meringkas dan menyajikan
disajikan ulang dengan bahasa sendiri
3 Siswa tidak dibiasakan menyusun siswa dibiasakan menyusun teks yang
teks yang sistematis, logis, dan sistematis, logis, dan efektif melalui latihan-
efektif latihan penyusunan teks
4 Siswa tidak dikenalkan tentang Siswa dikenalkan dengan aturan-aturan teks
aturan-aturan teks yang sesuai yang sesuai sehingga tidak rancu dalam
dengan kebutuhan proses penyusunan teks (sesuai dengan situasi
dan kondisi: siapa, apa, dimana)
5 Kurang menekankan pada Siswa dibiasakan untuk dapat
pentingnya ekspresi dan spontanitas mengekspresikan dirinya dan
dalam berbahasa pengetahuannya dengan bahasa yang
meyakinkan secara spontan

Kendala penerapan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 ini sempat menuai pro dan kontra. Kurikulum 2013 dinilai belum siap

diterima oleh siswa dan guru. Pada masa kepemimpinan mendikbud Anies Baswedan, penerapan

kurikulum 2013 diberhentikan sementara. Saat itu, sekolah-sekolah diminta kembali menerapkan

KTSP 2006 dengan alasan masih banyak sekolah belum siap terhadap kurikulum 2013. Selain

itu, berikut beberapa kendala penerapan kurikulum 2013 dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

1. Kendala metodologis dalam pelaksanaan pembelajaran


Kendala metodologis berkaitan dengan proses pembelajaran hingga elemen-elemen

pembelajaran yang terbagi dalam beberapa indikator di antaranya: 1) proses penyampaian materi

pembelajaran bahasa Indonesia, 2) proses interaksi dengan siswa dalam proses pembelajaran, 3)

kualitas pemberdayaan sarana dan elemen dalam pembelajaran, 4) mengelola bahan ajar untuk

disampaikan dalam proses pembelajaran, dan 5) penyusunan perangkat Kurikulum 2013 dalam

proses.

2. Kendala kultural dalam pelaksanaan pembelajaran

Kendala kultural berkaitan dengan watak seorang guru dalam proses pembelajaran yang terbagi

dalam beberapa indikator di antaranya: 1) menyikapi atau mempersepsi karakter atau watak

seorang guru terhadap proses pembelajaran, 2) menyikapi atau mempersepsi karakter atau watak

seorang siswa terhadap proses pembelajaran, 3) membantu rasa percaya diri siswa dalam proses

pembelajaran, dan 4) melakukan pembinaan kepada siswa dalam proses pembelajaran.

3. Kendala sosial dalam pelaksanaan pembelajaran

Kendala sosial berkaitan dengan hubungan dan komunikasi atara guru dengan elemen lainnya

yang terbagi dalam beberapa indikator di antaranya: 1) membangun hubungan keharmonisan

dengan siswa dalam proses pembelajaran, 2) membangun keharmonisan antarsesama siswa

dalam proses pembelajaran, 3) membantu rasa percaya diri siswa dalam proses pembelajaran, 4)

membangun konsentrasi belajar siswa di dalam kelas dalam proses pembelajaran, 5) membantu

siswa untuk menangkap/menyimpan perolehan hasil belajar yang didapatkan selama proses

pembelajaran berlangsung, 6) mengukur hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran, 7)

membimbing siswa untuk memecahkan tugas-tugas belajar dalam proses pembelajaran, dan 8)

menyikapi kebiasaan belajar siswa dalam kelas dalam proses pembelajaran


Solusi penerapan kurikulum 2013

Para guru yang ditunjuk sebagai pelaksana kurikulum merasa bingung untuk

mengimplementasikan kurikulum 2013. Kebanyakan dari mereka masih menggunakan konsep

KTSP meskipun kurikulum yang dirancang sebenarnya sudah kurikulum 2013 revisi. Hal

tersebut terjadi karena mereka belum begitu paham dengan kurikulum 2013 yang sebenarnya,

padahal beberapa dari mereka telah mendapatkan pelatihan untuk pengimplementasian

kurikulum 2013.

Mahsun (2014:95) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa perubahan mendasar

dalam Kurikulum 2013, khususnya bidang pembelajaran bahasa Indonesia. Perubahan dimaksud

terjadi pada paradigma penetapan satuan kebahasaan yang menjadi basis materi

pembelajaran. Perubahan pada materi tersebut, membawa dampak pada perubahan

metode pembelajaran. Adapun satuan bahasa yang menjadi basis pembelajarannya adalah teks.

Jadi, pembelajaran bahasa dengan mempertimbangkan konteks situasi pemakaian bahasa itu

sendiri.

Berikut merupakan beberapa solusi dari beberapa kendala yang telah dipaparkan diatas.

1. Solusi dari kendala metodologis pelaksanaan pembelajaran

Guru harus ekstra maksimal ketika memaparkan materinya karena tidak didukung dengan

sarana dan prasarana yang memadai dari pihak sekolah seperti buku paket siswa, belum lagi

perangkat pemberlajaran terkadang sering berubah-ubah. Oleh karena itu, guru terlebih dahulu

harus menentukan materi yang sesuai dengan indikator setiap kompetensi dasar yang akan

diajarkan, kemudian mendikte siswa sebelum menjelaskan materi yang akan dipaparkan

berdasarkan indikator yang harus dicapai dari setiap kompetensi dasar yang ada.
Solusi terkait kendala metodologis diatas adalah diharapkan pihak sekolah harus terus

berusaha mengadakan/membenahi sarana dan prasarana yang akan digunakan oleh guru dalam

proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran bahasa Indonesia di dalam kelas dapat

berjalan secara maksimal.

2. Solusi dari kendala kultural dalam pelaksanaan pembelajaran.

Hal ini sesuai dengan pendapat Arifuddin (2015:180) yang menyatakan bahwa seorang

guru perlu mengetahui dan dapat menerapkan beberapa prinsip mengajar agar dapat

melaksanakan tugasnya secara profesional. Diantaranya, (1) guru harus dapat membangkitkan

perhatian peserta didik pada materi pelajaran yang diberikan serta dapat menggunakan berbagai

media dan sumber belajar yang bervariasi; (2) guru harus dapat membangkitkan minat peserta

didik untuk aktif dalam berfikir serta mencari dan menemukan sendiri pengetahuan; (3) guru

harus mengembangkan sikap peserta didik dalam membina hubungan sosial, baik dalam kelas

maupun luar kelas; dan (4) guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan peserta secara

individual agar dapat melayani peserta didik sesuai dengan perbedaannya tersebut. Solusinya

adalah guru harus berusaha membangkitkan semangat dan perhatian siswa selama proses

pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan

kondisi di dalam kelas. Dalam hal ini, beberapa jenis teks dapat jelaskan di dalam kelas dengan

cara yang berbeda-beda. Salah satunya adalah teks prosedur, sehingga dapat juga membantu

kreativitas siswa dalam mengolah sesuatu secara kompleks.

3. Solusi dari kendala sosial dalam pelaksanaan pembelajaran.

Solusinya adalah guru baiknya memberikan model tugas yang bervariasi kepada siswa

agar siswa tidak bosan dalam menerima tugas dari guru. Guru juga harus berusaha
menghilangkan anggapan siswa yang menyatakan bahwa mata pelajaran bahasa Indonesia

sangatlah mudah, akan tetapi baiknya diubah menjadi mempelajari bahasa Indonesia itu

menyenangkan dan tidak membuat bosan. Guru harus pandai mengolah kelas, agar dapat

menimbulkan suasana belajar yang kondusif, memberikan motivasi kepada siswa, perhatian,

bahkan harus lebih membangun komunikasi dengan orang tua peserta didik mengenai

perkembangan peserta didik selama di rumah.

Wacana perubahan kurikulum

Pada hakikatnya kurikulum akan terus berganti dan berkembang sesuai dengan kebutuhan

dan tuntutan zaman. Dalam kurun waktu kurang lebih 7 tahun sejak diterapkannya kurikulum

2013, pemerintah wacanakan perubahan kurikulum pendidikan. Mendikbud Nadiem Makarim

mulai membahas perubahan kurikulum pendidikan. Berikut beberapa wacana terkait dengan

perubahan kurikulum.

1. Bahasa Indonesia, matematika, bahasa Inggris dan pendidikan karakter berbasis agama

dan pancasila menjadi mata pelajaran utama di Sekolah Dasar. Pembelajaran bahasa

Inggris di SMP dan SMA akan dihapuskan karena seharusnya sudah dituntaskan di SD.

Pembelajaran bahasa Inggris yang diinginkan adalah bahasa Inggris fokus ke percakapan,

bukan tata bahasa. Hal ini tidak bermaksud ingin mencabut hak pengajaran guru bahasa

Inggris apalagi menghapus guru-guru bahasa Inggris. Namun, hal tersebut dimaksudkan

agar siswa lebih dini untuk belajar dan cakap bahasa Inggris dan dapat menggunakannya

untuk mendapatkan ilmu lain yang lebih bermanfaat.

2. Jumlah mata pelajaran di jenjang SMP akan menjadi maksimal 5 mata pelajaran dengan

basis utama pembelajaran pada coding dan di jenjang SMA menjadi maksimal 6 mata
pelajaran tanpa penjurusan lagi mereka yang ingin fokus pada keahlian tertentu

dipersilahkan memilih SMK.

3. Pendidikan SMK akan diwajibkan menggunakan sistem SKS, sehingga siswa yang lebih

cepat ahli bisa menuntaskan SMK dua tahun atau kurang.  Sementara siswa yang lambat

bisa saja sampai 4 tahun dan ujian kelulusan SMK pada keahliannya bukan pada

pelajaran normatif dan adaptif. Dengan sistem SKS, siswa SMK bisa lebih fokus pada

keahlian sehingga alumni SMK dimana pun sekolahnya akan memiliki keahlian khusus

yang memang menjadi fokusnya. Hal tersebut agar mereka menjadi pekerja yang sangat

ahli dengan sertifikasi jelas dan hanya yang benar-benar ahli yang diberikan sertifikat dan

ijazah, bukan yang sekolah 3 tahun atau 4 tahun dapat ijazah meskipun sebenarnya tak

punya keahlian apapun.

4. Jabatan pengawas sekolah akan dihapuskan hingga jumlah guru yang dibutuhkan

mencukupi. Jabatan pengawas sekolah boleh diadakan kembali jika jumlah kebutuhan

guru sudah terpenuhi, tidak ada lagi guru honorer dan semua guru sudah berstatus PNS

atau Guru Tenaga Kontrak Profesional dalam Status PPPK dengan pendapatan minimal

setara upah minimum yang ditetapkan pemerintah sesuai standar kelayakan hidup.

Sementara, hilangnya tanggungjawab mengajar kepada kepala sekolah dimaksimalkan

fungsinya sehingga keberadaan pengawas sekolah untuk sementara bisa diabaikan.

5. Seluruh beban administrasi guru dibuat dalam jaringan (online) dan lebih

disederhanakan, RPP cukup 1-2 halaman tetepi harus jelas tujuan dan aplikasi

pembelajarannya, tak ada lagi berkas administrasi dalam bentuk hard copy, verifikasi

keaslian dilakukan secara acak dengan kewajiban menunjukkan berkas asli, bukan foto

copy.
6. Pengangkatan guru berdasakan kompetensi dan kebutuhan kurikulum yang nantinya

dibuat uji komptensi guru wajib dilaksanakan minimal sekali dalam 3 (tiga tahun).

7. Penghapusan sistem honorer sehinga tak ada lagi guru yang mengisi ruang kelas yang

statusnya tidak jelas. Hal tersebut karena seharusnya pendapatan guru minimal mencapai

upah minimum yang ditetapkan pemerintah berdasarkan minimal kelayakan hidup.

8. Anggaran pelatihan guru  dialihkan untuk rekruitmen guru. Organisasi profesi guru

diberikan legalitas dalam melaksanakan upaya peningkatan kompetensi guru, pemerintah

cukup melakukan uji terhadap standar kompetensi guru yang diinginkan. Organisasi

profesi guru harus segera mendapatkan pengesahan setelah melalui verifikasi dan

sepenuhnya pembinaan guru diserahkan kepada organisasi profesi guru dalam

pengawasan Pemerintah.

9. Mengatur kembali penentuan sekolah daerah tertinggal-terpencil-terdepan-terkebelakang

sesuai kondisi sekolah, bukan berdasarkan data Kemendes.

Penutup

Berdasarkan hasil pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan hasil pembahasan sebagai

berikut:

1. Solusi dari kendala metodologis pelaksanaan pembelajaran

Guru terlebih dahulu harus menentukan materi yang sesuai dengan indikator setiap

kompetensi dasar yang akan diajarkan, kemudian mendikte siswa sebelum menjelaskan materi

yang akan dipaparkan berdasarkan indikator yang harus dicapai dari setiap kompetensi dasar

yang ada. Solusi terkait kendala metodologis diatas adalah diharapkan pihak sekolah harus terus

berusaha mengadakan/membenahi sarana dan prasarana yang akan digunakan oleh guru dalam
proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran bahasa Indonesia di dalam kelas dapat

berjalan secara maksimal.

2. Solusi dari kendala kultural dalam pelaksanaan pembelajaran.

Solusinya adalah guru harus berusaha membangkitkan semangat dan perhatian siswa

selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai

dengan kondisi di dalam kelas. Dalam hal ini, beberapa jenis teks dapat jelaskan di dalam kelas

dengan cara yang berbeda-beda. Salah satunya adalah teks prosedur, sehingga dapat juga

membantu kreativitas siswa dalam mengolah sesuatu secara kompleks.

3. Solusi dari kendala sosial dalam pelaksanaan pembelajaran.

Guru harus pandai mengolah kelas, agar dapat menimbulkan suasana belajar yang

kondusif, memberikan motivasi kepada siswa, perhatian, bahkan harus lebih membangun

komunikasi dengan orang tua peserta didik mengenai perkembangan peserta didik selama di

rumah.

Daftar Rujukan

Agustina, Eka Sofia. 2017. Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Teks: Representasi
Kurikulum 2013. Jurnal. Lampung: Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung.
Arifuddin, Iman Syahid. 2015. Peranan Guru Terhadap Pendidikan Karakter Siswa di Kelas V
SDN Siluman. Jurnal. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan
Indonesia.
https://www.kemdikbud.go.id/kemdikbud/dokumen/Paparan/Paparan%20Wamendik.pdf

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima.
Cetakan Kedua. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Mulyasa, H. E. 2016. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Cetakan Kedelapan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Anda mungkin juga menyukai