Anda di halaman 1dari 6

ANAKKU, ANAKMU, ANAK KITA YANG UNIK Memahami & Membantu Anak Berkebutuhan Khusus by sarimoon Anak adalah

anugerah Tuhan yang begitu indah. Kehadirannya begitu dinanti bukan saja oleh ayah dan ibunya, namun juga kakek-neneknya, tante-omnya, sepupunya, dan keluarga besar lainnya. Tidak ada orang tua atau siapapun yang menginginkan anaknya kekurangan satu apapun. Namun bagaimana bila sang Khalik berkehendak lain? Bagaimana bila anak kita adalah anak berkebutuhan khusus? Apa yang harus kita lakukan untuk memberikan semangat hidup untuk dirinya? Dan bagaimana meniupkan semangat kita untuk mengayomi anak titipanNya tersebut? Warni berusaha menahan air matanya. Diagnosa dokter mengatakan bahwa Anlien, puteri semata wayangnya mempunyai kemampuan pendengaran yang minim. Ibu muda berusia 33 tahun itu harus menerima kenyataan bahwa anaknya seorang tuna rungu. Belum pernah terbayangkan. Warni masih belum menerima kenyataan hingga sekitar 3 bulan lamanya. Namun begitu dia berusaha memberikan apa yang dibutuhkan Anlien. Seiring waktu, Warni berusaha menata diri dan mulai menerima kekurangan dari Anlien yang masih berusia 2,5 tahun itu. Begitu pula Rahmat dan Isya. Pasangan suami-isteri itu harus menerima kenyataan bahwa Mia, puteri pertamanya didiagnosa dokter sebagai anak autis. Adanya gangguan perkembangan yang dialami Mia itu membuat dirinya terlambat untuk berbicara. Ditambah anak berusia 4 tahun itu mempunyai kebiasaan tertentu yang lebih banyak asyik dengan dirinya sendiri dan kurang bersoalisasi. Pada masa kesedihan itu, Rahmat dan Isya sering saling menyalahkan. Padahal mereka paham benar bahwa sampai saat ini autis belum diketahui penyebab pastinya. Kemudian secara bertahap mereka belajar tentang autis dan berusaha memenuhi kebutuhan buah hatinya itu. Syukurlah, secara bertahap mereka mengikuti Mia terapi yang dibutuhkannya sehingga banyak kemajuan yang dialami bocah berparas cantik itu untuk hidup jauh lebih normal. Itu baru sebagian pengalaman orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Masih banyak lagi orang tua yang memiliki pengalaman lebih dahsyat dari peristiwa hidup di atas. Tidak bisa dihindari bahwa kehadiran anak berkebutuhan khusus dapat memengaruhi ikatan kedua orang tuanya. Apakah ikatan antara ayah dan ibunya semakin kompak dan saling mendukung, ataukah malah runtuh, bercerai-berai serta saling menyalahkan. Semoga tidak yang terakhir. Sebagai orang yang beriman dan memiliki akal sehat, hendaknya kita dapat memetik segala hikmah dari apa yang diberikan Sang Pencipta kepada kita semua. Diharapkan justru keberadaan anak-anak kita tersebut dapat menjadi ladang amal buat semua. Tidak ada kata pesimis untuk kita sebagai orang tua. Karena setiap anak adalah unik. Setiap anak berhak memperoleh kasih sayang dan bimbingan akhlak dan ilmu semesta lainnya sesuai kemampuan masing-masing. Berikut ini semoga merupakan proses ideal buat orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Semoga dapat menjadi masukan yang berarti, Amin. * Bersedih dan menangislah Kesedihan merupakan satu hal yang sangat manusiawi. Karena menjadi suatu hal yang aneh bila orang tua tersenyum bahkan tertawa geli bila mendengar anaknya tidak bisa mendengar, atau tidak bisa melihat, lumpuh layu, atau memiliki kekurangan fisik atau mental lainnya. Jadi jangan takut untuk mengeluarkan air mata, itu menandakan rasa cinta kita kepada apa yang sudah Allah berikan pada kita, yakni anak kita sendiri. Percayalah..Tuhan Maha Tahu apa yang sudah digariskanNya. Ada rahasia yang Dia berikan pada setiap kehidupan manusia. Berpikirlah positif bahwa Dia begitu percaya kalau Anda dan pasangan sanggup memberikan limpahan kasih sayang yang besar kepada anak yang sudah dititipkanNya;

* Memberi waktu bersedih Lalu..sebagai manusia yang beriman, kesedihan tidak perlu berlebihan dan berkepanjangan. Kita perlu mengaturnya sedemikian rupa yang kemudian mulai menata diri untuk memikirkan langkah terbaik selanjutnya; * Saling Mendukung Langkah pertama bebenah diri adalah dengan membawa serta pasangan untuk mendiskusikan hal-hal terbaik untuk membantu sang buah hati. Jangan sibuk sendiri. Selain pasangan, libatkan pula kakak-adiknya, kakek-nenek, om-tante, dan tetangga sebelah untuk mengetahui kondisi sang buah hati; * Cari informasi sebanyak-banyaknya tentang yang dibutuhkan sang buah hati Hindari mitos, pernyataan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan, dan hal-hal yang berbau mistik. Kumpulkan, kliping, dan jilid berbagai informasi penting tentang penyakit, atau gangguan yang dialami anak. Selain itu, cari tahu metode penyembuhan yang pasti dan terapi yang berguna untuk anak melalui buku, internet, seminar, talkshow maupun dokter spesialis; * Berikan alat dan terapi yang sesuai kebutuhan anak Bila anak butuh alat pendengaran, maka carilah alat yang sesuai dengan kebutuhannya. Bila sang anak butuh terapi atau metode penyembuhan secara berkala, maka lakukanlah dengan seksama. Jangan lupa konsultasikan dengan dokter, psikolog atau ahlinya sebelum melakukan hal-hal tersebut. Bila anda berasal dari keluarga berkekurangan, cari informasi tentang lembaga atau yayasan mana saja yang dapat membantu dan memberikan fasilitas cuma-cuma untuk sang anak; * Gali Bakat dan Minat Anak Bukan tidak mungkin anak yang dianggap kurang justru memiliki kelebihan khusus yang tidak dimiliki oleh anak pada umumnya. Jadi, gali terus bakat dan minatnya! Bila sang anak menyukai melukis, sediakan dia kanvas, buku, kuas, cat, dan lain yang dibutuhkannya. * Jangan menutup diri Ikuti komunitas sharing para orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus sama dengan yang dialami anak kita. Komunitas ini sangat berguna untuk saling mendukung dan memberi informasi terbaru tentang kebutuhan anak. Jangan ikuti komunitas yang kumpulannya cuma bisa berkeluh kesahya. . Selain itu, tetap bersosialisasi dengan tetangga sebelah kanan, kiri, depan dan belakang. Biarkan anak bebas keluar rumah dan mendapati lingkungan luar tempat tinggalnya; * Ikhlas dan Optimis Ini adalah langkah per tama dan terakhir yang wajib dimiliki para orang tua. Ikhlaskan segala peristiwa hidup yang kita alami padaNya. Kelahiran, kematian, sakit, jodoh, rejeki, dan segalanya sudah Dia yang mengatur, maka ikhlaskanlah. Tak lupa, selalu optimis! Yakinlah, Anda, pasangan, dan anak anda dapat menjalaninya dengan baik-baik saja,@ (By Sarimoon, my_zuza@yahoo.com) Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi

menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.

Tunanetra
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision. Definisi Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara adalah tape recorder dan peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium)

Tunarungu
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah: 1. 2. 3. 4. 5. Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB), Gangguan pendengaran ringan(41-55dB), Gangguan pendengaran sedang(56-70dB), Gangguan pendengaran berat(71-90dB), Gangguan pendengaran ekstrem/tuli(di atas 91dB).

Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.

Tunagrahita
Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang muncul dalam masa perkembangan. klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ. 1. 2. 3. 4. Tunagrahita ringan (IQ : 51-70), Tunagrahita sedang (IQ : 36-51), Tunagrahita berat (IQ : 20-35), Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20).

Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih di titik beratkan pada kemampuan bina diri dan sosialisasi.

Tunadaksa
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuromuskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.

Tunalaras
Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.

Kesulitan belajar
Adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat memengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi minimal otak, dislexia, dan afasia perkembangan. individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-rata, mengalami gangguan motorik persepsimotorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan orientasi arah dan ruang dan keterlambatan perkembangan konsep.

Artikel: Upaya Pemberian Layanan Pendidikan


Upaya Pemberian Layanan Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Anak adalah buah hati dalam setiap keluarga. Tanpa anak, keluarga akan terasa sepi, gelap, dan tanpa warna. Tak heran jika ketemu teman lama yang pertama kali terlontar adalah pertanyaan berapa anakmu sekarang? Bukan berapa mobilmu, rumahmu atau yang lainnya. Sering terdengar ungkapan anak adalah titipan dari yang Maha Pencipta, maka peliharalah dengan sebaik-baiknya, berilah tempat yang paling baik, jadikanlah manusia yang berguna karena anak itu terlahir suci adanya seperti kertas putih. Bagaimana kertas itu menjadi penuh warna tergantung pada orang tua dan lingkungan yang akan memberi warna maupun coretan pada kertas tersebut. Interaksi anak dengan orang tua ketika di rumah, dengan guru dan teman ketika di sekolah dan dengan tetangga atau orang lain ketika di masyarakat akan membentuk berbagai karakter dalam diri anak tersebut. Ada yang pendiam, periang, egois, peramah, cerdas, bodoh, pemurung, sosial dan sebagainya. Semua karakter-karakter ini tentunya sebagai akibat dari proses pewarnaan pada diri anak. Pada mulanya, pengertian anak berkebutuhan khusus adalah anak cacat, baik cacat fisik maupun mental. Anak-anak yang cacat fisik sejak lahir, seperti tidak memiliki kaki atau tangan yang sempurna, buta warna, atau tuli termasuk anak berkebutuan khusus. Pengertian anak berkebutuhan khusus kemudian berkembang menjadi anak yang memiliki kebutuhan individual yang tidak bisa disamakan dengan anak yang normal. Pengertian anak berkebutuhan khusus tersebut akhirnya mencakup anak yang berbakat, anak cacat, dan anak yang mengalami kesulitan.

Selama ini cara pandang terhadap anak berkebutuhan khusus, masih negatif maka pemenuhan hak anak berkebutuhan khusus juga belum dapat memperoleh hak yang sama dengan masyarakat lainnya. Persamaan hak sebenarnya telah diatur dengan berbagai perangkat perundangan formal, tetapi permasalahannya tidak adanya sanksi yang jelas terhadap pelanggaran peraturan yang ada, sehingga masih banyak anak-anak berkebutuhan khusus yang belum memperoleh haknya. Sehubungan dengan itu maka guru sebagai ujung tombak pendidikan formal perlu memberikan layanan secara optimal bagi semua siswa termasuk anak berkebutuhan khusus. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan mendasar yang hendak ditelaah dalam makalah ini adalah bagaimana upaya memberikan hak-hak anak berkebutuhan khusus? 3. Tujuan dan Manfaat Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan upaya memberikan hak-hak anak berkebutuhan khusus. Penyusunan makalah ini bermanfaat secara teoretis, untuk mengkaji upaya dalam memberikan hak-hak anak berkebutuhan khusus. Secara praktis, bermanfaat bagi: (1) para pendidik untuk memperhatikan dan memberikan pelayanan pada anak berkebutuhan khusus, (2) mahasiswa agar memahami cara memberikan pelayanan pada anak berkebutuhan khusus. B. PEMBAHASAN Always say you yes for children. Selalu berkatalah ya pada anak. Jarang didapati guru yang demikian ini. Rata-rata mereka melarang siswa-siswanya melakukan sesuatu. Contoh jangan manjat pagar nanti jatuh, jangan main api nanti terbakar dan sebagainya. Padahal siswa saat melakukan hal tersebut pada kondisi senang dengan hal baru, menemui keasyikan dan mencoba untuk belajar dari hal tersebut. Pada tarap belajar inilah nantinya akan timbul suatu kreativitas pada diri siswa tersebut. Mereka akan berhenti jika ternyata api itu panas, ataupun tidak akan melakukan lagi ketika mereka jatuh dari suatu pagar tersebut. Larangan-larangan semacam ini tentunya dapat mematikan kreativitas siswa. Siswa akan selalu dalam lingkaran ketidaktahuan, ketakutan, tidak berani mencoba sesuatu yang baru. Namun kadang guru sendiri tidak menyadari akan hal ini. Seharusnya untuk hal-hal baru seperti diatas siswa diberi kesempatan untuk mencoba melakukan sementara guru tetap memberi pengawasan sehingga siswa dapat bereksperimen dengan aman. Guru tidaklah selalu bersikap sebagai petugas hukum di lingkungan sekolah. Di mana biasanya guru yang membuat peraturan. Kemudian mereka pula yang memberi sanksi atau hukuman pada siswanya, jika siswa melakukan suatu kesalahan, misalnya dengan disuruh lari mengitari halaman, berdiri di depan kelas, memukul dengan sabuk atau tindakan lain yang lebih mengarah pada hukuman fisik. Sebenarnya guru dapat bersikap lebih demokratis pada siswa, mencoba membicarakan dengan siswa hal-hal apa saja yang baik dapat mereka lakukan, mana yang baik dan mana yang tidak. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya dan mengklarifikasi antara hal yang baik dan yang tidak untuk kemudian disusun sebagai suatu peraturan secara bersama dan demokratis. Dalam menentukan hukuman hendaknya juga dengan sikap yang demokratis. Cobalah siswa untuk menentukan hukuman sendiri sebagai sikap pertanggungjawaban terhadap kesalahannya dan tidak akan mengulanginya lagi. Guru harus mampu menyediakan media untuk siswanya sebagai upaya untuk menelurkan siswa yang cerdas dan kreatif. Pernyataan tersebut selaras dengan teori teori pendekatan ekologis dan genetis yang diungkapkan oleh Spiel (1994), Oerter (1992), Scarr&Mc. Cartney (1982). Menurut pandangan mereka, perkembangan siswa selalu berupa interaksi antara bakat (genotip) dan lingkungan. Setidaknya ada tiga hasil interkasi genotip dan lingkungan (Kartono, tahun 1995:119). Pertama, adanya hasil interaksi genotif-lingkungan yang bersifat pasif. Hal ini timbul karena guru memberi lingkungan yang sesuai dengan bakat mereka sendiri. Misalnya guru yang gemar musik akan selalu memberikan lingkungan musik pada siswanya sehingga siswa sejak awal hidup dalam lingkunga musik tersebut. Kedua, hasil interaksi genotif-lingkungan yang bersifat evokatif . Hal ini timbul karena siswa dengan bakat berbeda-beda menimbulkan berbagai macam reaksi terhadap lingkungan sosialnya. Contohnya siswa masa usia sekolah sering melakukan hal-hal yang seenaknya saja sehingga menimbulkan perhatian pada orang lain yang mempengaruhi perilakunya sendiri lagi. Ketiga, hasil interaksi genotif-lingkungan yang bersifat aktif. Hal ini timbul karena seseorang memilih lingkungan yang cocok dengan pribadinya sendiri. Kebanyakan terjadi pada usia remaja dan sering dilakukan bersama-sama dengan pencarian identitas ego atau citra diri atau jati diri.

Terkait dengan hal di atas, ada beberapa landasaran yuridis formal yang mendasari upaya untuk memberikan hak-hak pada anak berkebutuhan khusus, diantaranya yaitu : 1. UUD 1945 pasal 31 ayat 1 dan 2 tentang hak mendapat pendidikan. 2. UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Pasal 3, 5 dan 32 tentang pelayanan pendidikan khusus. 3. UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak pasal 48, 49, 50, 51, 52, 53 4. UU No. 4 tahun 1997 pasal 5 tentang penyandang cacat. 5. Deklarasi Bandung (Nasional) "Indonesia menuju pendidikan inklusif" 8-14 Agustus 2004. Sejalan dengan hal tersebut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 20 November 1989 menetapkan konfensi hak anak termasuk di dalamnya hak anak yang berkebutuhan khusus, di antaranya: 1. Dalam deklarasi Hak-hak Asasi Manusia Sedunia, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah dinyatakan bahwa masa kanak-kanak berhak memperoleh pemeliharaan dan bantuan khusus. 2. Sebagaimana yang dinyatakan dalam Deklarasi Hak-hak anak, "anak karena tidak memiliki kematangan jasmani dan mentalnya, memerlukan pengamanan dan pemeliharaan khusus termasuk perlindungan hukum yang layak, sebelum dan sesudah kelahiran." 3. Di semua negara bagian di dunia, ada anak-anak yang hidup dalam keadaan yang sulit, dan bahwa anak-anak seperti itu membutuhkan perhatian khusus. Menurut Ki Hajar Dewantara mengingatkan bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah dan pemerintah (Suyanto, 2005:225) oleh karena itu upaya untuk memberikan pelayanan kepada anak yang berkebutuhan khusus hendaknya melibatkan : (1) kerja sama dengan orang tua, (2) kerja sama antara guru, (3) kerja sama organisasi profesional, (4) kerja sama dengan masyarakat. Dari berbagai upaya di atas diharapkan anak-anak berkebutuhan khusus mendapatkan pelayanan khusus sesuai dengan hak-haknya. Sehingga anak tidak akan kehilangan hak-haknya untuk mengembangkan potensi secara optimal. Dengan demikian anak berkebutuhan khusus dapat mengembangkan potensinya seperti anak-anak lain untuk membekali hidupnya serta dapat bermanfaat bagi dirinya, lingkungan, dan masyarakat. C. PENUTUP 1. Simpulan Anak berkebutuhan khusus hendaknya memperoleh pelayanan secara khusus. Apapun upaya untuk memberikan pelayanan kepada anak-anak berkebutuhan khusus di antaranya: (1) menindaklanjuti landasan yuridis, (2) menindaklanjuti Konvensi hak anak, (3) Melakukan kerjasama dengan orang tua, guru, organisasi profesional, dan masyarakat. 2. Saran Pentingnya pelayanan pada anak berkebutuhan khusus hendaknya para guru mampu memberikan layanan secara khusus pada anak-anak yang membutuhkan sehingga anak-anak tersebut tidak kehilangan hak-haknya. DAFTAR PUSTAKA Kartono Kartini, 1995. Psikologi Anak. Bandung, Mandar Maju. Sularto St, 2003. Seandainya Aku Bukan Anakmu. Jakarta, Buku Kompas. Suyanto Slamet, 2005. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta, Hikayat. Suparno, 2007. Pendidikan anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta, Dirjen Dikti Depdiknas

Anda mungkin juga menyukai