Anda di halaman 1dari 4

Analisis kajian ontologi, epistemologi dan aksiologi kurikulum merdeka.

Kurikulum Merdeka adalah konsep yang diterapkan secara eksternal yang berfokus pada
pemberian waktu yang cukup kepada siswa untuk mengeksplorasi konsep dan mengembangkan
keterampilan mereka (Deni, 2022). Kurikulum ini fokus pada konten penting yang
memungkinkan siswa memiliki cukup waktu untuk mengeksplorasi konsep dan mengembangkan
keterampilan. Pengembangan kurikulum merdeka lebih fleksibel dan fokus pada materi dasar
serta pengembangan karakter dan kemampuan siswa. Beberapa karakter yang digunakan dalam
kurikulum ini ialah pembelajaran Berbasis Proyek sesuai Profil pelajar Pancasila untuk
mengembangkan soft skill dan karakter, berfokus pada materi esensial untuk memberikan waktu
untuk mempelajari secara mendalam, termasuk literasi dan numerasi. Fleksibilitas bagi guru
untuk membedakan pembelajaran berdasarkan kemampuan siswa. Kurikulum ini akan
menciptakan pembelajaran aktif. Program tersebut tidak menggantikan yang sudah berjalan,
melainkan memperbaiki sistem yang sudah berjalan (Marisa, 2021). Fleksibilitas belajar yang
ditawarkan adalah pembelajaran yang lebih sederhana, termasuk rencana penerapan lembar kerja
belajar, Ujian sekolah beralih ke penilaian berkelanjutan seperti portofolio (Achmad et al., 2022).

1. Kajian Ontologis
Kajian ontologi ialah suatu kajian keilmuan yang berpusat pada pembahasan tentang hakikat.
Ketika ontologi dikaitkan dengan filsafat pendidikan, maka akan munculah suatu hubungan
mengenai ontologi filsafat pendidikan. Dengan mengetahui makna pendidikan maka makna
ontologi dalam pendidikan itu sendiri merupakan analisis tentang objek materi dari ilmu
pengetahuan. Berisi mengenai hal-hal yang bersifat empiris serta mempelajari mengenai apa
yang ingin diketahui manusia dan objek apa yang diteliti ilmu. Dasar ontologi pendidikan adalah
objek materi pendidikan dimana sisi yang mengatur seluruh kegiatan kependidikan. Jadi
hubungan ontologi dengan pendidikan menempati posisi landasan yang terdasar dari fondasi
ilmu dimana disitulah teletak undang-undang dasarnya dunia ilmu. Oleh sebab itu, dapat
dipahami bahwa ontologi pendidikan berarti pendidikan dalam hubungannya dengan asal-mula,
eksistensi, dan tujuan kehidupan manusia.
Dasar pelaksanaan Kurikulum Merdeka
Dasar pelaksanaan Kurikulum Merdeka mengacu pada Keputusan Menristek Dikti No. 56
Tahun 2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam rangka pemulihan pembelajaran
(Kurikulum Merdeka) sebagai penyempurna kurikulum sebelumnya. Surat Keputusan Menteri
ini menetapkan 16 keputusan, yaitu sebagai berikut. 1. Satuan pendidikan perlu
mengembangkan kurikulum dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan kondisi satuan
pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. 2. Pengembangan kurikulum mengacu pada
Kurikulum 2013, Kurikulum 2013 yang disederhanakan/revisi, dan Kurikulum Merdeka. 3.
Kurikulum mengacu pada SNP (Standar Nasional Pendidikan) untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. 4. Kurikulum 2013 dilaksanakan sesuai perundang-undangan. 5.
Kurikulum 2013 yang disederhanakan ditetapkan oleh pimpinan unit utama yang membidangi
kurikulum, asesmen, dan perbukuan. 6. Kurikulum Merdeka diatur di lampiran SK
Mendikbudristek. 7. Pemenuhan beban kerja dan penataan linieritas guru bersertifikat dalam
implementasi kurikulum 2013 dan kurikulum 2013 yang disederhanakan dilaksanakan sesuai
peraturan perundang-undangan. 8. Pemenuhan beban kerja dan penataan linieritas guru
bersertifikat dalam implementasi Kurikulum Merdeka diatur di lampiran II SK ini. 9. Peserta
program sekolah penggerak dan program SMK Pusat Keunggulan menggunakan Kurikulum
Merdeka serta pemenuhan beban kerja dan linieritas sesuai kedua lampiran SK ini. 10.
Kurikulum 2013 yang disederhanakan dapat diberlakukan mulai kelas I sampai kelas XII. 11.
Kurikulum Merdeka dilaksanakan secara bertahap dengan ketentuan sebagai berikut. 12. Tahun
ke-1: Umur 5 & 6 tahun (kelas 1, 4, 7, dan 10). 13. Tahun ke-2: Umur 4−6 tahun (kelas 1, 2, 4,
5, 7, 8, 10, dan 11). 14. Tahun ke-3: Umur 3−6 tahun (kelas 1−12). 15. Pelaksanaan kurikulum
menggunakan buku teks utama yang ditetapkan oleh Pusat Perbukuan. 16. Kurikulum Merdeka
mulai berlaku pada tahun ajaran 2022/2023. 17. Keputusan ini mencabut 2 aturan berikut. a. SK
Mendikbud Nomor 719/P/2020 tentang pedoman pelaksanaan kurikulum pada suatu pendidikan
dalam kondisi khusus. b. Ketentuan kurikulum serta beban kerja dan linieritas pada program
sekolah penggerak dan program SMK Pusat Keunggulan (Kepmendikbudristek Nomor 56
Tahun 2022).
Tujuan Kurikulum Merdeka
Pada masa Covid-19, pendidikan di Indonesia menjadi terbelakang dan ketinggalan. Kebijakan
Kurikulum Merdeka menjadi solusi terhadap ketinggalan pendidikan di Indonesia. Tujuan dari
Kurikulum Merdeka adalah untuk menjawab permasalahan pendidikan terdahulu. Adanya
kurikulum ini akan mengarahkan dalam mengembangkan potensi dan kompetensi peserta didik.
Kurikulum ini berfungsi untuk mengembangkan potensi, salah satunya proses pembelajaran
yang dirancang dengan relevan dan interaktif. Pembelajaran yang interaktif salah satunya
dengan membuat proyek. Pembelajaran tersebut akan membuat peserta didik lebih tertarik dan
bisa mengembangkan isu-isu yang berkembang di lingkungan.

2. Kajian Epistemologis
Epistemologi mengkaji mengenai apa sesungguhnya ilmu, dari mana sumber ilmu, serta
bagaimana proses terjadinya. Dengan menyederhanakan batasan tersebut, Brameld
mendefinisikan epistimologi sebagai “it is epistemologi that gives the teacher the assurance that
he is conveying the truth to his student”. Definisi tersebut dapat diterjemahkan sebagai
“epistemologi memberikan kepercayaan dan jaminan bagi guru bahwa ia memberikan
kebenaran kepada murid-muridnya”. Kajian epistemologis kurikulum merdeka tidak terlepas
dari bagaimana kurikulum merdeka itu dikembangkan.
Berangkat dari perkembagan kurikulum yang ada, konsep kurikulum MBKM saat ini sedang
dalam proses penyempurnaan. Penyusunannya diserahkan pada perguruan tinggi yang memiliki
hak otonom. Dalam proses pelaksanaannya, proses ini bersifat fleksibel dan diperuntukan untuk
kebutuhan instansi pendidikan terkait. Selain itu, kesiapan lembaga yang bersangkutan juga
menjadi salah satu pertimbagan penerapan Kurikulum Merdeka Belajar. Konsep Kurikulum
Merdeka memiliki fleksibelitas. Meskipun demikian, perlunya adanya komitmen bersama guna
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari proses pembelajaran. Hal
tersebut tidak terlepas dari target tertentu yang telah ditetapkan. Kurikulum Merdeka Belajar
pada dasarnya memiliki orientasi pada OBE (Outcome Based Education). OBE merujuk pada
proses pendidikan yang berfokus terhadap pencapaian hasil konkret yang ditentukan. Dalam
kata lain, pengetahuan yang berorientasi pada hasil, kemampuan, dan perilaku.

Model pengembangan kurikulum dalam sistem pendidikan dan pengelolaan yang sifatnya
sentralisasi berbeda dengan yang desentralisasi. Model pengembangan dalam kurikulum yang
sifatnya subjek akademis berbeda dengan kurikulum humanistik, teknologis, dan rekonstruksi
sosial. Sekurang-kurangnya, dikenal delapan model pengembangan kurikulum, yaitu: The
Administrative (Line Staff) Model, The Grass Roots Model, Beauchamp’s System Model, The
Demonstration Model, Taba’s Inverted Model, Rogers Interpersonal Relations Model, The
Systematic Action Research Model, Emerging Technical Models.
Perkembagan yang ada pada akhirnya mengharuskan Kurikulum Merdeka Belajar untuk
berkembang. Dalam teori perkembangan pengembangan kurikulum, setidaknya terdapat
beberapa hal yang harus dijadikan acuan dalam pelaksanaannya. Dalam tulisan ini akan
menggunakan model The Systematic Action Research Model. Secara umum hal tersebut terdiri
dari perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Perencanaan merupakan proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran,
penggunaan pendekatan dan metode pengajaran, serta penilaian dalam suatu alokasi waktu yang
akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencaan
merupakan hal pokok dalam setiap konsep kurikulum yang akan dibuat. Hal tersebut juga
berlaku pada penyusunan Kurikulum Merdeka Belajar. Secara umum, kurikulum merupakan
gambaran gagasan pendidikan yang diekspresikan dalam praktik. Pengembangan kurikulum
pendidikan di Indonesia mengharuskan secara berkala untuk dilakukan telaah ulang kurikulum.
Salah satu manfaat peninjauan kurikulum tersebut adalah selalu mengikuti perkembangan
pengetahuan dan tren kebutuhan yang sedang berkembang.64 Tyler mengungkapkan bahwa
untuk mengembangkan suatu kurikulum perlu menempatkan empat pertanyaan berikut. 1. Apa
tujuan pendidikan yang harus dicapai sekolah? 2. Pengalaman pendidikan apa yang mungkin
untuk mencapai tujuan ini? 3. Bagaimana pengalaman pendidikan ini dapat diatur secara
efektif? 4. Bagaimana kita dapat menentukan apakah tujuan-tujuan ini sedang dicapai?
Perencanaan mencakup rangkaian kegiatan untuk menentukan tujuan umum dan tujuan khusus
suatu organisasi atau lembaga penyelenggaraan pendidikan berdasarkan dukungan informasi
yang lengkap. Dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah suatu langkah antisipatif dalam
proses penyusunan materi pelajaran secara sistematik dan terintegrasi. Bertujuan untuk
memperkecil kesenjangan yang terjadi pada masa tertentu untuk menentukan tujuan umum dan
tujuan khusus sehingga diharapkan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pengimplementasian Kurikulum Merdeka tidak dilaksanakan secara serentak dan masif,
mengacu pada kebijakan yang memberikan keleluasaan sekolah dalam mengimplentasikan
kurikulum. Pendataan kesiapan sekolah dalam Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM)
dilakukan oleh Kementerian Kebudayaan Riset dan Teknologi.6

3. Kajian Aksiologi

Memperbincangkan aksiologi tentu membahas dan membedah masalah nilai. Apa


sebenarnya nilai itu? Bertens menjelaskan nilai sebagai sesuatu yang menarik bagi
seseorang, sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang dicari, sesuatu yang dicari, sesuatu
yang disukai dan diinginkan.11 Pendeknya, nilai adalah sesuatu yang baik. Lawan dari nilai
adalah non-nilai atau disvalue. Ada yang mengatakan disvalue sebagai nilai negatif.
Sedangkan sesuatu yang baik adalah nilai positif. Hans Jonas, seorang filsuf Jerman-
Amerika, mengatakan nilai sebagai the addresse of a yes. Sesuatu yang ditujukan dengan ya.
Nilai adalah sesuatu yang kita iya-kan atau yang kita aminkan. Nilai selalu memiliki
konotasi yang positif

Implikasi aksiologi dalam dunia pendidikan adalah menguji dan mengintegrasikan nilai
tersebut dalam kehidupan manusia dan membinakannya dalam kepribadian peserta didik.
Memang untuk menjelaskan apakah yang baik itu, benar, buruk dan jahat bukanlah sesuatu
yang mudah. Apalagi, baik, benar, indah dan buruk, dalam arti mendalam dimaksudkan
untuk membina kepribadian ideal anak, jelas merupakan tugas utama pendidikan.
Pendidikan harus memberikan pemahaman/pengertian baik, benar, bagus, buruk dan
sejenisnya kepada peserta didik secara komprehensif dalam arti dilihat dari segi etika,
estetika, dan nilai sosial. Dalam masyarakat, nilai-nilai itu terintegrasi dan saling
berinteraksi. Nilai-nilai di dalam rumah tangga/keluarga, tetangga, kota, negara adalah nilai-
nilai yang tak mungkin diabaikan dunia pendidikan bahkan sebaliknya harus mendapat
perhatian.

Anda mungkin juga menyukai