Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dengan terbitnya Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas), keberadaan pendidikan usia dini diakui secara sah. Hal itu
terkandung dalam bagian tujuh, pasal 28 ayat 1-6, di mana pendidikan anak usia
dini diarahkan pada pendidikan pra-sekolah yaitu anak usia 0-6 tahun. Menurut
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisidiknas menyatakan bahwa yang dimaksud
pendidikan usia dini adalah:
“Suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan
usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.
Sejak saat itulah, perkembangan pendidikan Anak Usia Dini tumbuh dengan
pesat, baik secara kuantitas maupun kualitas pelayanan pendidikannya.
Pendidikan usia dini tidak hanya terbatas pada Taman Kanak-Kanak (TK) sebagai
pendidikan prasekolah formal, tetapi mencakup kegiatan lainnya, seperi
Kelompok Bermain, Tempat Penitipan Anak, PAUD Sejenis dan lainnya.
Kesadaran masyarakat untuk memberikan pendidikan di usia dini mulai
meningkat walaupun belum mencapai apa yang diharapkan.
Hal itu dapat dilihat dari data yang dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan TK
dan SD, yang mengungkapkan bahwa pada tahun 2007 Angka Partisipasi Kasar
(APK) PAUD/TK  baru mencapai 26,68% dan sebagian besar pendidikan anak
usia dini (PAUD) diselenggarakan oleh masyarakat (Swasta) yakni sekitar 98,7%.
Hal itu menyiratkan bahwa terdapat masalah-masalah yang harus dikaji lebih jauh
di antaranya masih lemahnya peran pemerintah dalam mengembangkan PAUD
serta maih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan di
usia dini.
Selain itu, “ekspektasi” masyarakat yang terlalu tinggi terhadap aspek
kemampuan kognitif anak menyebabkan arah pengembangan pendidikan
anak usia dini dewasa ini dianggap masih kurang tepat.  PAUD pada hakekatnya

1
adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan seluruh potensi anak baik
potensi kognitif, afektif maupun psikomotorik dengan cara-cara yang sesuai
dengan masa perkembangannya, di antaranya belajar sambil bermain.
Oleh karena itu, upaya memberikan pemahaman yang tepat kepada masyarakat
tentang komponen-komponen pendidikan anak usia dini perlu dilakukan.
Komponen PAUD antara lain meliputi prinsip-prinsip dasar PAUD, kurikulum,
proses pembelajaran dan evaluasi. Kajian terhadap komponen-komponen PAUD
perlu dilakukan untuk lebih memahami hakekat PAUD itu sendiri, sehingga bagi
pendidik anak usia dini proses pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan
tujuan dan kaidah-kaidah pendidikan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menilai pembahasan terhadap kurikulum
PAUD perlu dilakukan baik melalui kajian kepustakaan maupun pengalaman
penulis dalam mengelola program PAUD.1

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah Pengertian Kurikulum?
2.      Apa Saja Macam-Macam Kurikulum?
3.      Apakah Fungsi Kurikulum?
4.      Apa Saja Ruang Lingkup Kurikulum?

C.    Tujuan
1.      Untuk Mengetahui Pengertian Kurikulum
2.      Untuk Mengetahui Macam-Macam Kurikulum
3.      Untuk Mengetahui Fungsi Kurikulum
4.      Untuk Mengetahui Ruang Lingkup Kurikulum

1 http://hidayatsoeryana.wordpress.com/2008/05/05/kerangka-dasar-kurikulum-paud-
lengkap/

2
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Kurikulum
Istilah ”Kurikulum” memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-pakar
dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dengan dewasa ini.
Tafsiran-tafsiran tersebut berbeda-beda satu dengan yang lainnya, sesuai dengan
titik berat inti dan pandangan dari pakar bersangkutan. Istilah kurikulum  berasal
dari bahasa latin, yakni ”Currikculae”, artinya jarak yang harus ditempuh oleh
seorang pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu
pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk meroleh ijazah.
Dengan menempuh suatu kurikulum, siswa dapat memperoleh ijazah. Dalam hal
ini ijazah pada hakikatnya merupakan suatu bukti bahwa sisiwa telah menempuh
kurikulum yang berupa rencana pelajaran, sebagaimana halnya seorang pelari
telah menempuh suatu jarak antar satu tempat ketempat lainnya dan akhirnya
mencapai finish. Dengan kata lain, kurikulum dianggap sebagai jembatan yang
sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh
perolehan suatu ijazah tertentu.2
Kurikulum merupakan seperangkat panduan yang mengatur isi program
pendidikan sebagai acuan dalam proses pembelajaran dan penyelenggaraan
pendidikan. Kurikulum ini dapat merujuk pada  PKB-TK 94 (program kegiatan
belajar TK) atau bisa juga merujuk pada kurikulum terbaru, yakni KBK 2004
yang disempurnakan menjadi KTSP 2006.3 Secara sederhana, kurikulum dapat
dimaknai sebagaai perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga
penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan
kepada peserta pelajaran dalam satu preriode pendidikan dan jejang tertentu.
Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesusaikan dengan keadaan dan
kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaran pendidikn tersebut.
Kurikulum sebagai arahan muatan pendidikan juga perlu disusun dengan baik.
Meski setiap sekolah taman kanak-kanak dapat menyusun kurikulum sendiri

2 Muhammad Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Manajemen


Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008), hlm. 77.
3 Suyadi, Manajemen PAUD, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011 ), hlm. 19.

3
bukan berarti bisa asal-asal tampa sistematika dan tujuan yang jelas. Para akhli
menyarankan agar ruang lingkup kurikulum TK  hendaklah mengikuti 6 aspek
perkembangan yaitu : moralitas dan nilai-nilai agama, sosial, emosional, dan
kemandirian, kemampuan berbahasa, kognitif, fisik/motorik, dan seni.4
Kurikulum adalah seperangkat kegiatan belajar melalui bermain yang dapat
memberikan pengalaman langsung bagi anak dalam rangka mengembangkan yang
dimiliki oleh setiap anak.5
Dari berbagai pengertian kurikulum, Ali, M (1984) mengkategorikannya kedalam
tiga pengartian, yaitu (1) Kurikulum sebagai rencana belajar peserta didik (2)
Kurikulum sebagai rencana pembelajaran, dan (3) Kurikulum sebagai pengalaman
belajar yang diperoleh peserta didik.
Pengertian lain tentang kurikulum diungkap dalam Undang-Undang no. 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan digunakan dalam Peraturan
Pemerintah no. 19 tahun 2005 yang merumuskan bahwa kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, materi/isi atau bahan
pelajaran serta metode cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.6

B.       Macam-Macam Kurikulum
Dalam kurikulum nasional, semua program belajar sufah baku, dan siap untuk
digunakan oleh pendidik atau guru. Kurikulim yang demikian sering bersifat
resmi dan dikenal dengan nama ideal curriculum, yakni kurikulum yang masih
berbentuk cita-cita. Kurikulum yang masih berbentuk cita-cita ini masih perlu
dikembangkan menjadi kurikulum yang berbentuk pelaksanaan, atau sering
dikenal dengan actual curriculum, yakni kurikulum yang dilaksanakan oleh
pendidik dalam proses belajar mengajar.
Dalam menyusun kurikulum, sangatlah tergantung pada asas organisatoris, yakni
bentuk penyajian bahan pelajaran atau organisasi kurikulum. Ada tiga pola

4 Partini, Pengantar Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta:Grafindo Lentera Media,


2010), hlm. 46-47.
5 Yuliana Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: PT.Indeks,
2011), hlm. 207
6 Munir, Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, (Bandung: Alvabeta,
2008), hlm. 28-29

4
organisasi kurikulum, yang dikenal juga dengan sebutan macam-macam
kurikulim atau tipe-tipe kurikulum. Macam-macam kurikulum tersebut adalah:
1.       Separated Subjek Curriculum
Kurikulum ini dipahami sebagai kurikulum matapelajaran yang terpisah satu sama
lainnya. Kurikulum mata pelajaran terpisah (separated subject currikulum) berarti
kurikulumnya dalam bentuk matapelajaran yang terpisah-pisah, yang kurang
mempunyai keterkaitan dengan matapelajaran lainnya. Konsekuensinya, anak
didik harus semakin banyak mengambil mata pelajaran.
Tyler dan Alexandermenyebutkan bahwa jenis kurikulum ini digunakan
dengan scool subject, dan sejak beberapa abad hingga saat ini pun masih banyak
didapatkan di berbagai lembaga pendidikan. Kurikulum ini terdiri dari
matapelajaran-matapelajaran yang tujuan pelajarannya adalah anak didik harus
menguasai bahan dari tiap-tiap matapelajaran yang telah ditentukan secara logis,
sistematis, dan mendalam (Soetopo & Soemanto, 1993: 78).7
Kurikulum matapelajaran dapat menetapkan syarat-syarat minimum yang harus
dikuasai anak, sehingga anak didik bisa naik kelas. Biasanya bahan pelajaran
dan textbook  merupakan alat dan sumber utama pelajaran. Kurikulum
matapelajaran atau subject curriculum terdiri dari matapelajaran (subject) yang
terpisah-pisah, dan subject itu merupakan himpunan pengalaman dan pengetahuan
yang diorganisasikan secara logis dan sistematis oleh para ahli kurikulum
(experts).
2.       Correlated Curriculum
Kurikulum jenis ini mengandung makna bahwa sejumlah matapelajaran
dihubungkan antara yang satu dengan yang lain, sehingga ruang lingkup bahan
yang tercakup semakin luas. Sebagai contoh, pada matapelajaran fiqh dapat
dihubungkan dengan matapelajaran Al-Quran dan Hadist. Pada saat anak didik
mempelajari shalat, dapat dihubungkan degan pelajaran Al-Quran (surat Al-
Fatihah, dan surat lainnya) dan hadist yang berhubungan dengan shalat, dan lain
sebagainya.
Masih banyak cara lain menghubungkan pelajaran dalam kegiatan kurikulum.
Korelasi tersebut dengan memerhatikan tipe korelasinya, yakni:

7 Abdullah ldi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Ar-Ruzz


Media, 2007), hlm. 141-142.

5
a.       Korelasi okkasional/insidental, maksudnya korelasi dilaksanakan secara tiba-
tiba atau insidental. Misalnya: pada pelajaran sejarah dapat dibicarakan tentang
geografi dan tumbuh-tumbuhan.
b.      Korelasi etis, yang bertujuan mendidik budi pekerti sehingga konsentrasi
pelajarannya dipilih pendidikan Agama. Misalnya pada Pendidikan  Agama itu
dibicarakan cara-cara menghormati: tamu, orang tua, tetangga, kawan, dan lain
sebagainya.
c.       Korelasi sistematis, yang mana korelasi ini biasanya direncanakan oleh guru.
Misalnya: bercocok tanam padi dibahas dalam geografi dan ilmu tumbuh-
tumbuhan.
3 Correlated Curriculum
Kurikulum Broad Fields kadang-kadang disebut kurikulum fusi. Taylor dan
Alexander menybutkan dengan sebutan The Broad Fields of Subject Matter.
Broad Fields menghapuskan batas-batas dan menyatukan matapelajaran (subject
matter) yang berhubungan erat. Hilda Taba mengatakan bahwa The broad fields
curriculum is essentially an effort to automatization of curriculum by combining
several specific areas large fields (The broad fieldscurriculum adalah usaha
meningkatkan kurikulum dengan mengombinasikan beberapa matapelajaran).
Sebagai contoh: sejarah, geografi, ilmu ekonomi, dan ilmu politik disatukan
menjadi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Phenik adalah orang yang mencetuskan tipe organisasi broad fields ini. Keinginan
Phenik adalah agar pendidik mengerti jenis-jenis arti perkembangan kebudayaan
yang efektif; mengerti manfaat yang didapakan dari berbagai ragam disiplin ilmu;
dan upaya mendidik anak agar menghasilkan suatu masyarakat
yang civilized (beradab).
Phenik mengemukakan lima dasar logikanya yang kemudian menghasilkan
ilmu broad fields berikut:
a.        Symbies: Bahasa Matematika, dan bentuk-bentuk Simbol Non Diskursif.
b.       Experics: Musik, Seni Gerak, Sastra, Agama, dan lain sebagainya.
c.        Syunnetics: Filsafat, Psikologi, Sastra, Agama, dan lain sebagainya.
d.       Ethics: berbagai aspek moral dan tata adab.

6
Soetopo & soemanto (1993: 78) mengemukakan bahwa keunggulan
kurikulum broad fields adalah adanya kombinasi matapelajaran sehingga
manfaatnya akan semakin dirasakan, dan memungkinkan adanatapelajaran
sehingga manfaatnya akan semakin dirasakan, dan memungkinkan adanya
matapelajaran yang kaya akan pengertian dan mementingkan prinsip dasar serta
generalisasi.
Sedangkan kelemahannya adalah hanya memberikan pengetahuan secara sketsa,
abstrak, dan kurang logis dari satu matapelajaran.8
4.       Integrated Curriculum
Kurikulum terpadu (integrated curriculum) merupakan suatu produk dari usaha
pengintegrasian bahan pelajaran dari berbagai macam pelajaran. Integrasi
diciptakan dengan memusatkan pelajaran pada masalah tertentu yang memerlukan
solusinya dengan materi atau bahan dari berbagai disiplin atau matapelajaran.
Kurikulum jenis ini membuka kesempatan yang lebih banyak untuk melakukan
kerja kelompok, masyarakat dan lingkungan sebagai sumber belajar,
mementingkan perbedaan individual anak didik, dan dalam perencanaan pelajaran
siswa diikutsertakan. Kurikulum terpadu sangat menguntamakan agar anak didik
dapat memiliki sejumlah pengetahuan secara fungsional dan mengutamakan
proses belajarnya. Yang dimaksudkan cara memperoleh ilmu secara fungsional
adalah karena ilmu tersebut dikelompokkan berhubungan dengan usaha
memecahkan masalah yang ada. Sebagai contoh, dengan belajar membuat, anak
didik sekaligus mempelajari hal-hal lain yang berkaitan dengan listrik, siaran,
penerimaan, dan sebagainya (Nasution, 1993: 111).
Integrated Curriculum mempunyai ciri yang sangat fleksibel dan tidak
menghendaki hasil belajar yang sama dari semua anak didik. Guru, orangtua, dan
anak didik merupakan komponen-komponen yang bertanggung jawab dalam
proses pengembangannya. Di sisi lain, kurikulum ini juga mengalami kesulitan-
kesulitan bagi anak didik, terutama apabila dipandang dari ujian atau tes akhir
atau tes masuk yang uniform. Sebagai persiapan studi perguruan tinggi yang
memerlukan pengetahuan yang logis dan sistematis, kurikulum jenis ini akan
mengalami kekakuan. Meskipun demikian, selama percobaan delapan tahun

8 Abdullah ldi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, hlm. 143-145

7
(1932-1940) dengan kurikulum terpadu ini, anak didik dapat mengikuti pelajaran
dengan baik dan tidak kalah dengan prestasi anak didik lain yang menggunakan
kurikulum konvesional, dan justru mereka memiliki nilai tambah dalam hal
perkembangan dan kemantapan kepribadian serta dalam aktivitas sosial
kemasyarakatan.9

C.       Fungsi Kurikulum
Fungsi kurikulum dijelaskan oleh Hendyat Soetopo dan Soemanto (1986)
membagi fungsi kurikulum menjadi 7 bagian yaitu:
1.      Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Maksudnya
bahwa kurikulum merupakan suatu alat atau usaha untuk mencapai tujuan-tujuan
pendidikan yang diinginkan oleh sekolah yang dianggap cukup tepat dan penting
untuk dicapai. Dengan kata lain bila tujuan yang diinginkan tidak tercapai maka
orang cenderung untuk meninjau kembali alat yang digunakan untuk mencapai
tujuan tersebut.
2.      Fungsi kurikulum bagi anak.
Maksudnya kurikulum sebagai organisasi belajar tersusun yang disiapkan untuk
siswa sebagai salah satu konsumsi bagi pendidikan mereka dengan begitu
diharapkan akan mendapat sejumlah pengalaman baru yang kelak kemudian hari
dapat dikembangkan seirama dengan perkembangan anak.
3.      Fungsi kurikulum bagi guru.
Ada tiga macam yaitu:
a) Sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir pengalaman
belajar bagi anak didik.
b) Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan
anak dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan .
c) Berbagai pedoman dalam mengatur kegiatan pendidikan dan pengajaran.10

4.      Fungsi bagi kepala sekolah dan pembina sekolah.


Dalam arti: pertama sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi supervisi yaitu
memperbaiki situasi belajar, kedua sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi

9 Abdullah ldi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, hlm. 146-147.


10 Muhammad Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, hlm.83

8
supervisi dalam menciptakan situasi untuk menunjang situasi belajar anak kearah
yang lebih baik, ketiga sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi
dalam memberikan bantuan kepada guru untuk memperbaiki situasi mengajar,
keempat sebagai pedoman untuk mengembangkan kurikulum lebih lanjut, kelima
sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi pengajuan kemajuan belajar
mengajar.

5.      Fungsi kurikulum bagi orang tua murid.


Maksudnya orang tua dapat turut serta dalam memajukan putra putrinya, bantuan
orang tua ini dapat melalui konsultasi langsung sedangkan sekolah atau guru dana
dan sebagainya.

6.      Fungsi kurikulum segi sekolah pada tingkatan diatasnya.


Ada dua jenis yang berkaitan dengan fungsi ini yaitu pemeliharaan keseimbangan
proses pendidikan dan penyiapan tenaga guru.

7.      Fungsi kurikulum bagi masyarakat dan pemakai lulusan sekolah.


Sekurang-kurangnya ada dua hal yang bisa dilakukan dalam fungsi ini yaitu
pemakai lulusan ikut memberikan bantuan guna memperlancar pelaksanaan
program pendidikan yang membutuhkan kerja sama dengan pihak orang tua atau
masyarakat dan ikut memberikan kritik dan saran yang membantu dalam rangka
menyempurnakan progam pendidikan disekolah agar bisa lebih serasi dengan
kebutuhan masyarakat dalam bekerja.11

D. Ruang Lingkup kurikulum


1. Kalender Pendidikan
. Kalender Pendidikan ini Disusun sebagai pedoman bagi guru didalam
memanfaatkan hari efektif.Tata tertib, aturan – aturan dan Kalender Pendidikan
 Surat Keputusan Penetapan Kalender Pendidikan
 Kalender Pendidikan

11 Muhammad Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, hlm.83-85

9
2. Program Tahunan (PROTA)
Program tahunan disusun oleh lembaga berisi tentang rencana kegiatan penerapan
kurikulum yang mendukung perkembangan dan belajar anak secara holistik-
integratif (baik secara langsung, maupun tidak langsung), yang akan dilaksanakan
dari awal tahun ajaran hingga akhir tahun ajaran terdiri dari:
a. Kegiatan yang terkait dengan kurikulum dan pelaksanaan pembelajaran
(awal-akhir bulan, awal-akhir semester, awal-akhir TA)
b. Kegiatan penunjang kurikulum (mendatangkan nara sumber, mengunjungi
tempat yang terkait dengan tema, kegiatan bazaar anak, pentas seni anak,
dll)
c. Kegiatan ke-orang tuaan/parenting yang mendukung kurikulum/
pembelajaran (pertemuan orang tua, hari konsultasi, dll
d. Untuk mentransfer bidang-bidang pengembangan ini kepada anak dalam
rangka mencapai tujuan yang ada dalam kurikulum perlu dibuat dan di susun

3. PROSEM ( Perencanaan Semester )


Perencanaan program semester berisi daftar tema satu dan sub tema dalam satu
semester , serta Kompetensi Dasar yang dipilih pada tema tersebut, termasuk
alokasi waktu setiap tema dengan menyesuaikan hari efektif kalender pendidikan
yang bersifat fleksibel. Penentuan tema dapat dikembangkan oleh satuan PAUD
atau mengacu pada contoh tema yang ada dalam Panduan
Cara Penyusunan Program Semester
a. Tema dan sub tema dikembangkan berdasarkan potensi satuan PAUD,
minat anak, atau diambil dari contoh yang terdapat dalam Panduan.
b. KD diambil dari struktur kurikulum yang paling sesuai dengan tema-
sub tema yang ditetapkan.
c. Alokasi waktu ditetapkan sesuai dengan kedalaman dan keluasan yang
ingin dicapai sesuai dengan potensi satuan PAUD Alokasi waktu minimal
untuk satu semester adalah 17 minggu @ 900 menit perminggu.

4. RPPM ( Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan )


Perencanaan program mingguan merupakan rencana kegiatan yang disusun

10
untuk pembelajaran selama satu minggu.
Penyusunan RPPM memperhatikan hal-hal berikut:
a. Diturunkan dari program semester
b. Berisi sub tema,materi/muatan pembelajaran dan rencana kegiatan
(memuat pembisaan dan kegiatan main)
c. Materi/muatan pembelajaran adalah konsep yang berupa
sikap,pengetahuan dan keterampilan yang ingin dibangun pada anak.
d. Materi/muatan pembelajaran dikembangkan dari KD dan tema yang telah
dipilih.
e. Anak belajar optimal bila terjadi pengulangan. Karenanya Kompetensi
Dasar dalam satu tema akan digunakan oleh seluruh sub tema sampai tema
dan sub tema selesai di bahas.
Cara penyusunan RPPM:
a. Tuliskan Identitas Program
o Smester/ bulan/ minggu
o Tema
o Kelompok sasaran
o Kompetensi dasar
b. Mengembangkan rencana mingguan
o Nomor urut diisi sesuai urutan
o Sub tema diambil dari bagian tema di program semester
o Materi/muatan pembelajaran diturunkan dari pengetahuan yang akan
dikenalkan sesuai KD
o Rencana kegiatan diisi dengan jenis kegiatan yang akan dilakukan anak
selama satu minggu.

5. RPPH ( Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian )


Rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) adalah perencanaan program
harian yang akan dilaksanakan oleh pendidik/pengasuh pada setiap hari atau
sesuai dengan program lembaga. Komponen RPPH, antara lain: tema/sub
tema/sub-sub tema, alokasi waktu, hari/tanggal, kegiatan pembukaan, kegiatan
inti, dan kegiatan penutup.

11
Cara Penyusunan RPPH:
a. Disusun berdasarkan kegiatan mingguan.
b. Pilih beberapa kegiatan yang ada di RPPM
c. Sesuaikan dengan pendekatan yang digunakan oleh lembaga (area, sentra
atau sudut)
d. Kegiatan harian berisi kegiatan pembuka, inti, dan penutup.
e. Pelaksanaan pembelajaran dalam satu hari dilaksanakan sesuai dengan
prinsip-prinsip pembelajaran.
f. Penyusunan kegiatan harian disesuaikan dengan kondisi satuan pendidikan
masing-masing dan menggunakan pendekatan saintifik.
g. Kegiatan harian dapat dibuat oleh satuan pendidikan dengan format sesuai
kebutuhan masing-masing.

6. Penilaian Perkembangan Anak


Penilaian merupakan proses mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi
secara sistematis, terukur, berkelanjutan, menyeluruh tentang tumbuh kembang
yang telah dicapai peserta didik selam kurun waktu tertentu. Penilaian mencakup
seluruh lingkup perkembangan yang terkait dengan Kompetensi Dasar (KD) yang
terdiri dari empat ranah, yakni: kompetensi sikap spiritual, sikap sosial,
pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan usia dan tahap perkembangan anak.
Penilaian dilakukan oleh guru dengan menggunakan pendekatan otentik dengan
teknik observasi, catatan anecdote, hasil karya, unjuk kerja dan portofolio.
Tujuan penilaian adalah untuk mengetahui sejauh mana perubahan sikap dan
perilaku anak-anak setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Kegiatn penilaian
dilakukan oleh pendidik secara berkesinambungan dan terus menerus agar
perubahan sikap dan perilaku anak dapat dilihat secara utuh. Adapun prinsip
penilaian yang dimiliki oleh yaitu:
1. Menyeluruh, artinya penilaian hendaknya mencakup aspek proses dan
hasil penanaman sikap yang secara bertahap menggambarkan perubahan
sikap dan perilaku anak.
2. Berkesinambungan, artinya penilaian dilakukan secara berencana,
bertahap dan terus menerus untuk memperoleh gambaran menyeluruh

12
terhadap hasil penanaman sikap kebangsaan.
3. Obyektif, penilaian dilakukan seobyektif mungkin sesuai dengan apa yang
dialami atau terjadi pada diri anak dengan memperhatikan perbedaan
keunikan masing-masing individu.
4. Mendidik, artinya hasil penilaian digunakan untuk membina dan
mendorong anak-anak dalam meningkatkan kemampuan atau
mengembangkan sikap dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai karakter
kebangsaan.
5. Kebermaknaan, artinya hasil penilaian harus bermakna baik bagi pendidik,
orangtu, anak didik dan pihak lain yang memerlukan.

Sistem Pelaksanaan penilaian dapat dilakukan setiap hari tatap muka dan
dirangkum dalam penilaian mingguan dan semester. Penilaian menggunakan
format capaian hasil perkembangan seperti yang tercantum dalam Pedoman
Penilaian. Teknik penilaian yang digunakan meliputi: catatan anekdote, checklist
atau format penilaian, dan portofolio anak. Penilaian Perkembangan Anak Didik
tidak diberikan secara kuantitatif atau dalam bentuk angka-angka. Melainkan
diberikan secara deskripsi dalam bentuk BM (Belum Muncul), MM (Mulai
Muncul), BSH (Berkembang Sesuai Harapan), BSB (Berkembang Sangat Baik).
Pelaporan disajikan dalam bentuk narasi yang menerangkan ketercapaian
perkembangan dan aspek yang masih harus didukung orangtua agar segera
mencapai kematangan perkembangan.

13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kurikulum adalah seperangkat kegiatan belajar melalui bermain yang dapat
memberikan pengalaman langsung bgi anak dalam rangka mengembangkan yang
dimiliki oleh setiap anak.
Macam-macam kurikulum tersebut adalah:
1.             Separated Subjek Curriculum
2.             Correlated Curriculum
3.             Broad Fields Curriculum
4.             Integrated Curriculum
Fungsi Kurikulum
Fungsi kurikulum dijelaskan oleh Hendyat Soetopo dan Soemanto (1986)
membagi fungsi kurikulum menjadi 7 bagian yaitu:
1.       Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
2.       Fungsi kurikulum bagi anak.
3.       Fungsi kurikulum bagi guru.
4.       Fungsi bagi kepala sekolah dan pembina sekolah.
5.       Fungsi kurikulum bagi orang tua murid.
6.       Fungsi kurikulum segi sekolah pada tingkatan diatasnya.
7.       Fungsi kurikulum bagi masyarakat dan pemakai lulusan sekolah.
Ruang lingkup kurikulum :
1. Kalender Pendidikan
2. Program Tahunan
3. Program Semester
4. Rencana Pelaksanan Kegiatan Mingguan
5. Rencana Pelaksanaan Kegiatan Harian
6. Penilaian Perkembangan Anak

14
DAFTAR PUSTAKA

www.google.com
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,1998),
http://paudbook.blogspot.com/2012/01/aspek-aspek-perkembangan-anak
usia-dini.html
Zulkifli L, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009),
Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini,
Ratna Wulan, Mengasah Kecerdasan Pada Anak: Bayi- Pra-sekolah,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011),

15

Anda mungkin juga menyukai