Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 2

RESUME URGENSI KURIKULUM LEMBAGA PAUD & SEJARAH


PERKEMBANGAN KURIKULUM INDONESIA

Nama : Sulhu Sila Adilsyah


NIM : 1105620003
Kelas : PGPAUD A 2020
Mata Kuliah : Konsep Dasar Kurikulum
Dosen Pengampu : Dr. Hapidin, M.Pd.
Rahmah Novianti, S.Pd., M.Pd.

Urgensi Kurikulum Lembaga PAUD

Dalam pembahasan mengenai hakikat kurikulum, terdapat urgensi kurikulum khususnya


bagi lembaga PAUD yang dibahas melalui ragam perspektif akan pentingnya kurikulum. Perpektif
akan pentingnya kurikulum itu sendiri merupakan cara pandang, cara melihat, dan menganalisis
pentingnya suatu dokumen kurikulum. Beberapa perpektif tersebut di antaranya, yaitu:

 Perspektif Kebutuhan dan Perkembangan


 Perspektif Neurologi
 Perspektif Hukum
 Perspektif Ilmu dan Praktik PAUD
 Perspektif Sosial dan Budaya

Perspektif kebutuhan dan perkembangan itu berkaitan dengan kebutuhan anak yang perlu
diberikan melalui pengalaman bermain guna meningkatkan lima aspek perkembangan dalam diri
mereka. Selain itu, terdapat juga perspektif perkembangan anak usia dini yang perlu diperhatikan
saat menyusun pengalaman bermain dalam kurikulum, yaitu di mana anak usia dini bersifsat
egosentris, memiliki rasa ingin tahu yang besar, merupakan makhluk sosial, bersifat unik, berada
pada masa fantasi, dan memiliki konsentrasi yang pendek.
Kemudian, dalam perspektif neurologi yang berkaitan dengan otak dan syaraf, kita perlu
mengetahui bagaimana cara otak anak usia dini bekerja, serta bagaimana kemampuan dan
kapasitas otak di usia dini. Jadi, dalam penyusunan kurikulum perlu adanya kegiatan dan
pengalaman bermain dengan memberikan stimulus secara langsung untuk mengaktifkan tiap panca
indera anak. Sehingga pengalaman yang diberikan akan berkesan dan anak mengalami yang
disebut dengan belajar bermakna. Sedangkan dalam perpektif yuridis, penyusunan kurikulum
perlu memerhatikan peraturan yang sudah dibuat dalam Permendiknas No. 58/2009,
Permendikbud No. 137/2014, struktur program kegiatan PAUD, lingkup materi standar isi, dsb.

Perkembangan menjadi salah satu sasaran konsep utama yang menjadi pijakan dalam
pengembangan kurikulum. Penyusunan acauan konsep perkembangan harus berpadu antara acuan
konsep teoritik (referensial) dan analisis empirik melalui studi perkembangan di Indonesia.

Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia

Sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada
tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, 2013, dan 2022 dengan kurikulum
merdeka. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem
politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat. Pada dasarnya, dalam undang-
undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, dokumen kurikulum merupakan tugas yang
disusun oleh profesi pendidik, tanpa ikut campur negara, baik yang sifatnya meso maupun mikro
(langsung dengan RPPH, media, dan materi).

Berkaitan dengan itu, mulai di tahun 1994, kurikulum 1994 mengalami penyempurnaan
sebaagai respon terhadap perubahan struktural dalam pemerintahan dari sentralistik menjadi
desentralistik dengan dilaksanakannya UU No. 22 dan 25 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah.
Kurikukum yang dikembangkan saat itu diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk
melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar performance yang telah
ditetapkan.

Namun, Kurikulum Berbasis Kompetensi kemudian diberhentikan dan dianggap layu


sebelum berkembang. Hal ini berkaitan dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan
tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu:

1. Standar isi
2. Standar proses
3. Standar kompetensi lulusan
4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan
5. Standar sarana dan prasarana
6. Standar pengelolaan
7. Standar pembiayaan
8. Standar penilaian pendidikan.

Kurikulum sendiri dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, maka dengan terbitnya Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pemerintah telah menggiring pelaku pendidikan untuk
mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk kurikulum tingkat satuan pendidikan, yaitu
kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan.

Maka, lahirlah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang sayangnya dianggap
sebagai kurikulum buatan pemerintah. Padahal, KTSP merupakan kebijakan kurikulum
pemerintah yang mendelegasikan urusan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan dengan
memberikan kewenangan kepada profesi guru untuk menyusun dokumen kurikulum sendiri
berlandaskan dengan National Standar yang sudah dibuat tadi.

Namun kemudian, KTSP dievaluasi karena kesalahpahaman tersebut yang menyebabkan


banyaknya plagiarisme kurikulum dalam tingkat satuan pendidikan. Maka, dibuatlah kurikulum
reference, atau K-13. Kurikulum 2013, yaitu kurikulum yang menjadi rujukan bagi tingkat satuan
pendidikan yang belum bisa membuat kurikulum sendiri. Namun, sayangnya lagi banyak
instruktur nasional yang membuat K-13 seakan-akan menjadi kurikulum nasioanal buatan
pemerintah yang bersifat sentralistik, serta membuat KTSP seolah-olah diberhentikan dan
menghilang, padahal nyatanya tidak.
Selanjutnya kurikulum 2013 dievaluasi karna masih banyak kekurangan di dalamnya,
sehingga dibuatlah kurikulum merdeka yang lebih mengarah pada National Standar, yaitu
bagaimana meracik Permendikbud nomor 57 dan 58 tahun 2022 menjadi dokumen kurikulum
merdeka tentang standar pendidikan nasional dan Pedoman Penerapan Kurikulum dalam rangka
Pemulihan Pembelajaran. Di mana terdapat beberapa pilihan implementasi dari kukrikulum
merdeka bagi satuan pendidikan dalam menggunakan kurikulum, yaitu:

 Tipe A (Mandiri Belajar)


Masih menggunakan kurikulum lama seperti K-13, sekaligus mencoba konsep yang
ada pada kurikulum merdeka. Contohnya penerapan pembelajaran project yang diambil
dari kurikulum 2013
 Tipe B (Mandiri Berubah)
Sepenuhnya mengubah kurikulum 2013 ke arah konsep-konsep yang
direkomendasikan di kurikulum merdeka
 Tipe C (Mandiri Berbagi)
Sudah memiliki dan memiliki kurikulum sendiri berdasarkan standar nasional dan siap
untuk dibagian ke lembaga pendidikan lain

Menarik kesimpulan dari sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia ini, yaitu


bahwasanya masih terdapat kesinambungan antar kurikulum sekaligus kesalahpahaman dalam
proses berkembangnya kurikulum di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai