Anda di halaman 1dari 8

Analisis Perbedaan Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka

Nama
Universitas Negeri Malang
Email:

Abstrak: Kurikulum sangat penting untuk mengiringi kemajuan suatu bangsa


dan negara. Kurikulum menentukan anak bangsa yang akan melanjutkan
pembangunan bangsa. Kurikulum di beberapa negara terus mengalami
perubahan untuk memperbaiki proses pembelajaran dan memperbaiki desain
pembelajaran di sekolah. Sistem pendidikan di beberapa negara memiliki
tujuan dan karakteristik serta dokumen kurikulum yang berbeda sesuai dengan
tujuan pendidikan negara dan bangsa. Kurikulum 2013 bertujuan untuk
mendorong berkembangnya potensi anak agar memiliki kesiapan dalam
menempuh pendidikan lebih lanjut. Reformasi telah memunculkan berbagai
tren kurikulum yang muncul yang memiliki implikasi signifikan pada
bagaimana guru harus mengajar. Kurikulum Merdeka Belajar akan optimal,
jika kesiapan sumber daya manusia guru di setiap lembaga Taman Kanak-
Kanak baik. Secara khusus lembaga pendidikan lebih mempersiapkan
kompetensi yang dimiliki guru, dengan mengadakan berbagai kegiatan
pelatihan. Hal ini dilakukan agar kinerja masing-masing guru menjadi optimal,
dan memberikan dampak yang baik bagi siswa sebagai penerima transfer ilmu.
Karena kematangan sistem kurikulum pendidikan, sebenarnya untuk
membenahi SDM guru, bukan hanya sebagai kepentingan. Karena cenderung
diminati dalam bentuk sertifikasi yang diterapkan pada guru, menunjukkan
bahwa kompetensi profesional guru yang telah memiliki sertifikasi pendidik
dan telah mendapatkan tunjangan sertifikasi guru masih rendah. tidak sesuai
dengan apa yang diharapkan oleh pemerintah.

Kata Kunci: K-13, Kurikulum Merdeka, Kurikulum 2013

Kurikulum sangat penting untuk mengiringi kemajuan suatu bangsa dan negara.
Kurikulum menentukan anak bangsa yang akan melanjutkan pembangunan bangsa.
Kurikulum di beberapa negara terus mengalami perubahan untuk memperbaiki proses
pembelajaran dan memperbaiki desain pembelajaran di sekolah. Sistem pendidikan di
beberapa negara memiliki tujuan dan karakteristik serta dokumen kurikulum yang berbeda
sesuai dengan tujuan pendidikan negara dan bangsa (Shively & Palilonis, 2018).
Penerapan kurikulum “Merdeka” memerlukan sosialisasi ekstra agar para pelaku
pendidikan, khususnya guru, memahami tujuan penerapan kurikulum “Merdeka”. Salah satu
cara untuk mendukung implementasi kurikulum “Merdeka” adalah dengan menyediakan
buku guru dan siswa oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Buku guru dan buku
siswa diharapkan dapat membantu proses pembelajaran di kelas. (Febriansyah et al., 2021).
Urgensi memiliki sumber daya manusia yang berkualitas diutamakan karena ini
adalah kunci untuk menyelesaikan semua masalah bangsa. Sekompleks apapun
permasalahannya, selama sumber daya manusia kita sudah dipersiapkan dan diperlengkapi
dengan baik, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Sebagaimana dikemukakan oleh
(Lestari & Aulia, 2018), SDM yang berkualitas akan mampu meningkatkan kualitas suatu
negara. Sebagai leading sector yang berperan penting dalam peningkatan kualitas sumber
daya manusia, Mendiknas menindaklanjuti isu ini dengan merilis Merdeka Belajar sebagai
langkah awal untuk membenahi dan mengubah sistem monoton kita. Merdeka Belajar
memberikan kebebasan lebih kepada peserta didik karena peserta didik akan memiliki lebih
banyak kesempatan untuk bereksplorasi, berdiskusi dengan lebih leluasa, melakukan outing
class daripada duduk sambil gurunya mengajar. Dibandingkan dengan sistem lama, konsep
ini lebih menitikberatkan pada proses dan karakter peserta didik daripada hanya nilai peserta
didik yang diambil melalui tes pilihan ganda. Dalam sambutannya pada 11 Desember 2019,
Menteri Pendidikan Nasional Nadiem Makarim menjelaskan bahwa sistem baru ini
diharapkan dapat menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan tidak
memberatkan peserta didik dengan pencapaian nilai tertentu. Lebih lanjut ia juga
menyampaikan bahwa gagasan Merdeka Belajar diharapkan mampu meningkatkan kualitas
sumber daya manusia Indonesia. Sebagaimana tertuang dalam pasal 31 ayat 3 dan UU
Sisdiknas tahun 2003 tentang fungsi sistem pendidikan nasional harus mampu meningkatkan
kualitas sumber daya manusia.
Melihat semua urgensi yang telah disebutkan di atas, penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi perspektif guru terhadap kurikulum Merdeka Belajar ditinjau dari konsep
dan RPP-nya. Perlu dicermati karena terdapat sedikit perbedaan antara kurikulum 2013
dengan Merdeka Belajar dari segi konsep umum dan format RPP. Dengan demikian, temuan
tersebut akan menjadi informasi penting bagi sekolah dan pemerintah terkait apakah Merdeka
Belajar sudah diterapkan atau belum dan persepsi guru termasuk kendala penerapan
kurikulum pada kurikulum. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pandangan guru terhadap “Merdeka Belajar” (Kurikulum Kemerdekaan) ditinjau dari konsep
kurikulum. Kemudian, penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui pandangan guru
terhadap “Merdeka Belajar” (Kurikulum Merdeka) dalam RPP.

BAHASAN
Kurikulum 2013
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
materi pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU No. 20 Tahun 2003).
Sedangkan The National Association of Early Young Childhood (NAEYC and NAECS/SDE
2003) merumuskan bahwa: Kata kurikulum mengacu pada kumpulan ide termasuk konsep
seperti program pembelajaran, rencana, mata pelajaran sekolah, materi dan topik
pembelajaran. Bukan sekadar kegiatan seru untuk menyibukkan anak. Selanjutnya, Fred dan
Ackerman menulis bahwa Kurikulum melibatkan baik pengalaman terencana maupun tidak
terencana yang dirancang untuk membantu anak-anak mengembangkan keterampilan dan
pengetahuan. Mengenai pendidikan anak usia dini, kurikulum yang digunakan adalah
kurikulum 2013 sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
RI No. 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mendorong berkembangnya potensi anak agar
memiliki kesiapan dalam menempuh pendidikan lebih lanjut. Reformasi telah memunculkan
berbagai tren kurikulum yang muncul yang memiliki implikasi signifikan pada bagaimana
guru harus mengajar. Bangsa harus terus mengembangkan kurikulum untuk memenuhi
tuntutan masyarakat yang selalu berubah, kebutuhan anak-anak, dan kriteria apa yang perlu
dipelajari dan dilakukan siswa untuk mencapai hasil yang sukses. Dengan kata lain,
kurikulum harus memenuhi tuntutan beberapa isu yang muncul.
Kurikulum 2013 memiliki karakteristik yang membedakannya dengan kurikulum
sebelumnya. Karakteristik Pendidikan Anak Usia Dini Kurikulum 2013 adalah sebagai: 1)
Mengoptimalkan perkembangan anak yang meliputi: Aspek nilai agama dan moral, fisik-
motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, dan seni yang tercermin dalam keseimbangan
kompetensi sikap, pengetahuan , dan keterampilan. 2) Menggunakan pembelajaran tematik
dengan pendekatan saintifik dalam memberikan rangsangan pendidikan: Dalam Lampiran IV
Pedoman Umum Pembelajaran UU No. 81A Tahun 2013 tertulis bahwa: Rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan rencana pembelajaran yang disusun secara rinci
dari suatu mata pelajaran. materi atau tema tertentu yang mengacu pada silabus.
RPP meliputi: (1) data sekolah, mata pelajaran, dan kelas/semester; (2) materi
pelajaran; (3) alokasi waktu; (4) tujuan pembelajaran, KD dan indikator pencapaian
kompetensi; (5) materi pembelajaran; metode pembelajaran; (6) media, alat dan sumber
belajar; (7) langkah-langkah kegiatan pembelajaran; dan (8) penilaian. RPP yang harus rutin
dibuat dalam jangka pendek adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPPM) Mingguan,
yang merupakan penjabaran dari program semester yang memuat kegiatan dalam rangka
pencapaian indikator yang direncanakan dalam satu minggu sesuai dengan ruang lingkup dan
urutan tema. dan subtema; dan rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH). RPPM
yang merupakan penjabaran rencana kegiatan mingguan yang akan dilaksanakan pada setiap
kegiatan pembelajaran secara bertahap. RPPH memuat berbagai kegiatan pembelajaran, baik
yang dilakukan secara individu, kelompok, maupun klasikal dalam satu hari.
Dalam lampiran IV Pedoman Umum Pembelajaran UU No. 81A Tahun 2013 juga
tertulis bahwa salah satu hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan
pembelajaran adalah mengorganisasikan kegiatan pembelajaran ke dalam kegiatan
Pendahuluan, Inti, dan Penutup. Kegiatan inti diterjemahkan menjadi mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan atau yang disebut dengan
pendekatan saintifik. Kelima hal tersebut merupakan pengalaman belajar dasar yang
terkandung dalam proses pembelajaran.
Menggunakan penilaian autentik dalam pemantauan perkembangan anak: Penilaian
adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian kegiatan
belajar anak dalam kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian autentik
adalah penilaian proses dan hasil belajar untuk mengukur pencapaian kompetensi sikap
(spiritual dan sosial), pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan secara
berkesinambungan. Penilaian tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh anak, tetapi
lebih menekankan pada apa yang dapat dilakukan oleh anak.
Terkait pemberdayaan peran orang tua dalam proses pembelajaran, Friedman
menulis bahwa orang tua adalah orang yang lebih tua atau lebih tua, terdiri dari ayah dan ibu
yang merupakan guru dan teladan utama bagi anak-anaknya karena orang tua
menginterpretasikan dunia dan masyarakat pada anak-anaknya. Terkait dengan peran orang
tua dalam proses pembelajaran, sangat jelas bahwa sebagai guru pertama yang mengenalkan
anak pada berbagai hal yang ada di lingkungan sekitarnya. Hal ini tentunya memiliki peran
yang sangat penting. Orang tua dituntut untuk dapat memberikan berbagai stimulasi dan
rangsangan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anaknya.

Kurikulum Merdeka
Pandemi COVID-19 belum sepenuhnya berakhir. Namun, tanda-tanda kehidupan
normal semakin terlihat. Namun, situasi dua tahun terakhir ini menyisakan beberapa
permasalahan bagi dunia pendidikan di Indonesia. Akibat siswa belajar melalui internet di
rumah, terjadi keterlambatan pencapaian Kurikulum 2013.
Agar siswa tidak ketinggalan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan
Teknologi (Kemendikbud dan Riset) memitigasi dengan menerapkan Kurikulum Mandiri
Belajar yang akan mulai berjalan pada tahun ajaran 2022/2023 di tingkat TK, SD, SMA.
tingkat sekolah. pertama, ke SMA. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Riset Nadiem
Makarim mengatakan konsep kurikulum baru ini akan memungkinkan siswa untuk
mengeksplorasi minat dan bakatnya masing-masing. Misalnya, jika dua anak dalam satu
keluarga memiliki minat yang berbeda, maka nilai patokan yang digunakan tidak sama.
Anak-anak juga tidak bisa dipaksa untuk mempelajari sesuatu yang tidak mereka sukai.
Artinya kurikulum memberikan otonomi dan kemandirian bagi siswa dan sekolah.
Dalam Kurikulum Merdeka Belajar untuk tingkat SMA tidak ada lagi jurusan IPA,
IPS, dan Bahasa. Siswa yang memasuki usia dewasa dapat memilih mata pelajaran yang
diminati. Menurut situs Kemendikbud, Kurikulum Merdeka dikembangkan sebagai kerangka
kurikulum yang lebih fleksibel, sekaligus fokus pada materi esensial dan pengembangan
karakter dan kompetensi siswa. Ciri utama kurikulum yang mendukung pemulihan
pembelajaran ini adalah pembelajaran berbasis proyek untuk pengembangan soft skill dan
karakter sesuai profil Mahasiswa Pancasila. Siswa fokus pada materi esensial sehingga
memiliki waktu yang cukup untuk mempelajari secara mendalam berbagai kompetensi dasar
seperti literasi dan numerasi. Guru lebih fleksibel untuk melaksanakan pembelajaran yang
berdiferensiasi sesuai dengan kemampuan siswa dan menyesuaikannya dengan konteks dan
muatan lokal.
Pada akhirnya jaminan keberlangsungan Kurikulum Mandiri Belajar ada pada guru.
Peran guru tetap menjadi pusat dari proses pendidikan. Kurikulum Belajar Mandiri
merupakan sesuatu yang baru, peserta dituntut untuk aktif bertanya dan berpendapat. Dalam
kurikulum baru ini, guru dituntut lebih kreatif dalam membangkitkan minat dan keaktifan
siswa.

Perbedaan Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka


Kurikulum harus dipahami sepenuhnya oleh semua guru di berbagai jenjang
pendidikan, termasuk guru pendidikan prasekolah atau guru taman kanak-kanak. Frede dan
Ackerman menulis jika: Memahami kurikulum yang merupakan seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan materi pembelajaran serta cara yang digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu, yang juga berisi pengalaman terencana dan tidak
terencana, yang dirancang untuk membantu anak mengembangkan keterampilan dan
pengetahuannya, memberi guru kemampuan untuk dapat merancang pembelajaran secara
maksimal untuk membantu anak berkembang secara optimal.
Kurangnya pemahaman pendidik terhadap pedoman pembelajaran yang digunakan
akan mempengaruhi kualitas perangkat pembelajaran. Pendidik yang merasa kesulitan dalam
membuat perencanaan akan membuat proses belajar mengajar menjadi tidak maksimal
karena pembelajaran dilakukan secara tidak tepat tanpa bimbingan. Padahal, kurikulum
dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas bangsa agar dapat bersaing dengan
negara lain di masa depan. Kurikulum yang sesuai dengan pedoman tersebut harus memuat
kegiatan yang merangsang perkembangan anak agar siap melanjutkan pendidikan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Bukan hanya rangkaian kegiatan menyenangkan yang membuat
anak sibuk (NAEYC dan NAECS/SDE 2003), tetapi merupakan kegiatan yang bertujuan
untuk membantu anak mengembangkan keterampilan dan pengetahuannya.
Kurikulum Merdeka Belajar akan optimal, jika kesiapan sumber daya manusia guru di
setiap lembaga Taman Kanak-Kanak baik. Secara khusus lembaga pendidikan lebih
mempersiapkan kompetensi yang dimiliki guru, dengan mengadakan berbagai kegiatan
pelatihan. Hal ini dilakukan agar kinerja masing-masing guru menjadi optimal, dan
memberikan dampak yang baik bagi siswa sebagai penerima transfer ilmu. Karena
kematangan sistem kurikulum pendidikan, sebenarnya untuk membenahi SDM guru, bukan
hanya sebagai kepentingan. Karena cenderung diminati dalam bentuk sertifikasi yang
diterapkan pada guru, belum optimal, menurut hasil penelitian Gunawan (2016),
menunjukkan bahwa kompetensi profesional guru yang telah memiliki sertifikasi pendidik
dan telah mendapatkan tunjangan sertifikasi guru masih rendah. tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh pemerintah.
Bagaimanapun kurikulum yang diterapkan, jika tidak berdampak pada pendidik maka
akan sia-sia. Apalagi dengan pendidikan Indonesia yang erat kaitannya dengan sosial budaya
berupa nilai-nilai. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Angga (2022), setiap kali
program dilaksanakan, terdapat kelebihan dan kekurangan yang menunjukkan bahwa
pembelajaran Kurikulum Merdeka Belajar 2013 akan optimal, jika sesuai dan fokus pada
kompetensi dan karakter semua siswa. mahasiswa (Yogi Anggraena, dkk., 2022).

PENUTUP
Simpulan
Kurikulum harus dipahami sepenuhnya oleh semua guru di berbagai jenjang
pendidikan, termasuk guru pendidikan prasekolah atau guru taman kanak-kanak. Frede dan
Ackerman menulis jika Memahami kurikulum yang merupakan seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan materi pembelajaran serta cara yang digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu, yang juga berisi pengalaman terencana dan tidak
terencana, yang dirancang untuk membantu anak mengembangkan keterampilan dan
pengetahuannya, memberi guru kemampuan untuk dapat merancang pembelajaran secara
maksimal untuk membantu anak berkembang secara optimal. Bagaimanapun kurikulum yang
diterapkan, jika tidak berdampak pada pendidik maka akan sia-sia. Apalagi dengan
pendidikan Indonesia yang erat kaitannya dengan sosial budaya berupa nilai-nilai. Perubahan
sistem kurikulum menjadi dilema dalam dunia pendidikan, apalagi kurikulum yang
diterapkan sebelumnya belum efektif. Namun kini Kemendikbud terus berganti, agenda
berubah. Menindaklanjuti hasil penelitian yang dilakukan oleh Angga (2022), setiap kali
program dilaksanakan, terdapat kelebihan dan kekurangan yang menunjukkan bahwa
program tahun 2013 memiliki konsep yang baik dalam proses pendidikan. Namun,
realisasinya tidak berjalan seperti yang diharapkan. Implementasi Kurikulum Merdeka
Belajar di beberapa sekolah cukup baik pada tahun pertama, namun mulai digulirkan di
banyak sekolah pada tahun ini. Dengan demikian implementasi Kurikulum Merdeka Belajar
setelah dianalisis lebih baik dan sesuai dengan budaya pendidikan Indonesia dibandingkan
dengan program tahun 2013 yang terpaksa dilaksanakan di bidang pendidikan.

Saran
Dalam penerapan kurikulum di Indonesia, diperlukan kesesuaian dengan tingkat
pendidikan dan juga budaya lingkungan sosial. Penerapan kurikulum yang tidak sesuai akan
menghasilkan kompetensi yang tidak optimal bagi kualitas pendidikan di Indonesia.

DAFTAR RUJUKAN

Febriansyah, F., Herlina, K., & Nyeneng, I. D. P. (2021). Integrative Science Education and
Teaching Activity Journal Developing Electronic Student Worksheet ( E-Worksheet )
Based Project Using Fliphtml5 to Stimulate Science Process Skills During the
Covid-19 Pandemic. 2(1), 59–73
Shively, K., & Palilonis, J. (2018). Curriculum Development: Preservice Teachers’
Perceptions of Design Thinking for Understanding Digital Literacy as a Curricular
Framework. Journal of Education, 198(3), 202–214.
https://doi.org/10.1177/0022057418811128
Angga. (2022). Komparasi Implementasi Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka di
Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 6(4), 5877-5889.
Andriani, D. (2018). Pengaruh Pembinaan, disiplin dan motivasi terhadap kinerja guru PAUD
Kec. Talang Kelapa. Caksana-PAUD, 1(1).
Darmiatun, S. (2019). Peningkatan Kompetensi Pedagogik Dan Profesional Guru TK Melalui
Program Diklat Berkelanjutan (PKB) di Kabupaten Dharmasraya. Jurnal
Pendidikan Tambusai, 3(2), 704–714.
Gunawan, D. (2016). Sistem Pendukung Keputusan Penerimaan Tunjangan Sertifikasi Guru
Menggunakan Metode Weighted Product. Thesis, Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 63-67.
Intan Dewi, (2020). Analisis Evaluasi Kinerja Pendidik Paud di PAUD Al Azhar Bukittinggi,
Jurnal Obsesi, 4(2), 1051-1053.
Kunandar. (2014). Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. (Cetakan ke-8). Jakarta: Rajawali Pers.
Misra. (2021). Analisis Kompetensi Guru Paud Sebagai Model Pembentukan Karakter Anak
Di Tk It Al-Latif Beureunuen Pidie, Jurnal Ilmiah Mahasiswa, 2(1), 12.
Yogi Anggraena, dkk. (2021). Kajian Akademik Kurikulum untuk Pemulihan Pembelajaran.
Jakarta: Kemendikburistek, Edisi (1), 31-32.
Rismauli. (2021). Dampak Positif Pandemi Covid-19 Terhadap Dunia Pendidikan. Jurnal
STTIT Al-Kifayah RIAU, 6-8.
Riza Yonisa Kurniawan. (2016). Identifikasi Permasalahan Pendidikan di Indonesia Untuk
Meningkatkan Mutu Dan Profesionalisme Guru, Jurnal KONASPI UNJ, VIII, 1417-
1420.
Yusutria. (2019). Peningkatan Mutu Pendidikan Anak Usia Dini melalui Peningkatan
Profesional Guru. Golden Age: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(2), 27–32.
Bermawi, A. M. (2012). Kinerja Guru Profesional, cet.I. Yogkarta. Ar-Ruzz Media, 32-35
Arifin. (2013). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 27-29
Ats-Tsauri, M. S., & Munastiwi, E. (2020). Strategi Kepala Madrasah Dalam Menentukan
Kebijakan Pembelajaran Era Covid 19 Studi Kasus Kepala Madrasah Ibtidaiyah NW
Pondok Gedang. Elementeris : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar Islam, 2(2), 55.
Damayanti, E. (2019). Konsep dasar butir instrumen penilaian akreditasi pendidikan Anak
Usia Dini. Raudhatul Athfal: Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini, 3(2), 134–
148.
Dini, J. (2021). Tantangan guru dan orang tua dalam kegiatan belajar dari rumah anak usia
dini pada masa pandemi Covid-19. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia
Dini.
Faradita, M. N., & Afiani, K. D. A. (2021). Pelatihan Pembuatan RPP Kurikulum Darurat
Pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Altifani Penelitian Dan Pengabdian ….
Farida, F. (2018). Upaya Mengoptimalkan Perkembangan Anak Usia Dini. ThufuLA: Jurnal
Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal
Hewi, L., & Asnawati, L. (2020). Strategi Pendidik Anak Usia Dini Era Covid-19 dalam
Menumbuhkan Kemampuan Berfikir Logis. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan
Anak Usia Dini
Irsan, I., & Yulan, T. (2021). Analisis Kesulitan Implementasi Pembelajaran Tematik Pada
Masa Pandemi Covid-19 di Sekolah Dasar. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan.
Jawati, R. (2013). Peningkatan Kemampuan Kognitif Anak Melalui Permainan Ludo
Geometri Di Paud Habibul Ummi Ii. Spektrum: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah
(PLS)
Karyani, S., & Sutama, M. P. (2019). Implementasi Kurikulum 2013 PAUD di TK PKK Palur
Mojolaban Sukoharjo
Latipah, F. J. (2021). Pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh Pada Masa Pandemi Di Tk It
Daarul Fikri. repository.upi.edu.
Masyhud. (2014). Perubahan kurikulum di indonesia : studi kritis tentang upaya menemukan
kurikulum pendidikan islam yang ideal. Raudhah, IV(1), 49–70.

Anda mungkin juga menyukai