: Aulia Prasetioadi
Nomor Peserta
Asal Universitas
: Universitas Sahid
Jenis Feature
: Human Interest
bidang
studi.
Kurikulum
ini
juga
mendorong
guru-guru
sekolah
untuk
serta
benar-benar paham akan pelajaran yang dipelajarinya. Kurikulum 2013 ini juga tanggap
terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal,nasional, dan global.
Penghapusan kurikulum 2013 ini menimbulkan polemik karena masih ada sekolah
yang menerapkan kurikulum ini dikarenakan sekolah mampu dan pembelajaran berjalan
kondusif yang didukung oleh infrastruktur, sarana, dan prasarana yang memadai. Pro dan
kontra pun tidak dapat dihindari. Ada yang mendukung jalannya kurikulum 2013 karena
bobot materi pelajaran yang diajarkan pada siswa sangat bagus, tapi ada juga yang tidak
mendukung dikarenakan materi pembelajaran terlalu kompleks dan sulit untuk dipahami
oleh siswa di kelas, serta implementasi terkesan terburu-buru sehingga kurangnya
kesiapan dan penyesuaian mental siswa terhadap kurikulum baru tersebut.
Implementasi yang terburu-buru dan penarikan kurikulum yang baru berjalan
selama enam bulan tanpa ada masa tenggang untuk melihat hasil kurikulum tersebut
memunculkan masalah baru. Siswa yang harus beradaptasi dengan kurikulum baru
seharusnya diberikan waktu lagi, karena kurikulum yang baru berjalan sekitar satu
semester ini merupakan waktu yang sangat singkat untuk masa penyesuaian dan
termasuk perubahan yang drastis dengan kurikulum sebelumnya.
Dengan dicabutnya kurikulum 2013 ini menunjukkan arti bahwa pemerintah
terutama Kemendiknas mengaplikasikan kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 2006.
Dengan pencabutan ini menimbulkan kebingungan terutama dikalangan praktisi
pendidikan karena ketidak-konsistenan pemerintah terhadap sistem pendidikan yang
dibangunnya sendiri. Pertanyaan pun timbul yaitu apakah pencabutan kurikulum 2013 ini
akan menjadikan dunia pendidikan di Indonesia lebih baik dari sebelumnya? Sudah
menjadi rahasia umum bahwa dengan digunakannya lagi Kurikulum 2006, hanya
membuat siswa kembali pada karakter sekolah sebelumnya, siswa belajar dikelas
monoton atau dengan kata lain hanya mendengarkan guru berbicara di depan kelas,
mengejar nilai bagus, dan siswa bersekolah hanya ingin mengejar kelulusan dan ijazah
tanpa mau tahu proses belajarnya serta tidak paham akan ilmu yang dipelajarinya. Siswa
hanya belajar di saat mau ujian dan belum tentu materi pelajaran tersebut dimengerti dan
dipahami dengan baik. Guru pun kembali kepada karakter dan sifat semula, yaitu menjadi
pembicara, yang paling benar, dan mau menang sendiri dengan tidak menerima kritik dari
siswa. Keadaan ini menjadikan murid yang sebenarnya pandai jadi memberontak karena
suasana belajar yang membosankan dan menyebabkan siswa jadi malas belajar.
Padahal dalam prakteknya Kurikulum 2013 tidak jauh berbeda dengan kurikulum
sebelumnya hanya saja dalam pelaksanaannya kurikulum ini lebih terperinci dan detail.
Peran guru dalam kurikulum ini sangat penting karena guru harus dapat membimbing
semua siswanya untuk berprestasi dan berperilaku baik dalam karakter yang berbedabeda. Guru pun harus bisa memotivasi siswa untuk lebih berpikir kreatif, pro aktif, dan
inovatif, tidak malas sekolah serta tidak bolos pada jam pelajaran.
Kesimpulannya, kurikulum 2013 ini memang masih harus dievaluasi dan
disempurnakan untuk dapat dipakai di dalam pembelajaran di sekolah-sekolah Indonesia
untuk dapat memotivasi dan menginspirasi para siswa untuk meraih cita-citanya serta
membangun karakter siswa untuk menjadi generasi penerus bangsa yang lebih baik dari
sebelumnya, membanggakan orangtua, guru, bangsa dan negara serta berprestasi baik di
dalam negeri maupun di dunia internasional. Tentunya harus didukung oleh kesiapan
pemerintah di dalam implementasinya sehingga tidak membingungkan siswa dan praktisi
pendidikan. Sehingga semboyan pendidikan di Indonesia yaitu Tut Wuri Handayani yang
memiliki arti yaitu seorang guru berupaya penuh memberikan dorongan dan arahan
kepada muridnya dari belakang dapat terwujud menjadi nyata.
####