Anda di halaman 1dari 14

MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI DI SMKN 1 KRAKSAAN

Oleh : Mufidurrahman Hardiyanto


Mahasiswa Pascasarjana Program Doktoral Pendidikan Agama Islam
E-mail : mufidurrahmanh@gmail.com

Abstrak
Pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif dalam mewujudkan
pendidikan yang baik dan efesien dalam rangka mendesain (design) menerapkan
(implementation) dan mengevaluasi (evaluation). Pendidikan Sekolah Menengah
Kejuruan di Indonesia terutama dalam pembelajaran PAI masih menghadapi
permasalahan-permasalahan dalam berbagai aspek. Upaya perbaikan mendalam masih
belum terealisasi secara sempurna, terlebih keputusan pemerintah untuk menganti
kurikulum dahulu menjadi Kurikulum Merdeka. Dengan adanya kurikulum merdeka,
metode dan strategi yang digunakan-pun dituntun untuk berbeda, sehingga guru PAI di
SMKN 1 Kraksaan harus memiliki jurus inovasi agar supaya materi PAI bisa
terselesaikan secara menyeluruh kepada siswa.
Kata Kunci : Model Pengembangan, Kurikulum dan Kurikulum PAI

Pendahuluan

Perkembangan zaman terus menuntut adanya perubahan cara dalam sistem


pembelajaran, ditandai pula dengan perkembangan pola pemikiran manusia tentang
pemberian batasan dan makna dari pendidikan, terutama bagi seorang guru yang harus
berinovasi dalam menggunakan metode dan strategi untuk mengajarkan materi kepada
siswa yang harus didasarkan pada temuan di lapangan. Perkembangan teknologi turut
andal dalam dalam mewarnai perubahan sistem yang ada, sehingga guru saat ini tidak
hanya dituntut untuk menguasai materi namun juga dituntut untuk menguasai media
teknologi yang ada guna menyeimbangkan kebutuhan tuntutan zaman moderen.

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana dalam mengembangkan dan


mewujudkan potensi peserta didik dengan diarahkan sesuai dengan tujuan pendidikan,
hal ini guna menjaga generasi baru yang memiliki potensi sesuai dengan tuntutan

1
zaman. Sebagaimana dalam hadits yang mashur, bahwa guru harus mengajarkan
seorang murid sesuai dengan zamannya, karena mereka tercipta untuk sebuah zaman
baru. Dengan demikian, bahwa hingga saat ini pengertian pendidikan tidak memiliki
batasan untuk menjelaskan secara lengkap, karena sikapnya yang kompleks seperti
objeknya yaitu manusia.

Pengembangan kurikulum merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan


oleh setiap institusi pendidikan, hal ini bertujuan agar kurikulum dapat tercapai secara
maksimal kepada peserta didik. Pengembangan kurikulum didapat berdasarkan
kesesuaian temuan lapangan untuk kemudian diseimbangkan dengan tuntutan kemauan
dan keinginan peserta didik, sebab untuk memperoleh hasil yang maksimal dibutuhkan
kepuasan terhadap stimulus peserta didik dengan cara menerapkan kurikulum dengan
inovasi-inovasi yang menyenangkan dan efesien.

A. Pendahuluan

Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya, sebab pendidikan


merupakan pengarah dalam menentukanan dan membentuk pribadi dengan intelektual.
Tidak hanya itu, dengan pendidikan manusia juga dapat mengembangkan potensi diri
yang tertanam dalam dirinya. Oleh karenanya, pendidikan memiliki peran sangat
penting dalam kehidupan manusia, tidak dapat dihindarkan dan dipisahkan.

Menurut Nurmadiah,1 peran kurikulum dalam pendidikan adalah untuk


menjadikan pendidikan sebagai wadah pembentukan pribadi yang tidak hanya
memiliki intelektual namun juga dengan pribadi yang berakhlak mulia, oleh karenanya
perlua dalam pendidikan adanya kurikulum sebagai sarana pengarah strategis dalam
transfer pengetahuan dan karakter. Diharapkan dengan adanya kurikulum, pendidikan
dapat terarah sesuai dengan tujuan pendidikan.

1
Nurmadiah, Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Jurnal Al-Afkar Vol. III, No. 11, Oktober
2014, 42

2
Bahkan Omar Hamalik mendefinisikan kurikulum sebagai sebuah program
yang dapat mengatur arah pendidikan, disebut program dikarenakan di dalam
kurikulum terdapat seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
belajar mengajar di lembaga pendidikan.2

Oleh karena itu, pengembangan kurikulum adalah hal yang pasti dan harus
dilakukan, mengikuti tatanan zaman dan menyesuaikannya dengan global, kurikulum
memiliki tujuan agar pendidikan dapat tercapai secara maksimal. Dalam
pengembangan tersebut, sekolah memiliki kebebasan tersendiri dalam hal cara yang
dilakukan, hal ini karena lembaga harus menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi
serta stimulus yang dimiliki oleh siswa guna dapat menerapkan pengembangan
kurikulum yang maksimal.

Kurikulum sebagai rancangan segala kegiatan yang mendukung tercapainya


tujuan pendidikan tetap memiliki peran penting, setidaknya dalam mewarnai
kepribadian seseorang. Begitupula dengan kurikulum PendidikanAgama Islam (PAI)
yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting untuk membentuk kepribadian
seseorang. Baik dan buruknya hasil pendidikan, termasuk dalam pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam ditentukan oleh kurikulum, apakah mampu membangun
kesadaran kritis terhadap peserta didik atau tidak.3 Oleh karena itu perlu adanya
pemikirin mendalam serta pemahaman dalam mengimplementasi kurikulum PAI
secara kontekstual dengan harapam peserta didik dapat menerapkan dalam kehidupan
sehari-hari.

Selama ini, PAI masih dinilai kurang bisa mengubah pengetahuan agama yang
kognitif menjadi “makna” dan “nilai” atau kurang mendorong penjiwaan terhadap
nilai-nilai keagamaan yang perlu diinternalisasikan dalam diri peserta didik. Dengan

2
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), 65.
3
Moh. Yamin, Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan, (Yogyakarta: Diva Press, 2009), 13.

3
kata lain, pendidikan agama selama ini lebih menekankan pada aspek knowing dan
doing dan belum banyak mengarah ke aspek being, yakni bagaimana peserta didik
menjalani hidup sesuai dengan ajaran dan nilai-nilai agama yang diketahui (knowing).4

Salah satu faktor yang menyebabkan halter sebut adalah faktor dari
guru/pendidik PAI. Seyogyanya pendidik PAI sebagai pelaksana kurikulum PAI harus
mampu memahami, mengelola, dan melakukan kegiatan manajemen kurikulum PAI
dengan baik. Dengan pemahaman yang baik terhadap kegiatan manajemen kurikulum
PAI, pendidik akan dapat memilih strategi, metode, teknik, media, dan alat evaluasi
yang sesuai dengan pembelajaran, serta berusaha mengembangkannya sesuai dengan
tuntutan perkembangan zaman dan perkembangan kebutuhan masyarakat agar
pencapaian tujuan pembelajaran PAI yang lebih menekankan pada aplikasi ajaran
agama dalam kehidupan sehari-hari dapat tercapai dengan lancar.

B. Pembahasan
1. Pengertian Kurikulum
Sebelum kita melangkah lebih jauh sebaiknya kita mengerti dulu apa itu
kurikulum. Kata “kurikulum” berasal dari bahasa Latin, a little racecaurse
(suatu jarak yang ditempuh dalam pertandingan olah raga), yang kemudian
dialihkan ke dalam pengertian pendidikan menjadi circle of instruction yaitu
suatu lingkaran pengajaran, di mana guru dan murid terlibat di dalamnya.5

Oemar Hamalik mengutip dari Sistem Pendidikan Nasional menyatakan


bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan belajar mengajar.6 Pengertian kurikulum yang dikemukakan oleh para
ahli rupanya sangat berpariasi, tetapi dari berbagai definisi itu dapat ditarik

4
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam; Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), 123.
5
Muzaiyyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara 2004), 78.
6
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, 66.

4
benang merah, bahwa disatu pihak ada yang menekankan pada isi pembelajaran
atau mata kuliah, dan dilain pihak lebih menekannkan pada proses atau
pengalaman belajar.
Pengertian yang lama tentang kurikulum lebih menekankan pada isi
pelajaran atau mata kuliah, dalam arti sejumlah mata pelajaran atau mata kuliah
di sekolah atau perguruan tinggi, yang harus ditempuh untuk mencapai suatu
ijazah atau tingkat; juga keseluruhan pelajaran yang disajikan oleh suatu
lembaga pendidikan.7
Definisi yang dikemukakan oleh Kemp, Morrison dan Ross (1994)
menekankan pada isi mata pelajaran dan keterampila-keteampilan yang termuat
dalam suatu program penddikan. Demikian pula definisi yang tecantum dalam
UU Sisdiknas Nomer 2/1989. definisi kurikulum yang tertuang dalam UU
Sisdiknas Nomor 20/2003 dikembangkan kearah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Dengan demikian ada tiga komponen yang termuat
dalam kurikum yaitu tujuan, isi dan bahan pelajaran, serta cara pembelajaran,
baik yang berupa strategi pembelajaran maupun evaluasinya.8
2. Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Pengertian kurikulum pendidikan aga Islam sebenarnya tidak jauh berbeda
dengan kurikulum secara umum, perbedaan hanya terletak pada sumber
pelajarannya saja. Sebagaimana yang diutarakan oleh Abdul Majid dabukunya
Pembelajaran Agama Islam Berbasis Kompetensi, mengatakan bahwa:
“Kurikulum pendidikan agama Islam adalah rumusan tentang tujuan,
materi, metode dan evaluasi pendidikan dan evaluasi pendidikan yang
bersumber pada ajaran agama islam”9

7
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo,
2004), 66
8
Ibid., 2
9
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
(Bandung:Remaja Rosda Karya, 2004), 74.

5
Definisi yang dikemukakan oleh Kemp, Morrison dan Ross (1994)
menekankan pada isi mata pelajaran dan keterampila-keteampilan yang termuat
dalam suatu program penddikan. Demikian pula definisi yang tecantum dalam
UU Sisdiknas Nomer 2/1989. Definisi kurikulum yang tertuang dalam UU
Sisdiknas Nomor 20/2003 dikembangkan kearah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Dengan demikian ada tiga komponen yang termuat
dalam kurikum yaitu tujuan, isi dan bahan pelajaran, serta cara pembelajaran,
baik yang berupa strategi pembelajaran maupun evaluasinya.10
Kurikulum pendidikan agama adalah bahan-bahan pendidikan agama
berupa kegiatan, pengetahuan dan pengalaman serta nilai atau norma-norma
dan sikap yang dengan sengaja dan sistematis diberikan kepada anak didik
dalam rangka untuk mencapai tujuan pendidikan agama atau dengan rumusan
yang lebih sederhana.11
3. Konsep Pengembangan Kurikulum
Secara Etimologi Dalam Kamus Bahasa Indonesia kata
“pengembangan” mengandung arti hal mengembangkan, pembangunan secara
bertahap dan teratur, dan yang menjurus ke sasaran yang dikehendaki.
Pengembangan kurikulum mengandung pengertian sebagai kegiatan
menghasilkan kurikulum, proses yang mengaitkan satu komponen dengan yang
lainnya untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik, dan atau kegiatan
penyusunan (desain), pelaksanaan, penilaian, dan penyempurnaan kurikulum.12

10
Zuhairini dan Abdul ghofur, Metodologi Pembelajaran Pendidikan agama Islam, (Malang,
UM Press, 2004), 42
11
Zuhairini dan Abdul Ghofur, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Malang:
UM Press, 2004), 42
12
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan
Perguruan Tinggi, (Jakarta: Raja grafindo Persada, 2005), 10

6
Secara Terminologi Pengembangan kurikulum adalah proses
perancanaan kurikulum agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan
spesifik. Proses ini berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian berbagai
komponen situasi belajarmengajar, antara lain penetapan jadwal
pengorganisasian kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disaranakan, mata
pelajaran, kegiatan, sumber dan alat pengukur pengembangan kurikulum yang
mengacu ptada kreasi sumber-sumber unit, rencana unit, dan garis pelajaran
kurikulum ganda lainnya, untuk memudahkan proses belajar mengajar.13
Dapat disimpulkan berdasarkan pengertian diatas adalah
Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar
menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik. Proses ini
berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian berbagai komponen situasi
belajar-mengajar antara lain penetapan jadwal pengorganisasian kurikulum dan
spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran, kegiatan, sumber dan alat
pengukur pengembangan kurikulum yang mengacu pada kreasi sumber-sumber
unit, rencana unit, dan garis pelajaran kurikulum ganda lainnya, untuk
memudahkan proses belajar mengajar.
Pada dasarnya pengembangan kurikulum ialah mengarahkan kurikulum
sekarang ke tujuan pendidikan yang diharapkan karena adanya berbagai
pengaruh yang sifatnya positif yang datangnya dari luar atau dari dalam sendiri,
dengan harapan agar siswa dapat menghadapi masa depan dengan baik.14
4. Landasan Pengembangan Kurikulum
Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang memiliki kedudukan
cukup sentral dalam perkembangan pendidikan, oleh sebab itu dibutuhkan
landasan yang kuat dalam pengembangan kurikulum agar pendidikan dapat
menghasilkan manusia-manusia yang berkualitas. Menurut Nana Syaodih,

13
Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008), 183-184
14
Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), 84

7
landasan kurikulum terdiri dari landasan filosofis, psikologis, sosial budaya dan
ilmu pengetahuan dan teknologi.15
Pendapat tersebut hampir sama dengan yang dikemukakan Zainal Arifin
bahwa landasan kurikulum terdiri antara lain : a) filosofis, b) social budaya, c)
psikologi, dan d) ilmu pengetahuan dan teknologi.16
a. Landasan Filosofis
Pendidikan berintikan interaksi antar manusia, terutama antara pendidik
dan peseta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Untuk dapat mengerti
kebijakan dan berbuat secara bijak, seseorang harus tahu atau
berpengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh melalui proses berpikir,
yaitu berpikir secara sistematis, logis, dan mendalam. Sekolah bertujuan
mendidik anak agar menjadi manusia yang baik. Pada hakekatnya, baik
ditentukan oleh nilai-nilai, cita-cita atau filsafat yang dianut oleh negara,
guru, orang tua, masyarakat, bahkan dunia. Dengan adanya perbedaan
filsafat ini, maka timbullah perbedaan tujuan pendidikan, materi ajaran,
strategi pembelajaran dan penilaian.17
Ada tiga pokok persoalan yang ditelaah dalam bidang filsafat, yaitu
hakikat benar dan salah (logika), hakikat baik dan buruk (etika) dan hakikat
indah dan jelek (estetika). Hakikat benar dan salah adalah telaahan bidang
ilmu. Hakikat baik dan buruk telaahan bidang nilai (nilai religi dan sosial).
Sedangkan indah dan jelek telaahan bidang seni. Ketiga pandangan
tersebut sangat diperlukan dalam kurikulum, terutama dalam menetapkan
arah dan tujuan pendidikan.18
b. Landasan Sosial Budaya

15
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2013), 38.
16
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2012), 47
17
Nasution, Asas-Asas Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), 11.
18
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2013), 39.

8
Tiap masyarakat mempunyai norma-norma, adat kebiasaan yang harus
internalisasi dalam diri anak. Tiap masyarakat memiliki beragam corak
yang dianut yang mempengaruhi latar belakang kebudayaan anak. Hal
tersebut seharusnya menjadi pertimbangan dalam mengembangkan
kurikulum. Selain itu, perubahan masyarakat akibat perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi juga menjadi faktor lain dalam
perkembangan.19
Selain itu, pendidikan harus mengantisipasi tuntutan perkembangan
sehingga mampu menyiapkan anak didik untuk dapat hidup wajar sesuai
dengan kondisi sosial budaya masyarakat. Kurikulum sebagai program
pendidikan harus dapat menjawab tantangan/ tuntutan tersebut. Isi
pendidikan (kurikulum) adalah kebudayaan manusia yang senantiasa
berkembang, baik kebudayaan universal seperti bahasa, sistem
pengetahuan, agama atau sistem religi, sistem mata pencaharian/teknologi,
organisasi sosial, kesenian maupun kebudayaan khusus yang sesuai dengan
masyarakat setempat.
c. Landasan Psikologis
Dalam proses pendidikan terjadi interaksi antar individu manusia, yaitu
antar peserta didik dengan orang-orang yang lainnya, seperti guru atau
dosen, kepala sekolah atau dekan dan sebagainya.
Manusia berbeda dengan makhluk lainnya, karena kondisi
psikologisnya, dalam hubungannya dengan materi pembelajaran,
pemilihan dan penentuan materi pelajaran harus disesuaikan dengan tahap
perkembangan peserta didik sehingga akan fungsional dalam upaya
membantu perkembangan dirinya agar proses pembelajaran dapat berjalan
dengan efektif sesuai dengan taraf perkembangan mereka. Oleh karena itu,

19
Nasution, Asas-Asas Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), 13.

9
landasan psikologi dalam pengembangan kurikulum adalah psikologi
belajar dan psikologi perkembangan.20
d. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Landasan ini berkenaan dengan perkembagan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta seni. Salah satu ciri dari masyarakat adalah selalu
berkembang. Masyarakat yang berkembang karena dipengaruhi
perkembangan ilmu dan tekhnologi, yang memiliki pengaruh yang cukup
kuat pada pengembangan kurikulum, terutama teknologi industri,
transportasi, komunikasi, telekomunikasi dan elektronik yang
menyebabkan masyarakat berkembang sangat cepat menuju masyarakat
terbuka, masyarakat informasi dan global. Perubahan ini akan
mempengaruhi perkembangan setiap individu warga masyarakat,
mempengaruhi pengetahuan, kebiasaan bahkan pola-pola hidup mereka.
Tekonologi pada hakekatnya adalah penerapan ilmu pengetahuan
(technology is application of science). Teknologi memegang peranan
penting dalam kehidupan budaya manusia. Teknologi sudah banyak
digunakan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam bidang
pendidikan. Tujuannya adalah untuk menciptakan suatu kondisi yang
efektif, efisien, dan sinergis terhadap pola perilaku manusia. Implikasi ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam pengembangan kurikulum adalah
kurikulum harus dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan
berfikir peserta didik untuk lebih banyak menghasilkan teknologi baru
sesuai dengan perkembangan zaman dan karakteristik masyarakat
Indonesia. Pengembangan kurikulum harus difokuskan pada kemampuan
peserta didik untuk mengenali dan merevitalisasi produk teknologi yang

20
Sukiman, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik Pada Perguruan Tinggi,
(Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Sunan Kalijaga, 2013), 37.

10
telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.21
5. Pelaksanaan Kurikulum PAI di SMKN 1 Kraksaan
Salah satu fungsi kurikulum ialah sebagai akar untuk mencapai tujuan
Pendidikan Nasional yang harus tetap mempertimbangkan kematangan daya serap
siswa, tuntutan sekarang dan masa depan, nilai-nilai dan kompetensi lintas
kurikulum untuk pendidikan menengah.
Di SMKN 1 Kraksaan, kurikulum PAI memiliki pengembangan yang
signifikan, mengingat bahwa nilai pendidikan agam di SMK sangat minim,
sehingga guru PAI diharapkan mampu mengembangkan kurikulum dengan
maksimal.
Menurut bapak Bukhori,22 kurikulum PAI di SMKN 1 Kraksaan banyak
pengembangan dan perubahan, baik dikelas maupun di luar kelas, hal ini
disebabkan semangtnya guru PAI dalam mengembangkan kurikulum dan juga atas
dorongan kepala sekolah yang mendukung kegiatan-kegiatan agama ditingkatkan.
Upaya demi upaya dilakukan demi mewujudkan pendidikan agama yang
signifikan terhadap siswa-siswi dengan mengimplementasi kegiatan-kegiatan
berbasis islami, sehingga dengan kegiatan tersebut diharapkan terwujud insan
yang islami.
Untuk model pengembangan kurikulum yang ada di SMKN 1 Kraksaan
meliputi beberapa hal :
a. Pengembangan praktik materi PAI
Di SMKN 1 Kraksaan praktik-praktik keagamaan telah mendapatkan
dukungan oleh sekolah dengan memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan yang
diutuhkan, seperti praktik manasik haji, tajhiz jenazah dan lain-lain, seperti
yang dikatakan oleh bapak Khoirul Amin, bahwa kegiatan siswa sudah

21
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), 78
22
Hasil wawancara Bersama Koordinator Mapel PAI pada 20 Februari 2023 : 9.30

11
terfasilitasi dengan baik oleh sekolah, sehingga memudahkan pembelajaran
praktik siswa, salah satunya adalah adanya kelengkapan wifi tiap kelas,
sehingga siswa dapat mencari sejarah, tokoh, kejadian terkait materi PAI.23
Menurut bapak Ghozi Ma’shum, materi PAI di SMKN 1 Kraksaan
sudah memiliki fasilitas yang memadai, bahkan sekolah sangat mendukung
untuk memfasilitasi kegiatan-kegiatan PAI jika dibutuhkan, salah satunya
adalah materi tentang islam nusantara, sekolah memfasilitasi siswa belajar
langsung sejarah di luar sekolah seperti rihlah ruhiyah walisongo.24
b. Pengembangan metode pengajaran
Dalam pembelajaran PAI tentunya tak lepas dari metode pembelajaran,
dengan di SMKN 1 Kraksaan, metode pembelajaran bersinambungan dengan
P5 (projek penguatan profil pemuda pancasila), seperti yang dikatakan oleh
kepala sekolah SMKN 1 Kraksaan bahwa kurikulum merdeka harus
menerapkan materi dengan menyangkut pautkan materi P5.25
c. Pengembangan hari besar islam
Peringatan hari besar islam senantiasa dilaksanakan di sekolah SMKN
1 Kraksaan, hal ini bertujuan untuk mengasah keagamaan siswa melalui
ceramah muballigh undangan, tidak hanya itu, kegiatan dikonsep sesuai
dengan jaman kekinian, seperti jamaah tabligh sholawatan, sehingga siswa
timbul rasa mahabbah terhadap keagamaan dan timbul kesadaran pentingnya
beragama. Hal ini sesuai apa yang dikatakan oleh kepala sekolah SMKN 1
Kraksaan.26
d. Pengembangan pembiasaan sholat jama’ah
Sholat Dzuhur dan Ashar menjadi kewajiban bagi setiap siswa-siswi,
dilakukan secara bertahap di musholla sekolah, hal ini diharapkan agar siswa

23
Hasil Wawancara dengan guru PAI SMKN 1 Kraksaan pada 20 Februari 2023 10.30
24
Hasil Wawancara dengan guru PAI SMKN 1 Kraksaan pada 20 Februari 2023 11.30
25
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah SMKN 1 Kraksaan pada 20 Februari 2023 12.30
26
Ibid.,

12
bisa membiasakan diri sholat berjamaah di rumah masing-masing.
Pembiasaan berjamaah ini merupakan salah satu cara menumbuhkan karakter
siswa, melalui jamaah diharapkan siswa dapat melaksanakan karakter baik
baik kepada Allah ataupun kepada sesama ciptaan Allah.
6. Kesimpulan
Peran kurikulum dalam merumuskan pendidikan sangat penting, hal ini tidak
lepas dari posisinya sebagai pengatur dalam menerapkan dan mengimplementasikan
pendidikan, terutama dalam pendidikan agama Islam, di SMKN 1 Kraksaan usaha
untuk menumbuh kembangkan pendidikan agama Islam sangat besar, hal ini
dibuktikan dengan adanya dukungan besar kepada siswa untuk terus meningkatkan
keilmuan keagamaan dengan cara yang variatif, sehingga dengan adanya dukungan
tersebut dapat memudahkan guru PAI dalam meminimalisir kekurangan dan
kesulitan dalam implementasi pendidikan agama Islam.

13
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Muzaiyyin, 2004. Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara).


Arifin, Zainal. 2012, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya).
Dakir, 2004, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: PT Rineka Cipta).
Hamalik, Oemar, 2005. Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara).
Hamalik, Oemar, 2008. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya).
Muhaimin, 2006. Nuansa Baru Pendidikan Islam; Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada).
Majid, Abdul dan Andayani, Dian, 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
(Bandung:Remaja Rosda Karya).
Muhaimin, 2005. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan
Perguruan Tinggi, (Jakarta: Raja grafindo Persada).
Nurmadiah, 2014. Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Jurnal Al-Afkar Vol. III, No. 11, Oktober
Nasution, 2013, Asas-Asas Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara).
Syaodih Sukmadinata, Nana. 2013, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya).
Sukiman, 2013, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik Pada Perguruan Tinggi, (Yogyakarta:
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Sunan Kalijaga)
Yamin, Moh, 2009. Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan, (Yogyakarta: Diva Press).
Zuhairini dan Ghofur, Abdul. 2004, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Malang: UM
Press).

14

Anda mungkin juga menyukai