Anda di halaman 1dari 4

Nama Peserta

: Aulia Prasetioadi

Nomor Peserta

Asal Universitas

: Universitas Sahid

Jenis Feature

: Human Interest

KURIKULUM 2013 : TERJEBAK ANTARA HARAPAN DAN REALITA

Pendidikan. Berbicara tentang pendidikan di Indonesia berarti membahas


mengenai sistem pendidikan yang diterapkan di sekolah berupa kurikulum. Sejak tahun
1945 hingga sekarang. Sekolah-sekolah di Indonesia telah mengalami berbagai
perubahan kurikulum yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi perkembangan jaman.
Kurikulum tersebut memegang peranan penting dalam membentuk karakter, budi pekerti,
keterampilan, dan kepintaran siswa secara intelektual, emosional dan spiritual.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1992), pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku individu atau sebagai kemampuan kelompok individu atau
sekelompok individu dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan.
Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional
(Kemendiknas) yang bertanggung jawab menyusun kurikulum terutama untuk pendidikan
dasar dan menengah yang disesuaikan dari tahun ke tahun. Namun dalam perjalanannya,
masih banyak ditemukan kendala dalam pelaksanaan kurikulum tersebut. Antara lain
penyesuaian guru terhadap kurikulum baru, sarana dan prasarana kegiatan pendidikan,
serta kesiapan mental siswa tersebut.

Perubahan kurikulum yang dilakukan Kemendiknas dari tahun ke tahun hanya


berlandaskan konseptual saja. Hal ini menjadikan sistem pendidikan Indonesia tidak
berjalan dengan yang seharusnya dimana konsep tersebut tidak aplikatif karena masih
menjalankan kebiasaan lama.
Kurikulum 2013 dirancang untuk membuat suatu perubahan yang signifikan dimana
guru menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam mengajar, siswa lebih pro aktif di kelas,
sehingga siswa lebih memahami arti dan tujuan dari pendidikan itu sendiri, bukan hanya
sekadar masuk kelas, mendengarkan guru, dan mendapatkan nilai yang bagus.
Sementara pada kurikulum sebelumnya, siswa tidak mendapatkan kebebasan
berpendapat dan mengekspresikan dirinya karena guru dianggap selalu benar, lebih
pintar, tidak mau dikritik, sehingga menimbulkan ketakutan di dalam diri siswa serta
adanya kecenderungan kekerasan guru terhadap murid. Pelajaran di kelas menjadi sangat
membosankan karena dari jam pelajaran yang dimulai dari pagi hari hingga sore, siswa
hanya mendengarkan guru saja, serta mata pelajaran yang terlalu banyak menjadikan
beban yang harus ditanggung siswa lebih berat.
Lahirnya kurikulum 2013 dilandasi oleh kemajuan teknologi informasi, masalah
globalisasi, merosotnya moral di kalangan pelajar seperti perkelahian pelajar, narkoba,
kecurangan dalam ujian. Selain itu kurangnya muatan pendidikan karakter siswa juga
menjadi faktor utama munculnya kurikulum 2013.
Kurikulum ini baru diterapkan sekitar kurang lebih enam bulan namun kemudian
dicabut kembali. Penghapusan kurikulum 2013 yang baru dilaksanakan selama kurang
lebih enam bulan, sempat menggemparkan dunia pendidikan Indonesia. Kurikulum
tersebut dihapus karena sebagian besar sekolah belum siap melaksanakan kurikulum itu.
Banyak guru beranggapan bahwa dengan kurikulum ini guru tidak perlu menjelaskan
materinya. Juga masalah kesiapan buku, sistem penilaian, penataran guru, pendampingan
guru, dan pelatihan kepala sekolah. Guru juga tidak dilibatkan secara langsung dalam
pengembangan kurikulum 2013.
Hal ini sangat disayangkan oleh berbagai pihak karena kurikulum 2013 ini
sebenarnya mengakomodir dan menyempurnakan kurikulum sebelumnya dimana siswa
dituntut untuk aktif, kreatif, dan inovatif dalam pemecahan masalah. Nilai yang didapat
siswa bukan hanya dari nilai ujian saja tetapi juga dari nilai kesopanan, religi, praktek,
sikap, dan lain-lain. Pengembangan karakter dan budi pekerti yang terintegrasi di dalam
semua

bidang

studi.

Kurikulum

ini

juga

mendorong

guru-guru

sekolah

untuk

mengembangkan metode pembelajaran di kelas, kreativitas dan keberanian guru untuk


berinovasi sehingga murid tidak merasa jenuh serta mengharuskan siswa aktif

serta

benar-benar paham akan pelajaran yang dipelajarinya. Kurikulum 2013 ini juga tanggap
terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal,nasional, dan global.
Penghapusan kurikulum 2013 ini menimbulkan polemik karena masih ada sekolah
yang menerapkan kurikulum ini dikarenakan sekolah mampu dan pembelajaran berjalan
kondusif yang didukung oleh infrastruktur, sarana, dan prasarana yang memadai. Pro dan
kontra pun tidak dapat dihindari. Ada yang mendukung jalannya kurikulum 2013 karena
bobot materi pelajaran yang diajarkan pada siswa sangat bagus, tapi ada juga yang tidak
mendukung dikarenakan materi pembelajaran terlalu kompleks dan sulit untuk dipahami
oleh siswa di kelas, serta implementasi terkesan terburu-buru sehingga kurangnya
kesiapan dan penyesuaian mental siswa terhadap kurikulum baru tersebut.
Implementasi yang terburu-buru dan penarikan kurikulum yang baru berjalan
selama enam bulan tanpa ada masa tenggang untuk melihat hasil kurikulum tersebut
memunculkan masalah baru. Siswa yang harus beradaptasi dengan kurikulum baru
seharusnya diberikan waktu lagi, karena kurikulum yang baru berjalan sekitar satu
semester ini merupakan waktu yang sangat singkat untuk masa penyesuaian dan
termasuk perubahan yang drastis dengan kurikulum sebelumnya.
Dengan dicabutnya kurikulum 2013 ini menunjukkan arti bahwa pemerintah
terutama Kemendiknas mengaplikasikan kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 2006.
Dengan pencabutan ini menimbulkan kebingungan terutama dikalangan praktisi
pendidikan karena ketidak-konsistenan pemerintah terhadap sistem pendidikan yang
dibangunnya sendiri. Pertanyaan pun timbul yaitu apakah pencabutan kurikulum 2013 ini
akan menjadikan dunia pendidikan di Indonesia lebih baik dari sebelumnya? Sudah
menjadi rahasia umum bahwa dengan digunakannya lagi Kurikulum 2006, hanya
membuat siswa kembali pada karakter sekolah sebelumnya, siswa belajar dikelas
monoton atau dengan kata lain hanya mendengarkan guru berbicara di depan kelas,
mengejar nilai bagus, dan siswa bersekolah hanya ingin mengejar kelulusan dan ijazah
tanpa mau tahu proses belajarnya serta tidak paham akan ilmu yang dipelajarinya. Siswa
hanya belajar di saat mau ujian dan belum tentu materi pelajaran tersebut dimengerti dan
dipahami dengan baik. Guru pun kembali kepada karakter dan sifat semula, yaitu menjadi
pembicara, yang paling benar, dan mau menang sendiri dengan tidak menerima kritik dari
siswa. Keadaan ini menjadikan murid yang sebenarnya pandai jadi memberontak karena
suasana belajar yang membosankan dan menyebabkan siswa jadi malas belajar.

Padahal dalam prakteknya Kurikulum 2013 tidak jauh berbeda dengan kurikulum
sebelumnya hanya saja dalam pelaksanaannya kurikulum ini lebih terperinci dan detail.
Peran guru dalam kurikulum ini sangat penting karena guru harus dapat membimbing
semua siswanya untuk berprestasi dan berperilaku baik dalam karakter yang berbedabeda. Guru pun harus bisa memotivasi siswa untuk lebih berpikir kreatif, pro aktif, dan
inovatif, tidak malas sekolah serta tidak bolos pada jam pelajaran.
Kesimpulannya, kurikulum 2013 ini memang masih harus dievaluasi dan
disempurnakan untuk dapat dipakai di dalam pembelajaran di sekolah-sekolah Indonesia
untuk dapat memotivasi dan menginspirasi para siswa untuk meraih cita-citanya serta
membangun karakter siswa untuk menjadi generasi penerus bangsa yang lebih baik dari
sebelumnya, membanggakan orangtua, guru, bangsa dan negara serta berprestasi baik di
dalam negeri maupun di dunia internasional. Tentunya harus didukung oleh kesiapan
pemerintah di dalam implementasinya sehingga tidak membingungkan siswa dan praktisi
pendidikan. Sehingga semboyan pendidikan di Indonesia yaitu Tut Wuri Handayani yang
memiliki arti yaitu seorang guru berupaya penuh memberikan dorongan dan arahan
kepada muridnya dari belakang dapat terwujud menjadi nyata.
####

Anda mungkin juga menyukai