Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KURIKULUM DI SEKOLAH DASAR

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Telaah Kurikulum dan
Perencanaan Pembelajaran SD

Oleh :
KIKI WAHYUNI
NPM : 195060037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PASUNDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat, nikmat
dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan Hasil analisis kurikulum ini.
Dengan penulisan hasil analisis kurikulum ini semoga dapat dijadikan sebuah metode
penunjang untuk pembelajaran. Hasil analisis kurikulum ini dibuat untuk memenuhi salah
satu tugas Mata Kuliah Telaah Kurikulum dan Perencanaan Pembelajaran SD, saya berusaha
menyusun hasil analisis kurikulum ini dengan sebaik-baiknya agar mudah dipahami dan
dimengerti oleh seluruh pembaca. Saya mengucapkan terimakasih kepada dosen yang telah
memberikan tugas hasil analisis kurikulum ini sehingga saya bisa dapat mengetahui tentang
kurikulum.

Saya menyadari hasil analisis kurikulum ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu
saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan analisis
kurikulum mendatang. Akhir kata semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya kepada kita
semua agar berguna dan bermanfaat bagi orang lain.

Bandung, Maret 2022

Penyusun
B. Latar Belakang

Istilah kurikulum dalam dunia pendidikan memiliki banyak tafsir, para ahli pendidikan
memiliki interprestasi yang berbeda tentang kurikulum. Meskipun berbeeda tetapi
tetap dapat ditemukan persamaannya. Setidaknya kurikulum berhubungan erat
dengan usaha mengembangkan siswa dan tujuan yang ingin dicapai (Heni Listiana,
2016).

Kurikulum adalah mata pelajaran yang harus di tempuh siswa. Kondisi ini erat
dengan usaha siswa untuk memperoleh ijazah. Seseorang akan mendapatkan
ijazah ketika ia telah menguasai mata pelajaran sesuai dengan kurikulum yang
berlaku. Bagi siswa yang belum memiliki kemampuan atau memperoleh nilai yang
ditentukan maka dia tidak akan mendapat ijazah, walaupun mereka sudah
mempelajari kurikulum tersebut (Heni Listiana,2016).

Pendidikan seperti yang dijelaskan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas) (Depdiknas, 2003) adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spriritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Dari
definisi pendidikan di atas, terkandung makna dan tujuan yang sangat penting dan
mulia, mencakup seluruh aspek untuk memanusiakan manusia. Guna mencapai
tujuan pendidikan tersebut dibutuhkan usaha dan dukungan berbagai komponen
pendidikan yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Salah satu di antaranya
adalah kurikulum pendidikan.

Kurikulum sebagai pedoman yang mengatur pendidikan di Indonesia telah


mengalami beberapa kali pergantian. Pergantian kurikulum ini terjadi karena
kurikulum tersebut dinilai sudah tidak relevan lagi dengan realitas, perubahan dan
tantangan dunia pendidikan. Indonesia telah mengalami sembilan kali pergantian
kurikulum sejak tahun 1947 sampai dengan tahun 2013. Dua kurikulum terakhir yang
berlaku adalah Kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Kurikulum ini merupakan pengganti kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK). Sedangkan kurikulum yang lainnya adalah Kurikulum 2013 atau
biasa disebut K.13. Kurikulum 2013 merupakan penganti dari KTSP.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum yang dirancang
oleh pemerintah sebagai upaya mencapai keunggulan masyarakat dalam
penguasaan ilmu dan teknologi seperti yang digariskan dalam haluan negara. KTSP
juga merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi bagi sekolah untuk
menentukan kebijakannya dengan tujuan untuk meningkatkan mutu dan efisiensi
pendidikan (Susilo, 2007, p. 12). Lebih lanjut Mulyasa (2006, p. 20), menjelaskan
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan dan dilaksanakan
oleh satuan pendidikan yang sudah siap dan mampu mengembangkannya dengan
memperhatikan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Tujuan
utama KTSP adalah memandirikan dan memberdayakan sekolah dalam
mengembangkan kompetensi yang akan disampaikan kepada peserta didik sesuai
dengan kondisi lingkungan (Susilo, 2007, p. 13).

Kurikulum 2013 mempunyai beberapa karakteristik. Secara umum Kurikulum 2013


mempunyai karakteristik sebagai berikut: (a) belajar tuntas, yaitu peserta didik tidak
diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya sebelum mampu menyelesaikan
pekerjaan dengan prosedur yang benar, (b) penilaian autentik, (c) penilaian
berkesinambungan, penilaian dilakukan secara terus menerus dan
berkesinambungan selama pembelajaran berlangsung, (d) menggunakan teknik
penilaian yang bervariasi. Teknik penilaian yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan,
produk, portofolio, unjuk kerja, proyek, pengamatan, dan penilaian diri, dan (e)
berdasarkan acuan criteria.

C. Permasalahan

1. Bagaimana persamaan diantara kurikulum KTSP dan K-13 Di Sekolah Dasar?

2. Apa Perbedaan Antara Kurikulum KTSP dan K-13 Di Sekolah Dasar?

D. Analisis

kurikulum 2013 lebih menekankan pada integrated curriculum. Pendekatan ini mirip
dengan Major approach to learning with a cognitive approach yang dikemukakan
oleh Steppen N. Elliot. Dia menyatakan model pendekatan ini memiliki 3 ciri, antara
lain: Pertama, belajar haruslah meaningful (bermakna); Kedua, belajar haruslah
discovery learning (belajar mendapatkan penemuan, cari tahu); Ketiga, belajar
haruslah construtivism (belajar secara konstruktif menurut teori constructivism).
Selain itu, pada banyak hal pendekatan implementasi pembelajaran pada Kurikulum
2013 senada dengan pendekatan Thinking Skills and problem solving (Keterampilan
berfikir dan pemecahan masalah) yang disebutkan Steppen N. Elliot, dimana
menurutnya dalam pembelajaran dengan pendekatan tersebut DUPE MODEL dapat
diterapkan. Model Dupe ini memiliki kriteria:

Pertama, Defining the nature of the problems (Memberi batasan tentang hakekat
masalah). Kedua, Understanding the nature of the problems (memahami hakikat
masalah). Ketiga, Planning the solution (rencanakan pemecahan masalah).
Keempat, Evaluating the solution (evaluasi pemecahan masalah).12 Ini berarti
bahwa kurikulum 2013 menekankan konsep, teori, dan dimensi paedagogik modern
dalam pembelajaran secara saintifik yang dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah.

Menurut Ali Modofir, Kurikulum 2013 menggunakan konsep scientific (ilmiah) dengan
ciri-ciri sbb: Pertama, materi pembelajaran berbasis pada fakta serta fenomena yang
dapat dijelaskan secara logis atau penalaran tertentu; bukan terbatas pada kira-kira,
khayalan, lagenda, atau dongeng semata. Kedua, penjelasan guru dan respon siswa
dan interaktif guru terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif
atau penalaran menyimpang dari alur berfikir logis. Ketiga, mendorong dan
menginspirasi siswa berfikir secara kritis, analitis dalam mengindentifikasikan,
memahami, memecahkan masalah dan mengaplikasikan teori pembelajaran.
Keempat, mendorong dan menginspirasi siswa mampu berfikir hipotetik dalam
melihat perbedaan dan kesamaan serta tautan satu sama lain. Kelima, mendorong
dan menginspirasikan siswa mampu memahami dan menerapkan serta
mengembangkan pola berfikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi
pembelajaran. Keenam, berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan. Ketujuh, tujuan pembelajaran dirumuskan secara
sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya. Kedelapan, proses
pembelajaran menyatukan tiga ranah, yaitu: sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.Kesembilan, kurikulum 2013 menekankan pada dimensi paedagogik
modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang sarat dengan pendidikan karakter. Mindset
ini yang disadari sejak awal sebelum memahami teknis pelaksanaan Kurikulum
2013. Jika tidak ada landasan pemikiran ini, maka kita akan merasa terbebani olleh
banyaknya “pekerjaan” yang harus dikerjakan. Pekerjaan yang akan banyak menyita
waktu adalah mengumpulkan nilai peserta didik di setiap mata pelajaran dari aspek
sikap dan keterampilan karena tidak lagi berbentuk nilai angka tetapi berbentuk
uraian (kualitatif). Perbedaan pokok antara Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) atau kurikulum tingkat satuan pendidikan (Kurikulum 2006) yang selama ini
diterapkan dengan Kurikulum 2013 yang dijalankan secara terbatas mulai Juli 2013
yaitu berkaitan dengan perencanaan pembelajaran. Dalam KTSP, kegiatan
pengembangan silabus merupakan kewenangan satuan pendidikan, namun dalam
Kurikulum 2013 kegiatan pengembangan silabus beralih menjadi kewenangan
pemerintah, kecuali untuk mata pelajaran tertentu yang secara khusus
dikembangkan di satuan pendidikan yang bersangkutan. Kurikulum 2013 sudah
diimplementasikan pada tahun pelajaran 2013/2014 pada sekolah-sekolah tertentu
(terbatas). Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi pada tanggal 15 Juli 2013.
Sesuatu yang baru tentu mempunyai perbedaan dengan yang lama. Begitu pula
kurikulum 2013 mempunyai perbedaan dengan KTSP.

E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis kurikulum di atas dapat dipahami terdapat banyak
perbedaan antara KTSP 2006 dan Kurikulum 2013. Perbedaan tersebut meliputi
satuan mata pelajaran, jam pelajaran implementasi pembelajaran, strategi
pembelajaran dan proses penilaian standar kompentensi kelulusan,dsb. Kurikulum
2013 memiliki tujuan yang jelas dalam pembentukan karakter bangsa.

F. Daftar Pustaka
Bahri, Syamsul. “Pengembangan Kurikulum Dasar Dan Tujuannya.” Jurnal Ilmiah
Islam Futura 9, no. 1 (2011).
Lukman Hakim. (2017). Analisis Perbedaan Antara Kurikulum 2013 dan Kurikulum
KTSP. Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh.
https://media.neliti.com/media/publications/136807-ID-analisis-perbedaan-antara-
kurikulum-ktsp.pdf

Anda mungkin juga menyukai