BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
a. Pengertian Kurikulum
jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu, pengertian
kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa
bukti dari pencapaian pendidikan dari siswa. Hal tersebut senada dengan
pendidikan atau pembelajaran yang harus dikuasai dan diberikan dalam sebuah
proses pendidikan.2
Dalam artian sederhana dan tradisional istilah kurikulum hanya sebatas isi
pendidikan dan muatan materi yang diberikan oleh guru kepada siswa yang
nantinya akan membuahkan hasil akhir berupa bukti belajar yaitu ijazah.
seiring berjalannya waktu istilah atau pengertian dari kurikulum sendiri akan
1
Widodo Winarso, Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah, (Indonesia: CV.
Convindent, 2015), hal. 1-2
2
Sayaifuddin Sabda, Pengembangan Kurikulum (Tinjauan Teoritis), (Yogyakarta:
Aswaja Pressindo, 2015), hal. 24
16
kurikulum tersebut akan semakin luas dan semakin signifikan sesuai dengan
kurikulum modern.
berikut:4
b. Dalam kegiatan pendidikan itu terdapat suatu rencana yang disusun atau
diatur
b. Komponen-komponen Kurikulum
3
Soejono, Trimo, Pengembangan…, hal. 158-159
4
Munardji, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta Pusat: PT. Bina Ilmu, 2004), hal. 83
5
Miller dan Seller, Curriculum, Perspectives and Practice, (New York & London:
Longman, 1985), hal. 175
17
kurikulum ini dikenal dengan istilah standar nasional, yaitu: standar hasil
pendidikan. Sehingga hasil out put yang keluar nanti akan memberikan dampak
1) Komponen tujuan
keluaran (Out put) yang langsung dan bersifat spesifik dari sebuah
tujuan, dimana antara yang satu dengan yang lainnya merupakan suatu
6
Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum, Teori, dan Praktek, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1997), hal. 98
7
Robert Zais, Curriculum Principle and Foundation, (New York: Thomas Ciowell
Company, 1976), hal. 306
18
isi kurikulum memiliki makna bahwa yang dimaksud dengan materi atau
isi bukan dalam bentuk materi pelajaran baik itu berupa buku maupun
bahan ajar lainnya, melainkan dibalik itu semua dalam pengertian segala
sesuatu baik itu yang dialami dan di dapat dalam proses interaksi siswa
besar komponen materi kurikulum terdiri dari dua pokok bahasan. Pertama
yaitu isi kurikulum mencakup pencapaian target yang jelas, materi standar,
tidak hanya mencakup bahasan mengenai isi dari pembelajaran saja tetapi
8
Munardji, Ilmu Pendidikan…, hal. 84
9
Pemerintah RI, Undang-undang Nomor…, hal. 53
10
Purwanto Ngalim, Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja Karya, 1995), hal. 79
19
kompleks bagi siswa. Karena cakupan daya olahnya lebih luas, ada
Selain beberapa hal diatas, sistem vertikal ini juga melaksanakan sistem
unit waktu yang ditempuh, bisa melalui sitem semester atau catur wulan.
11
Munardji, Ilmu Pendidikan…,hal. 85
12
Ibid,
20
baik.13
evaluasi.14
lembaga pendidikan yang baru, atau untuk sebuah mata pelajaran baru,
13
Ibid, hal. 87
14
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), hal. 22
21
atau dapat juga untuk sebuah kegiatan pembelajaran yang baru, yang
15
Syaifuddin Sabda, Pengembangan Kurikulum…, hal. 178-179
16
Depdiknas, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Balitbang, tt.), hal. 1
22
struktur organisasi kurikulum yang lama dengan yang baru yang sesuai
pendekatan terpadu.
17
S Nasution, Asas-asas Kurikulum, (Bandung: Tarate, 1987), hal. 158-159
23
pendidikan. Konsep dasar itu bisa diambil dari falsafah hidup suatu
bangsa.18
1) Prinsip-prinsip Umum
18
Imam Bawani, Segi-Segi Pendidikan Islam, (Surabaya: Al Ikhlas, 1987), hal. 104
19
Hafni Ladjid, Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), hal. 9
20
Abdul Rohman, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Semarang: CV. Karya
Abadi Jaya, 2015), hal. 100
21
Syaifuddin Sabda, Pengembangan Kurikulum…,hal. 179
24
a) Prinsip relevansi
dan penilaian.
b) Prinsip fleksibilitas
Suatu kurikulum yang baik adalah berisi hal-hal yang solid, tetapi
22
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Jakarta: Gaya Media,
1999), hal. 30
23
Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum…, hal. 28
25
Selaian itu juga bisa diartiakan ada semacam ruang gerak dimana
c) Prinsip kontinuitas
lainnya.
e) Prinsip efektivitas
tersebut.
bahkan diperlukan
26
Peter Oliva, Developing The Curriculum, (New York: HarperCollinsPublishers, 1992),
hal. 183
28
4) Perubahan kurikulum akan terjadi dan berhasil sebagai akibat dan jika
berakhir
ada.
27
Aburrahman Al Nahlawi, Ushul Al Tarbiyah wa Asalibuha fi Al Bayt wa Al Madrasah
wa Al Mujtama, (Bairut: Darl Al Fikri, 1979), hal. 177-179
29
dijalin dengan satu “benang merah” yang mengacu pada tujuan akhir
melaksanakanya.
yang posistif.
siswa.
satu dengan yang lainnya sebagai ciri khas sesuai dengan visi dan misi
sekolah.
antara lain:
kurikulum juga memiliki peran penting. Karena siswa lah yang akan
ataupun madrasah.
sebagai berikut.
30
Nik Haryati, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam, (Bandung: Alfabeta, 2011),
hal. 106
31
Rusman, Manajemen…, hal. 66
32
Widodo Winarso, Dasar Pengembangan…, hal 97
32
mutakhir.33
3) Komite sekolah
juga sangat penting. Maka dari itu, di setiap sekolah atau madrasah
1) Peran konservatif
35
Rusman, Manajemen…, hal. 67
34
tersebut.
2) Peran kreatif
sesuatu yang dulunya tidak ada menjadi ada yang dulunya terkesan
36
Widodo Winarso, Dasar Pengembangan…, hal. 93
35
pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa dan akhirnya bisa mendapat
37
Ibid, hal. 94
38
Ella Yulaelawati, Penilaian Kelas, Pelayanan Profesional Kurikulum Berbasis
Kompetensi, (Jakarta: PT Puskur Balitbang, 2003), hal. 94
36
sebagai program yang tidak hanya terdiri atas mata pelajaran saja yang
harus ditempuh oleh siswa melainkan juga meliputi semua kegiatan dan
a. Pengertian Religius
for leading a moral life”. Hal tersebut dapat dmaknai bahwa agama menjadi
dengan Tuhan. Adanya nilai religius dapat ditunjukkan oleh pikiran, perkataan,
merupakan sebuah nilai karakter dari diri seseprang yang berasal dari ajaran
agama yang dianut dan bernilai ketuhanan, dan dalam perwujudannya berupa
pikiran, perkataan, dan tindakan sebagai ibadah baik terhadap Tuhan Yang
39
Juma Abdu Wamaungo, Mendidik untuk Membentuk Karakter, (Jakarta: Bumi Aksara,
2011), hal. 32
40
Rosikum, “Peran Keluarga dalam Implementasi Pendidikan Karakter Religius Anak”,
Jurnal Kependidikan 6, no. 2 (2018): 297
37
bersifat praktis.
41
Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Berbasis Keluarga, (Yogyakarta: Arruz Media,
2016), hal. 3-4
38
upaya seperti halnya penggunaan metode yang tepat. Metode disini bertujuan
untuk menanamkan karakter pada diri seseorang agar menjadi pribadi yang
karakter kepada anak yaitu dengan cara sedikit pengajaran atau teori, banyak
1) Melalui Pengajaran
nilai tinggi dalam sisi pengetahuan karakter tapi sangat rendah dalam
pengamalan.
2) Melalui Pembiasaan
42
Helmawati, Pendidikan Karakter Sehari-hari, (Jakarta: Remaja Rosda Karya, 2017),
hal. 24
39
maka pembiasaan yang berintikan pada pengalaman perlu terus dilatih dan
3) Melalui keteladanan
mengenal, dan mempelajari apa yang berada dari luar diri mereka. Maka
dengan kata lain nasehat adalah perkataan yang membangun kesadaran diri
Menurut Daryanto dan Suryanti karakter religius adalah sikap dan perilaku
agama.43
indikator nilai religius. Nilai sikap dan perilaku yang patuh dalam
dan saling menghargai teman yang sedang melakukan ibadah. Nilai hidup
menyatakan bahwa ada indikator lain dalam membnetuk karakter religius anak
43
Daryanto dan Suryanti, Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah, (Yogyakarta:
Gava Media, 2013), hal. 134
41
melaksanakan ibadah.
a. Pengertian Kedisiplinan
merupakan titik masuk bagi pendidikan karakter. Jika tidak ada rasa taat
terhadap suatu aturan, maka tidak ada lingkungan yang baik bagi pengajaran
kedisiplinan ingin berhasil maka harus bisa mengubah anak-anak dari dalam
diri. Disiplin harus bisa merubah sikap seseorang, cara seseorang berpikir dan
hormat, empati, penilaian yang baik dan control diri. Apabila kebaikan tersebut
permasalahan perilaku akan terjadi lagi. Dalam hal ini yang dimaksud disiplin
yang efektif yaitu harus berbasis karakter, disiplin harus bisa memperkuat
dalam setiap hal melalui pengendalian kata-kata, emosi, dan dorongan serta
perilaku. Disiplin ialah tindakan tertib dan patuh akan segala ketentuan dan
44
Thomas Lickona, Persoalan Karakter, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), hal. 175-176
42
tindakan sosial yang bertanggung jawab dan fungsi kemandirian yang optimum
atau kemampuan dalam segala daya cipta untuk menjadikan suatu hal terbaik
karena adanya ketentuan, peraturan, tata tertib, dan hukum yang terikat.
Dengan adanya ketentuan, peraturan, tata tertib, dan hukum tersebut akan
b. Tujuan Kedisiplinan
peran yang ditetapkan dalam suatu kelompok, sesuai tempat seseorang tersebut
berada.47
Sikap disiplin akan membentuk karakter anak menjadi lebih baik. Seperti
tujuan yang ada diatas, agar bisa tercapai dengan sepenuhnya diperlukan
ketentuan yang terikat yang harus dipatuhi oleh anak. Peran dari orang tua
45
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga
Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 57
46
Daryanto dan Darmiyatun, Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah,
(Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2013), hal. 105
47
Wahyu dkk, “Menanamkan Nilai Disiplin Pada Lingkungan Keluarga”, dalam Jurnal
Banjar 5, no. 10 (2015): 854-855
43
memang penting tetapi kebanyakn tidak akan maksimal. Maka dari itu peran
pada anak, baik secara lisan maupun tertulis. Ketentuan atau peraturan dibuat
secara lisan yang dimana langsung dari perkataan kepala sekolah atau guru
c. Macam-Macam Kedisiplinan
1) Disiplin Positif
Disiplin positif merupakan suatu sikap dan iklim organisasi yang setiap
sendiri. Mereka patuh pada tata tertib tersebut karena mereka memahami,
ini bukanlah bermaksud untuk melukai akan tetapi yang sesuai dengan
48
Arif Pranata, Implementasi Guru dalam Membina Kedisiplinan dan Mentaati Tata
Tertib Siswa di SD Negeri 1 Dukuh Ngargoyoso Karanganyar Tahun 2011/2012, (Surakarta:
Skripsi Tidak Diterbitkan, 2012), hal. 11-13
44
dan membetulkan.
anak-anak lambat laun dapat mengatur diri dan belajar bertanggung jawab
bertanggung jawab.
2) Disiplin Negatif
peraturan tentang apa boleh atau tidak boleh dilakukan oleh siswa, tidak
ada plihan lain selain tunduk pada kemauan guru. Dengan demikian
dengan cara seperti ini ternyata tidak membawa hasil yang memuaskan,
selebihnya dikembalikan kepada orang tua. Selain itu prestsi kerja yang
Menurut Tu’u yang dikutip oleh Risma ada tiga faktor yang
1) Teladan
2) Lingkungan Disiplin
orang tersebut juga akan hidup disipplin juga. Hal tersebut dipengaruhi
hidup lingkungan tersebut bisa jadi akan timbul rasa mala, minder, dan
49
Risma dkk, “Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Terhadap Peningkatan
Kedisiplinan Siswa”, Jurnal Bening 4, no.1 (2016): 89-90
46
3) Latihan Disiplin
berlaku.
sebagai berikut:50
Karakter disiplin perlu ditanamkan sejak dini pada anak. Karena dengan
50
Daryanto dan Darmiyatun, Implementasi Pendidikan…, hal. 106
47
Menurut Samani dan Hariyanto yang dikutip oleh Chairil Faif Pasani,
sungguh, kinerja yang tinggi, usaha keras demi hasil terbaik, dapat
jawab adalah:52
Tanggung jawab bersifat kodrati, yang artinya tanggung jawab sudah menjadi
51
Chairil Faif Pasani, dkk, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble
dalam Pembelajaran Matematika untuk Membina Karakter Tanggung Jawab dan Disiplin Siswa”,
EDU-MAT Jurnal Matematika 6, no. 2 (2018): 180-181
52
Thomas Lickona, Educaing for Character Mendidik untuk Mendidik Karakter
Bagaimana Sekolah dapat Mengajarkan Sikap Hormat dan Tanggung Jawab, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013), hal. 73
48
bagian kehidupan manusia bahwa setiap manusia dan yang pasti masing-
sekitarnya serta kepada Tuhan Yang Maha Esa secara baik, fokus dan tidak
menyalahkan orang lain atas apapun yang terjadi. Seseorang harus berani
menerima resiko dan konsekuensi yang diterima setelah melakukan segala hal,
baik nanti akan berbuah kebaikan dan kemanfaatan maupun akan berbuah
tanggung jawab sebaiknya dari kecil, agar bisa menjadi orang yang berguna
lain:54
53
Elfi Yuliani Rochmah, “Mengembangkan Karakter Tanggung Jawab pada Pelajar,
Jurnal Al-Murabbi 3, no. 1 (2016): 37
54
Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter: Landasan, Pilar, dan Implementasi,
(Jakarta: Kencana, 2014), hal. 112
49
jawab adalah:55
2) Berperan aktif
Selain itu menurut Chairil Faif Pasani juga ada beberapa indikator
jawabnya
kelompok
dijadikan sebuah pedoman dan dasar seseorang memiliki sikap tanggung jawab
yang penuh. Melatih diri untuk dapat menjalankan beberapa indikator karakter
55
Daryanto dan Darmiyatun, Implementasi Pendidikan…, hal. 110
56
Chairil Faif Pasani, dkk, “Penerapan Model Pembelajaran…, 81
50
B. Penelitian Terdahulu
sebelumnya yang mengangkat tema atai topic sama, dapat dijadikan pembanding
Penelitian yang dilakukan oleh Ali As’ad, Alex Yusron Al-Mufti, dan M.
dua mapel yaitu bahasa arab:focus pada maharoh kalam dan ilmu tajwid: fokus
menyangkut silabus, RPP, dan buku ajar, selanjutnya metode pembelajaran yang
kesepakatan ini hanya dalam tataran lisan tetapi tujuan selalu dikembangkan
ponpes Al-Quraniyah tidak sama dengan tujuan tersebut, kedua, pemberian materi
kitab disesuaikan dengan tingkatan kelasnya, berupa matan dan syarah, di ponpes
tidak jelasnya tenggang waktu yang ditetapkan menjadi ditetapkan. Selain itu,
57
Ali As’ad, dkk, “Pengembangan Model Kurikulum Madrasah Diniyah Takmiliyah LP.
Ma’arif Kab. Jepara di Era 4.0,” dalam Edudeena: Journal of Islamic Religious Education 5 no. 1
(2021): 46.
52
pengembangan kombinasi.58
dalam rangka menjalan strategi pencapaian visi, misi, dan tujuan lembaga yang
bersifat evolusioner, yaitu perubahan secara bertahap dan yang ketiga orientasi
kurikulumnya meliputi visi, misi, dan tujuan setelah itu tercapai kemudian
struktur kurikulum.59
58
Muhammad Alfian, “Model Pengembangan Kurikulum Madrasah Diniyah Pondok
Pesantren (Studi Multi Kasus Pada Pondok Pesantren Pancasila dan Pondok Pesantren Al-
Quraniyah di Bengkulu),” dalam Conciencia Jurnal Pendidikan Islam 18 no. 2 (2018): 53.
59
Lutfi Najamul Fikri, “Dinamika Peninjauan Kurikulum Madrasah Diniyah Tarbiyatul
Athfal (MDTA) Gontor,” dalam jurnal Muslim Heritage 1 no. 2 (2016): 302-303.
53
Pertama, model adanya sinergi antara sekolah, masyarakat dan keluarga dengan
santri, keluarga para santri, dewan asatidz yang senantiasa istiqomah dalam
60
Abdul Manan dan Maftukhin, “Model Pengembangan Pendidikan Islam di Madrasah
Diniyah Al-Ikhlas Menongo Sukodadi Lamongan,” dalam Jurnal Akademika 11 no. 2 (2017): 229
54
pemikiran, perumusan visi,misi, dan tujuan, penentuan structural dan isis proram,
penilaian produk.61
penelitian yang sudah relevan sehingga bisa dijadikan pembanding bagi peneliti
sebagian bsar mengangkat topik yang sama yaitu mengenai kurikulum tetapi yang
61
Hasanah, Manajemen Kurikulum Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA)
Riyadul Fata Tembongraja Salem Brebes, (Purwokerto: Tesis tidak diterbitkan, 2019), hal. 119-
120.
55
C. Kerangka Berfikir
telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berfikir yang baik
yang sudah terdapat pada penjelasan diatas. Teori tersebut merupakan landasan
Rejotangan. Penggalian data sama dengan fokus yang pertama tadi. Kemudian
tersebut, secara garis besar menggali data yang berkaitan dengan peran
pengembangan kurikulum madin dalam membina karakter santri, baik itu karakter
62
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kulaitatif, dan R&D, (Bandung: CV.
Alfabeta, 2011), hal. 60
56
Peran dari pengembangan kurikulum sangat besar agar tercapai hasil yang
kurikulum sebagai kunci utama dalam proses pendidikan formal maupun informal
siswa atau santri, dan komite atau wali santri. Selain itu, yang memiliki andil
Pengembangan kurikulum
madrasah diniyah
karakter santri atau siswa yang begitu signifikan muncul peran dari
disiplin santri, dan meningkatkan karakter tanggung jawab santri. Dimana ketiga
variabel minor tersebut menjadi salah satu dari kemerosotan karakter santri atau
siswa.