Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

MANAJEMEN PENGEMBANGAN KURIKULUM


TEMA : “ PRINSIP UMUM PENGEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA
DITINJAU DARI SEGI KEEFEKTIFAN “

DOSEN PENGAMPU: Dr. Ngasbun Egar, S.Pd., M.Pd.

Oleh :

Sukamit NPM : 19510229


Eni Yuliyanti NPM : 19510237
Basuki NPM : 19510228
Edi Siswanto NPM : 19510212
Nuzulia Fitriana NPM : 19510216
Susanti Ning Astuti NPM : 19510219
Latar Belakang
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang cukup sentral dalam seluruh kegiatan pendidikan,
menentukan proses pelaksanaan dan hasil pendidikan (Sukmadinata, 2013). Di Indonesia, kurikulum dari masa kemerdekaan
sampai sekarang banyak mengalami perubahan. Pada masa ini, kurikulum terbaru yang digunakan adalah kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang pernah diujicobakan pada tahun
2004. Kurikulum 2013 diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, minat peserta
didik agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketetapan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab.
Kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi dan karakter lebih menekankan pada pengalaman lapangan untuk mengakrabkan
hubungan antar guru dan peserta didik. Keterlibatan dan kepemimpinan guru dalam pembelajaran di sekolah memudahkan
mereka untuk mengikuti perkembangan yang terjadi selama peserta didik mengikuti pembelajaran. (Mulyasa, 2013)
Proses pembelajaran kurikulum 2013 merupakan salah satu elemen dari standar proses yang mengalami perubahan guna
mencapai keberhasilan pembelajaran dan pembentukan kompetensiserta karakter peserta didik. Proses pembelajaran pada
kurikulum 2013 dalam satuan pendidikan harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik agar berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik. Jadi, proses pembelajaran merupakan
salah satu rangkaian kegiatan yang penting dalam pencapaian keberhasilan pembelajaran dan kompetensi peserta didik di
mana dilaksanakan oleh guru dan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan sarana dan fasilitas
pendidikan yang ada untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum 2013.
Rumusan Masalah
Fokus masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apakah Kelebihan Kurikulum 2013 Ditinjau Dari Segi
Keefektifan ?
2. Apakah Kelemahan Kurikulum 2013 Ditinjau Dari
Segi Keefektifan ?
3. Bagaimanakah Solusi Pada Kurikulum 2013 Agar Efektif ?
Tujuan Peulisan

 Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :


1. Untuk mengetahui Kelebihan Kurikulum 2013 Ditinjau Dari Segi
Keefektifan?
2. Untuk Mengetahui Kelemahan Kurikulum 2013 Ditinjau Dari Segi
Keefektifan
3. Untuk Mengetahui Solusi Pada Kurikulum 2013 Agar Efektif
Kelebihan Kurikulum 2013 Ditinjau dari Segi Keefektifan
Setiap kurikulum yang diberlakukan di Indonesia memiliki kelebihan-kelebihan masing-masing bergantung
kepada situasi dan kondisi saat dimana kurikulum tersebut diberlakukan.
Dilihat dari segi keefektifannya, kurikulum 2013 memiliki beberapa kelebihan yaitu menuntut siswa lebih
mandiri, kreatif dan inovatif. Dibandingkan dengan kurikulum yang lama, kurikulum 2013 melatih siswa
untuk lebih mandiri, kreatif, dan inovatif. Siswa tak hanya mendapatkan informasi dan materi dari guru,
melainkan juga dilatih untuk mencari informasi di luar kelas secara aktif. Melalui konsep 5 M, siswa dididik
untuk dapat mencari sendiri informasi, menemukan, menyampaikan pendapat di depan kelas, mengevaluasi,
dan menarik kesimpulan secara aktif dan mandiri. Dengan begitu, kurikulum ini juga kembali mengajak
anak-anak untuk membudayakan membaca, salah satu kebiasaan yang mulai menurun pada generasi saat ini.
Selanjutnya proses penilaian dilakukan dari semua aspek. Dalam kurikulum 2013, sikap siswa di
dalam kelas juga termasuk salah satu aspek yang dinilai. Karena itu penerapan kurikulum 2013 juga
memiliki tujuan yang baik yaitu mendorong anak untuk memiliki sikap yang lebih baik di sekolah, pada
teman sejawat, dan terhadap lingkungannya. Jika pada kurikulum sebelumnya penilaian hanya dilakukan
dari sisi intelektual siswa, maka kurikulum 2013 ini juga membuat suatu indikator penilaian dari aspek
yang lainnya. Di antaranya adalah dari sisi kecerdasan, sikap dan karakter, sosial bahkan aspek religius.
 Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang
telah diintegrasikan ke dalam semua program studi. Melalui
pengembangan kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan
kompetensi diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan
menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi
serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia
sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Sehingga,
pembentukan karakter tidak hanya dilakukan pada ranah kognitif
saja tetapi, menyentuh pendalaman dan pengamalan nyata dalam
kehidupan sehari-hari. Hampir setiap hari kita mendengar, melihat,
dan menyaksikan betapa para pemuda, pelajar, dan mahasiswa yang
diharapkan menjadi generasi bangsa telah terlibat dengan VCD
porno, pelecehan seksual, narkoba, geng motor, perjudian, dan lain
sebagainya. Contoh-contoh tersebut menunjukkan betapa rendah
dan rapuhnya fondasi moral dan spiritual kehidupan bangsa.
 Kurikulum 2013 menekankan pengembangan kompetensi pengetahuan,
keterampilan, dan sikap peserta didik secara holistik (menyeluruh).
Ketiga kompetensi tersebut ditagih dalam rapor dan merupakan penentu
kenaikan kelas dan kelulusan peserta didik sehingga guru wajib
mengimplementasikannya dalam pembelajaran dan penilaian. Pada
kurikulum sebelumnya mata pelajaran tertentu mendukung kompetensi
tertentu dan dirancang berdiri sendiri dan memiliki kompetensi dasar
sendiri. Tetapi dalam implementasinya guru-guru pada umumnya tidak
mengembangkan kompetensi ketrampilan dan sikap secara jelas.
Kompetensi yang dikembangkan lebih didominasi oleh aspek
pengetahuan. Dengan kehadiran kurikulum 2013 ini tiap mata pelajaran
mendukung semua kompetensi (pengetahuan, keterampilan, sikap) dan
dirancang terkait satu sama lain dan memiliki kompetensi dasar yang
diikat oleh kompetensi inti setiap kelas.
 Kurikulum 2013 tanggap terhadap perubahan sosial yang
terjadi tingkat lokal, nasional, maupun global. Untuk tingkat
SD, penerapan sikap masih dalam ruang lingkup lingkungan
sekitar, sedangkan untuk tingkat SMP penerapan sikap
dituntut untuk diterapkan pada lingkungan pergaulannya
dimanapun ia berada. Sementara itu, untuk tingkat
SMA/SMK, dituntut memiliki sikap kepribadian yang
mencenninkan kepribadian bangsa dalam pergaulan dunia.
Tidak memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci
karena Pemerintah menyiapkan semua komponen kurikulum,
bahkan buku teks dan pedoman pembahasan sudah tersedia.
Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan
kompetensi profesi, pedagogi, sosial, dan personal.
Kelemahan Kurikulum 2013 Ditinjau dari Segi
Keefektifan
 Pembahasan kelebihan dan kekurangan kurikulum 2013 ini tentunya juga harus
dilihat dari aspek kelemahannya. Kelebihan dan kekurangan kurikulum 2013
ini tentunya menjadi perdebatan tersendiri bagi banyak orang. Berikut beberapa
kekurangan kurikulum 2013 yaitu Sistem Penilaian yang terlalu rumit. dalam
kurikulum 2013, guru harus melakukan tiga set penilaian terhadap siswa, antara
lain penilaian sikap, penilaian kognitif, dan penilaian keterampilan. Masing-
masing set penilaian masih dijabarkan lebih banyak, misalkan set penilaian
sikap yang terdiri atas penilaian observasi (kedisiplinan, kejujuran, peduli
lingkungan, dsb), penilaian diri, penilaian teman sejawat, dan penilaian jurnal.
Sistem penilaian yang banyak dan rumit tersebut harus diterapkan guru pada
masing-masing siswa, per mata pelajaran, dan per kompetensi dasar.
Untuk satu mata pelajaran, rata-rata kompetensi dasar adalah
tujuh sampai delapan. Berarti guru harus membuat delapan
kali tiga set laporan narasi untuk masing-masing siswa. Jika
satu kelas terdiri atas 40 anak dan satu guru mengampu tujuh
kelas, maka bisa dibayangkan berapa laporan narasi yang
harus dibuat oleh guru. Sementara laporan berbentuk narasi
mendalam harus berbeda-beda pada masing-masing siswa.
sistem penilaian ini yang paling rumit dibandingkan dengan
sistem penilaian pada kurikulum-kurikulum sebelumnya.
Semestinya sistem penilaian lebih disederhanakan.
Kurikulum 2013 tidak didasarkan pada evaluasi dari pelaksanaan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 sehingga dalam pelaksanaannya bisa
membingungkan guru dan pemangku pendidikan. Kurangnya pemahaman guru
dengan konsep pendekatan scientific. Pendekatan scientific approach
(pendekatan ilmiah) merupakan pendekatan yang diterapkan pada aplikasi
pembelajaran kurikulum 2013. Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah telah mengisyaratkan tentang
perlunya proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan
saintifik atau ilmiah. Pendekatan ilmiah atau scientific approach mencakup
komponen diantaranya yaitu: mengamati, menanya, mencoba, mengolah,
menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Komponen-komponen tersebut
seharusnya dapat dimunculkan dalam setiap praktek pembelajaran. Semua itu
dapat dilaksanakan dengan baik dan efektif apabila guru sebagai pelaksana
memahami secara penuh tentang pendekatan saintifik.
Masih banyak guru yang belum memahami Kurikulum 2013 secara
komprehensif baik konsepnya, penyusunannya maupun prakteknya di
lapangan. Hal ini disebabkan karena sosialisasi Kurikulum 2013 masih
belum terlaksana secara menyeluruh. Banyak guru yang beranggapan bahwa
dengan kurikulum terbaru ini guru tidak perlu menjelaskan materinya.
Padahal kita tahu bahwa belajar matematika, fisika, dan lain-lain tidak cukup
hanya membaca saja. Peran guru sebagai fasilitator tetap dibutuhkan, terlebih
dalam hal memotivasi siswa untuk aktif belajar. Sebagian besar guru belum
siap. Jangankan membuat kreatif siswa, terkadang gurunya pun kurang
kreatif. Untuk itu diperlukan pelatihan-pelatihan dan pendidikan untuk
merubah paradigma guru sebagai pemberi materi menjadi guru yang dapat
memotivasi siswa agar kreatif. Selain itu guru harus dipacu kemampuannya
untuk meningkatkan kecakapan profesionalisme secara terus menerus.
Sebagai contoh di Singapura, dalam setahun guru berhak: mendapatkan
pelatihan selama100 jam.
Guru juga tidak pernah dilibatkan langsung dalam proses
pengembangan kuriku1um 2013. Pemerintah melihat seolah-olah
guru dan siswa mempunyai kapasitas yang sama. Tidak ada
keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil
dalam kurikulum 2013. Keseimbangan sulit dicapai karena
kebijakan ujian nasional (UN) masih diberlakukan. UN hanya
mendorong orientasi pendidikan pada hasil dan sama sekali tidak
memperhatikan proses pembelajaran. Hal ini berdampak pada
dikesampingkannya mata pelajaran yang tidak diujikan dalam
UN. Padahal, mata pelajaran non-UN juga memberikan
kontribusi besar untuk mewujudkan tujuan pendidikan.
Penyusunan materi ajar belum runtut sesuai tahap berpikir siswa, guru
harus memilah dan menentukan materi esensial mengingat materi yang
harus dikuasai siswa cukup banyak. Konten kurikulum masih terlalu padat
yang ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi
yang keluasan dan kesukarannya melampaui tingkat kemampuan siswa.
Standar proses pembelajaran menggambarkan urutan pembelajaran yang
kurang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam
dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru. Materi terlalu
luas, kurang mendalam. Beban belajar terlalu berat, sehingga waktu belajar
di sekolah terlalu lama. Hal tersebut dirasa sangat tidak efektif untuk siswa
menyerap ilmu yang diberikan secara maksimal.
Selanjutnya yaitu sarana yang belum merata.
Kekurangan kurikulum 2013 selanjutnya adalah
kurangnya sarana dan prasarana yang belum memadai
dan merata untuk menjalankan kurikulum 2013. Tak
semua siswa dan sekolah memiliki sarana dan
prasarana yang memadai untuk mengajarkan
siswanya belajar secara aktif dan mandiri. Terutama
jika kurikulum ini akan diterapkan di daerah-daerah
yang terpencil.
Dari uraian di atas dapat kita tarik kesimpulan penerapan
kurikulum 2013 masih menyisakan banyak kelemahan
yang harus ditangani dengan cepat oleh pemerintah,
walaupun ada juga keunggulannya. Tetapi keunggulan
itu terasa percuma jika kelemahan yang ada tidak segara
tertangani, yang mana keunggulan tersebut tidak akan
terwujud karena akan membuat menjadi kelemahan juga.
Lalu apa yang dimaksud dengan keefektifan? Dalam hal ini,
dapat dikatakan efektif jika apa yang diajarkan di sekolah
mereka dapat mereka terima sepenuhnya. Nyatanya tidaklah
demikian. Tidak sedikit siswa yang biasa-biasa saja setelah
diajarkan begitu banyaknya materi di sekolah mereka. Tidak
banyak juga dari mereka dapat menerapkan ilmu dari materi
yang mereka terima di sekolah mereka. Ini yang dinamakan
kurang efektif.
Solusi pada Kurikulum 2013 Ditinjau dari Segi
Keefektifan
Guru yang diharapkan memahami dan menguasai Kurikulum 2013 dapat
disebabkan karena pelaksanaan sosialisasi masih belum terlaksana secara
menyeluruh, maka pemberlakuan Kurikulum 2013 secara nasional tidak
memungkinkan untuk dapat dicapai. Padahal kunci suksesnya implementasi
kurikulum 2013 adalah guru. Karena guru adalah faktor penting yang besar
pengaruhnya, bahkan sangat menentukan berhasil tidaknya peserta didik dalam
belajar. Ketidaksiapan guru itu tidak hanya terkait dengan urusan kompetensinya,
tetapi juga berkaitan dengan masalah kreativitasnya, yang juga disebabkan oleh
rumusan kurikulum yang lambat disosialisasikan oleh Pemerintah. Sehingga, guru-
guru yang mengajar di daerah dan di pedalaman akan sulit mengikuti kurikulum
baru dalam waktu singkat.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan guru agar sukses dalam
mengimplementasikan kurikulum 2013, antara lain:

1) guru harus berusaha dalam memahami bagaimana implementasi Kurikulum 2013


2) guru mampu membuat perencanaan pembelajaran dengan baik
3) guru harus kreatif
4) guru mampu melaksanakan pembelajaran untuk mengembangkan karakter dan berpikir
kreatif peserta didik
5) mengembangkan dan melaksanakan authentic assesmen
6) mau mengubah mindset tentang konsep pembelajaran, penilaian, peserta didik, dan belajar
sesuai Kurikulum 2013.
PENUTUP

A. SIMPULAN
Para penyusun kurikulum di Indonesia belum juga menyadari bahwa satuan kurikulum yang dibuatnya tidak
efektif dalam rangka pembangunan bangsa. Jika hal ini tetap dibiarkan, tentunya pembangunan bangsa akan
sangat sulit terlaksana. Maka dari itu, perlu diadakan pembenahan atas kurikulum di Indonesia.
Kurikulum 2013 yang tak matang dan masih dipaksa jalan, sungguh membuat bingung. Pada kurikulum 2013
ini yang akan terkena dampaknya jutaan anak Indonesia danjutaan guru. Persiapan yang belum maksimal
membuat para pendidik atau guru kebingungan dalam mengajar. Banyak kendala yang dihadapi mulai buku
pegangan yang belum terpenuhi, sarana prasarana sekolah yang minim, masih ban yak guru yang belum
memahami dengan jelas kurikulum 2013 sehingga siswa juga ikut bingung dalam menerima materi sehingga
akan mempengaruhi output, dan masih banyak lagi kendala yang dihadapi sampai sekarang. Tidak sedikit siswa
yang biasa-biasa saja setelah diajarkan begitu banyaknya materi di sekolah mereka. Tidak banyak juga dari
mereka dapat menerapkan ilmu dari materi yang mereka terima di sekolah mereka. Ini yang dinamakan kurang
efektif.
SARAN
Dengan hal seperti ini pemerintah khusus,nya kementrian
pendidikan dan budaya (kemendikbud) Indonesia harus
memikirkan kemampuan SDM ketenagarejaan dalam hal
pendidikan, fasilitas-fasilitas apa saja yang di butuhkan yang
berkaitan dengan konsep kurikulum k13. Kemendikbud
seharusnya memberikan informasi tentang kurikulum k13 yang
berkaitan tentang konsep dari waktu jauh sebelum k13 di sahkan
agar SDM ketenegakerjaan pendidikan benar-benar paham,
sehingga k13 berjalan dengan sesuai harapan kementrian
pendidikan dan kebudayaan.
DAFTAR PUSTAKA
 
E.Mulyasa, 2013, Pengembangan dan Implementasi
Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Metode Penelitian


Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Undag-Undang No 20 Tahun 2003, tentang Sistem


Pendidikan Nasional
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai