Matematika SD
Dosen Pengampu:
Nawang Wulan, S.Pd., M.Pd
Disusun oleh:
Kelompok 6
1. Fitri Nur Lailiyah (150611100122)
2. Ainur Rohmah (150611100130)
3. Rensi Vimbi Alfianita (150611100131)
4. Phatih Allam Harmahadinata (150611100137)
5. Aisyatur Rodiyah (150611100156)
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah – Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas matakuliah Pembelajaran
Matematika SD tentang Media dan Bahan Manipulatif dalam Pembelajaran.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, baik dalam penyusunan kata, bahasa, dan sistematika pembahasannya. Sebab
kata pepatah “tak ada gading yang tak retak atau dengan pepatah lain tak ada ranting yang tak
akan patah”. Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan masukan atau kritikan serta saran
yang bersifat membangun untuk mendorong kami menjadi lebih ke depanya.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada pembaca yang sudah berkenan
membaca makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi kami dan
pembaca. Amin..
Tim Penulis
DAFTAR ISI
A B C D
Gambar 1
ditunjukkan dengan satu bagian dari empat bagian yang sama.
Pecahan-pecahan senilai juga dapat ditunjukkan dengan potongan kertas memanjang
kertas memanjang atau potongan kertas dalam bangun-bangun geometris, misalnya, dengan
menggunakan potongan kertas memanjang, dapat ditunjukkan pecahan-pecahan senilai,
misalnya:
½ 1/2
1/3 1/3 1/3
1/4 1/4 1/4 1/4
1/6 1/6 1/6 1/6 1/6 1/6
1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8
- Kemudian bagilah persegi panjang tersebut menjadi 3 bagian yang sama (karena penyebut
bilangan pertama 3).
- Dari sisi yang lain, bagilah persegi panjang tersebut menjadi 2 bagian yang sama (karena
penyebut yang bilangan kedua 2).
- Letakkan kertas manggis berwarna merah sebanyak 1/3 bagian dari sisi vertikal, dan kertas
manggis berwarna kuning sebanyak ½ bagian dari sisi horizontal.
- Pada percobaan tersebut satu kotak yang berisi dua warna, pindahkan salah satu warnanya ke
kotak yang masih kosong.
- Hitunglah berapa banyak kotak berwarna merah dan berwarna kuning, serta seluruh kotak
yang tersedia.
b. Pengurangan
Adapun langkah-langkah yang akan kita lakukan dalam mengurangkan dua buah bilangan
pecahan adalah sebagai berikut:
- Buatlah sebuah persegi panjang pada triplek yang sudah kita sediakan, kemudian bagilah
persegi panjang tersebut menjadi dua bagian yang sama (karena penyebut bilangan pertama
2).
- Dari sisi yang lain, bagilah persegi panjang tersebut menjadi tiga bagian yang sama (karena
penyebut bilangan kedua adalah 3).
- Letakkan kertas manggis berwarna merah sebanyak ½ bagian dari sisi vertikal.
- Pindahkan satu kertas warna merah, sehingga akan siperoleh 1/3 bagian.
- Karena bilangan pengurangannya adalah 1/3, maka baliklah 1/3 bagiannya.
- Hitunglah berapa banyak kotak berwarna merah yang tersisa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Media adalah seperangkat alat bantu yang digunakan untuk menyampaikan informasi dari
pendidik kepada peserta didik agar dapat menarik minat dan perhatian sehingga proses belajar
mengajar yang efektif dan efisien terjadi. Garis besar jenis-jenis media dalah sebagai berikut:
(1) Papan Tulis, (2) Papan Grafik, (3) Papan Tempel, (4) Media Cetak, (5) Kalkulator, (6)
Komputer, (7) Media Tayangan.
Bahan manipulatif dalam pembelajaran matematika SD adalah alat bantu pembelajaran
yang digunakan untuk menjelaskan konsep dan prosedur matematika. Alat ini merupakan
bagian langsung dari mata pelajaran matematika dan dimanipulasikan oleh peserta didik
(dibalik, dipotong, digeser, dipindahkan, digambar, dipilah, dikelompokkan atau
diklasifikasikan (Muhsetyo, dkk, 2011). Contoh bahan manipulatif yaitu: bahan manipulatif
dari kertas, model stik (lidi: dari rangka daun kelapa, dari bambu, atau dari plastik), model
persegi dan strip dari kayu/tripleks, model kertas bertitik atau berpetak
3.2 Saran
Guru SD harus dapat memanfaatkan media dan bahan manipulatif dalam pembelajaran
matematika serta bisa mengembangkannya juga agar pembelajaran menjadi lebih bermakna
bagi peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Muhsetyo, Gatot, dkk. 2007. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Nurtamam, Edi. Pembelajaran Matematika SD. 2013. Bangkalan: UTM Madura.
Tugas Karil PGSD-UT Pelajaran Matematika SD
Iwan Brades
NIM.822077979
Email: iwanbrades.pkp@gmail.com
Abstrak
Umumnya pembelajaran matematika baik di tingkat dasar maupun menengah masih
dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dipahami oleh siswa. Berdasarkan hasil nilai
rata-rata ulangan harian di kelas peneliti dari 25 siswa hanya 24% atau sebanyak 6 siswa
yang telah memahami proses perkalian pecahan. Penelitian perbaikan pembelajaran ini
bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi pecahan dengan
menggunakan media manipulative material kertas. Subjek penelitian perbaikan pembelajaran
ini dilaksanakan terhadap 25 siswa kelas V SDN 1 Sungai Lumpur Kecamatan Cengal.
Penelitian ini terdiri dari dua siklus, siklus I dilaksanakan pada tanggal 10 Oktober 2014 dan
siklus II dilaksanakan pada tanggal 15 Oktober 2014. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti
dibantu satu orang observer. Desain penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas
yang terdiri dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Dalam
pelaksanaan penelitian ini tidak hanya menggunakan media manipulative material kertas,
namun pada siklus II di tambah dengan metode penemuan terbimbing. Perbandingan
ketuntasan hasil belajar siklus I dan siklus II mengalami peningkatan dari 44% menjadi 84%.
Media manipulative material kertas dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Matematika dewasa ini merupakan mata pelajaran yang sangat penting.
Perkembangannya sangat pesat, baik materi, maupun strategi pembelajaran, sehingga dalam
pembelajaran di sekolah harus memperhatikan perkembangan tersebut. Matematika berfungsi
sebagai alat dan pola pikir yang digunakan dalam berbagai ilmu pengetahuan dan kehidupan
sehari-hari.
Pada umumnya pembelajaran matematika baik di tingkat dasar maupun menengah
masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dipahami oleh siswa sehingga siswa
terlebih dahulu takut terhadap mata pelajaran matematika.
Salah satu kompetensi dasar pembelajaran matematika yang terdapat dalam
Kurikulum 2013 khususnya kelas lima sekolah dasar yaitu:
1. Memahami berbagai bentuk pecahan (pecahan biasa, campuran, desimal dan persen) dan
dapat mengubah bilangan pecahan menjadi desimal, serta melakukan perkalian dan
pembagian.
2. Mengurai sebuah pecahan sebagai hasil penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian
dua buah pecahan yang dinyatakan dalam desimal dan persen dengan berbagai kemungkinan
jawaban.
Hasil yang diharapkan berdasarkan kompetensi dasar tersebut adalah siswa dapat menguasai
keterampilan melakukan perkalian dalam bentuk pecahan. Terbentuknya rasa ingin tahu,
fokus, tekun dan teliti.
Untuk mencapai hasil yang diharapkan di atas tidak semudah membalikkan telapak
tangan karena fakta di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak siswa sekolah dasar
kesulitan memahami pecahan dan operasinya. Seperti yang terjadi pada siswa kelas V SDN 1
Sungai Lumpur Kecamatan Cengal Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan,
berdasarkan hasil rerata ulangan harian yang dilakukan penulis dari 25 siswa hanya 24% atau
sebanyak 6 siswa yang telah memahami perkalian pecahan sedangkan 76% atau sebanyak 19
siswa belum memahami perkalian pecahan. Hal ini menunjukkan belum tercapainya kriteria
ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu antara 66-70 dengan skala 2,66.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil refleksi yang telah dilakukan, teridentifikasi masalah antara lain; (a)
pembelajaran yang dilakukan belum berhasil, (b) siswa pada kelas tersebut belum memahami
konsep perkalian dan penyederhanaan pecahan, (c) siswa pada kelas tersebut tidak dapat
melakukan operasi perkalian dan penyederhanaan pecahan, dan (d) siswa pada kelas tersebut
kurang memperhatikan penjelasan guru.
2. Analisis Masalah
Dari hasil identifikasi masalah tersebut, diperoleh kemungkinan penyebab
permasalahan di atas muncul antara lain; (a) kemampuan dasar yang dimiliki siswa sangat
rendah, (b) guru sering mengabaikan penggunaan media pembelajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan dasar siswa, (c) guru menggunakan pembelajaran yang bersifat
kovensional (ceramah), sehingga pembelajaran kurang menarik, dan (d) siswa cenderung
pasif dalam kegiatan pembelajaran berlangsung.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil analisis yang telah diungkapkan dalam latar belakang masalah di
atas, maka dapat dirumuskan fokus penelitian penulis adalah Adakah Peningkatan Hasil
Belajar Siswa pada Pembelajaran Matematika Materi Pecahan dengan Menggunakan Media
Manipulative Material Kertas di Kelas V SDN 1 Sungai Lumpur?
1. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar serta pemahaman siswa terhadap
materi perkalian pecahan, sehingga siswa dapat berperan aktif dan kreatif dalam pembelajaran
matematika.
2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan menambah pengetahuan mengenai
penggunaan bahan manipulatif kertas dalam pembelajaran matematika materi pecahan sebagai
alat peraga pembelajaran yang lebih baik. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan upaya yang
nyata dalam melakukan refleksi/koreksi guna memperbaiki pembelajaran di sekolahnya
masing-masing.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini sebagai alat ukur dalam menentukan alat peraga yang paling tepat
dalam pembelajaran matematika materi pecahan.
B. Hasil Belajar
Implementasi dari belajar adalah hasil belajar. Berikut dikemukakan defenisi hasil
belajar menurut para ahli.
(http://himitsuqalbu.wordpress.com/2014/03/21/definisi-hasil-belajar-menurut-
para-ahli/).
1. Dimyati dan Mudjiono (2006) hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-
angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran. Nilai yang
diperoleh siswa menjadi acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi
pelajaran.
2. Djamarah dan Zain (2006) hasil belajar adalah apa yang diperoleh siswa setelah dilakukan
aktifitas belajar.
3. Hamalik (2008) hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
seseorang yang dapat di amati dan di ukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Perubahan tersebut dapat di artikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang
lebih baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu.
4. Mulyasa (2008) hasil belajar merupakan prestasi belajar siswa secara keseluruhan yang
menjadi indikator kompetensi dan derajat perubahan prilaku yang bersangkutan. Kompetensi
yang harus dikuasai siswa perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai sebagai wujud
hasil belajar siswa yang mengacu pada pengalaman langsung.
5. Winkel (dikutip oleh Purwanto, 2010) hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan
manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.
6. Sudjana (2010) menyatakan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajar.
7. Suprijono (2009) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.
C. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil-hasil yang telah diberikan guru kepada murid murid atau
dosen kepada mahasiswa dalam jangka waktu tertentu. (Purwanto, 1978 dalam Habsari,
2005:75). Sedangkan menurut Ahmadi (1978, dalam Habsari, 2005:75) prestasi belajar adalah
hasil yang dicapai dalam suatu usaha (belajar) untuk mengadakan perubahan atau mencapai
tujuan.
D. Pembelajaran Matematika
Dalam proses belajar matematika, Bruner (1982 dalam Muhsetyo, 2012:1.26),
menyatakan pentingnya tekanan dan kemampuan peserta didik dalam berpikir intuitif dan
analitik akan mencerdaskan peserta didik membuat prediksi dan terampil dalam menemukan
pola (pattern) dan hubungan/keterkaitan (relations). Pembaruan dalam proses belajar ini, dari
proses drill dan practice ke proses bermakna, dan dilanjutkan proses berpikir intiutif dan
analitik, merupakan usaha luar biasa untuk selalu meningkatkan mutu pembelajaran
matematika. Reaksi-reaksi positif untuk perubahan mempunyai dampak perkembangan
kurikulum matematika sekolah yang dinamis.
Menurut Muhsetyo (2012:1.26), pembelajaran matematika adalah proses pemberian
pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana
sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari.
Secara lebih jelas Bruner (dalam Muhsetyo 2012:1.12), menyebut tingkatan yang
perlu diperhatikan dalam mengakomodasikan keadaan peserta didik, yaitu (a) enactive
(manipulasi objek langsung), (b) iconic (manipulasi objek tidak langsung), dan (c) symbolic
(manipulasi simbol). Seperti dijelaskan secara rinci tingkatan tersebut (dalam Karso dkk.,
2011:1.12-1.13), sebagai berikut.
E. Pengertian Pecahan
Bilangan pecahan pertama kali digunakan oleh Bangsa Mesir Kuno sekitar tahun 1600
SM. Pecahan pada masa itu dapat dilihat pada tulisan di Papyrus Ahmes. Bangsa Mesir
menggunakan pecahan satuan, yaitu pecahan yang pembilangnya adalah angka satu untuk
menyatakan perbandingan. Pecahan-pecahan tersebut ditulis menggunakan huruf Hieroglyph.
Pada saat yang bersamaan dengan Bangsa Mesir Kuno, Bangsa Cina Kuno juga mulai
mengenal konsep pecahan. Bangsa Romawi dan Babilonia juga mulai mengembangkan
konsep pecahan yang memiliki nilai penyebut yang sama dengan pembilang apa pun. Bangsa
Romawi Kuno menggunakan angka 12 sebagai penyebut untuk setiap bilangan pecahan.
Sedangkan Bangsa Babilonia menggunakan angka 60 sebagai penyebut untuk bilangan
pecahan. Bangsa Cina Kuno menamai penyebut sebagai “ibu” dan pembilang sebagai “anak”.
(Rajasa, 2009:2-3).
Menurut Karso dkk. (2011:7.2-7.3), pecahan melambangkan perbandingan bagian
yang sama dari suatu benda terhadap keseluruhan benda tersebut. Dengan kata lain suatu
benda dibagi menjadi beberapa bagian yang sama maka perbandingan setiap bagian tersebut
dengan keseluruhan bendanya menciptakan lambang dasar suatu pecahan. Pecahan
melambangkan perbandingan himpunan bagian yang sama dari suatu himpunan terhadap
keseluruhan himpunan semula. Dengan kata lain suatu himpunan dibagi atas himpunan bagian
yang sama maka perbandingan satiap himpunan bagian yang sama itu terhadap keseluruhan
himpunan semula akan menciptakan lambang dasar suatu pecahan.
Pecahan dapat diartikan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh. Dalam ilustrasi
gambar, bagian yang dimaksud adalah bagian yang diperhatikan, yang biasanya ditandai
dengan arsiran. Bagian inilah yang dinamakan pembilang. Adapun bagian yang utuh adalah
bagian yang dianggap sebagai satuan, dan dinamakan penyebut. (Heruman, 2010:43).
F. Macam-macam Pecahan
Pecahan ada dua macam, yaitu pecahan murni atau sejati dan pecahan campuran.
b. Pecahan campuran
Pecahan campuran, yaitu pecahan yang terdiri dari campuran bilangan bulat dengan
pecahan murni/sejati. (Karso dkk., 2011:7.7).
G. Pecahan Senilai
Pecahan senilai adalah pecahan-pecahan yang cara penulisannya berbeda, tetapi
mempunyai hasil bagi yang sama dan mewakili bagian atau daerah yang sama. (Karso
dkk.,2011:7.7).
Untuk menentukan pecahan senilai, kamu dapat mengalikan atau membagi pembilang
dan penyebut pecahan dengan bilangan yang sama, kecuali nol. (Rajasa, 2009:21).
H. Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah media yang dapat digunakan untuk membantu siswa di
dalam memahami dan memperoleh informasi yang dapat didengar ataupun dilihat oleh
pencaindera sehingga pembelajaran dapat berhasil guna dan berdaya guna. (Prihatin,
2008:50).
Menurut Muhsetyo dkk. (2012:2.1-2.3), media adalah alat bantu pembelajaran yang
secara sengaja dan terencana disiapkan atau disediakan guru untuk mempresentasikan
dan/atau menjelaskan bahan pelajaran, serta digunakan siswa untuk dapat terlibat langsung
dengan pembelajaran matematika. Media pembelajaran dalam pembelajaran matematika SD
adalah alat bantu pembelajaran yang digunakan untuk menampilkan, mempresentasikan,
menyajikan atau menjelaskan bahan pelajaran kepada peserta didik, yang mana alat-alat itu
sendiri bukan merupakan bagian dari pelajaran yang diberikan.
2. Tempat Penelitian
Tempat penelitian perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan di SDN 1 Sungai Lumpur
dengan alamat Jl. P3DT Dusun 1 Sungai Lumpur Desa Sungai Lumpur Kecamatan Cengal
Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan.
3. Waktu Penelitian
Waktu penelitian perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan di bulan Oktober 2014,
mulai tanggal 10 Oktober 2014 sampai 15 Oktober 2014. Pada tanggal tersebut peneliti mulai
aktif di lapangan.
a. Perencanaan (planning)
Merencanakan pembelajaran dengan menggunakan media manipulative material
kertas dengan membuat Rencana Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran (RPP Perbaikan),
menyiapkan lembar observasi keaktivan siswa dalam belajar dan catatan lapangan yang
digunakan untuk mengamati interaksi siswa dan interaksi siswa dengan guru, menyiapkan
soal latihan yang digunakan sebagai alat penilaian hasil belajar siswa, dan berdiskusi dengan
observer setelah mempelajari RPP Perbaikan, lembar observasi dan soal latihan.
b. Pelaksanaan (acting)
Pembelajaran dimulai dengan berdoa dan salam, mengadakan presensi terhadap
kehadiran siswa, menjelaskan kepada siswa tentang pembelajaran yang akan dilakukan yaitu
dengan menggunakan media manipulative material kertas., menjelaskan tujuan pembelajaran
kepada siswa, memperagakan perkalian pecahan menggunakan media manipulative material
kertas, memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk bertanya dan memberikan
tanggapan terhadap penjelasan guru, menunjuk beberapa siswa untuk mencoba
mensimulasikan perkalian pecahan dengan menggunakan media manipulative material kertas,
menunjuk salah satu siswa untuk mendemonstrasikan perkalian pecahan di papan tulis,
meminta siswa untuk mengerjakan soal latihan secara mandiri, mengkonfirmasi dan
mengapresiasi setiap jawaban siswa, menyimpulkan pelajaran, dan menugasi siswa untuk
mempelajari kembali perkalian pecahan.
c. Pengamatan (observing)
Peneliti bersama observer saling memberikan masukan dalam mengamati aktivitas
siswa dalam kegiatan yang terkait dengan pembelajaran matematika sesuai dengan lembar
observasi dan catatan lapangan yang telah disiapkan.
d. Refleksi (reflecting)
Menganalisis hasil pengamatan dan latihan dari tahapan-tahapan dalam siklus ini dan
mendiskusikan hasil analisisnya, jika hasil belajar pada siklus ini belum dikategorikan
berhasil maka akan dilaksanakan rencana pelaksanaan perbaikan pembelajaran di siklus
selanjutnya.
2. Siklus II
Penerapan perbaikan pembelajaran pada siklus ini sama halnya dengan perbaikan
pembelajaran pada siklus sebelumnya, hanya saja penerapan siklus ini lebih baik dan lebih
cermat dibandingkan dengan siklus sebelumnya guna mencapai tujuan yang diharapkan.
Dalam perbaikan pembelajaran siklus ini guru secara menyeluruh membimbing siswa yang
masih mengalami kesulitan dalam mengerjakan latihan yang diberikan guru, hingga siswa
tersebut menemukan jawaban dari latihan tersebut. Langkah-langkah pelaksanaan siklus ini
adalah sebagai berikut.
a. Perencanaan (planning)
Merencanakan pembelajaran dengan menggunakan media manipulative material
kertas dengan membuat Rencana Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran (RPP Perbaikan),
mengecek kembali lembar observasi keaktivan siswa dan catatan lapangan, menyiapkan soal
latihan untuk siklus II yang digunakan sebagai alat penilaian hasil belajar, dan berdiskusi
dengan observer setelah mempelajari RPP Perbaikan, lembar observasi dan soal latihan yang
akan digunakan pada siklus ini.
b. Pelaksanaan (acting)
Pembelajaran dimulai dengan berdoa dan salam, mengadakan presensi terhadap
kehadiran siswa, menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa, memperagakan perkalian
pecahan menggunakan media manipulative material kertas, memberikan kesempatan seluas-
luasnya kepada siswa untuk bertanya dan memberikan tanggapan terhadap penjelasan guru,
menunjuk beberapa siswa untuk mencoba mensimulasikan perkalian pecahan dengan
menggunakan media manipulative material kertas, meminta siswa untuk mengerjakan soal
latihan secara mandiri, memandu siswa yang mengalami kesulitan, mengkonfirmasi dan
mengapresiasi setiap jawaban siswa, dan menyimpulkan pelajaran.
c. Pengamatan (observing)
Peneliti bersama observer saling memberikan masukan dalam mengamati aktivitas
siswa dalam kegiatan yang terkait dengan pembelajaran matematika sesuai dengan lembar
observasi dan catatan lapangan yang telah disiapkan.
e. Refleksi (reflecting)
Membuat suatu simpulan terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Diharapkan
setelah akhir siklus ini, dengan menggunakan media manipulative material kertas dalam
pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa maupun aktivitas belajar
siswa. Peningkatan hasil belajar tersebut diperoleh dari membandingkan hasil belajar dari
siklus sebelumnya dengan siklus ini, apabila mengalami peningkatan maka tindakan pada
siklus selanjutnya dihentikan.
Hasil belajar siswa pada tahap pra siklus dari 25 siswa hanya 6 siswa yang mampu
mencapai KKM 66-70 (2,66) atau sebesar 24% dan yang belum mencapai KKM 19 siswa atau
sebesar 76%.
a. Perencanaan
Peneliti menyusun perangkat pembelajaran meliputi rencana pembelajaran atau
skenario pembelajaran, menyiapkan lembar observasi dan catatan lapangan, menyiapkan soal
latihan, selanjutnya mendiskusikan hal tersebut dengan observer.
b. Pelaksanaan
Siklus ini dilaksanakan pada tanggal 10 Oktober 2014 berlangsung selama dua jam
pelajaran (80 menit). Pada 5 menit pertama peneliti melakukan kegiatan rutinitas kelas yaitu
berdoa dan mengecek kehadiran siswa, selanjutnya menjelaskan tujuan pembelajaran yang
akan dilaksanakan. Peneliti memperagakan perkalian pecahan di depan kelas dengan
menggunakan media manipulative material kertas, setelah itu peneliti memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Selama 60 menit berikutnya peneliti menunjuk
beberapa siswa untuk mencoba mensimulasikan perkalian pecahan menggunakan media
manipulative material kertas, peneliti menunjuk siswa untuk mendemonstrasikan perkalian
pecahan dengan mengerjakan soal di papan tulis. Setelah itu semua siswa diminta
mengerjakan soal latihan yang telah disediakan peneliti. Pada 15 menit di kegiatan penutup,
peneliti mengkonfirmasi jawaban siswa, menyimpulkan pelajaran, serta menugasi siswa untuk
mempelajari kembali perkalian pecahan. Setelah dilakukan pemeriksaan, nilai hasil belajar
siswa siklus ini disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Belajar Siswa Siklus I
No. Skala 100 Skala 4 Jumlah siswa Persentase (%)
1 86-100 4,00 3 12
2 81-85 3,66 0 0
3 76-80 3,33 2 8
4 71-75 3,00 0 0
5 66-70 2,66 6 24
6 61-65 2,33 0 0
7 56-60 2,00 8 32
8 51-55 1,66 0 0
9 46-50 1,33 3 12
10 0-45 1,00 3 12
Jumlah 25 100
Hasil belajar siswa pada siklus ini masih belum berhasil secara maksimal, meskipun
terdapat peningkatan pada siswa yang telah mencapai KKM. Dari 25 siswa hanya 11 siswa
yang mencapai KKM 66-70 (2,66) atau sebesar 44% dengan rincian skala nilai 86-100 (12
%), 76-80 (8%), dan 66-70 (24%). Sedangkan yang belum mencapai KKM sebanyak 14 siswa
sebesar 56 % dengan rincian skala nilai 56-60 (32%), 46-50 (12%), dan 0-45 (12%).
c. Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan observer menggunakan lembar observasi keaktivan siswa
dalam belajar dan catatan lapangan. Kegunaannya adalah sebagai bahan refleksi dan evaluasi
untuk menentukan rencana tindakan siklus berikutnya, sehingga kegiatan belajar mengajar
(selanjutnya KBM) antar siklus dapat diketahui kemajuannya. Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan observer pada kegiatan siklus ini siswa hanya aktif dalam mencatat materi namun
keaktivan bertanya serta mengajukan ide tidak terlihat dengan baik, meskipun antusias
sebagian besar siswa telah tampak pada kegiatan belajar di siklus ini. Pada kegiatan
penugasan atau latihan semua siswa terlihat mengerjakan tugas, namun ketepatan
mengumpulkan tugas dan kesesuaian dengan tujuan yang diharapkan masih kurang maksimal
sehingga waktu yang digunakan dalam KBM di siklus ini kurang efektif.
Persentase keaktivan siswa yang meliputi aktif mencatat materi pelajaran, bertanya
dan mengajukan ide (58,33%) perlu upaya perbaikan. Persentase perhatian siswa yang
meliputi hal yang diamati diam, tenang, terfokus pada materi, dan antusias cukup baik
(66,67%) perlu adanya upaya perbaikan di siklus berikutnya. Sedangkan disiplin berupa
pengamatan kehadiran, datang tepat waktu, serta pulang tepat waktu sudah baik (91,67%).
Hal yang sangat menjadi perhatian yaitu berdasarkan hasil pengamatan pada kategori
penugasan meliputi mengerjakan tugas, ketepatan mengumpulkan tugas, dan mengerjakan
sesuai dengan perintah (50,00%). Harus dilakukan perbaikan langkah pembelajaran yang akan
diterapkan pada siklus berikutnya.
d. Refleksi
Berdasarkan refleksi yang dilakukan peneliti dan pendapat yang diberikan oleh
observer. Langkah-langkah yang perlu diperbaiki pada siklus berikutnya yaitu guru
diharapkan memberi kesempatan lebih luas pada siswa untuk bertanya dan mengajukan ide,
sehingga guru lebih mengetahui siswa yang belum memahami materi pembelajaran tersebut.
Pada saat siswa mengerjakan tugas diperlukan bimbingan secara menyeluruh terhadap siswa
yang masih mengalami kesulitan, sehingga ketepatan mengumpulkan tugas dan kesesuaian
hasil tugas siswa menjadi lebih baik serta penggunaan waktu dalam KBM menjadi lebih
efektif.
b. Pelaksanaan
Penelitian pada siklus ini dilaksanakan pada tanggal 15 Oktober 2014 berlangsung
selama dua jam pelajaran (80 menit). Pada 5 menit pertama peneliti melakukan kegiatan
rutinitas kelas selanjutnya menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan, peneliti
kembali memperagakan perkalian pecahan menggunakan media manipulative material dari
kertas. Setelah itu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk bertanya serta
mengajukan ide. Kegiatan selanjutnya selama 60 menit berikutnya peneliti menunjuk
beberapa siswa untuk mencoba mensimulasikan perkalian pecahan dengan menggunakan
manipulative material dari kertas, peneliti membimbing siswa dalam kegiatan simulasi
tersebut. Setelah kegiatan simulasi dianggap cukup, siswa diminta untuk mengerjakan soal
latihan, dalam kegiatan ini peneliti melakukan bimbingan secara menyeluruh kepada siswa
yang masih mengalami kesulitan dan mengarahkan siswa agar dapat menyelesaikan soal
latihan tersebut dengan baik. Pada kegiatan penutup (15 menit), peneliti mengkonfirmasi dan
mengapresiasi jawaban siswa dilanjutkan dengan menyimpulkan materi pelajaran bersama
siswa. Nilai hasil belajar siswa pada siklus ini disajikan dalam Tabel 4.
c. Pengamatan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan observer menggunakan lembar observasi dan
catatan lapangan. Pembelajaran di siklus ini jauh lebih baik, keaktivan siswa dalam bertanya
dan mengajukan pendapat mengalami peningkatan (83,33%). Hal tersebut disebabkan peneliti
atau guru selalu memberi motivasi siswa untuk lebih giat belajar dan berlatih. Perhatian dan
antusias siswa terhadap pembelajaran yang disajikan juga mengalami peningkatan (91,67%),
hal ini disebabkan oleh penggunaan media manipulatif kertas yang lebih bervariasi.
Kedisiplinan siswa pun lebih meningkat (100%), dalam penugasan (91,67%) siswa lebih aktif
dan tepat waktu dalam mengumpulkan pekerjaan mereka, waktu yang digunakan juga lebih
efektif sehingga hasil belajar yang diperoleh juga lebih baik.
d. Refleksi
Disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran telah tercapai. Hasil belajar siswa mengalami
peningkatan pada tahap pra siklus 6 siswa yang tuntas (24 %), tahap siklus I 11 siswa yang
tuntas (44%), dan tahap siklus II 21 siswa yang tuntas (84%). Dengan demikian penelitian
pada tahap siklus berikutnya dihentikan. Ketuntasan hasil belajar tiap-tiap siklus disajikan
dalam Tabel 5.