Anda di halaman 1dari 7

ARTIKEL IDENTIFIKASI BENTUK ASAS DARI

KURIKULUM 2006

Disusun Guna Memenuhi Tugas Telaah Kurukulum Yang Diampuh

Oleh :

Agus Riyanto, M. Pd

Disusun Oleh :

JUNTANTI LUSIAWATI (1519500041)

KELAS : 4A / PBSI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2021
IDENTIFIKASI BENTUK ASAS DARI KURIKULUM 2006

1. Latar Belakang

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan yang mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara-cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan pengembangan kurikulum
adalah istilah yang komprehensif, yang mana didalamnya mencakup beberapa hal diantaranya
adalah: perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal
membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan
untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik.

Berbagai pendapat mengenai kurikulum telah dikemukakan oleh para ahli pendidikan.
Dalam PP No. 19 tahun 2005 tentang SNP dijelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu (2007:3)

Senada dengan pengertian di atas, Oemar Hamalik (1990:32) menyatakan bahwa kurikulum
adalah suatu alat yang amat penting dalam rangka merealisasi dan mencapai tujuan pendidikan
sekolah. Dalam arti luas kurikulum dapat diartikan sesuatu yang dapat mempengaruhi siswa,
baik dalam lingkungan sekolah maupun luar sekolah. Namun, kurikulum haruslah direncanakan
agar pengaruhnya terhadap siswa benar-benar dapat diamati dan diukur hasilnya. Adapun hasil–
hasil belajar tersebut haruslah sesuai dengan tujuan pendidikan yang diinginkan, sejalan dengan
nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat, relevan dengan kebutuhan sosial ekonomi dan sosial
budaya masyarakat, sesuai dengan tuntutan minat, kebutuhan dan kemampuan para siswa sendiri,
serta sejalan dengan dengan proses belajar para siswa yang menempuh kegiatan-kegiatan
kurikulum.

Sementara itu ,Oliver dalam Oliva (1982: 7-8) menyamakan kurikulum dengan program
pendidikan, dan membaginya ke dalam empat elemen dasar, yaitu: (1) program studi, (2)
program pengalaman, (3) program pelayanan, dan (4) kurikulum tersembunyi. Kurikulum
tersebunyi menurut Oliver adalah nilai-nilai yang diajukan sekolah, perhatian dari guru, tingkat
antusiasme para guru, dan iklim fisik serta sosial di sekolah.

Soedijarto mengemukakan bahwa kurikulum adalah segala pengalaman dan kegiatan belajar
yang direncanakan, diorganisasikan untuk ditaati para siswa untuk mencapai tujuan pendidikan
yang telah diterapkan untuk suatu lembaga pendidikan.
Dari beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa kurikulum merupakan seperangkat
pelajaran yang harus diberikan kepada siswa dengan metode tertentu dan pengalaman belajar
yang relevan dengan tujuan pembelajaran di bawah tanggung jawab sekolah. Kurikulum
merupakan keseluruhan hasil belajar yang direncanakan dan di bawah tanggung jawab sekolah.
Kurikulum tidak sekadar mempersoalkan sesuatu yang diajarkan, tetapi menyangkut pula
bagaimana sebuah mata pelajaran diajarkan, diorganisasikan menjadi pengalaman bermakna bagi
siswa.

Penerapan kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer
perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap
akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran,
tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu
sendiri. Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung
dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang. Seperti: politikus,
pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur – unsur masyarakat lainnya yang merasa
berkepentingan dengan pendidikan.

Kurikulum mengalami perubahan sesuai dengan berkembangnya zaman. Di Indonesia,


kurikulum sudah mengalami perubahan beberapa kali. Kurikulum di Indonesia diberi nama
sesuai dengan tahun mulai berlakunya. Misalnya kurikulum 1975, 1984, 1994, 2004, dan yang
termutakhir adalah kurikulum 2006 yang juga disebut KTSP.

Kurikulum 2006 atau yang dikenal dengan nama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) merupakan kurikulum operasional pendidikan yang disusun dan dilaksanakan di masing-
masing satuan pendidikan yang berlaku dewasa ini di Indonesia. KTSP diberlakukan mulai tahun
ajaran 2006/2007 yang menggantikan kurikulum 2004 (KBK). Kurikulum ini lahir seiring
dengan pemberlakuan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan
Nasional serta Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Salah satu perbedaan KTSP dibandingkan dengan kurikulum yang pernah berlaku sebelumnya di
Indonesia adalah terletak pada sistem pengembangannya. Kurikulum 2004 merupakan kurikulum
ujicoba yang berdasarkan kompetensi dihentikan dan digantikan dengan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) yang merupakan kurikulum berbasis kompetensis (KBK).

Implementasi KTSP sangat dipengaruhi oleh guru sebagai ujung tombak pelaksana
kurikulum. Sebaik apa pun kurikulum, tidak akan dapat dilaksanakan tanpa adanya kemampuan
guru dalam memahami dan menerapkannya dalam pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, guru
harus mampu mengembangkan KTSP dengan mempertimbangkan potensi sekolah, karakteristik
sekolah, sosial budaya masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik. Di samping itu,
dalam mengembangkan KTSP, guru harus memperhatikan asas-asas kurikulum agar KTSP
sesuai dengan asas-asas yang dijadikan dasar dalam pengembangan kurikulum secara umum.
Adapun asas-asas kurikulum akan dijelaskan pada bagian berikut.

2. Asas-asas Kurikulum

Guru, sebagai pengembang kurikulum dalam skala mikro, perlu memahami kurikulum dan
asas-asas yang mendasarinya. Nasution (2008:11-14) menjelaskan bahwa ada empat asas yang
mendasari pengembangan kurikulum. Keempat asas tersebut adalah:

a. Asas Filosofis

Sekolah bertujuan mendidik anak agar menjadi manusia yang “baik”. Faktor “baik” tidak
hanya ditentukan oleh nilai-nilai, cita-cita, atau filsafat yang dianut sebuah negara, tetapi juga
oleh guru, orang tua, masyarakat, bahkan dunia. Kurikulum mempunyai hubungan yang erat
dengan filsafat suatu bangsa, terutama dalam menentukan manusia yang dicita-citakan sebagai
tujuan yang harus dicapai melalui pendidikan formal. Kurikulum yang dikembangkan harus
mampu menjamin terwujudnya tujuan pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

Jadi, asas filosofis berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai dengan filsafat negara.
Perbedaan filsafat suatu negara menimbulkan implikasi yang berbeda di dalam merumuskan
tujuan pendidikan, menentukan bahan pelajaran dan tata cara mengajarkan, serta menentukan
cara-cara evaluasi yang ditempuh. Apabila pemerintah bertukar, tujuan pendidikan akan berubah
sama sekali. Di Indonesia, penyusunan, pengembangan, dan pelaksanaan kurikulum harus
memperhatikan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Garis-Garis Besar Haluan Negara
sebagai landasan filosofis negara.

Mengapa filsafat sangat diperlukan dalam dunia pendidikan? Menurut Nasution (2008: 28),
filsafat besar manfaatnya bagi kurikulum, yakni:

– filsafat pendidikan menentukan arah ke mana anak-anak harus dibimbing. Sekolah ialah suatu
lembaga yang didirikan oleh masyarakat untuk mendidik anak menjadi manusia dan warga
negara yang dicita-citakan oleh masyarakat itu. Jadi, filsafat menentukan tujuan pendidikan.

– dengan adanya tujuan pendidikan ada gambaran yang jelas tentang hasil pendidikan yang harus
dicapai, manusia yang bagaimana yang harus dibentuk.

– filsafat juga menentukan cara dan proses yang harus dijalankan untuk mencapai tujuan itu.
– filsafat memberikan kebulatan kepada usaha pendidikan, sehingga tidak lepas-lepas. Dengan
demikian terdapat kontinuitas dalam perkembangan anak.

– tujuan pendidikan memberikan petunjuk apa yang harus dinilai dan hingga mana tujuan itu
telah tercapai.

– tujuan pendidikan memberi motivasi dalam proses belajar-mengajar, bila jelas diketahui apa
yang ingin dicapai.

b. Asas Psikologi Anak dan Psikologi Belajar

1) Psikologi Anak

Sekolah didirikan untuk anak, untuk kepentingan anak, yakni menciptakan situasi-situasi
yang memungkinkan anak dapat belajar mengembangkan bakatnya. Selama berabad-abad, anak
tidak dipandang sebagai manusia yang lain daripada orang dewasa. Hal ini tampak dari
kurikulum yang mengutamakan bahan, sedangkan anak “dipaksa” menyesuaikan diri dengan
bahan tersebut dengan segala kesulitannya. Padahal anak mempunyai kebutuhan sendiri sesuai
dengan perkembangannya. Pada permulaan abad ke -20, anak kian mendapat perhatian menjadi
salah satu asas dalam pengembangan kurikulum. Kemudian muncullah aliran progresif, yakni
kurikulum yang semata-mata didasarkan atas minat dan perkembangan anak (child centered
curiculum). Kurikulum ini dapat diapandang sebagai reaksi terhadap kurikulum yang diperlukan
orang dewasa tanpa menghiraukan kebutuhan anak.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kurikulum adalah:

- Anak bukan miniatur orang dewasa

- Fungsi sekolah di antaranya mengembangkan pribadi anak seutuhnya.

- Faktor anak harus benar-benar diperhatikan dalam pengembangan kurikulum

- Anak harus menjadi pusat pendidikan/sebagai subjek belajar dan bukan objek belajar.

- Tiap anak unik, mempunyai ciri-ciri tersendiri, lain dari yang lain. Kurikulum hendaknya
mempertimbangkan keunikan anak agar ia sedapat mungkin berkembang sesuai dengan
bakatnya.
- Walaupun tiap anak berbeda dari yang lain, banyak pula persamaan di antara mereka. Maka
sebagian dari kurikulum dapat sama bagi semua.

2) Psikologi Belajar

Pendidikan di sekolah diberikan dnegan kepercayaan dan keyakinan bahwa anak-anak dapat
dididik, dpat dipengaruhi kelakuannya. Anak-anak dapat belajar, dapat menguasai sejumlah
pengetahuan, mengubah sikapnya, menerima norma-norma, menguasai sejumlah keterampilan.
Soal yang penting ialah: bagaimana anak itu belajar? Kalau kita tahu betul bagaimana proses
belajar berlangsung, dalam keadaan yang bagaimana belajar itu memberikan hasil sebaik-
baiknya, maka kurikulum dapat direncanakan dan dilaksanakan dengan cara seefektif-efektifnya.

Oleh sebab belajar itu ternyata suatu proses yang pelik dan kompleks, timbullah berbagai
teori belajar yang menunjukkan ketidaksesuaian satu sama lain. Pada umumnya tiap teori
mengandung kebenaran. Akan tetapi tidak memberikan gambaran tentang keseluruhan prooses
belajar. Jadi, yang mencakup segala gejala belajar dari yang sederhana sampai yang paling pelik.
Dengan demikian, teori belajar dijadikan dasar pertimbangan dalam pengembangan kurikulum.

Pentingnya penguasaan psikologi belajar dalam pengembangan kurikulum antara lain


diperlukan dalam hal:

– seleksi dan organisasi bahan pelajaran

– menentukan kegiatan belajar mengajar yang paling serasi

– merencanakan kondisi belajar yang optimal agar tujuan belajar tercapai. (Nasution, 2008:57)

3. Asas Sosiologis

Anak tidak hidup sendiri terisolasi dari manusia lain. Ia selalu hidup dalam suatu
masyarakat. Di situ, ia harus memenuhi tugas-tugas yang harus dilakukannya dengan penuh
tanggung jawab, baik sebagai anak maupun sebagai orang dewasa kelak. Ia banyak menerima
jasa dari masyarakat dan ia sebaliknya harus menyumbangkan baktinya bagi kemajuan
masyarakat.

Tiap masyarakat mempunyai norma-norma, adat kebiasaan yang harus dikenal dan
diwujudkan anak dalam pribadinya, lalu dinyatakannya dalam kelakuan. Tiap masyarakat
berlainan corak nilai-nilai yang dianutnya. Tiap anak akan berbeda latar belakang kebudayaanya.
Perbedaan ini harus dipertimbangkan dalam kurikulum. Selain itu, perubahan masyarakat akibat
perkembangan iptek merupakan faktor yang benar-benar harus dipertimbangkan dalam
pengembangan kurikulum. Karena masyarakat merupakan faktor penting dalam pengembangan
kurikulum, masyarakat dijadikan salah satu asas.

d. Asas Organisatoris

Asas ini berkenaan dengan masalah bagaimana bahan pelajaran akan disajikan. Apakah
dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah, ataukah diusahakan adanya hubungan antara
pelajaran yang diberikan, misalnya dalam bentuk broad field atau bidang studi seperti IPA, IPS,
Bahasa, dan lain-lain. Ataukah diusahakan hubungan secara lebih mendalam dengan
menghapuskan segala batas-batas mata pelajaran (dalam bentuk kurikulum terpadu). Penganut
ilmu jiwa asosiasi akan memilih bentuk organisasi kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran,
sedangkan penganut ilmu jiwa gestalt akan cenderung memilih kurikulum terpadu.

3. Simpulan

Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan
pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara sistemik atas
dasar norma-norma yang berlaku dan dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga
kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan tertentu. Kurikulum selalu berkembang
sesuai dengan perkembangan zaman. Namun begitu, kurikulum tetap mempunyai landasan/asas
dan prinsip-prinsip dalam pengembangannya.

Diantara landasan/asas pengembangan kurikulum adalah Landasan filosofis, landasan


psikologis, landasan sosial budaya dan landasan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang
perlu diperhatikan.

DAFTAR PUSTAKA

Mulyasa, E. 2007. KurikulumTingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.


Nasution, S. 2008. Asas-asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.
Tim Pustaka Yustisia. 2007. Panduan Lengkap KTSP. Jogjakarta: Pustaka Yustisia.
Sumber : http://tonipurwakarta.blogspot.com/2009/01/azas-azas-kurikulum.html
https://anggaradian.wordpress.com/2012/02/26/asas-asas-kurikulum/

Anda mungkin juga menyukai