Anda di halaman 1dari 17

KURIKULUM MADRASAH DAN SEKOLAH DI INDONESIA

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


“Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran PAI”
Dosen Pengampu: Dr. H. Abdul Rahman, M.Ag.

Disusun Oleh:

Muhammad Arif
Samawi
Nanang Qosim

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2018
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Institusi madrasah sendiri di Indonesia baru popular setelah awal abad
kedua puluh. Kehadiran institusi ini (madrasah) sebagai lembaga pendidikan
Islam dilatarbelakangi oleh munculnya semangat pembaruan pendidikan Islam di
Indonesia. Madrasah sebagai lembaga pendidikan yang muncul setelah pesantren
dan sekolah mengadopsi system pesantren dan sekolah. Madrasah di Indonesia
memiliki jenjang yang sama dengan sekolah umum yaitu Madrasah Ibtidaiyah
dengan lama belajar 6 tahun sama dengan Sekolah Dasar, Madrasah Tsanawiyah
(MTs) sama dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan lama belajar tiga
tahun dan Madrasah Aliyah baik negeri atau swasta sama dengan Sekolah
Menengah Atas (SMA) dengan tiga tahun lama belajar. Pendidikan Islam
berpadu dengan pendidikan umum dengan menitikberatkan kepada aspek
1
pengembangan peserta didik, antara lain: Kognitif, Afektif, Psikomotorik.
Setiap lembaga pendidikan, mulai dari pendidikan dalam lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah (pendidikan formal) maupun pendidikan luar
sekolah, dari jenjang pendidikan dasar hingga perguruan tinggi memiliki tugas
kewajiban melaksanakan pendidikan selain untuk mencapai tujuan institusional,
juga mengemban dharma untuk merealisasi tujuan pendidikan nasional, yaitu
salah satunya yang terpenting adalah menyusun kurikulum guna mewujudkan
tujuan kelembagaan maupun tujuan nasional selain itu kurikulum menjadi alat
dan pedoman penyelanggaraan pendidikan melalui proses belajar mengajar
disekolah maupun luar sekolah dengan kata lain “kurikulum jantungnya
pendidikan dan pengajaran “ untuk itu, Dalam makalah ini akan dibahas tentang

kurikulum yang pernah di pakai dalam sistem pendidikan di Indonesia.

1 Syeh Hawib Hamzah, “Aspek Pengembangan Peserta Didik: Kog- nitif, Afektif, Psikomotorik”,
( Jakarta: PT. Dinamika Ilmu, 2012), hlm.12

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
makalan ini antara lain:
1. Apa Pengertian kurikulum ?
2. Bagaimana Diversifikasi kurikulum di Madarasah dan Sekolah ?
3. Bagaimana Implementasi kurikulum ?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk mengetahui tentang:
1. Pengertian kurikulum
2. Diversifikasi kurikulum di Madarasah dan Sekolah
3. Implementasi kurikulum

2
PEMBAHASAN

A. Pengertian kurikulum
Istilah kurikulum semula berasal dari istilah yang digunakan dalam
dunia olah raga pada zaman Yunani Kuno. Secara etimologi, kurikulum berasal dari
bahasa Yunani, yaitu dari kata curir yang berarti “pelari”, dan curere yang
artinya “tempat berpacu”. Sehingga kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus
2
ditempuh oleh pelari.
Sedangkan pengertian kurikulum secara terminologi adalah suatu
program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar
yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara sistemik atas dasar
norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran
3
bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.
Dalam perspektif mikro, kurikulum merupakan suatu sistem yang
memiliki beberapa komponen yaitu, tujuan, materi, strategi pembelajaran
4
(KBM), dan evaluasi.
Istilah kurikulum memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-
pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu hingga dewasa ini.
Tafsiran-tafsiran tersebut berbeda satu dengan lainnya, sesuai dengan titik berat
inti dan pandangan dari pakar bersangkutan. Istilah kurikulum berasal dari bahasa
latin, yakni “Curriculae”, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang
pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang
harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan memperoleh ijazah. Dengan
menempuh suatu kerikulum, siswa dapat mamperoleh ijazah. Dengan kata lain,
suatu kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai
titik ahir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu.

2 Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Dinas Pendidikan Nasional, 1999), hlm. 617.
3 Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 3
4
Abdul Rahman, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Semarang: CV. Karya Abadi Jaya, 2015),
Cet. 1. hlm.106

3
Beberapa tafsiran lainnya dikemukakan berikut ini diantaranya:
1. Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata
ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan.
2. Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatun program
pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa.
3. Kurikulum sebagai pengalaman belajar menekankan bahwa kurikulum
5
merupakan serangkaian pengalaman belajar.
Kurikulum sekolah adalah muatan proses, baik formal maupun
informal yang diperuntukkan bagi pelajar untuk memperoleh pengetahuan dan
pemahaman, mengembangkan keahlian dan mengubah apresiasi sikap dan
nilai dengan bantuan sekolah”. Sedangkan Maurice Dulton mengatakan
“Kurikulum dipahami sebagai pengalaman-pengalaman yang didapatkan
oleh pembelajar di bawah naungan sekolah”.6
Pengertian kurikulum sebagai pengalaman belajar mengandung makna
bahwa kurikulum adalah seluruh kegiatan yang dilakukan oleh anak didik baik
di dalam sekolah maupun di luar sekolah, asalkan kegiatan tersebut di bawah
tanggung jawab dan monitoring guru (sekolah).
Kurikulum ini bertujuan memberikan pengetahuan yang solid serta
melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses penelitian. Dengan
pengetahuan yang dimiliki diharapkan memiliki konsep-konsep dan cara-cara
7
yang dapat dikembangkan dalam masyarakat yang luas.
Kurikulum sebagai sebuah program / rencana pembelajaran, tidaklah
hanya berisi tentang program kegiatan, tetapi juga berisi tentang tujuan yang
harus ditempuh beserta alat evaluasi untuk mengetahui keberhasilan

5 Muhammad joko susilo, kurikulum tingakat satuan pendidikan, ( Yogyakarta : Pustaka pelajar,2008)
hlm.77-79
6 Ali Mudlofir, Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dan Bahan Ajar Dalam
Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 1-2.
7
Abdul Rahman, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, hlm.92

4
pencapaian tujuan, disamping itu juga berisi tentang alat atau media yang
diharapkan mampu menunjang pencapaian tujuan tersebut. Kurikulum sebagai
suatu rencana disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar dibawah
bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf
8
pengajarnya.
Proses pengembangan kurikulum, terdapat tiga kegiatan yang selalu
terkait dan tidak dapat dipisahkan , yakni implementasi dan evaluasi.
Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang tiada henti antara
9
berbagai komponen.
Namun pendapat lain mengatakan kurikulum adalah segala usaha
yang dilakukan sekolah untuk mempengaruhi belajar anak baik didalam
maupun diluar kelas. Menurut UU Sisdiknas no 20 tahun 2003 kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar
mengajar. Pasal 36 ayat 2 yaitu Kurikulum pada semua jenjang dan jenis
pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan
pendidikan potensi daerah dan peserta didik.

B. Diversifikasi Kurikulum di Madarasah dan Sekolah


Diversifikasi dapat diartikan penggolongan, penerapan beberapa cara
ataupun penganekaragaman. Kurikulum idealnya dilaksanakan berorientasi pada
kehidupan.pada tingkat kemampuan dasar untuk keperluan pengembangan seperti
kemampuan membaca, menulis, dan berfikir kritis, selanjutnya kurikulum yang
berorientasi pada kehidupan dan perjalanan di padukan dengan subyek akademik
dapat di gunakan pada pertengahan akhir pendidikan dasar. Pada jenjang
pendidikan menengah, belajar didasarkan pada disiplin ilmu dengan tetap
bersandar pada kehidupan lingkungan dan masyarakat sebagai sumber kurikulum.

8 Ali Mudlofir, Aplikasi Pengembangan Kurikulum, hlm.3


9 Abdul Rahman, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, hlm.88

5
Fungsi pokok kurikulum sekolah adalah mengoptimalkan kemampuan
intelektual individu melalui kajian mata pelajaran. Kurikulum tidak hanya
menyiapkan anak tentang materi pelajaran, tetapi bagaimana belajar materi
10
tersebut.
Berbagai kurikulum yang dilaksanakan pada dunia pendidikan telah
mengalami banyak perubahan termasuk kurikulum 1994 dan kurikulum-kurikulum
sebelumnya salah satu kurikulum yang telah di jalankan anatara lain:
Berbagai kurikulum yang dilaksanakan pada dunia pendidikan telah
mengalami banyak perubahan termasuk kurikulum 1994 dan kurikulum-kurikulum
sebelumnya salah satu kurikulum yang telah di jalankan antara lain:
1) Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 serta
mengkombinasikan dengan kurikulum 1975 dan dilaksanakan sesuai dengan
Undang-Undang no.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Menurut UU tersebut, pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdasakan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu
manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur,
memiliki keterampilan dan pengetahuan, sehat jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Pada kurikulum 1994, pendidikan dasar diwajibkan menjadi sembilan
tahun (SD dan SMP). Berdasarkan strukturnya, kurikulum 1994 berusaha
menyatukan kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1975 dengan pendekatan
tujuan dan kurikulum 1984 dengan tujuan pendekatan proses. Di samping
meniadakan mata pelajaran PSPB juga diperkenalkannya sistem kurikulum
SMU yang dimaksudkan untuk menjadikan pendidikan umum benar-benar
sebagai pendidikan persiapan ke perguruan tinggi.

10 Abdul Rahman, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik,, hlm. 51

6
Ciri - Ciri Kurikulum 1994, di antaranya sebagai berikut :
a. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan.
b. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat
(berorientasi kepada materi pelajaran/isi). Dari muatan nasional hingga lokal. Materi muatan
lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian,
keterampilan daerah, dan lain-lain.
c. Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem
kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti
sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan
lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
d. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru memilih dan menggunakan strategi yang
melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan
siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen
(terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan.
e. Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan
kekhasan konsep / pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan
terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan
pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
f. Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke
hal yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek.
g. Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk
11
pemantapan pemahaman siswa.

11 M.dahlan al-barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 2001), hlm.120

7
2) KBK (kurikulum berbasis kompetensi)
Kompetensi merupakan perpaduan dari penegetahuan, ketrampilan
nilai dan sikap yang direflesikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak
berdasarkan pengertian keompetensi diatas, kurokulum berbasis kompetensi
dapat diartikan sebagai konsep kurikulum yang menekankan pada
pnegembangan kemepuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar
performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik
berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. KBK diarahkan
untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap,
dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk
12
kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menurut (Depdiknas 2002)
merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil
belajar yang harus dicapai oleh siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan
pemberdayaan sumberdaya pendidikan dalam pengembangan kurikulum
13
sekolah.
Berdasarkan pengertian diatas dapat dikemukakan bahwa Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Menekankan pada ketercapaian siswa baik secara individual maupun
klasikal.
b. Berorientasi pada hasil belajar (Learning outcomes) dan keberagaman.
c. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi.
d. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif.

12 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis kompeteni, (Bandung : PT. Remaja Rosda karya, 2008), hlm.37-39
13 Wina sanjaya, Kajian Kurikulum dan Pembelajaran, (Bandung : Universitas Indonesia, 2007), hlm
243-244

8
e. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
14
penguasaan atau pencapaian suatui kompetensi.
Sejalan dengan pengertian diatas maka ada dua orientasi KBK,
pertama, hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada peserta didik melelui
serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan kedua, keberagaman yang
dapat di wujudkan sesuai dengan kebutuhannya. Dengan demikian dalam KBK
anak tidak sekedar dituntut untuk memahami sejumlah konsep akan tetapi
bagaimana pemahaman konsep tersebutberdampak pada perilaku dan pola pikir
sehari-hari.
3) KTSP
Dalam standar nasional pendidikan (SNP pasal 1, ayat 15) dijelaskan
bahwa kurikulum tingkat satuan pendidikan (ktsp) adalah kurikulum
operasional yang didukung dan dilakasanakan oleh masing –masing satuan
pendidikan.
Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan
menmerhatikan dan berdasarkan standara kompetensi serta kompetensi dasar
yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional pendidikan (BSNP).
Manakala kita analisis konsep diatas maka ada beberapa hal yang
berhubungan dengan makna idak operasional. Pertama sebagai kurikulum yang
bersifat operasional maka dalam penegembangannya KTSP tidak akan lepas
dari ketetapan – ketetapan yang telah disususn pemerintah secara nasional.
Kedua, sebagai kurikulum operasional para pengembang KTSP dituntut dan
harus memerhatikan, ciri khas kedaerahan sesuai dengan bunyi UU No.20 Th
2003 ayat 2.
Ketiga, sebagai kurikulum operasional, para penegembang kurikulum di daerah
memiliki keleluasaan dalam mengembangkan kurikulum menjadi unit-unit
pelajaran, misalnya dalam megembangkan strategi dan metode pembelajaran

14 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompeteni, ( Bandung : PT. Remaja Rosda karya, 2008), hlm. 42

9
dalam media pembelajaran dalam menentukan evaluasi yang dilakuakn
termasuk dalam menentukan berapa kali pertemuan dan kapan suatu topik
meteri harus dipelejari siswa agar kompetensi dasar yang telah di tentukan
dapat tercapai.
Karakteristik KTSP yakni :
a. Dilihat dari desainnya ktsp adalah kurikullumyang berorientasi pada disiplin
ilmu.
b. KTSP merupakanKurikulum yang berorientasi pada pengembangan ilmu
c. KTSP mengakses kepentingan daerah
15
d. KTSP merupakan kurikulum teknologis.

1. Kurikulum 1994
a. Menggunakan pendekatan penguasaan ilmu pengetahuan, yang menekankan
pada isi atau materi, berupa pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi
yang diambil dari bidang-bidang ilmu pengetahuan.
b. Standar akademis yang diterapkan secara seragam bagi setiap peserta didik.
c. Berbasis konten, sehingga peserta didik dipandang sebagai kertas putih yang
perlu ditulisi dengan sejumlah ilmu pengetahuan (transfer of knowledge).
d. Pengembangan kurikulum dilakukan secara sentralisasi, sehingga Depdiknas
memonopoli pengembangan ide dan konsepsi kurikulum .
e. Materi yang dikembangkan dan diajarkan di sekolah seringkali tidak sesuai
dengan potensi sekolah, kebutuhan, dan kemampuan peserta didik, serta kebutuhan masyarakat
sekitar sekolah.

15 Wina sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm.128-
131

10
f. Guru merupakan kurikulum yang menentukan segala sesuatu yang terjadi di
dalam kelas.
g. Pengetahuan, keterampilan, dan sikap dikembangkan melalui latihan, seperti
latihan mengerjakan soal.
h. Pembelajaran cenderung hanya dilakukan di dalam kelas, atau dibatasi oleh
empat dinding kelas.
i. Evaluasi nasional yang tidak dapat menyentuh aspek-aspek kepribadian
16
peserta didik.
2. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
a. Menggunakan pendekatan kompetensi yang menekankan pada pemahaman,
kemampuan, atau kompetensi tertentu di sekolah, yang berkaitan dengan pekerjaan yang ada
dimasyarakat.
b. Standar kompetensi yang memperhatikan perbedaan individu, baik
kemampuan, kecepatan belajar, maupun konteks sosial budaya.
c. Berbasis kompetensi, sehingga peserta didik berada dalam proses
perkembangan yang berkelanjutan dari dari seluruh aspek kepribadian, sebagai pemekaran
terhadap potensi-potensi bawaan sesuai dengan kesempatan belajar yang ada dan diberikan oleh
lingkungan.
d. Pengembangan kurikulum dilakukan secara sentralisasi, sehingga
pemerintah dan masyarakat bersama-sama menentukan standar pendidikan yang dituangkan
dalam kurikulum.
e. Sekolah diberi keleluasaan untuk menyusun dan mengembangkan silabus
mata pelajaaran sehingga dapat mengakomodasi potensi sekolah, kebutuhan dan kemampuan
peserta didik, serta kebutuhan masyarakat sekitar sekolah.
f. Guru sebagai fasilitator yang bertugas mengkondisikan lingkungan untuk
memberikan kemudahan belajar peserta didik.

16 Wina sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, hlm.132

11
g. Pengetahuan, keterampilan dan sikap dikembangkan melalui latihan,
seperti latihan mengerjkan soal
h. Pembelajaran cenderung hanya dilakukan didalam kelas, atau dibatasi
olah empat dinding kelas
i. Evalauasi nasional yang tidak dapat meneyentuh aspek-aspek kepribadian
peserta didik.
3. Kurikulum KTSP
a. Cenderung disentralisme pendidikan, kerangka dasar disusun oleh tim pusat,
daerah dan sekolah dapat menegembangkan lebih lanjut
b. Kurikulum merupakan kerangka dasar oleh Tim BSNP (badan standar
nasional pendidikan )
c. Penambahan mata pelajaran untuk Mulok dan Pengem-bangan diri untuk
semua jenjang sekolah
d. Ada pengurangan mata pelajaran (Misal TIK di SD ) dan ada perubahan
jumlah jam pelajaran setiap mata pelajara
17
e. Berbasis Kompetensi.
Kurikulum yang dikembangkan secara seragam biasanya bertujuan
untuk menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa, serta memberikan standar
penguasaan yang sama bagi seluruh wilayah. Sebagai contoh di Indonesia,
pernah menerapakan kurikulum model ini. Hal ini dilatar belakangi oleh
beberapa hal yakni, 1). wilayah negara Indonesia luas sekali, terbebtuk atas
pulau-pulauyangsatu sama lainletaknya berjauhan dan terpisah oleh lautan. 2).
Kondisi dan karakteristik tiapa daerah berbeda-beda, ada yang sudah maju
sekali, ada yang sangat terbelakang, ada daerah terbuka, ada daerah tertutu, ada
daerah kaya dan ada daerah miskindan sebagainya. 3). Perkembangan dan
18
kemampuan sekolah juga berbeda-beda.

17 Wina sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, hlm.133


18 Abdul Rahman, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, hlm. 202

12
C. Implementasi kurikulum
Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau
penerapan. Majone dan Wildavsky (1979) mengemukakan implementasi
sebagai evaluasi, Browne dan Wildavsky (1983) juga mengemukakan bahwa
implementasi adalah perluasan aktifitas yang saling menyesuaikan (dalam
pressman dan Wildavski, 1984), implementasi merupakan aktivitas yang saling
menyesuaikan juga dikemukakan oleh Maclaughlin (dalam Mann, 1978).
Pengertian-pengertian ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara
pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme atau sistem. Ungkapanm
mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekedar aktivitas,
tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh
berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena
itu implementasi tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh objek berikutnya
19
yakni kurikulum.
Frase implementasi kurikulum sudah banyak didiskusikan tokoh dan
pakar pendidikan Fullan (1982) mendefinisikan implementasi sebagai proses
untuk melaksanakan ide, program atau seperangkat aktivitas baru dengan
harapan orang lain dapat menerima dan melakukan perubahan. Leithwood
(1982) memandang implementasi sebagai suatu proses. Implementasi
didefinisikan dengan proses perubahan perilaku, suatu upaya memperbaiki
pencapaian harapan-harapan yang dituangkan dalam kurikulum disain, terjadi
secara bartahap, terus menerus, dan jika ada hambatan dapat ditanggulangi.
Definisi lain tentang implementasi kurikulum mengemukakan bahwa
“implementasi sebagai proses pengajaran”. Mereka mengemukakan bahwa
biasanya pengajaran adalah implementasi kurikulum disain, yang mencakup
aktivitas pengajaran dalam bentuk interaksi antara guru dan siswa dibawah
naungan sekolah.

19 Syafrudin nurdin dan M. Basyirudin usman, Guru Professional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat
press, 2003), hlm.72

13
Dalam kontkes implementasi kurikulum, pendekatan-pendekatan yang
telah dikemukakan diatas memberikan tekanan proses. Esensinya Implemenatsi
adalah suatu proses aktivitas yang dilakasanakan mentransfer ide / gagasan,
program, harapan-harapan yang dituangkan dalam bentuk kurikulum disain
20
(tertulis) agar dilaksanakan sesuai dengan disain tersebut.

20 Syafrudin nurdin dan M. Basyirudin usman, Guru Professional dan Implementasi Kurikulum, hlm. 73

14
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas, maka dapatlah ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengertian kurikulum secara terminologi adalah suatu program pendidikan yang
berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan
dirancangkan secara sistemik atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman
dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan
pendidikan.
2. Kurikulum idealnya dilaksanakan berorientasi pada kehidupan.pada tingkat
kemampuan dasar untuk keperluan pengembangan seperti kemampuan membaca, menulis, dan
berfikir kritis, selanjutnya kurikulum yang berorientasi pada kehidupan dan perjalanan di
padukan dengan subyek akademik dapat di gunakan pada pertengahan akhir pendidikan dasar.
Pada jenjang pendidikan menengah, belajar didasarkan pada disiplin ilmu dengan tetap bersandar
pada kehidupan lingkungan dan masyarakat sebagai sumber kurikulum.
3. Implementasi merupakan aktivitas, aksi, tindakan, atau mekanisme atau sistem.
Mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan
yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk
mencapai tujuan kegiatan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, Semarang: CV. Karya
Abadi Jaya, 2015

Ali Mudlofir, Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dan


Bahan Ajar Dalam Pendidikan Agama Islam, Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2012

Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, Jakarta: Rineka Cipta, 2010

E. Wina sanjaya, Kajian Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung : Universitas


Indonesia, 2007

Mulyasa, Kurikulum Berbasis kompeteni, Bandung : PT. Remaja Rosda karya, 2008

Muhammad joko susilo, kurikulum tingakat satuan pendidikan, Yogyakarta : Pustaka


pelajar,2008

M.dahlan al-barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 2001

Wina sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : Kencana Prenada Media


Group, 2010

Syafrudin nurdin dan M. Basyirudin usman, Guru Professional dan Implementasi


Kurikulum, Jakarta: Ciputat press, 2003

Syeh Hawib Hamzah, “Aspek Pengembangan Peserta Didik: Kog- nitif, Afektif,
Psikomotorik”, Jakarta: PT. Dinamika Ilmu, 2012

Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Dinas Pendidikan Nasional, 1999.

16

Anda mungkin juga menyukai