Nana Setiana1
ABSTRAK
Perubahan pendidikan dalam konteks global di dunia berimbas pada pendidikan di
Indonesia. Tujuan akhir pendidikan di Indonesia pun berubah sesuai dengan tuntutan
zaman tersebut. Perubahan tujuan akhir pendidikan di Indonesia ini diwadahi dengan
diberlakukannya kurikulum baru. Kurikulum baru tersebut dikenal dengan istilah
kurikulum 2013. Pemberlakuan Kurikulum 2013 menuntut diaplikasikannya sejumlah
pendekatan pembelajaran yang dipandang mampu digunakan untuk membentuk
kemampuan siswa, meningkatkan keterampilan, dan sekaligus membangun sikap siswa.
Salah satu pendekatan tersebut adalah pendekatan pembelajaran integratif. Pendekatan
ini digunakan pada seluruh jenjang kelas sekolah dasar. Bertemali dengan hal tersebut
upaya melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan ini harus dilakukan guru
dengan terlebih dahulu memahami secara komprehensif konsep pembelajaran
terintegrasi. Salah satu mata pelajaran yang diintegrasikan dalam pembelajaran di
sekolah dasar adalah mata pelajaran IPS. Pemaduan mata pelajaran IPS ke dalam
beberapa mata pelajaran lain seperti bahasa Indonesia, PPKn, dan bahkan matematika
tentu saja masih menyisakan sejumlah kekhawatiran dan pertanyaan besar. Namun
demikian pemaduan ini telah terbukti memiliki banyak keunggulan. Salah satu
keunggulan terpenting adalah bahwa pembelajaran IPS secara integratif dipandang
sebagai pembelajaran yang berorientasi pada kebutuhan siswa bukan hanya
pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi pembelajaran. Pembelajaran ini
jelas bukan ditujukan agar siswa semata-mata beroleh materi tetapi agar siswa beroleh
kecakapan hidup, keterampilan, dan berkarakter.
Kata Kunci: Pembelajaran IPS, Pendekatan Integratif, Kurikulum 2013
A. Pendahuluan
Memasuki abad ke-21 banyak sekali perubahan yang terjadi dalam dunia
pendidikan. Perubahan terbesar adalah pada berubahnya fokus pendidikan di dunia
dari menciptakan tenaga kerja pabrikan menjadi tenaga kerja yang memiliki
keterampilan berpikir. Pendidikan abad ke-21 tidak lagi diarahkan untuk
menghasilkan lulusan yang sekadar mampu memahami konsep pengetahuan
melainkan menghasilkan lulusan yang mampu berinovasi, berkreasi, dan pada
ujungnya mampu menganalisis situasi, mengkritisi informasi, dan kreatif dalam
berkarya dan memecahkan masalah.
Perubahan pendidikan dalam konteks global ini berimbas pula pada
pendidikan di Indonesia. Tujuan akhir pendidikan di Indonesia pun berubah sesuai
dengan tuntutan zaman tersebut. Perubahan tujuan akhir pendidikan di Indonesia
ini pun diwadahi dengan diberlakukannya kurikulum baru. Kurikulum baru
tersebut dikenal dengan istilah kurikulum 2013. Berdasarkan kurikulum ini standar
kompetensi lulusan siswa yang selama ini hanya ditekankan pada aspek
1. Kegiatan pembukaan
Kegiatan pembuka dilakukan terutama untuk menciptakan suasana awal
pembelajaran untuk mendorong siswa memfokuskan dirinya agar mampu
mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sifat dari kegiatan pembukaan adalah
kegiatan untuk pemanasan. Pada tahap ini dapat dilakukan penggalian terhadap
pengalaman anak tentang tema yang akan disajikan. Sa’ud (2006: 56)
mengemukakan bahwa kegiatan pembuka (introduction) pada dasarnya merupakan
kegiatan awal yang harus ditempuh guru dan peserta didik pada setiap kali
pelaksanaan pembelajaran tematik. Fungsinya terutama untuk menciptakan suasana
awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan peserta didik dapat mengikuti
proses pembelajaran dengan baik. Efisiensi waktu dalam kegiatan pendahuluan
pembelajaran tematik ini perlu diperhatikan. Dalam waktu sekitar 35 menit tersebut,
2. Kegiatan inti
Kegiatan inti merupakan kegiatan dalam rangka pelaksanaan pembelajaran
tematik yang menekankan pada proses pembentukan pengalaman belajar peserta
didik (learning experiences). Pengalaman belajar tersebut bisa dalam bentuk kegiatan
tatap muka dan non tatap muka. Pengalaman belajar tatap muka dimaksudkan
sebagai kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan mengembangkan bentuk-
bentuk interaksi langsung antara guru dengan peserta didik, sedangkan pengalaman
belajar non tatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan belajar yang dilakukan
peserta didik dalam berinteraksi dengan sumber belajar lain yang bukan kegiatan
interaksi guru-peserta didik. (Sa’ud, 2006: 56)
Kegiatan inti dalam pembelajaran terpadu bersifat situasional, dalam arti
perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi tempat proses pembelajaran itu
berlangsung. Kegiatan di awal kegiatan inti pembelajaran tematik yaitu menjelaskan
alternatif kegiatan belajar yang akan dialami peserta didik. Dalam tahapan ini guru
perlu menyampaikan kepada peserta didik tentang kegiatan-kegiatan belajar yang
harus ditempuh peserta didik dalam mempelajari tema/topik, atau materi
pembelajaran tematik. Kegiatan belajar yang ditempuh peserta didik dalam
pembelajaran terpadu lebih diutamakan pada terjadinya proses belajar yang
berkadar aktivitas tinggi. Pembelajaran berorientasi pada aktivitas peserta didik,
sedangkan guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator yang memberikan
kemudahan-kemudahan kepada peserta didik untuk belajar. Peserta didik diarahkan
untuk mencari dan menemukan sendiri apa yang dipelajarinya, sehingga prinsip-
prinsip belajar dalam teori konstruktivisme dapat dijalankan.
Dalam membahas dan menyajikan materi/bahan pembelajaran tematik harus
diarahkan pada suatu proses perubahan tingkah laku peserta didik. Penyajian bahan
pembelajaran harus dilakukan secara terpadu melalui penghubungan konsep dari
mata pelajaran satu dengan konsep mata pelajaran lainnya. Dalam hal ini, guru
harus berupaya menyajikan bahan pelajaran dengan strategi mengajar yang
bervariasi, yang mendorong peserta didik pada upaya penemuan pengetahuan baru.
Kegiatan pembelajaran terpadu bisa dilakukan melalui kegiatan pembelajaran secara
klasikal, kelompok, dan perorangan. (Sa’ud, 2006: 56)
1. Invitasi/ apersepsi
Pada tahap ini guru melakukan brainstrorming dan menghasilkan
kemungkinan topik untuk penyelidikan. Topik dapat bersifat umum atau khusus,
tetapi harus mampu menimbulkan minat siswa dan memberikan wilayah yang
cukup untuk penyelidikan. Dalam kegiatan apersepsi guru dapat dapat mengaitkan
peristiwa yang telah diketahui siswa dengan materi yang akan dibahas.
Dengan demikian, tampak adanya kesinambungan pengetahuan karena diawali dari
hal-hal yang telah diketahui siswa sebelumnya dan ditekankan pada keadaan yang
ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
2. Eksplorasi
Pada tahap ini siswa di bawah bimbingan guru mengidentifikasi topik
penyelidikan. Pengumpulan data dan informasi selengkap-lengkapnya tentang
materi dapat dilakukan dengan bertanya (wawancara), mengamati, membaca,
mengidentifikasi, serta menganalisis (menalar) dari sumber-sumber langsung (tokoh,
obyek yang diamati) atau sumber tidak langsung misalnya buku, koran, atau
sumber-sumber informasi publik yang lain.
4. Mengambil tindakan
Berdasarkan temuan yang dilaporkan siswa menindaklanjuti dengan
menyusun simpulan serta penerapan dari temuan-temuannya. Untuk mengungkap
pengetahuan dan penguasaan siswa terhadap materi dapat dilakukan melalui
evaluasi.
Pembelajaran integratif merupakan pendekatan penting dalam konteks
pembelajaran kurikulum 2013. Hal ini sejalan kenyataan bahwa pembelajaran
integratif merupakan pembelajaran yang dikembangkan dengan berbasis pada
konsep pembelajaran yang akuntabel dan berbasis standar. Dikatakan akuntabel
karena pendekatan pembelajaran ini menekankan aspek keterbukaan dalam hal
bagaimana siswa belajar dan apa saja yang mendorong siswa belajar. Sejalan dengan
hal ini, kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru akan disesuaikan dengan
tuntutan masyarakat sehingga keluaran pendidikan dapat memenuhi harapan
masyarakat. Dikatakan berbasis standar karena pembelajaran ini menekankan upaya
guru dalam mempersiapkan siswa agar mampu mencapai standar yang telah
ditetapkan. Berdasarkan ketercapaian standar ini diharapkan akan tercapai pula
harapan masyarakat atas kualitas proses dan hasil pembelajaran.
Sejalan dengan uraian di atas, Sa’ud (2006: 17), Depdiknas (2007a: 5), dan
Fogarty (1991: 5) menyatakan bahwa keuntungan pembelajaran tematik bagi guru
dapat disarikan antara lain sebagai berikut:
1. Tersedia waktu lebih banyak untuk pembelajaran. Materi pelajaran tidak dibatasi
oleh jam pelajaran, melainkan dapat dilanjutkan sepanjang hayat mencakup
berbagai mata pelajaran.
2. Hubungan antar mata pelajaran dan topik dapat diajarkan secara logis dan alami.
3. Dapat ditunjukkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kontinu, tidak
terbatas pada buku paket, jam pelajaran, atau bahkan empat dinding kelas. Guru
dapat membantu siswa memperluas kesempatan belajar ke berbagai aspek
kehidupan.
4. Guru bebas membantu siswa melihat masalah, situasi, atau topik dari berbagai
sudut pandang.
5. Pengembangan masyarakat belajar terfasilitasi. Penekanan pada kompetisi bisa
dikurangi dan diganti dengan kerja sama dan kolaborasi.
Lebih lanjut, Sa’ud (2006: 17), Depdiknas (2007a: 5), dan Fogarty (1991: 5)
menyatakan bahwa keuntungan pembelajaran tematik bagi siswa dapat disarikan
antara lain sebagai berikut.
1. Bisa lebih memfokuskan diri pada proses belajar, dari pada hasil belajar.
2. Menghilangkan batas semu antar bagian-bagian kurikulum dan menyediakan
pendekatan proses belajar yang integratif.
E. Penutup
Pembelajaran integratif merupakan pendekatan penting dalam konteks
pembelajaran kurikulum 2013. Hal ini sejalan kenyataan bahwa pembelajaran
integratif merupakan pembelajaran yang dikembangkan dengan berbasis pada
konsep pembelajaran yang akuntabel dan berbasis standar. Pendekatan
pembelajaran terpadu dalam IPS sering disebut dengan pendekatan interdisipliner.
Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu sistem
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun
kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip
secara holistik dan otentik.
Proses pemaduan pembelajaran IPS dapat dilakukan dengan berbagai model.
Salah satu model yang digunakan dalam konteks kurikulum 2013 adalah pemaduan
dengan mata pelajaran lain. Upaya pemaduan ini harus dilakukan secara cermat
melalui tahapan perencanaan dan pelaksanaan. Tahap perencanaan terdiri atas
pemetaan kompetensi dasar, pengembangan jaringan tema, pengembangan silabus,
penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Tahap pelaksanaan pembelajaran
dilakukan melalui tahapan invitasi/ apersepsi, eksplorasi, mengusulkan
penjelasan/solusi, dan mengambil tindakan.
Sejalan dengan tahap perencanaan dan pelaksanaan di atas, penerapan
pembelajaran IPS terpadu dalam konteks kurikulum 2013 dipandang mampu
memiliki banyak keunggulan. Salah satu keunggulan terpenting adalah bahwa
pembelajaran IPS secara integratif dipandang sebagai pembelajaran yang
berorientasi pada kebutuhan siswa bukan hanya pembelajaran yang berorientasi
pada penguasaan materi pembelajaran. Pembelajaran ini jelas bukan ditujukan agar
siswa semata-mata beroleh materi tetapi agar siswa beroleh kecakapan hidup,
keterampilan, dan berkarakter.