Anda di halaman 1dari 40

Media dan Bahan Manipulatif dalam Pembelajaran

Matematika SD

Dosen Pengampu:
Nawang Wulan, S.Pd., M.Pd

Disusun oleh:
Kelompok 6
1. Fitri Nur Lailiyah (150611100122)
2. Ainur Rohmah (150611100130)
3. Rensi Vimbi Alfianita (150611100131)
4. Phatih Allam Harmahadinata (150611100137)
5. Aisyatur Rodiyah (150611100156)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah – Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas matakuliah Pembelajaran
Matematika SD tentang Media dan Bahan Manipulatif dalam Pembelajaran.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, baik dalam penyusunan kata, bahasa, dan sistematika pembahasannya. Sebab
kata pepatah “tak ada gading yang tak retak atau dengan pepatah lain tak ada ranting yang tak
akan patah”. Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan masukan atau kritikan serta saran
yang bersifat membangun untuk mendorong kami menjadi lebih ke depanya.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada pembaca yang sudah berkenan
membaca makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi kami dan
pembaca. Amin..

Bangkalan, 29 September 2016

Tim Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................2


Daftar Isi ...............................................................................................................3
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................4
1.3 Tujuan ........................................................................................................5
Bab II Pembahasan
2.1 Pengertian Media dan Bahan Manipulatif .................................................6
2.2 Media dalam Pembelajaran Matematika SD .............................................7
2.3 Alat Peraga Pembelajaran Matematika ......................................................13
2.4 Bahan Manipulatif untuk Pembelajaran
Matematika SD ......................................................................................................15
2.5 Contoh Bahan Manipulatif untuk Pembelajaran
Matematika SD ......................................................................................................18
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan ................................................................................................20
3.2 Saran ..........................................................................................................20
Daftar Pustaka .....................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pada dasarnya media dan bahan manipulatif dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dalam
pembelajaran matematika. Keduanya merupakan alat bantu pembelajaran matematika SD
yang penggunaannya didasarkan pada pertimbangan, alasan, atau kriteria tertentu, misalnya
kesesuaian dengan topik pelajaran, ketersediaan alat dan fasilitas pendukung, ketersediaan
operator, dan ketersediaan biaya. Perbedaan media dan bahan manipulatif terletak pada
keterkaitannya dengan materi pelajaran yang diberikan, yaitu terkait tidak langsung dan
terkait langsung.
Media pembelajaran dalam pembelajaran matematika SD adalah alat bantu pembelajaran
yang digunakan untuk menampilkan, mempresentasikan, menyajikan, atau menjelaskan bahan
pelajaran kepada peserta didik, yang mana alat-alat itu sendiri bukan merupakan bagian dari
pelajaran yang diberikan.
Bahan manipulatif dalam pembelajaran matematika SD adalah alat bantu pembelajaran
yang digunakan terutama untuk menjelaskan konsep dan prosedur matematika. Alat ini
merupakan bagian langsung dari mata pelajaran matematika, dan dapat dimanipulasikan oleh
peserta didik (dibalik, dipotong, digeser, dipindah, digambar, ditambah, dipilah,
dikelompokkan atau diklasifikasikan). Penggunaan bahan manipulatif ini dimaksudkan untuk
mempermudah peserta didik dalam memahami konsep dan prosedur matematika.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian media dan bahan manipulatif itu?
2. Bagaimanakah media dalam pembelajaran matematika SD?
3. Bagaimanakah alat peraga pembelajaran matematika?
4. Bagaimanakah bahan manipulatif dalam pembelajaran matematika SD?
5. Bagaimanakah contoh dari bahan manipulatif yang digunakan untuk pembelajaran
matematika SD?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari media dan bahan manipulatif.
2. Mengetahui bagaimanakah media dalam pembelajaran matematika SD.
3. Mengetahui alat peraga pembelajaran matematika.
4. Mengetahui bagaimanakah bahan manipulatif dalam pembelajaran matematika SD.
5. Mengetahui contoh dari bahan manipulatif yang digunakan untuk pembelajaran matematika
SD.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Media dan Bahan Manipulatif


Media (merupakan bentuk jamak dari kata medium) adalah suatu saluran untuk
berkomunikasi. Diturunkan dari bahasa latin yang berarti “antara”. Istilah ini merujuk kepada
sesuatu yang membawa informasi dari pengirim informasi ke penerima informasi. Masuk
diantaranya computer multimedia (Heinich, 1996).
Media pada dasarnya terkelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu media sebagai pembawa
informasi (ilmu pengetahuan) dan media yang sekaligus merupakan alat untuk menanamkan
konsep seperti halnya alat peraga. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Media adalah
segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Media
ini berisikan pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-
maksud pembelajaran.
Selain itu, media adalah sarana komunikasi dalam proses belajar mengajar yang berupa
perangkat keras maupun perangkat lunak untuk mencapai proses dan hasil instruksional
secara efektif dan efisien, serta tujuan instruksional dapat dicapai dengan mudah.
Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media adalah seperangkat alat
bantu yang digunakan untuk menyampaikan informasi dari pendidik kepada peserta didik agar
dapat menarik minat dan perhatian sehingga proses belajar mengajar yang efektif dan efisien
terjadi.
Sedangkan, bahan manipulatif dalam pembelajaran matematika SD adalah alat bantu
pembelajaran yang digunakan untuk menjelaskan konsep dan prosedur matematika. Alat ini
merupakan bagian langsung dari mata pelajaran matematika dan dimanipulasikan oleh peserta
didik (dibalik, dipotong, digeser, dipindahkan, digambar, dipilah, dikelompokkan atau
diklasifikasikan (Muhsetyo, dkk, 2011).
Penggunaan bahan manipulatif ini dimaksudkan untuk mempermudah peserta didik dalam
memahami konsep dan prosedur matematika. Bahan manipulatif ini berfungsi untuk
menyederhanakan konsep yang sulit/sukar, menyajikan bahan yang relatif abstrak menjadi
lebih nyata, menjelaskan pengertian atau konsep secara lebih konkret, menjelaskan sifat-sifat
tertentu yang terkait dengan pengerjaan operasi hitung, sifat-sifat bangun geometri serta
memperlihatkan fakta-fakta (Muhsetyo, dkk, 2011).

2.2 Media dalam Pembelajaran Matematika SD


Dalam pembelajaran matematika SD, agar bahan pengajaran yang disampaikan menjadi
lebih mudah dipahami oleh siswa, diperlukan alat bantu pembelajaran yang disebut dengan
media. Media adalah alat bantu pembelajaran yang secara sengaja dan terencana disiapkan
oleh guru untuk mempresentasikan dan/atau menjelaskan bahan pelajaran, serta digunakan
siswa untuk dapat terlibat langsung dengan pembelajaran matematika. Peralatan yang akan
digunakan dalam kelas dapat digunakan untuk mengerjakan suatu tugas, memberikan
penjelasan, mengamati dan mempelajari hasil perhitungan, menyelidiki suatu pola, dan
berlatih soal-soal.
Media dalam pembelajaran matematika relatif sama dengan media dalam pembelajaran
bidang yang lain, yaitu dapat dikelompokkan berupa media: (1) sederhana, misalnya papan
tulis, papan grafik, (2) cetak, misalnya buku, modul, LKS (Lembar Kegiatan Siswa), petunjuk
praktik atau praktikum, dan (3) media elektronik misalnya OHT (Over Head Transparency)
atau OHP (Over Head Projector), audio (radio, tape), audio video (TV,VCD,DVD), kalkulator,
computer dan internet. Pengelompokan diatas dapat saja diganti brdasarkan alasan tertentu,
misalnya media sederhana dan media modern (berbasis elektronik), media cetak dan media
non-cetak, media proyeksi dan media non-proyeksi, dan sebagainya
Seirama dengan perkembangan ICT (Information and Communication Technology), media
berbasis elektronik semakin banyak dimanfaatkan dalam pembelajaran, pendidikan, dan
latihan. LCD, power point, internet, televisi, dan teleconferencing merupakan media-media
masa kini yang digunakan untuk berbagai kegiatan pembelajaran. Dengan semakin
beragamnya jenis dan mutu media pembelajaran, guru perlu semakin selektif dalam
menentukan media pembelajaran. Beberapa criteria utama dalam memilih media adalah
kecocokan dengan materi pelajaran, ketersediaan alat dan pendukungnya, kemampuan
financial untuk pengadaan dan operasional, dan kemampuan/keterampilan menggunakan
media dengan tepat dan benar.
Banyak keuntungan yang dapat diperoleh dalam penggunaan media pembelajaran antara
lain adalah:
1. Lebih menarik dan tidak membosankan bagi siswa.
2. Lebih mudah dipahami karena dibantu oleh visualisasi yang dapat memperjelas uraian.
3. Lebih bertahan lama untuk diingat karena mereka lebih terkesan terhadap tayangan atau
tampilan.
4. Mampu melibatkan peserta pembelajaran lebih banyak dan lebih tersebar (terutama
penggunaan media elektronik: radio, televisi, internet).
5. Dapat digunakan berulang kali untuk meningkatkan penguasaan bahan ajar (terutama media
yang berbentuk rekaman: kaset, VCD, DVD, film), dan
6. Lebih efektif karena dapat mengurangi waktu pembelajaran.
Garis besar jenis-jenis media dan penggunaannya dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Papan Tulis
Sebagian besar sekolah menggunakan papan tulis hitam (black board) di dalam kelas.
Dengan menggunakan kapur atau sejenisnya untuk menulis, bahan pelajaran dibicarakan dan
dibahas dengan bantuan papan tulis. Proses pembelajaran dalam bentuk contoh, uraian, atau
pengerjaan tugas, dapat dilihat dan diikuti langsung oleh semua siswa dalam kelas.
Pembelajaran dapat dilaksanakan lebih menarik dan bersasaran jika guru menggunakan kapur
yang berwarna-warni. Pada perkembangan berikutnya, didasarkan pada alasan untuk lebih
menyehatkan mata, warna hitam papan tulis diganti dengan warna hijau (green board). Akhir-
akhir ini, dengan alaan lebih menyehatkan badan, warna putih (white board) mulai banyak
digunakan dan mengganti kapus dengan spidol. Lebih dari itu, papan putih ini dapat
dipindahkan (tidak permanent) bahkan ada yang bersifat elektronik sehingga tulisan di papan
putih daapat langsung dibuat foto copy-nya.
2. Papan Grafik
Pada dasarnya papan grafik sama dengan papan tulis, tetapi fungsinya lebih diarahkan
untuk mempermudah guru dalam membuat grafik. Papan ini mempunyai kotak-kotak berskala
tetap yang dapat dipakai untuk merancang koordinat dari titik-titik yang diperlukan untuk
membuat grafik.
3. Papan Tempel
Papan tempel ini dapat diletakkan di dalam atau di luar kelas. Jika diletakkan di dalam
kelas, maka papan tempel ini dipasang tidak di bagian depan kelas (di samping kiri-kanan
atau di bagian belakang dari kelas). Fungsi dari papan tempel ini antara lain untuk memasang
informasi (pengumuman, berita, tugas), untuk menempel kliping dari Koran, majalah atau
brosur yang brkaitan dengan pelajaran atau kemajuan iptek. Untuk mata pelajaran
matematika, papan tempel ini dapat digunakan untuk menginformasikan atau
mengkomunikasikan antara lain tokoh-tokoh matematisi, sejarah matematika, rekreasi
matematika, permainan matematika, pola-pola khusus matematika dan tebakan matematika.
4. Media Cetak
Media cetak merupakan media pembelajaran yang utama karena media ini mudah dibawa
dan dapat dibaca di mana saja dan kapan saja. Bentuk media cetak ini dapat berupa buku
(buku ajar, buku mata pelajaran), LKS (Lembar Kegiatan Siswa), petunjuk praktik, petunjuk
praktikum, laporan kegiatan, modul dan buku kerja.
Jika seorang guru matematika menggunakan edia buku pelajaran, maka guru itu harus
benar-benar menguaai isi buku, yaitu hal-hal yang terkait dengan uraian, contoh: latihan,
tugas, dan urutan. Penguasaan itu juga diikuti dengan wawasan yang kritis dari hal-hal
tersebut diatas, jika ada materi, urutan, latihan yang salah, maka guru itu harus berani
mebetulkan (jangan dibiarkan salah); dan kalau ada yang kurang (kurang lengkap), maka guru
itu harus berani melengkapi atau menambahkan. Kalau ada sesuatu yang dianggap urang jelas
atau meragukan, maka guru itu harus berani bertanya kepada sejawat atau orang lain yang
lebih tahu. Kalau dalam penerapa buku itu dirasakan peserta didik banyak yang mengalami
kesulitan, maka guru itu bisa menganalisisnya, dan kemdian melakukan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK).
5. Kalkulator
Sebetulnya kalkulator termasuk media elektronik, tetapi keberadaannya sudah dijumpai di
mana-mana, dan dapat dibeli dengan harga yang terjangkau. Sebagai alat yang canggih yang
mampu melakukan perhitungan dengan cepat dan akurat, maka pote si kalkulator ini dapat
dimanfaatkan dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar.
Penggunaan kalkulator dalam pembelajaran matematika sudah lama dirintis di Negara-
negara maju, sebgaai alat bentu pembelajaran (instructional aids) dan alat hitung
(computational tools). Dengan adanya kalkulator, guru dan pendidik/penegmbang dalam
pembelajaran matematika mempunyai kesempatan yang lebih luas membantu siswa
memepelajarai matematika dan menyelesaikan masalah-masalah terkini. Namun dmeikian,
penggunaan kalkulator tidak boleh menggantikan perlunya proses pembelajaran ang
membawa siswa terampil dalam berhitung (komputasi). NCTM (1980) merekomendasikan
bahwa “mathematics programs must take full advantage of the power of calculators and
computers at all grade levels”.
Beberapa contoh penggunaan kalkulator dalam pembelajaran matematika dapat dikaitkan
dengan sasaran atau keperluan yang ingin dikembangkan oleh guru.
a. Kalkulator sebagai alat bantu berhitung
Dengan kecepatan, ketepatan, dan kemampuan kalkulator dalam melakukan pengerjaan
bagian bilangan, kalkulator dapat dipakai menghitung (35,7 × 29,8)/(22 × 31) sampai
persepuluh terdekat, mencari √3/(5+ √2) sampai perseratusan terdeka, atau mencari √2+3√5-
10,2 sampai satuan terdekat.
b. Kalkulator sebagai alat bantu meningkatkan pemahaman konsep matematika
Dengan menggunakan kalkulator, siswa dapat mempraktikkan, mencoba, dan mengamati
berbagai hubungan secara induktf-analitis sehingga mereka seolah-olah “menemukan” sifat-
sifat matematka tertentu. Generalisasi kasus-kasus dapat dilakukan untuk menunjukkan sifat
bilangan nol, sifat bilangan satu, sifat pertukatran (komutatif), sifat pengelompokkan
(asosiatif), sifat peneybaran (distributif), sifat lawan, sifat kebalikan. Konsep bilangan prima,
konsep factor, dan konsep-konsep dalam pecahan dapat diselidiki dan dijelaskan dengan
menggunkan kalkulator. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dan parsitipatif jika dilengkapi
dengan media belajar yang lain, misalnya buku kerja atau LKS (Lembar Kegiatan Siswa).

c. Kalkulator sebagai alat bantu belajar pemecahan masalah


Sifat bilangan rasional yang dapat dinyatakan sebagai desimaldengan adanya lambing-
lambang yang berulang secara teratur, merupakan salah satu penyelidik yang dapat dikemas
dalam kegiatan pemecahan masalah. Hubungan pecahan sedrhana a/b (dengan fpb antara a
dan b adalah 1) dan lambing desimalnya, dapat dikemas dalam kegiatan pemecahan masalah.
Penyelidikan dapat dilakukan dengan memilih penyebut b secara beragam, misalnya faktor
10, faktor 100, faktor 1000,…., faktor 10n (n=1,2,3,…) dan bukan faktor 10n (n=1,2,3,…).
Dengan semakin canggihnya produk-produk kalkulator, misalnya TI (Texas Instrument)
yang memounyai kemampuan membuat grafik, maka pemecahan masalah matematika dapat
dikembangkan dalam geometri, terutama untuk mengamati tingkah laku grafik jika
persyaratan tertentu diketahui.
Contoh 2.1
Dengan menggunakan kalkulator, secara perseorangan atau kelompok, para siswa dapat
mempraktikkan ( ), ( ), dan

( ), sehingga mereka memahami bahwa:


6. Komputer
Sebagai alat bantu mengajar, komputer juga diperlukan untuk pendidikan matematika.
Pembelajaran yang dibantu komputer disebut pembelajaran berbantuan komputer (computer
assisted instruction). Bahkan komputer dalam pembelajaran matematika dikembangkan
dengan memanfaatkan program-program komputer yang siap pakai dalam bentuk perangkat
lunak (software), atau program-program komputer yang dirancang dan dibuat oleh guru
matematika.
Perangkat lunak dalam pembelajaran matematika berbantuan komputer (PMBK) dapat
berupa paket-paket matematis atau paket-paket pembelajaran matematika. Paket-paket
matematika (misalnya MAT LAB, MAT CAD, DERIVE, MATHEMATICA, MAPLE)
memuat topik-topik penyelesaian persoalan matematika (misalnya polinomial, grafik fungsi,
pendiferensialan, pengintegralan, grafik dimensi tiga, matriks dan permasalahannya),
sehingga dapat dimanfaatkan oleh guru untuk memberikan penegasan kepada murid dalam
penghitungan, penampilan hasil, pengamatan pola, dan pembuatan grafik. Siswa juga dapat
diberi pengalaman untuk banyak berinteraksi dengan komputer, yaitu menentukan, memilih,
dan mencoba sendiri besaran/ ukuran/ data yang diperlukan sebagai masukan.
Paket-paket pembelajaran matematika, dalam bentuk perangkat lunak yang siap pakai
maupun yang dibuat oleh guru, dapat berupa model tutorial, model latihan dan praktik (drill
& practice), atau model simulasi.
7. Media Tayangan
Media tayangan adalah media yang mampu menayangkan program pembelajaran pada
layar sehingga bisa diikuti oleh banyak orang peserta belajar. Media ini dapat berupa OHP
(Over Head Projector), LCD projector, film (untuk motion picture dan still picture), audio-
video, dan televisi.
Dengan memanfaatkan plastic ttransparansi, OHP secara efektif dapat digunakan untuk
mempresentasikan uraian, penjelasan atau laporan. Dengan kombinasi bentuk tulisan, warna,
dan gambar, tayangan pembelajaran matematika dengan OHP menjadi lebih menarik dan
terpusat. Perkembangan teknologi foto copy yang mampu meng-copy gambar dan tulisan pada
plastic transparansi, tayangan OHP dapat dikembangkan menjadi lebih baik dan lebih
komunikatif.
Meskipun penggunaan film (dan film strip) sudah diganti dengan teknologi yang lebih
mudah dioperasikan (misalnya VCD atau DVD), film perhatian dan mengajak pemirsa lebih
antusias dan menikmati pembelajaran yang diberikan. Hal serupa dapat dilakukan dengan
menggunakan media pembelajaran VCD/DVD, dan televise. Peragaan dari suatu proses
penyelesaian matematika menjadi lebih mudah dipahami, apalagi jika digabung dengan gerak,
music, nyanyian, dan permainan.

2.3 Alat Peraga Pembelajaran Matematika


Pada dasarnya anak belajar melalui benda/objek konkret. Untuk memahami konsep
abstrak anak memerlukan benda-benda riil (konkret) sebagai perantara atau visualisasinya.
Konsep abstrak itu dicapai melalui tingkat-tingkat belajar yang berbeda-beda. Bahkan, orang
dewasapun yang pada umumnya sudah dapat memahami konsep abstrak, pada keadaan
tertentu, sering memerlukan visualisasi.
Pembelajaran matematika sering disampaikan dengan menggunakan alat peraga. Hal ini
dimaksudkan agar konsep abstrak yang akan dipahami siswa dapat mengendap, melekat, dan
tahan lama bila siswa belajar melalui perbuatan dan dapat dimengerti siswa, bukan hanya
melalui mengingat-ingat fakta.
Tujuan menggunakan alat peraga adalah:
1. Proses belajar mengajar termotivasi;
2. Konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk konkret dan lebih dapat dipahami dan
dimengerti siswa, serta dapat ditanamkan pada tingkat-tingkat lebih rendah, dan
3. Hubungan antara konsep abstrak matematika dengan benda-benda di alam sekitar akan lebih
dapat dipahami.
Penggunaan alat peraga dapat dikaitkan dan dihubungkan dengan salah satu atau
beberapa dari:
a) Pembentukan konsep
b) Pemahaman konsep
c) Latihan dan penguatan
d) Pelayanan terhadap perbedaan individual (anak yang lemah dan berbakat)
e) Pengukuran (alat ukur)
f) Pengamatan dan penemuan sendiri ide-ide dan relasi baru serta penyimpulan secara umum
(sebagai objek penelitian maupun alat untuk meneliti)
g) Pemecahan masalah pada umumnya
h) Pengundangan untuk berpikir
i) Pengundangan untuk berdiskusi
j) Pengundangan partisipasi aktif.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat alat peraga pembelajaran
matematika:
a. Tahan lama
b. Bentuk dan warna menarik
c. Sederhana dan tidak rumit
d. Ukurannya sesuai (seimbang) dengan ukuran fisik anak
e. Dapat menyajikan konsep matematika (bentuk riil, gambar atau diagram)
f. Sesuai dengan konsep
g. Dapat menunjukkan konsep matematika dengan jelas
h. Peragaan itu supaya merupakan dasar bagi tumbuhnya konsep abstrak
i. Siswa belajar secara aktif (alat peraga itu supaya dapat dimanipulasikan: diraba, dipegang,
dipindahkan, diutak-atik, atau dipasangkan dan dicopot)
j. Bila mungkin dapat berfaedah lipat (banyak).
Macam-macam alat peraga pembelaran matematika:
a) Alat peraga kekekalan luas, misal: tangan
b) Alat peraga kekekalan panjang, misal: tangga garis bilangan, neraca bilangan, mistar hitung,
batang Cuisenaire.
c) Alat peraga kekekalan volume, misal: balok Dienes
d) Alat peraga kekekalan banyak, misal: abakus biji, lidi, dan kartu nilai tempat.
e) Alat peraga untuk percobaan dalam teori kemingkinan, misal: uang logam, dadu, paku
payung, kartu bridge/domino, bola berwarna, dan distribusi Galton (sesatan Hexagon)
f) Alat peraga untuk pengukuran dalam matematika, misal: meteran, jangka sorong, busur
derajat, sperometer, kilometer, roda meteran, kapak tomahawk, dan hypsometer.
g) Bangun-bangun geometri, misal: segitiga, segiempat, lingkaran, segi banyak, pengubinan,
bangun ruang.
h) Alat peraga untuk permainan matematika, misal: rumah perkalian, segitiga ajaib, menara
Hanoi, mesin fungsi, saringan Erastothenes, bujur sangkar ajaib, mobiles, perkalian tulang
Napier, pita mobius, blok logic, kartu penebak angka, kartu penebak bulan, kartu penebak
“hati”.

2.4 Bahan Manipulatif dalam pembelajaran matematika SD


Dalam pembelajaran matematika SD, hendaknya agar bahan pelajaran yang diberikan
lebih mudah dipahami oleh siswa, diperlukan bahan-bahan yang perlu disiapkan guru, dari
barang-barang yang harganya relatif murah dan mudah diperoleh, misalnya kertas manila,
karton, kayu, kawat, kain untuk menanamkan konsep matematika tertentu sesuai dengan
keperluan.
Bahan-bahan itu dapat dipegang, dipindah-pindah, dipasang, dibolak-balik, diatur/ditata,
dilipat/dipotong oleh siswa sehingga dapat disebut sebagai bahan manipulatif, yaitu bahan
yang dapat “dimain-mainkan” dengan tangan. Bahan ini berfungsi untuk menyederhanakan
konsep yang sulit/sukar, menyajikan bahan yang relatif abstrak menjadi lebih nyata,
menjelaskan pengertian atau konsep secara lebih konkret, menjelaskan sifat-sifat tertentu yang
terkait dengan pengerjaan (operasi) hitung dann sifat-sifat bangun geometri, serta
memperlihatkan fakta-fakta.
Dengan semakin banyaknya kesempatan dan keleluasaan guru dalam melaksanakan
proses belajar mengajar, agar siswa benar-benar menguasai kompetensi yang dituntut, maka
guru dapat berkreasi secra dinamis, tanpa harus menunggu pemberian orang lain “dropping”
dari atas, untuk mampu menyiapkan bahan manipulatif dalam pembelajaran matematika SD.
Dari barang bekas/buangan atau tidak terpakai, misalnya dari berbagai karton bungkus
makanan, bungkus berbagai rokok, plastik-plastik bekas dan potongan kayu yang tidak
terpakai.
1. Bahan Manipulatif dari Kertas
Bahan kertas ini mudah diperoleh, dengan warna yang beragam, dari kertas manila yang
dibeli dari toko, atau dari bekas berbagai sampul tak terpakai (buku,map), dari macam-macam
bungkus rokok yang berwarna-warni, dari karton pembungkus makanan atau minuman.
Salah manfaat dari bahan manipulatif kertas/karton ini antara lain adalah: Untuk
menjelaskan pecahan (konsep, sama/senilai, operasi). Konsep pecahan m/n sebagai m bagian
dari n bagian yang sama, dapat didemonstrasikan guru, atau dipraktikkan siswa, dengan
menggunakan berbagai bangun geometri, misalnya persegi, persegi panjang, jajargenjang,
belah ketupat, segitiga, lingkaran.

A B C D
Gambar 1
ditunjukkan dengan satu bagian dari empat bagian yang sama.
Pecahan-pecahan senilai juga dapat ditunjukkan dengan potongan kertas memanjang
kertas memanjang atau potongan kertas dalam bangun-bangun geometris, misalnya, dengan
menggunakan potongan kertas memanjang, dapat ditunjukkan pecahan-pecahan senilai,
misalnya:
½ 1/2
1/3 1/3 1/3
1/4 1/4 1/4 1/4
1/6 1/6 1/6 1/6 1/6 1/6
1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8 1/8

Dengan menggunakan pola, dapat dikembangkan bentuk-bentuk pecahan senilai yaitu:


2. Model Stik (Lidi: Dari Rangka Daun Kelapa, Dari Bambu, Atau Dari Plastik)
Model ini dapat dipakai untuk menjelaskan konsep satuan, puluhan, dan ratusan untuk
siswa-siswa SD ,kelas rendah. Lidi-lidi tersebut dalam bentuk lepas (sebagai satuan), bentuk
ikatan (dengan tali/karet) sepuluhan, dan bentuk ikatan dari ikatan sepuluhan (dan disebut
seratusan). Model-model stik ini dapat digunakan untuk menjelaskan konsep numeral
(lambing bilangan), kesamaan bilangan, operasi (penjumlahan, pengurangan ,perkalian),
bilangan bulat, misalnya:
234 = 2 ratusan + 3 puluhan + 4 satuan
= 2 ikatanratusan + 3 ikatanpuluhan + 4 lepas
35 = 30 + 5 = 20 + 15 = 10 + 25
= 23 + 12 = 18 + 17 = 9 + 26
3x6 = 6 + 6 + 6 = 18
5 x 10 = 10 + 10 + 10 + 10 + 10 = 50
2 x 100 = 100 + 100 = 200
46 – 23 = (40 + 6) – (20+3) = (40 – 20) + (6 – 3)= 20 +3 =23
35 – 19 =(30 +5) – (10 + 9) = (20 + 10 + 5) – (10 + 9)
=(20-10) + (10 +5 -9) = 10 +6 = 16

3. Model Persegi Dan Strip Dari Kayu/Tripleks


Model ini terdiri dari potongan-potongan persegi kayu/tripleks, strip- strip sepanjang
sepuluh persegi, dan daerah seluas sepuluh strip. Kegunaan model persegi dan strip serupa
dengan kegunaan model stik, yaitu untuk menjelaskan konsep numeral, kesamaan bilangan,
dan operasi bilangan bulat. Bahan kayu/ tripleks dapat diganti dengan karton yang relatif
tebal.

4. Model Kertas Bertitik Atau Berpetak


Kertas bertitik dapat bersifat persegi atau isometric. Model ini dapat digunakan untuk
menjelaskan banyak hal yang terkait dengan geometri (bangun datar dan sifat-sifatnya,
hubungan antar bangun datar, dan luas bangun datar). Berbagai posisi datar, tegak, miring
bangun datar (segitiga, persegi, persegipanjang, jajargenjang, belah ketupat, layang-layang
dan trapesium) dapat diperagakan dengan model kertas bertitik (pengerjaannya menggunakan
pensil sehingga dapat dihapus). Dengan perkembangan ketersediaan bahan saat ini, kertas
bertitik/ berpetak ini dapat menggunakan white board (dengan titik/petak menggunakan spidol
permanen), dan pengerjaannya menggunakan spidol white board yang dapat dihapus.

2.5 Contoh Bahan Manipulatif Untuk Pembelajaran Matematika SD


1. Alat dan Bahan
Khusus bahan manipulatif untuk pembelajaran matematika SD ini terbuat dari bahan dasar
triplek dan kertas manggis berwarna (merah dan kuning). Triplek digunakan sebagai tempat
menggambarkan pecahan yang akan kita operasikan sedangkan kertas manggis warna merah
melambangkan pecahan pertama dan kertas manggis berwarna kuning melambangkan
pecahan kedua.
2. Cara membuat bahan manipulatif
Langkah-langkah membuat bahan manipulatif untuk pembelajaran matematika SD: materi
operasi pecahan adalah sebagai berikut:
- Siapkan sebuah triplek putih, kemudian potonglah menjadi ukuran 50 cm x 50 cm
- Potong-potnglah kertas manggis berwarna merah dan kuning menjadi beberapa potongan
yang masing-masing potongannya 5 cm x 10 cm
- Berilah double-tip pada masing-masing potongan kertas manggis agar dapat ditempelkan
pada triplek.
3. Penggunaan bahan manipulatif untuk materi operasi pecahan
a. Penjumlahan
Adapun langkah-langkah yang akan kita lakukan dalam menjumlahkan dua buah bilangan
pecahan adalah sebagai berikut:
- Buatlah sebuah persegi panjang pada triplek yang sudah kita sediakan.

- Kemudian bagilah persegi panjang tersebut menjadi 3 bagian yang sama (karena penyebut
bilangan pertama 3).
- Dari sisi yang lain, bagilah persegi panjang tersebut menjadi 2 bagian yang sama (karena
penyebut yang bilangan kedua 2).
- Letakkan kertas manggis berwarna merah sebanyak 1/3 bagian dari sisi vertikal, dan kertas
manggis berwarna kuning sebanyak ½ bagian dari sisi horizontal.
- Pada percobaan tersebut satu kotak yang berisi dua warna, pindahkan salah satu warnanya ke
kotak yang masih kosong.
- Hitunglah berapa banyak kotak berwarna merah dan berwarna kuning, serta seluruh kotak
yang tersedia.
b. Pengurangan
Adapun langkah-langkah yang akan kita lakukan dalam mengurangkan dua buah bilangan
pecahan adalah sebagai berikut:
- Buatlah sebuah persegi panjang pada triplek yang sudah kita sediakan, kemudian bagilah
persegi panjang tersebut menjadi dua bagian yang sama (karena penyebut bilangan pertama
2).
- Dari sisi yang lain, bagilah persegi panjang tersebut menjadi tiga bagian yang sama (karena
penyebut bilangan kedua adalah 3).
- Letakkan kertas manggis berwarna merah sebanyak ½ bagian dari sisi vertikal.
- Pindahkan satu kertas warna merah, sehingga akan siperoleh 1/3 bagian.
- Karena bilangan pengurangannya adalah 1/3, maka baliklah 1/3 bagiannya.
- Hitunglah berapa banyak kotak berwarna merah yang tersisa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Media adalah seperangkat alat bantu yang digunakan untuk menyampaikan informasi dari
pendidik kepada peserta didik agar dapat menarik minat dan perhatian sehingga proses belajar
mengajar yang efektif dan efisien terjadi. Garis besar jenis-jenis media dalah sebagai berikut:
(1) Papan Tulis, (2) Papan Grafik, (3) Papan Tempel, (4) Media Cetak, (5) Kalkulator, (6)
Komputer, (7) Media Tayangan.
Bahan manipulatif dalam pembelajaran matematika SD adalah alat bantu pembelajaran
yang digunakan untuk menjelaskan konsep dan prosedur matematika. Alat ini merupakan
bagian langsung dari mata pelajaran matematika dan dimanipulasikan oleh peserta didik
(dibalik, dipotong, digeser, dipindahkan, digambar, dipilah, dikelompokkan atau
diklasifikasikan (Muhsetyo, dkk, 2011). Contoh bahan manipulatif yaitu: bahan manipulatif
dari kertas, model stik (lidi: dari rangka daun kelapa, dari bambu, atau dari plastik), model
persegi dan strip dari kayu/tripleks, model kertas bertitik atau berpetak

3.2 Saran
Guru SD harus dapat memanfaatkan media dan bahan manipulatif dalam pembelajaran
matematika serta bisa mengembangkannya juga agar pembelajaran menjadi lebih bermakna
bagi peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Muhsetyo, Gatot, dkk. 2007. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Nurtamam, Edi. Pembelajaran Matematika SD. 2013. Bangkalan: UTM Madura.
Tugas Karil PGSD-UT Pelajaran Matematika SD

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA


PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
MATERI PECAHAN
DENGAN MENGGUNAKAN
MEDIA MANIPULATIVE MATERIAL KERTAS
DI KELAS V SDN 1 SUNGAI LUMPUR

Iwan Brades
NIM.822077979
Email: iwanbrades.pkp@gmail.com

Abstrak
Umumnya pembelajaran matematika baik di tingkat dasar maupun menengah masih
dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dipahami oleh siswa. Berdasarkan hasil nilai
rata-rata ulangan harian di kelas peneliti dari 25 siswa hanya 24% atau sebanyak 6 siswa
yang telah memahami proses perkalian pecahan. Penelitian perbaikan pembelajaran ini
bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi pecahan dengan
menggunakan media manipulative material kertas. Subjek penelitian perbaikan pembelajaran
ini dilaksanakan terhadap 25 siswa kelas V SDN 1 Sungai Lumpur Kecamatan Cengal.
Penelitian ini terdiri dari dua siklus, siklus I dilaksanakan pada tanggal 10 Oktober 2014 dan
siklus II dilaksanakan pada tanggal 15 Oktober 2014. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti
dibantu satu orang observer. Desain penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas
yang terdiri dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Dalam
pelaksanaan penelitian ini tidak hanya menggunakan media manipulative material kertas,
namun pada siklus II di tambah dengan metode penemuan terbimbing. Perbandingan
ketuntasan hasil belajar siklus I dan siklus II mengalami peningkatan dari 44% menjadi 84%.
Media manipulative material kertas dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Manipulative Material, Pecahan.

I. Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Matematika dewasa ini merupakan mata pelajaran yang sangat penting.
Perkembangannya sangat pesat, baik materi, maupun strategi pembelajaran, sehingga dalam
pembelajaran di sekolah harus memperhatikan perkembangan tersebut. Matematika berfungsi
sebagai alat dan pola pikir yang digunakan dalam berbagai ilmu pengetahuan dan kehidupan
sehari-hari.
Pada umumnya pembelajaran matematika baik di tingkat dasar maupun menengah
masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dipahami oleh siswa sehingga siswa
terlebih dahulu takut terhadap mata pelajaran matematika.
Salah satu kompetensi dasar pembelajaran matematika yang terdapat dalam
Kurikulum 2013 khususnya kelas lima sekolah dasar yaitu:
1. Memahami berbagai bentuk pecahan (pecahan biasa, campuran, desimal dan persen) dan
dapat mengubah bilangan pecahan menjadi desimal, serta melakukan perkalian dan
pembagian.
2. Mengurai sebuah pecahan sebagai hasil penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian
dua buah pecahan yang dinyatakan dalam desimal dan persen dengan berbagai kemungkinan
jawaban.
Hasil yang diharapkan berdasarkan kompetensi dasar tersebut adalah siswa dapat menguasai
keterampilan melakukan perkalian dalam bentuk pecahan. Terbentuknya rasa ingin tahu,
fokus, tekun dan teliti.
Untuk mencapai hasil yang diharapkan di atas tidak semudah membalikkan telapak
tangan karena fakta di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak siswa sekolah dasar
kesulitan memahami pecahan dan operasinya. Seperti yang terjadi pada siswa kelas V SDN 1
Sungai Lumpur Kecamatan Cengal Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan,
berdasarkan hasil rerata ulangan harian yang dilakukan penulis dari 25 siswa hanya 24% atau
sebanyak 6 siswa yang telah memahami perkalian pecahan sedangkan 76% atau sebanyak 19
siswa belum memahami perkalian pecahan. Hal ini menunjukkan belum tercapainya kriteria
ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu antara 66-70 dengan skala 2,66.

1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil refleksi yang telah dilakukan, teridentifikasi masalah antara lain; (a)
pembelajaran yang dilakukan belum berhasil, (b) siswa pada kelas tersebut belum memahami
konsep perkalian dan penyederhanaan pecahan, (c) siswa pada kelas tersebut tidak dapat
melakukan operasi perkalian dan penyederhanaan pecahan, dan (d) siswa pada kelas tersebut
kurang memperhatikan penjelasan guru.

2. Analisis Masalah
Dari hasil identifikasi masalah tersebut, diperoleh kemungkinan penyebab
permasalahan di atas muncul antara lain; (a) kemampuan dasar yang dimiliki siswa sangat
rendah, (b) guru sering mengabaikan penggunaan media pembelajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan dasar siswa, (c) guru menggunakan pembelajaran yang bersifat
kovensional (ceramah), sehingga pembelajaran kurang menarik, dan (d) siswa cenderung
pasif dalam kegiatan pembelajaran berlangsung.

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah


Berdasarkan analisis masalah di atas, penulis memberikan alternatif pemecahan
masalah dengan tujuan tindakan perbaikan yaitu Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada
Pembelajaran Matematika Materi Pecahan dengan Menggunakan Media Manipulative
Material Kertas di Kelas V SDN 1 Sungai Lumpur.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil analisis yang telah diungkapkan dalam latar belakang masalah di
atas, maka dapat dirumuskan fokus penelitian penulis adalah Adakah Peningkatan Hasil
Belajar Siswa pada Pembelajaran Matematika Materi Pecahan dengan Menggunakan Media
Manipulative Material Kertas di Kelas V SDN 1 Sungai Lumpur?

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Secara umum tujuan penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah meningkatkan hasil
belajar matematika materi pecahan dengan menggunakan media manipulative material kertas
siswa kelas V SDN 1 Sungai Lumpur. Dengan pembelajaran menggunakan media
manipulative material kertas diharapkan siswa dapat aktif dalam pembelajaran, sehingga
siswa lebih mudah memahami materi pembelajaran matematika. Jika materi sudah dipahami,
secara alami siswa akan lebih senang dalam belajar dan hasil yang diperoleh juga lebih baik.
Secara khusus tujuan penilitian perbaikan pembelajaran ini adalah memenuhi tugas
mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PDGK4501) pada Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Program Studi S1 PGSD Semester 8 di UPBJJ-UT Palembang Pokjar
Pangkalan Lampam.

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Kegiatan dan laporan hasil penelitian perbaikan pembelajaran ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi siswa, guru, peneliti, sekolah, dan institusi pendidikan secara
umum.

1. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar serta pemahaman siswa terhadap
materi perkalian pecahan, sehingga siswa dapat berperan aktif dan kreatif dalam pembelajaran
matematika.

2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan menambah pengetahuan mengenai
penggunaan bahan manipulatif kertas dalam pembelajaran matematika materi pecahan sebagai
alat peraga pembelajaran yang lebih baik. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan upaya yang
nyata dalam melakukan refleksi/koreksi guna memperbaiki pembelajaran di sekolahnya
masing-masing.

3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini sebagai alat ukur dalam menentukan alat peraga yang paling tepat
dalam pembelajaran matematika materi pecahan.

4. Bagi Sekolah dan Institusi Pendidikan


Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi yang dapat digunakan
sebagai acuan perbandingan proses pembelajaran di tahun berikutnya. Sebagai masukan
dalam upaya perbaikan pembelajaran sehingga dapat menunjang tercapainya target kurikulum
yang diharapkan, serta dapat digunakan sebagai upaya peningkatan kemampuan keprofesian
guru yang merupakan personil di sekolah.

II. Kajian Pustaka


A. Pengertian Belajar
Menurut Anitah dkk. (2011:2.5), definisi belajar yang umum diterima saat ini ialah
bahwa belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru, secara keseluruhan sebagai pengalaman individu itu
sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Proses perubahan tingkah laku merupakan
gambaran terjadinya rangkaian perubahan dalam kemampuan siswa. Hal ini dapat dilihat dari
perbandingan kemampuan sebelumnya dengan kemampuan setelah mengikuti pembelajaran.
Belajar merupakan suatu proses yang terarah kepada pencapaian tujuan dan kompetensi yang
sudah ditetapkan.
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku
sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya
interaksi antara stimulus dan respon. (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar
sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar
yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respons berupa
reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses
yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat
diamati dan tidak dapat diukur, yang dapat diamati adalah stimulus dan respons, oleh karena
itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pelajar (respons) harus
dapat diamati dan diukur.
Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan
tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti
peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir
dan lain-lain kemampuan. (Hakim, 2005:1).
Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku manusia yang
bersifat tetap sebagai hasil dari pengalaman dan latihan. Dapat dilihat dari perubahan
peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuannya sebelum dan sesudah mengikuti
pembelajaran.

B. Hasil Belajar
Implementasi dari belajar adalah hasil belajar. Berikut dikemukakan defenisi hasil
belajar menurut para ahli.
(http://himitsuqalbu.wordpress.com/2014/03/21/definisi-hasil-belajar-menurut-
para-ahli/).
1. Dimyati dan Mudjiono (2006) hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-
angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran. Nilai yang
diperoleh siswa menjadi acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi
pelajaran.
2. Djamarah dan Zain (2006) hasil belajar adalah apa yang diperoleh siswa setelah dilakukan
aktifitas belajar.
3. Hamalik (2008) hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
seseorang yang dapat di amati dan di ukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Perubahan tersebut dapat di artikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang
lebih baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu.
4. Mulyasa (2008) hasil belajar merupakan prestasi belajar siswa secara keseluruhan yang
menjadi indikator kompetensi dan derajat perubahan prilaku yang bersangkutan. Kompetensi
yang harus dikuasai siswa perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai sebagai wujud
hasil belajar siswa yang mengacu pada pengalaman langsung.
5. Winkel (dikutip oleh Purwanto, 2010) hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan
manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.
6. Sudjana (2010) menyatakan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajar.
7. Suprijono (2009) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.

C. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil-hasil yang telah diberikan guru kepada murid murid atau
dosen kepada mahasiswa dalam jangka waktu tertentu. (Purwanto, 1978 dalam Habsari,
2005:75). Sedangkan menurut Ahmadi (1978, dalam Habsari, 2005:75) prestasi belajar adalah
hasil yang dicapai dalam suatu usaha (belajar) untuk mengadakan perubahan atau mencapai
tujuan.

D. Pembelajaran Matematika
Dalam proses belajar matematika, Bruner (1982 dalam Muhsetyo, 2012:1.26),
menyatakan pentingnya tekanan dan kemampuan peserta didik dalam berpikir intuitif dan
analitik akan mencerdaskan peserta didik membuat prediksi dan terampil dalam menemukan
pola (pattern) dan hubungan/keterkaitan (relations). Pembaruan dalam proses belajar ini, dari
proses drill dan practice ke proses bermakna, dan dilanjutkan proses berpikir intiutif dan
analitik, merupakan usaha luar biasa untuk selalu meningkatkan mutu pembelajaran
matematika. Reaksi-reaksi positif untuk perubahan mempunyai dampak perkembangan
kurikulum matematika sekolah yang dinamis.
Menurut Muhsetyo (2012:1.26), pembelajaran matematika adalah proses pemberian
pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana
sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari.
Secara lebih jelas Bruner (dalam Muhsetyo 2012:1.12), menyebut tingkatan yang
perlu diperhatikan dalam mengakomodasikan keadaan peserta didik, yaitu (a) enactive
(manipulasi objek langsung), (b) iconic (manipulasi objek tidak langsung), dan (c) symbolic
(manipulasi simbol). Seperti dijelaskan secara rinci tingkatan tersebut (dalam Karso dkk.,
2011:1.12-1.13), sebagai berikut.

a. Tahap Enaktif atau Tahap Kegiatan (Enactive)


Tahap pertama anak belajar konsep adalah berhubungan dengan benda-benda real atau
mengalami peristiwa di dunia sekitarnya. Pada tahap ini masih dalam gerak reflek dan coba-
coba, belum harmonis. Ia memanipulasikan, menyusun, menjejerkan, mengutak-ngatik, dan
bentuk-bentuk gerak lainnya (serupa dengan tahap sensori motor dari Peaget).

b. Tahap Ikonik Atau Tahap Gambar Bayangan (Iconic)


Pada tahap ini, anak telah mengubah, menandai, dan menyimpan peristiwa atau benda
dalam bentuk bayangan mental. Dengan kata lain anak dapat membayangkan kembali atau
memberikan gambaran dalam pikirannya tentang benda atau peristiwa yang dialami atau
dikenalnya pada tahap enaktif, walaupun peristiwa itu telah berlalu atau benda real itu tidak
lagi benda di hadapannya (tahap pre-operasi dari Peaget).

c. Tahap Simbolik (Symbolic)


Pada tahap terakhir ini anak dapat mengutarakan bayangan mental tersebut dalam
bentuk simbol dan bahasa. Apabila ia berjumpa dengan suatu simbol itu akan dapat
dikenalnya kembali. Pada tahap ini anak sudah mampu memahami simbol-simbol dan
menjelaskan dengan bahasanya. (Serupa dengan tahap operasi konkret dan formal dari
Peaget).

E. Pengertian Pecahan
Bilangan pecahan pertama kali digunakan oleh Bangsa Mesir Kuno sekitar tahun 1600
SM. Pecahan pada masa itu dapat dilihat pada tulisan di Papyrus Ahmes. Bangsa Mesir
menggunakan pecahan satuan, yaitu pecahan yang pembilangnya adalah angka satu untuk
menyatakan perbandingan. Pecahan-pecahan tersebut ditulis menggunakan huruf Hieroglyph.
Pada saat yang bersamaan dengan Bangsa Mesir Kuno, Bangsa Cina Kuno juga mulai
mengenal konsep pecahan. Bangsa Romawi dan Babilonia juga mulai mengembangkan
konsep pecahan yang memiliki nilai penyebut yang sama dengan pembilang apa pun. Bangsa
Romawi Kuno menggunakan angka 12 sebagai penyebut untuk setiap bilangan pecahan.
Sedangkan Bangsa Babilonia menggunakan angka 60 sebagai penyebut untuk bilangan
pecahan. Bangsa Cina Kuno menamai penyebut sebagai “ibu” dan pembilang sebagai “anak”.
(Rajasa, 2009:2-3).
Menurut Karso dkk. (2011:7.2-7.3), pecahan melambangkan perbandingan bagian
yang sama dari suatu benda terhadap keseluruhan benda tersebut. Dengan kata lain suatu
benda dibagi menjadi beberapa bagian yang sama maka perbandingan setiap bagian tersebut
dengan keseluruhan bendanya menciptakan lambang dasar suatu pecahan. Pecahan
melambangkan perbandingan himpunan bagian yang sama dari suatu himpunan terhadap
keseluruhan himpunan semula. Dengan kata lain suatu himpunan dibagi atas himpunan bagian
yang sama maka perbandingan satiap himpunan bagian yang sama itu terhadap keseluruhan
himpunan semula akan menciptakan lambang dasar suatu pecahan.
Pecahan dapat diartikan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh. Dalam ilustrasi
gambar, bagian yang dimaksud adalah bagian yang diperhatikan, yang biasanya ditandai
dengan arsiran. Bagian inilah yang dinamakan pembilang. Adapun bagian yang utuh adalah
bagian yang dianggap sebagai satuan, dan dinamakan penyebut. (Heruman, 2010:43).

F. Macam-macam Pecahan
Pecahan ada dua macam, yaitu pecahan murni atau sejati dan pecahan campuran.

a. Pecahan murni atau sejati


Pecahan murni atau pecahan sejati adalah pecahan yang pembilangnya lebih kecil dari
penyebutnya dan pecahan tersebut tidak dapat disederhanakan lagi.

b. Pecahan campuran
Pecahan campuran, yaitu pecahan yang terdiri dari campuran bilangan bulat dengan
pecahan murni/sejati. (Karso dkk., 2011:7.7).
G. Pecahan Senilai
Pecahan senilai adalah pecahan-pecahan yang cara penulisannya berbeda, tetapi
mempunyai hasil bagi yang sama dan mewakili bagian atau daerah yang sama. (Karso
dkk.,2011:7.7).
Untuk menentukan pecahan senilai, kamu dapat mengalikan atau membagi pembilang
dan penyebut pecahan dengan bilangan yang sama, kecuali nol. (Rajasa, 2009:21).

H. Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah media yang dapat digunakan untuk membantu siswa di
dalam memahami dan memperoleh informasi yang dapat didengar ataupun dilihat oleh
pencaindera sehingga pembelajaran dapat berhasil guna dan berdaya guna. (Prihatin,
2008:50).
Menurut Muhsetyo dkk. (2012:2.1-2.3), media adalah alat bantu pembelajaran yang
secara sengaja dan terencana disiapkan atau disediakan guru untuk mempresentasikan
dan/atau menjelaskan bahan pelajaran, serta digunakan siswa untuk dapat terlibat langsung
dengan pembelajaran matematika. Media pembelajaran dalam pembelajaran matematika SD
adalah alat bantu pembelajaran yang digunakan untuk menampilkan, mempresentasikan,
menyajikan atau menjelaskan bahan pelajaran kepada peserta didik, yang mana alat-alat itu
sendiri bukan merupakan bagian dari pelajaran yang diberikan.

I. Manipulative Material (Bahan Manipulatif)


Bahan manipulatif dalam pembelajaran matematika SD adalah alat bantu
pembelajaran yang digunakan terutama untuk menjelaskan konsep dan prosedur matematika.
Alat ini merupakan bagian langsung dari mata pelajaran matematika, dan dapat
dimanipulasikan oleh peserta didik (dibalik, dipotong, digeser, dipindah, digambar, ditambah,
dipilah, dikelompokkan/diklasifikasikan). Penggunaan bahan manipulatif ini dimaksudkan
untuk mempermudah peserta didik dalam memahami konsep dan prosedur matematika.
(Muhsetyo dkk., 2012:2.1-2.2).
J. Bahan Manipulatif dari Kertas
Dalam pembelajaran matematika SD, agar bahan pelajaran yang diberikan lebih
mudah dipahami oleh siswa, diperlukan bahan-bahan yang perlu disiapkan oleh guru, dari
barang-barang yang harganya relatif murah dan mudah diperoleh, misalnya dari karton,
kertas, kayu, kawat, kain, untuk menanamkan konsep matematika tertentu sesuai dengan
keperluan. (Muhsetyo dkk., 2012:2.20-2.21).
Manfaat dari bahan manipulatif kertas/karton antara lain adalah untuk menjelaskan pecahan
(konsep, sama/senilai, operasi).

III. Pelaksanaan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian, Pihak yang Membantu
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan terhadap 25 siswa SD
kelas 5 pada mata pelajaran Matematika materi perkalian dalam bentuk pecahan dengan
rincian siswa laki-laki 9 orang dan siswa perempuan 16 orang. Pertimbangan pemilihan kelas
5 sebagai sumber data penelitian perbaikan pembelajaran karena kelas 5 merupakan kelas
peneliti dalam melaksanakan tugas mengajar sehari-hari dan kelas tersebut terdapat masalah
yang telah diuraikan dalam bab pendahuluan. Siswa di kelas 5 sebagian besar berasal dari
desa Sungai Lumpur sendiri, sebagian kecil berasal dari desa tetangga Pantai Harapan dan ada
juga yang tinggal di kawasan pertambakan yang jauh dari desa. Orang tua mereka kebanyakan
bekerja sebagai nelayan dan petani, hanya sebagian kecil yang bekerja sebagai pedagang dan
wiraswasta. Pendidikan orang tua mereka juga tergolong rendah kebanyakan hanya tamat SD
dan SMP bahkan ada yang tidak lulus SD. Keadaan ini memungkinkan mereka sangat bebas
dan cara belajarnya kurang terkontrol.

2. Tempat Penelitian
Tempat penelitian perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan di SDN 1 Sungai Lumpur
dengan alamat Jl. P3DT Dusun 1 Sungai Lumpur Desa Sungai Lumpur Kecamatan Cengal
Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan.

3. Waktu Penelitian
Waktu penelitian perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan di bulan Oktober 2014,
mulai tanggal 10 Oktober 2014 sampai 15 Oktober 2014. Pada tanggal tersebut peneliti mulai
aktif di lapangan.

4. Pihak yang Membantu


Pihak yang terlibat dan membantu dalam pelaksanaan penelitian perbaikan
pembelajaran ini antara lain; (1) Iwan Brades selaku peneliti dan guru, (2) Nizarwait, M.Pd.
selaku supervisor atau pembimbing, (3) Joni Ejonro, S.Pd.SD selaku supervisor dan observer,
dan (4) Aspiran, S.Pd. selaku kepala sekolah.

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


Desain yang digunakan dalam penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah penelitian
tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam
kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai
guru, sehingga hasi belajar siswa menjadi meningkat. (Wardhani dan Wihardit, 2012:1.4).
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari kegiatan: (1) perencanaan,
(2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.
1. Siklus I
Penerapan perbaikan pembelajaran pada siklus I ini bertujuan untuk meningkatkan
hasil belajar siswa kelas 5 SDN 1 Sungai Lumpur dengan menggunakan media manipulative
material kertas dalam pembelajaran Matematika dengan materi perkalian dalam bentuk
pecahan. Langkah-langkah kegiatan dalam siklus ini sebagai berikut.

a. Perencanaan (planning)
Merencanakan pembelajaran dengan menggunakan media manipulative material
kertas dengan membuat Rencana Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran (RPP Perbaikan),
menyiapkan lembar observasi keaktivan siswa dalam belajar dan catatan lapangan yang
digunakan untuk mengamati interaksi siswa dan interaksi siswa dengan guru, menyiapkan
soal latihan yang digunakan sebagai alat penilaian hasil belajar siswa, dan berdiskusi dengan
observer setelah mempelajari RPP Perbaikan, lembar observasi dan soal latihan.

b. Pelaksanaan (acting)
Pembelajaran dimulai dengan berdoa dan salam, mengadakan presensi terhadap
kehadiran siswa, menjelaskan kepada siswa tentang pembelajaran yang akan dilakukan yaitu
dengan menggunakan media manipulative material kertas., menjelaskan tujuan pembelajaran
kepada siswa, memperagakan perkalian pecahan menggunakan media manipulative material
kertas, memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk bertanya dan memberikan
tanggapan terhadap penjelasan guru, menunjuk beberapa siswa untuk mencoba
mensimulasikan perkalian pecahan dengan menggunakan media manipulative material kertas,
menunjuk salah satu siswa untuk mendemonstrasikan perkalian pecahan di papan tulis,
meminta siswa untuk mengerjakan soal latihan secara mandiri, mengkonfirmasi dan
mengapresiasi setiap jawaban siswa, menyimpulkan pelajaran, dan menugasi siswa untuk
mempelajari kembali perkalian pecahan.

c. Pengamatan (observing)
Peneliti bersama observer saling memberikan masukan dalam mengamati aktivitas
siswa dalam kegiatan yang terkait dengan pembelajaran matematika sesuai dengan lembar
observasi dan catatan lapangan yang telah disiapkan.
d. Refleksi (reflecting)
Menganalisis hasil pengamatan dan latihan dari tahapan-tahapan dalam siklus ini dan
mendiskusikan hasil analisisnya, jika hasil belajar pada siklus ini belum dikategorikan
berhasil maka akan dilaksanakan rencana pelaksanaan perbaikan pembelajaran di siklus
selanjutnya.

2. Siklus II
Penerapan perbaikan pembelajaran pada siklus ini sama halnya dengan perbaikan
pembelajaran pada siklus sebelumnya, hanya saja penerapan siklus ini lebih baik dan lebih
cermat dibandingkan dengan siklus sebelumnya guna mencapai tujuan yang diharapkan.
Dalam perbaikan pembelajaran siklus ini guru secara menyeluruh membimbing siswa yang
masih mengalami kesulitan dalam mengerjakan latihan yang diberikan guru, hingga siswa
tersebut menemukan jawaban dari latihan tersebut. Langkah-langkah pelaksanaan siklus ini
adalah sebagai berikut.

a. Perencanaan (planning)
Merencanakan pembelajaran dengan menggunakan media manipulative material
kertas dengan membuat Rencana Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran (RPP Perbaikan),
mengecek kembali lembar observasi keaktivan siswa dan catatan lapangan, menyiapkan soal
latihan untuk siklus II yang digunakan sebagai alat penilaian hasil belajar, dan berdiskusi
dengan observer setelah mempelajari RPP Perbaikan, lembar observasi dan soal latihan yang
akan digunakan pada siklus ini.

b. Pelaksanaan (acting)
Pembelajaran dimulai dengan berdoa dan salam, mengadakan presensi terhadap
kehadiran siswa, menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa, memperagakan perkalian
pecahan menggunakan media manipulative material kertas, memberikan kesempatan seluas-
luasnya kepada siswa untuk bertanya dan memberikan tanggapan terhadap penjelasan guru,
menunjuk beberapa siswa untuk mencoba mensimulasikan perkalian pecahan dengan
menggunakan media manipulative material kertas, meminta siswa untuk mengerjakan soal
latihan secara mandiri, memandu siswa yang mengalami kesulitan, mengkonfirmasi dan
mengapresiasi setiap jawaban siswa, dan menyimpulkan pelajaran.

c. Pengamatan (observing)
Peneliti bersama observer saling memberikan masukan dalam mengamati aktivitas
siswa dalam kegiatan yang terkait dengan pembelajaran matematika sesuai dengan lembar
observasi dan catatan lapangan yang telah disiapkan.

e. Refleksi (reflecting)
Membuat suatu simpulan terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Diharapkan
setelah akhir siklus ini, dengan menggunakan media manipulative material kertas dalam
pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa maupun aktivitas belajar
siswa. Peningkatan hasil belajar tersebut diperoleh dari membandingkan hasil belajar dari
siklus sebelumnya dengan siklus ini, apabila mengalami peningkatan maka tindakan pada
siklus selanjutnya dihentikan.

C. Teknik Analisis Data


1. Analisis Data Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar siswa diperoleh melalui soal latihan pada pelaksnaan perbaikan
pembelajaran setiap siklus. Soal latihan siswa yaitu berupa tes tertulis. Dari data hasil tes
tertulis pada setiap siklus akan diketahui hasil ketuntasan belajar siswa dengan rumus:
Nilai Akhir = Jumlah Skor yang Diperoleh Siswa x100
Jumlah Skor Maksimum

Kemudian hasil perhitungan dikonversikan dengan tabel:


Tabel 1. Konversi Nilai Kurikulum 2013 SD
Konversi Nilai Akhir Predikat
No. Skala 100 Skala 4 Sikap
(Pengetahun dan Keterampilan)
1 86-100 4,00 A SB
2 81-85 3,66 A-
3 76-80 3,33 B+ B
4 71-75 3,00 B
5 66-70 2,66 B-
6 61-65 2,33 C+ C
7 56-60 2,00 C
8 51-55 1,66 C-
9 46-50 1,33 D+ K
10 0-45 1,00 D
2. Analisis Data Hasil Observasi
Data dari hasil observasi akan dianalisis dengan menggunakan metode analisis
deksriptif. Tujuan penggunaan metode analisis deskriptif adalah untuk memberikan gambaran
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media manipulative material kertas.

3. Analisis Ketuntasan Hasil Belajar


Analisis ketuntasan hasil belajar siswa bertujuan untuk mengetahui tingkat ketuntasan
belajar siswa yang diperoleh tiap siklus. Untuk mengukur ketuntasan belajar klasikal
digunakan rumus:

Ketuntasan Belajar Siswa = Jumlah Siswa yang Tuntas Belajar x 100%


Jumlah Siswa

IV. Hasil dan Pembahasan


A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Uraian mengenai hasil penelitian perbaikan pembelajaran sebagai jawaban dari
perumusan masalah yang telah dibahas dalam pendahuluan akan dibahas dalam hasil dan
pembahasan ini. Namun, sebelum hasil penelitian perbaikan pembelajaran ini disajikan,
terlebih dahulu akan disampaikan gambaran hasil belajar siswa tentang perkalian dalam
bentuk pecahan pada tahap pra siklus atau sebelum dilaksanakannya tindakan perbaikan
pembelajaran.

1. Hasil Belajar Siswa Pra Siklus


Sebelum penelitian perbaikan pembelajaran dilaksanakan langkah yang ditempuh
peneliti adalah mengetahui data awal hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika
tentang perkalian dalam bentuk pecahan. Data ini diperoleh dari nilai ulangan harian yang
dilaksanakan siswa dalam kegiatan belajar yang dilakukan peneliti sendiri selaku guru kelas
di kelas tersebut. Hasil belajar siswa pra siklus disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Belajar Siswa Pra Siklus


No. Skala 100 Skala 4 Jumlah siswa Persentase (%)
1 86-100 4,00 3 12
2 81-85 3,66 0 0
3 76-80 3,33 0 0
4 71-75 3,00 0 0
5 66-70 2,66 3 12
6 61-65 2,33 0 0
7 56-60 2,00 3 12
8 51-55 1,66 0 0
9 46-50 1,33 13 52
10 0-45 1,00 3 12
Jumlah 25 100

Hasil belajar siswa pada tahap pra siklus dari 25 siswa hanya 6 siswa yang mampu
mencapai KKM 66-70 (2,66) atau sebesar 24% dan yang belum mencapai KKM 19 siswa atau
sebesar 76%.

2. Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran Siklus I


Seperti yang telah diuraikan pada pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran,
siklus ini meliputi langkah-langkah kegiatan perencanaan (planning), pelaksanaan (acting),
pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).

a. Perencanaan
Peneliti menyusun perangkat pembelajaran meliputi rencana pembelajaran atau
skenario pembelajaran, menyiapkan lembar observasi dan catatan lapangan, menyiapkan soal
latihan, selanjutnya mendiskusikan hal tersebut dengan observer.

b. Pelaksanaan
Siklus ini dilaksanakan pada tanggal 10 Oktober 2014 berlangsung selama dua jam
pelajaran (80 menit). Pada 5 menit pertama peneliti melakukan kegiatan rutinitas kelas yaitu
berdoa dan mengecek kehadiran siswa, selanjutnya menjelaskan tujuan pembelajaran yang
akan dilaksanakan. Peneliti memperagakan perkalian pecahan di depan kelas dengan
menggunakan media manipulative material kertas, setelah itu peneliti memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Selama 60 menit berikutnya peneliti menunjuk
beberapa siswa untuk mencoba mensimulasikan perkalian pecahan menggunakan media
manipulative material kertas, peneliti menunjuk siswa untuk mendemonstrasikan perkalian
pecahan dengan mengerjakan soal di papan tulis. Setelah itu semua siswa diminta
mengerjakan soal latihan yang telah disediakan peneliti. Pada 15 menit di kegiatan penutup,
peneliti mengkonfirmasi jawaban siswa, menyimpulkan pelajaran, serta menugasi siswa untuk
mempelajari kembali perkalian pecahan. Setelah dilakukan pemeriksaan, nilai hasil belajar
siswa siklus ini disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Belajar Siswa Siklus I
No. Skala 100 Skala 4 Jumlah siswa Persentase (%)
1 86-100 4,00 3 12
2 81-85 3,66 0 0
3 76-80 3,33 2 8
4 71-75 3,00 0 0
5 66-70 2,66 6 24
6 61-65 2,33 0 0
7 56-60 2,00 8 32
8 51-55 1,66 0 0
9 46-50 1,33 3 12
10 0-45 1,00 3 12
Jumlah 25 100

Hasil belajar siswa pada siklus ini masih belum berhasil secara maksimal, meskipun
terdapat peningkatan pada siswa yang telah mencapai KKM. Dari 25 siswa hanya 11 siswa
yang mencapai KKM 66-70 (2,66) atau sebesar 44% dengan rincian skala nilai 86-100 (12
%), 76-80 (8%), dan 66-70 (24%). Sedangkan yang belum mencapai KKM sebanyak 14 siswa
sebesar 56 % dengan rincian skala nilai 56-60 (32%), 46-50 (12%), dan 0-45 (12%).

c. Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan observer menggunakan lembar observasi keaktivan siswa
dalam belajar dan catatan lapangan. Kegunaannya adalah sebagai bahan refleksi dan evaluasi
untuk menentukan rencana tindakan siklus berikutnya, sehingga kegiatan belajar mengajar
(selanjutnya KBM) antar siklus dapat diketahui kemajuannya. Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan observer pada kegiatan siklus ini siswa hanya aktif dalam mencatat materi namun
keaktivan bertanya serta mengajukan ide tidak terlihat dengan baik, meskipun antusias
sebagian besar siswa telah tampak pada kegiatan belajar di siklus ini. Pada kegiatan
penugasan atau latihan semua siswa terlihat mengerjakan tugas, namun ketepatan
mengumpulkan tugas dan kesesuaian dengan tujuan yang diharapkan masih kurang maksimal
sehingga waktu yang digunakan dalam KBM di siklus ini kurang efektif.
Persentase keaktivan siswa yang meliputi aktif mencatat materi pelajaran, bertanya
dan mengajukan ide (58,33%) perlu upaya perbaikan. Persentase perhatian siswa yang
meliputi hal yang diamati diam, tenang, terfokus pada materi, dan antusias cukup baik
(66,67%) perlu adanya upaya perbaikan di siklus berikutnya. Sedangkan disiplin berupa
pengamatan kehadiran, datang tepat waktu, serta pulang tepat waktu sudah baik (91,67%).
Hal yang sangat menjadi perhatian yaitu berdasarkan hasil pengamatan pada kategori
penugasan meliputi mengerjakan tugas, ketepatan mengumpulkan tugas, dan mengerjakan
sesuai dengan perintah (50,00%). Harus dilakukan perbaikan langkah pembelajaran yang akan
diterapkan pada siklus berikutnya.

d. Refleksi
Berdasarkan refleksi yang dilakukan peneliti dan pendapat yang diberikan oleh
observer. Langkah-langkah yang perlu diperbaiki pada siklus berikutnya yaitu guru
diharapkan memberi kesempatan lebih luas pada siswa untuk bertanya dan mengajukan ide,
sehingga guru lebih mengetahui siswa yang belum memahami materi pembelajaran tersebut.
Pada saat siswa mengerjakan tugas diperlukan bimbingan secara menyeluruh terhadap siswa
yang masih mengalami kesulitan, sehingga ketepatan mengumpulkan tugas dan kesesuaian
hasil tugas siswa menjadi lebih baik serta penggunaan waktu dalam KBM menjadi lebih
efektif.

2. Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran Siklus II


a. Perencanaan
Seperti kegiatan perencanaan pada siklus sebelumnya, peneliti menyusun perangkat
pembelajaran, mengecek kembali lembar observasi dan catatan lapangan, menyiapkan soal
latihan, kemudian berdiskusi bersama observer.

b. Pelaksanaan
Penelitian pada siklus ini dilaksanakan pada tanggal 15 Oktober 2014 berlangsung
selama dua jam pelajaran (80 menit). Pada 5 menit pertama peneliti melakukan kegiatan
rutinitas kelas selanjutnya menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan, peneliti
kembali memperagakan perkalian pecahan menggunakan media manipulative material dari
kertas. Setelah itu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk bertanya serta
mengajukan ide. Kegiatan selanjutnya selama 60 menit berikutnya peneliti menunjuk
beberapa siswa untuk mencoba mensimulasikan perkalian pecahan dengan menggunakan
manipulative material dari kertas, peneliti membimbing siswa dalam kegiatan simulasi
tersebut. Setelah kegiatan simulasi dianggap cukup, siswa diminta untuk mengerjakan soal
latihan, dalam kegiatan ini peneliti melakukan bimbingan secara menyeluruh kepada siswa
yang masih mengalami kesulitan dan mengarahkan siswa agar dapat menyelesaikan soal
latihan tersebut dengan baik. Pada kegiatan penutup (15 menit), peneliti mengkonfirmasi dan
mengapresiasi jawaban siswa dilanjutkan dengan menyimpulkan materi pelajaran bersama
siswa. Nilai hasil belajar siswa pada siklus ini disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Belajar Siswa Siklus II


No. Skala 100 Skala 4 Jumlah siswa Persentase (%)
1 86-100 4,00 5 20
2 81-85 3,66 0 0
3 76-80 3,33 6 24
4 71-75 3,00 0 0
5 66-70 2,66 10 40
6 61-65 2,33 0 0
7 56-60 2,00 2 8
8 51-55 1,66 0 0
9 46-50 1,33 2 8
10 0-45 1,00 0 0
Jumlah 25 100
Hasil belajar siswa pada siklus ini mengalami peningkatan yang sangat baik meskipun
belum 100% berhasil atau belum semua siswa mencapai KKM. Dari 25 siswa yang mengikuti
perbaikan hasil belajar terdapat 21 siswa yang telah mencapai KKM atau sebesar 84% dengan
rincian skala nilai 86-100 (20 %), 76-80 (24%), dan 66-70 (40%). Sedangkan siswa yang
belum mencapai KKM sebanyak 4 orang siswa atau sebesar 16% dengan rincian skala nilai
56-60 (8%) dan 46-50 (8%).

c. Pengamatan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan observer menggunakan lembar observasi dan
catatan lapangan. Pembelajaran di siklus ini jauh lebih baik, keaktivan siswa dalam bertanya
dan mengajukan pendapat mengalami peningkatan (83,33%). Hal tersebut disebabkan peneliti
atau guru selalu memberi motivasi siswa untuk lebih giat belajar dan berlatih. Perhatian dan
antusias siswa terhadap pembelajaran yang disajikan juga mengalami peningkatan (91,67%),
hal ini disebabkan oleh penggunaan media manipulatif kertas yang lebih bervariasi.
Kedisiplinan siswa pun lebih meningkat (100%), dalam penugasan (91,67%) siswa lebih aktif
dan tepat waktu dalam mengumpulkan pekerjaan mereka, waktu yang digunakan juga lebih
efektif sehingga hasil belajar yang diperoleh juga lebih baik.

d. Refleksi
Disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran telah tercapai. Hasil belajar siswa mengalami
peningkatan pada tahap pra siklus 6 siswa yang tuntas (24 %), tahap siklus I 11 siswa yang
tuntas (44%), dan tahap siklus II 21 siswa yang tuntas (84%). Dengan demikian penelitian
pada tahap siklus berikutnya dihentikan. Ketuntasan hasil belajar tiap-tiap siklus disajikan
dalam Tabel 5.

Tabel 5. Ketuntasan Hasil Belajar Tiap Siklus


No. Tahap Banyak siswa yang tuntas Persentase (%)
1 Pra Siklus 6 24
2 Siklus I 11 44
3 Siklus II 21 84

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Dalam penelitian perbaikan pembelajaran ini telah terjadi peningkatan pengetahuan,
pemahaman dan keterampilan. Pengetahuan yaitu dinilai dari hasil belajar siswa yang
mengalami peningkatan. Pemahaman yaitu siswa memahami cara melakukan operasi
perkalian dan penyederhanaan pecahan, sedangkan keterampilan yaitu siswa mampu
menggunakan media manipulative material kertas yang digunakan dalam mengerjakan
perkalian dan penyederhanaan pecahan. Dengan demikian dari tiga kriteria peningkatan
tersebut siswa sudah dapat dikatakan belajar. “Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam
kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk kecakapan,
pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain
kemampuan.” (Hakim, 2005:1).
Peningkatan hasil belajar dapat diukur dari latihan yang diberikan peneliti selaku guru,
hasil belajar dikatakan berhasil jika terjadi peningkatan nilai-nilai selama kegiatan belajar
dilaksanakan. Seperti diungkapkan Dimyati dan Mudjiono (2006), bahwa hasil belajar adalah
hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar pada
setiap akhir pembelajaran. Nilai yang diperoleh siswa menjadi acuan untuk melihat
penguasaan siswa dalam menerima materi pelajaran.
Pembelajaran matematika dengan penggunaan media manipulative material kertas
mempunyai langkah pembelajaran yang dimulai dari menghubungkan dengan benda-benda
nyata, selanjutnya menyimpan dalam bentuk bayangan mental atau gambaran pemikiran,
terakhir mengutarakannya dalam bentuk simbol-simbol matematika. Seperti yang dijelaskan
oleh Bruner (dalam Muhsetyo, 2012:1.12 dalam Karsom dkk., 2012:1.12) menyebut tingkatan
yang perlu diperhatikan dalam mengakomodasikan keadaan peserta didik, yaitu (a) enactive
(manipulasi objek langsung), (b) iconic (manipulasi objek tidak langsung), dan (c) symbolic
(manipulasi simbol).
Sebagai salah satu media pembelajaran, manipulative material (bahan manipulatif)
sangat membantu siswa dalam memahami dan memperoleh informasi yang dapat didengar
ataupun dilihat sehingga pembelajaran dapat berhasil. Karena dengan bahan manipulatif
dalam pembelajaran matematika khususnya, guru dapat menjelaskan konsep dan prosedur
matematika dan dapat mempermudah siswa memahaminya. “ [ ... ]. Penggunaan bahan
manipulatif ini dimaksudkan untuk mempermudah peserta didik dalam memahami konsep
dan prosedur matematika”. (Muhsetyo dkk, 2012:2.1-2.2).
Dalam pembelajaran matematika SD, agar bahan pelajaran yang diberikan lebih
mudah dipahami oleh siswa, diperlukan bahan-bahan yang perlu disiapkan oleh guru, dari
barang-barang yang harganya relatif murah dan mudah diperoleh, misalnya karton, kertas,
kayu, kawat, kain, untuk menanamkan konsep matematika tertentu sesuai dengan keperluan.
(Muhsetyo dkk, 2012:2.20-2.21). Manfaat dari bahan manipulatif kertas/karton antara lain
adalah untuk menjelaskan pecahan (konsep, sama/senilai, operasi).

V. Simpulan dan Saran Tindak Lanjut


A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat dibuat kesimpulan antara lain; (1) dengan
menggunakan media manipulative material kertas pada pembelajaran matematika materi
pecahan di kelas V SDN 1 Sungai Lumpur dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan (2)
dengan menggunakan media manipulative material kertas dapat meningkatkan pengetahuan,
pemahaman dan keterampilan siswa dalam pembelajaran matematika.

B. Saran dan Tindak Lanjut


Saran-saran yang dapat penulis sampaikan antara lain; (1) bagi guru SD dalam
mengajarkan pembelajaran matematika hendaknya selalu menggunakan media pembelajaran
yang sesuai, diantaranya manipulative material dan (2) dalam mengajarkan pembelajaran
matematika diharapkan selalu memperhatikan tiga tahap pembelajaran yaitu, enactive, iconic,
dan symbolic.
Daftar Pustaka
Anitah W, S., dkk. (2011). Modul 2. Pembelajaran di Sekolah Dasar: Strategi
Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Habsari, S. (2005). Belajar Secara Efektif. Jakarta: Pustaka Pembangunan
Swadaya Nusantara.
Hakim, T. (2005). Bimbingan dan Konseling SMA untuk Kelas XI. Jakarta:
Grasindo.
Heruman. (2010). Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Rajasa, I. (2009). Mengenal Pecahan. Bandung: Graha Bandung Kencana.
Karso, dkk. (2011). Modul 1. Pembelajaran Matematika di SD: Pendidikan
Matematika 1. Jakarta: Universitas Terbuka.
_________. (2011). Modul 7. Bilangan Pecahan Biasa dan Pecahan Desimal:
Pendidikan Matematika 1. Jakarta: Universitas Terbuka.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2014). Tema 1
Benda-benda di Lingkungan Sekitar. Buku Tematik Terpadu Kurikulum
2013. Buku Guru SD/MI Kelas V. Jakarta.
Muhsetyo, G., dkk. (2012). Modul 1. Pembelajaran Matematika Berdasarkan
KBK: Pembelajaran Matematika SD. Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka.
________________. (2012). Modul 2. Media dan Bahan Manipulatif dalam
Pembelajaran Matematika SD: Pembelajaran Matematika SD. Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka.
Prihatin, E. (2008). Guru sebagai Fasilitator. Bandung: PT Karsa Mandiri
Persada.
Wardhani, IGAK dan Wihardit, K. (2012). Modul 1. Hakikat Penelitian Tindakan
Kelas: Penelitian Tindakan Kelas. Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka.
Wiriaatmadja, R. Prof. Dr. (2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
http://himitsuqalbu.wordpress.com/2014/03/21/definisi-hasil-belajar-menurut-
para-ahli/
http://id.wikipedia.org/wiki/Belajar//

Anda mungkin juga menyukai