Anda di halaman 1dari 19

1

Pentingnya Pengembangan Kurikulum di Sekolah dalam Upaya


Meningkatkan Mutu Pendidikan

Hanes Puji Pangestu, Siti Mauludah, Muhammad Ilman Nafi'an, Irma Azizi,
Ahmad Hidayatullah, Ragil Saputri
IAIN Kediri
sitimauludah09@gmail.com, Ilman@iainkediri.ac.id
Mirazimirazi333@gmail.com, kicongsigma@gmail.com,
Ragilsaputri20@gmail.com .

Abstrak
Kurikulum merupakan wahana belajar mengajar yang dinamis sehingga perlu
dikembangkan dan dinilai secara terus menerus berkelanjutan sesuai dengan
perkembangan yang ada di masyarakat. Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggara kegiatan belajar mengajar. Pengembangan kurikulum sendiri
sangat penting bagi pendidikan karena akan menentukan bagaimana kurikulum akan
berjalan sesuai dengan kebutuhan. Dalam pengembangan kurikulum terdapat sejumlah
prinsip dan fungsi yang dimaksudkan sebagai rambu-rambu atau pedoman yang harus
dipegangi dalam kegiatan pengembangan kurikulum agar hasilnya dapat sesui harapan
semua pihak.

Kata Kunci: Kurikulum, Pengembangan kurikulum, Fungsi Prinsip Kurikulum, Mutu


pendidikan.

Abstract

The curriculum is a vehincle for learning dynamic that needs to be developed and
assessed continually ongoing in accordance with the existing development community.
The curriculum is a set of plans and arrangements regarding the content and subject
matter as well as the methods used to guide the implementation of teaching and learning
activities. Curriculum development it self is very important for education because it will
determine how the curriculum will run according to needs. In curriculum development
there are a number of principles and functions that are intended as guidelines or
guidelines that must be held in curriculum development activities so that the result can
be as expected by all parties.
2

Keywords: Curriculum, curriculum development, function, principles of the curriculum,


quality of education.

Pendahuluan
Pendidikan sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Dengan
pendidikan itu akan dapat memajukan budaya dan meningkatkan derajat bangsa di
mata masyarakat internasional. Seperti dikatakan Daoed Joesoef, sebagaimana
3

diungkapkan Soesilo, pendidikan adalah alat yang sangat menentukan untuk


mencapai kemajuan di semua bidang mata pencaharian, dalam memilih dan membina
kehidupan yang lebih baik, yang sesuai dengan kedudukan manusia (M.J. Susilo
2007, p. 13). Dalam hal ini kurikulum sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan
belajar berarti bahwa dalam kurikulum terdapat panduan untuk interaksi antara guru
dan siswa. Dengan begitu, kurikulum mempunyai fungsi sebagai "nafas atau inti"
dari proses pendidikan di sekolah untuk memberdayakan siswa yang berpotensi
(Tamami 2016, p. 3).

Kurikulum adalah media yang menentukan terhadap keberhasilan proses


pendidikan, dalam artian bahwa tanpa kurikulum yang baik dan sesuai akan sulit
untuk mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan (Yulianti, Hartatik 2016, p.
307). Untuk mempersiapkan hal itu, lembaga pendidikan tersebar di seluruh
Indonesia, terutama lembaga pendidikan Islam di tingkat pusat, daerah terus
melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kinerja semua komponen
madrasah/sekolah agar memiliki persaingan yang kompetitif (Baharun 2016, p. 244).
Dan salah satu program yang harus dilakukan adalah merencanakan pengembangan
kurikulum yang dalam hal ini diupayakan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.1

Metode
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis/pendekatan penelitian berupa
Studi Kepustakaan (Library Research). Studi pustaka atau kepustakaan dapat
diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan
data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Dalam
metode ini pengumpulan data dilakukan dengan menelaah dan/atau mengekplorasi
beberapa jurnal, buku, dan dokumen-dokumen (baik yang berupa cetak maupun
elektronik) serta sumber-sumber data dan atau informasi lainnya yang dianggap
relevan dengan penelitian atau kajian.2

Pembahasan

1. Pengertian Kurikulum

1Sofiyah, “PRINSIP — PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM DALAM


UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN”. Jurnal Pendidikan Agama Islam
Edureligia. Vol. 2 No. 2, Juli-Desember 2018, 123.
2Supriyadi, “Community of Practitioners: Solusi Alternatif Berbagi Pengetahuan Antar

Pustakawan”, Lentera Pustaka 2(2), (2016), 85.


4

Kata kurikulum mendapat banyak penafsiran dari berbagai pakar dalam bidang
pengembangan kurikulum dari dulu sampai saat ini. Interpretasi tersebut terdapat
banyak sekali perbedaan sesuai dengan pandangan masing-masing pakar dan
disesuaikan dengan titik berat inti yang para pakar kaji (Hamalik, 1994:16).
Kurikulum juga dapat diartikan sebagai sebuah rencana menganai tujuan belajar,
kompetensi yg ingin dicapai, materi dan hasil belajar yg diharapkan sebagai landasan
dan pedoman untuk mencapai kompetensi mendasar dan tujuan dari pendidikan (E.
Mulyasa, 2009:11).3 Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta bahan yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu (Rusman, 2009: 3). UU. No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyebutkan bahwa, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.4

Definisi paling umum dari kurikulum adalah seperangkat mata pelajaran yang
akan diajarkan kepada siswa. Konsep kurikulum sebagai pengalaman belajar lebih
baik menggambarkan situasi yang lebih akurat daripada konsep lain. Sekolah
didirikan untuk mendidik siswa, yaitu bahwa mereka berkembang sesuai dengan jalur
tertentu. Perkembangan ini hanya dapat dicapai melalui pengalaman belajar yang
mereka peroleh. Kurikulum sebagai cetak biru untuk pendidikan harus mengarah
pada penyediaan pengalaman belajar bagi siswa yang dirancang dengan baik dan
diimplementasikan dengan benar. Kurikulum juga sering diartikan sebagai materi
pelajaran atau materi pelajaran untuk peserta didik, atau rencana pelajaran. Baik itu
rencana, dokumen, atau pedoman belajar, atau pengalaman belajar yang diadopsi
oleh seseorang, akan mengarahkannya dalam melakukan kegiatan belajar (Lase 2018,
p. 49-50). Kurikulum memiliki posisi yang sangat penting dalam seluruh proses
pendidikan. Konsep kurikulum berkembang sesuai dengan perkembangan teori dan
praktik pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan alur atau teori pendidikan. Oleh
karena itu, pengalaman belajar yang disusun di dalam kurikulum harus sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.

2. Hakikat Pengembangan Kurikulum

3 Abddul Wafi, “KONSEP DASAR KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM”.

Jurnal Pendidikan Agama Islam Edureligia. Vol. 1 No. 2, Juli-Desember 2017, 134
4 Ibrahim Nasbi, “Manajemen Kurikulum : Sebuah Kajian Teoritis”. Jurnal Idaarah. Vol.

1, No. 2, Desember 2017, 319


5

Pengelolaan kurikulum adalah suatu bentuk pengelolaan yang ditujukan untuk


keberhasilan kegiatan belajar mengajar secara maksimal dengan titik berat pada
usaha meningkatkan kualitas interaksi belajar mengajar. Sebelum diuraikan tentang
manajemen kurikulum secara lebih luas termasuk proses pengelolaannya, maka
terlebih dahulu akan diuraikan pengertian kurikulum dalam berbagai dimensi.
Pengertian kurikulum berasal dari bahasa Latin yang berarti jalan atau arena
perlombaan yang dilalui oleh kereta. Kemudian, istilah ini diadopsi dalam bidang
pendidikan, sehingga mengandung pengertian kumpulan mata pelajaran yang harus
diajarkan guru atau dipelajari subyek didik, atau kumpulan mata pelajaran yang
ditetapkan sekolah untuk dipelajari oleh subyek didik agar lulus dan memperoleh
ijazah. Pengertian ini merupakan pandangan lama yang lebih menekankan pada isi
pelajaran. Dalam kondisi tertentu, pengertian ini masih sering digunakan hingga
sekarang.

James A. Beane mendefinisikan kurikulum ke dalam empat kategori, yaitu


pertama, kurikulum sebagai produk merupakan semacam dokumen yang berisi
sejumlah mata pelajaran, silabus untuk sejumlah mata pelajaran, sederetan
keterampilan dan tujuan yang ingin dicapai dan juga berisi sejumlah judul buku teks.
Kedua, kurikulum sebagai program merujuk kepada serangkaian mata pelajaran yang
disediakan sekolah atau lembaga pendidikan termasuk di dalamnya mata pelajaran
wajib dan mata pelajaran pilihan. Ketiga, kurikulum sebagai bekal belajar
mengandung arti sesuatu yang diajarkan. Sesuatu yang diajarkan dapat berupa
pengetahuan, keahlian atau keterampilan, sikap dan juga pri1aku. Keempat,
kurikulum diartikan sebagai pengalaman subyek didik merujuk kepada serangkaian
peristiwa yang dialami subyek didik sebagai hasil dari berbagai situasi yang
direncanakan dan yang tidak direncanakan.5

Pada hakekatnya pengembangan kurikulum itu merupakan usaha untuk mencari


bagaimana rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang
sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu dalam
suatu lembaga.6

3. Fungsi Pengembangan Kurikulum

5 Razali M. Thalib dan Irman Siswanto, “INOVASI KURIKULUM DALAM PENGEMBANGAN

PENDIDIKAN (Suatu Analisis Implementatif)”. Jurnal Edukasi, Vol. 1, No. 2, July 2015, 218
6 Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2012), hlm. 5-6.


6

Pendidikan Nasional yang didasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar


Tahun 1945: Kurikulum berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Kurikulum bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab. Keberadaan kurikulum sangat diperlukan,
karena merupakan komponen terpenting di samping guru dan fasilitas. Dengan
kurikulum, akan ada gambaran yang jelas tentang tujuan yang akan dicapai.
Kurikulum diakui sebagai tolak ukur untuk mengubah dan meningkatkan skala
pendidikan. Kurikulum memberikan bimbingan kepada guru untuk menyusun dan
menerapkan program pembelajaran7

Pada dasarnya kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru,
kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Bagi kepala sekolah dan pengawas, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam
melaksanakan supervisi atau pengawasan. Bagi orang tua, kurikulum itu berfungsi
sebagai pedoman dalam membimbing anaknya belajar di rumah. Bagi masyarakat,
kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi
terselenggarakannya proses pendidikan di sekolah. Berkaitan dengan fungsi
kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat enam fungsi kurikulum, yaitu:

1. Fungsi Penyesuaian (the adjustive or adaptive function)

Fungsi Penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat


pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar memiliki sifat well adjusted
yaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial. Lingkungan itu sendiri senantiasa mengalami
perubahan dan bersifat dinamis. Karena itu, siswa pun harus memiliki kemampuan
untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di lingkungannya.

2. Fungsi Integrasi (the integrating function)


Fungsi Integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan
harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa pada dasarnya
merupakan anggota dan bagian integral dari masyarakat. Oleh karena itu, siswa

7 Claudine Muraraneza, “Implementation of competency besed curiculum education”,

International Journal of Africa Nursing Sciences, Vol. 8, 2018, 53.


7

harus memiliki kepribadian yang dibutuhkan untuk dapat hidup dan berintegrasi
dengan masyarakatnya.

3. Fungsi Diferensiasi (the differentiating function)

Fungsi Diferensiensi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat


pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu
siswa. Setiap siswa memiliki perbedaan, baik dari aspek fisik maupun psikis, yang
harus dihargai dan dilayani dengan baik.

4. Fungsi Persiapan (the propaedeutic function)

Fungsi Periapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan


harus mampu mempersiapkan sswa untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan
berikutnya. Selain itu, kurikulum juga diharapkan dapat mempersiapkan siswa
untuk dapat hidup dalam masyarakat seandainya karena suatu hal, tidak dapat
melanjutkan pendidikannya.

5. Fungsi Pemilihan (the selective function)

Fungsi pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan


harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-
program belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Fungsi pemilihan ini
sangat erat hubungannya dengan fungsi diferensiasi, karena pengakuan atas adanya
perbedaan individual siswa berarti pula diberinya kesempatan bagi siswa tersebut
untuk memilih apa yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Untuk
mewujudkan kedua fungsi tersebut, kurikulum perlu disusun secara lebih luas dan
bersifat fleksibel.

6. Fungsi Diagnostik (the diagnostic function)

Fungsi diagostik mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan


harus mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan
menerima kekuatan (potensi) dan kelemahan yang dimilikinya. Jika siswa sudah
mampu memahami kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada
dirinya, maka diharapkan siswa dapat mengembangkan sendiri potensi kekuatan yang
dimilikinya atau memperbaiki kelemahan-kelemahannya.8

8 Ifham Choli, “Hakikat Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam”, Jurnal Ar-Risalah,

Vol. X, No. 2, 2019, 108-110


8

Muhammad Ansyar menguraikan beberapa fungsi kurikulum sebagai berikut,


kurikulum sebagai pedoman studi, pengertiannya adalah seperangkat mata pelajaran
yang mampu dipelajari oleh peserta didik di sekolah atau di institusi pendidikan
lainnya. Kurikulum sebagai konten, pengertiannya adalah data atau informasi yang
tertera dalam buku-buku kelas tanpa dilengkapi dengan data atau informasi lain yang
memungkinkan timbulnya belajar. Kurikulum sebagai kegiatan terencara,
pengertiannya adalah kegiatan yang direncanakan tentang hal-hal yang akan
diajarkan dengan berhasil. Kurikulum sebagai hasil belajar, pengertainnya adalah
seperangkat tujuan yang utuh untuk memperoleh suatu hasil tertentu tanpa
menspesifikasi cara-cara yang dituju untuk memperoleh hasil itu, atau seperangkat
hasil belajar yang direncanakan dan diinginkan. Kurikulum sebagai reproduksi
kultural, pengertiannya adalah transfer dan refleksi butir-butir kebudayaan
masyarakat, agar dimiliki dan difahami anak-anak generasi muda masyarakat
tersebut. Kurikulum sebagai pengalaman belajar, pengertiannya adalah keseluruhan
pengalaman belajar yang direncanakan di bawah pimpinan sekolah. Kurikulum
sebagai reproduksi, pengertiannya adalah tugas yang harus dilakukan untuk mencapai
hasil yang ditetapkan terlebih dahulu. Kurikulum dikembangakan untuk membangun
kehidupan masa kini dan untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih
baik di masa depan.9

Dakin mengemukakan fungsi kurikulum dengan pihak-pihak yang secara


langsung terkait dengan pengembangan kurikulum sekolah, yaitu guru, kepala
sekolah, para penulis buku ajar, dan masyarakat. Fungsi kurikulum bagi para penulis.
Para penulis buku ajar mestinya mempelajari terlebih dahulu kurikulum yang berlaku
pada waktu itu. Untuk membuat berbagai pokok bahasan maupun sub pokok bahasan,
hendaknya penulis buku ajar membuat analisi instruksional terlebih dahulu. Kemudia
menyusun Garis-Garis Besar Program Pelajaran (GBPP) untuk mata pelajaran
tertentu, baru berbagai bahan yang relevan. Sumber bahan tersebut dapat berupa
bahan cetak (buku, makalah, majalah, jurnal, koran, hasil penelitian, dan sebagainya),
yang diambil dari narasumber, pengalaman penulis sendiri atau dari lingkungan.
Fungsi kurikulum bagi Kepala Sekolah yang baru, yang dipelajari pertama kali
adalah tujuan lembaga yang akan dipimpinnya. Kemudian mencari kurikulum yang
berlaku sekarang untuk dipelajari. Selanjutnya tugas kepala sekolah mencari
supervisi kurikulu. Fungsi kurikulum bagi masyarakat kurikulum harus memenuhi

9 Purwadhi, “Pengembangan Kurikulum dalam Pembelajaran Abad XXI”, Indonesia

Journal of Curriculum and Educational Technology Studies, Vol. 4, No. 2, 2019, 104.
9

kebutuhan-kebutuhan masyarakat sekitar. Dengan demikian, fungsi utama kurikulum


adalah sebagai acuan bagi terciptanya aktivitas pembelajaran di sekolah.10

Dengan fungsi seperti yang dijelaskan diatas, maka kurikulum dapat dimaknai
dan sekaligus sebagai acuan bagi: 1) peserta didik dalam memperoleh bekal
kemampuan hidup; 2) guru dalam melaksanakan pembelajaran; 3) kepala sekolah dan
pengawas dalam melaksanakan supervisi 4) orang tua dalam membimbing anak-anak
belajar; dan 5) masyarakat dalam memberikan bantuan terhadap terselenggarakannya
pembelajaran di sekolah agar menghasilkan pendidikan yang lebih baik.

4. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum


Dalam pengembangan kurikulum terdapat sejumlah prinsip yang dimaksudkan
sebagai rambu-rambu atau pedoman yang harus dipegangi dalam kegiatan
pengembangan kurikulum agar hasilnya dapat sesuai harapan semua pihak, yakni
peserta didik sendiri, keluarga, lembaga pendidikan, masyrakat, dan juga pemerintah.

Prinsip pengembangan kurikulum terbagi menjadi dua jenis, yaitu prinsip umum
dan prinsip spesifik. Prinsip umum pengembangan kurikulum adalah relevansi,
fleksibilitas, kontinuitas, kepraktisan dan efektivitas. Sedangkan prinsip khusus
pengembangan kurikulum adalah prinsip yang berkaitan dengan tujuan pendidikan,
pemilihan isi pendidikan, pemilihan proses belajar mengajar, pemilihan media dan
alat pengajaran, dan prinsip pemilihan kegiatan penilaian.

1. Prinsip-prinsip Umum
a. Prinsip Relevansi
Relevansi secara bahasa berarti hubungan atau kaitan. Dalam pengembangan
kurikulum, prinsip kurikulum yang dimaksud adalah adanya hubungan, kaitan,
kesesuaian dan keserasian antara unsur-unsur kurikulum sendiri dan anatara isi
kurikulum dengan tuntutan dan kebutuhan hidup yang ada di masyarakat. Prinsip
relevansi dibagi menjadi dua yaitu secara internal dan eksternal.

Secara internal, kurikulum memiliki relevansi antara komponen kurikulum


(tujuan, bahan, strategi, organisasi, dan evaluasi).11 Maksudnya yaitu adanya
kaitan, kesesuaian atau konsistensi antara unsur-unsur/komponen-komponen dalam
kurikulum, yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian, dan penilaian. Relevansi
internal ini menunjukkan suatu keterpaduan kurikulum.
10 Sutjipto, “Teachers Views in Special Education Curriculum Development”, Jurnal

Pendidikan dan Kebudayaan,Vol. 3, No. 1, 2018, 76.


11 Yunita Hariyani, Prinsip—Prinsip Pengembangan Kurikulum Dalam Upaya Meningkatkan

Kualitas Pembelajaran, Jurnal Edureligia Vol. 2, No. 2, tahun 2018, hlm. 128.
10

Relevansi eksternal maksudnya tujuan, isi, dan proses belajar yang tercakup
dalam kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan, dan
perkembangan masyarakat.

b. Prinsip Fleksibilitas
Prinsip fleksibilitas maksudnya adalah hendaknya kurikulum memiliki sifat
lentur, dalam arti semacam ruang gerak yang memberikan kebebasan dalam
bertindak bagi guru dan peserta didik. Fleksibilitas bagi peserta didik dapat
diwujudkan dalam bentuk kebebasan dalam memilih program pendidikan, dan
fleksibilitas bagi guru adalah dalam bentuk pengembangan progran pembelajaran.
Fleksibilitas dalam memilih program pendidikan dapat diwujudkan dalam bentuk
pengadaan program-program pilihan yang dapat berbentuk jurian/program
spesialisasi ataupun program-program pendidikan keterampilan yang dapat dipih
peserta didik atas dasar kemampuan dan minatnya.

Fleksibilitas pengembangan program pembelajaran, guru dapat


wemujudkannya antara lain dalam bentuk memberi kesempatan kepada guru-guru
untuk mengembangkan sendiri program-program pembelajaran di dalam kurikulum
yang masih bersifat agak umum. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru diberi
kesempatan untuk menjabarkan bahan kurikulum atas satuan-satuan bahan yang
nantinya akan dikembangkan dalam bentuk program-program pembelajaran.

c. Prinsip Kontinuitas (Kesinambungan)


Makna kontinuitas disini adalah berhubungan, yaitu adanya nilai keterkaitan
antara kurikulum dari berbagai tingkat pendidikan. Sehingga tidak terjadi
pengulangan atau disharmonisasi bahan pembelajaran yang berakibat jenuh atau
membosankan baik yang mengajarkan (guru) maupun yang belajar (peserta
didik).12 Kontinuitas ini dapat dilihat dari dua segi yaitu:

1) Kontinuitas antara Berbagai Tingkat Lembaga Pendidikan


Dalam pengembangan kurikulum, hendaknya dipertimbangkan hal-hal
berikut ini. Pertama, kemampuan/kompetensi dan bahan-bahan peljaran yang
dibutuhkan untuk belajar pada tingkat berikutnyahendaknya sudah diajarkan
pada tingkat sebelumnya. Misalnya, pada tingkat Sekolah Dasar, SMP, SMA,
Perguruan Tinggi harus ada kesinambungan kurikulum secara hierarkis
fungsional menurut bidang telaahnya masing-masing. Kedua,

12 Nurul Zainab, Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam

Perspektif Islam, FENOMENA, Vol. 16No. 2, 2017, hlm. 366.


11

kemampuan/kompetensi dan bahan-bahan pelajaran yang sudah diajarkan pada


tingkat lembaga pendidikan yang lebih rendah tidak perlu diajarkan lagi pada
lembaga pendidikan yang kebih tinggi.
2) Kontinuitas antar Berbagai Mata Pelajaran
Kompetensi dan bahan yang diajarkan dalam berbagai mata pelajaran sering
mempunyai hubungan satu sama lainnya. Untuk itu, urutan dalam penyajian
berbagai mata pelajaran hendaknya diupayakan agar hubungan tersebut dapat
terjalin dengan baik. Misalnya, untuk memahami tentang mawaris (warisan)
dalam mata pelajaran agama, sebelumnya perlu memahami mata pelajaran
Matematika.13
d. Prinsip Efisiensi
Prinsip efisiensi adalah hubungan dengan perbandingan antara hasil yang
dicapai dengan usaha yang dijalankan, atau biaya yang dikeluarkan. Suatu usaha
dikatakn efisien, apabila hasil yang dicapai itu telah sesuai dengan usaha atau biaya
yang dikeluarkan.

Dalam pengembangan kurikulum, prinsip efisiensi harus mendapat perhatian,


termasuk efisiensi segi waktu, tenaga, peralatan, dan biaya. Efisiensi waktu perlu
direncanakan kegiatan belajar mengajar peserta didik agar tidak banyak membuang
waktu di lembaga pendidikan. Efisiensi penggunaan tenaga dan peralatan perlu
ditetapkan jumlah minimal peserta didik yang harus dipenuhi oleh lembaga
pendidikan dan cara menentukan jumlah pendidikan yang dibutuhkan. Dengan
mengusahakan tercapainya berbagai segi efisiensi di atas, diharapkan dapat dicapai
efisiensi dalam pembiayaan pendidikan.

e. Prinsip Efektivitas
Mengembangkan kurikulum pendidikan perlu mempertimbangkan prinsip
efektivitas, yang dimaksud dengan efektivitas disini adalah sejauh mana rencana
program pembelajaran tercapai atau terlaksana. Di dalam prinsip ini ada dua aspek
yang perlu di-perhatikan yaitu: efektivitas mengajar guru dan efektivitas belajar
peserta didik.

Pada aspek mengajar guru, jika masih kurang efektif dalam mengajarkan bahan
atau program pembelajaran, maka hal itu menjadi ba-han di dalam
mengembangkan kurikulum ke depan yaitu dengan mengadakan pelatihan,
workshop dan lain-lain. Sedangkan pada aspek efektivitas belajar peserta didik,
13 Sukiman, Pengembangan Kurikulum: Perguruan Tinggi, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2015), hlm. 38.


12

maka perlu dikembangkan kurikulum yang berkaitan dengan metodologi


pembelajaran sehingga apa yang telah direncanakan dapat tercapai dengan metode
yang relevan dengan bahan atau materi pembelajaran.

2. Prinsip-prinsip Khusus
Ada beberapa prinsip yang lebih khusus dalam pengembangan kurikulum. Prinsip-
prinsip ini berkenalan dengan penyusun tujuan, isi, pengalaman belajar, dan
penilaian.

a. Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan

Tujuan menjadi pusat kegiatan dan arah semua kegiatan pendidikan. Perumusan
komponen-komponen kurikulum hendaknya mengacu pada tujuan pendidikan.14
Tujuan pendidikan mencakupan tujuan yang bersifat umum atau berjangka panjang,
jangka menengah, dan jangka pendek tujuan khusus, perumusan tujuan pendidikan
bersumber pada:

1) Ketentuan dan kebijaksanaan pemerintah, yang dapat ditemukan dalam


dokumen-dokumen lembaga Negara mengenai tujuan, dan strategi
pembangunan termasuk didalamnya pendidikan.
2) Survey tentang manpower.
3) Pengalaman Negara-negara lain dalam masalah yang sama.
4) Penelitian

b. Prinsip berkenaan dengan penelitian isi pendidikan

Memilih isi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan yang telah
ditentukan para perencanaan kurikulum perlu mempertimbangkan beberapa hal:

1) Perlu penjabaran tujuan pendidikan/pengajaran kedalam bentuk perbuatan


hasil belajar yng khusus dan sederhana.
2) Isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan ketrampilan.
3) Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis.
Ketiga ranah belajar, yaitu pengetahuan, sikap, dan ketrampilan diberikan
secara simultan dalam urutan situasi belajar.

c. Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar

14 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktek, (Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya, 1997), hlm.152.


13

Pemilihan proses belajar mengajar yang digunakan hendaknya memperhatikan


hal-hal sebagai berikuit:

1) Apakah metode / teknik belajar mengajar yang digunakan cocok untuk


mengajarkan bahan pelajaran.
2) Apakah metode/teknik tersebut memberikan kegiatan yang bervariasi
sehingga dapat melayani perbedaan individual siswa.
3) Apakah metode/ teknik tersebut memberikan urutan kegiatan yang
bertingkat-tingkat?
4) Apakah metode/teknik tersebut dapat menciptakan kegiatan untuk mencapai
tujuan kognitif,afektif dann psikomotor?
5) Apakah metode/teknik tersebut kebih mengaktifkan siswa, atau mengaktifkan
guru atau kedua-duanya?
6) Apakah metode/teknik tersebut mendorong berkembangnya kemampuan
baru?
7) Apakah metode/teknik tersebut menimbulkan jalinan kegiatan belajar
disekolah dan dirumah, juga mendorong penggunaan sumber yang ada
dirumah dan di masyarakat?
8) Untuk belajar ketrampilan sangat dibutuhkan kegiatan belajaryang
menekankan “learning by doing” di samping “learningby seeing and
knowing”.

d. Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran

Proses belajar mengajar yang baik perlu didukung oleh penggunaan media dan
alat-alat bantu pengajaran yang tepat.

1) Alat/media pengajaran apa yang diperlukan. Apakah semuanya sudah tersedia


? bila alat tersebut tidak ada apa penggantinya?
2) Kalau ada alat yang harus dibuat, hendaknya memperhatikan bagaimana
pembuatnya, siapa yang membuat, pembiayaannya, waktu pembuatan?
3) Bagaimana pengorganisasian alat dalam bahan pelajaran, apakah dalam
bentuk modul, paket belajar, dan lain-lain?
4) Bagaimana pengintegrasinya dalam keseluruhan kegiatan belajar?
5) Hasil yang terbaik akan diperoleh dengan menggunakan multimedia.

e. Prinsip berkenaan dengan penilaian kegiatan penilaian


14

1) Dalam penyusunan alat penilaian (test) hendaknya diikuti langkah-langkah


sebagai berikut:
Rumuskan tujuan-tujuan pendidikan yang umum, dalam ranah ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor . uraikan kedalam bentuk tingkah-tingkah laku murid
yang dapat diamati. Hubungan dengan bahan pelajaran. Tuliskan butir-butir test.
2) Dalam meremcanakan sesuatu penilaian hendaknya diperhatikan bebrapa hal:
a) Bagaimana kelas, usia, dan tingkat kemampuan kelompok yang akan ditest?
b) Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan test?
c) Apakah test tersebut berebntuk uraian atau objektif?
d) Berapa banyak butir test perlu disusun ?
e) Apakah tes tersebut diadministrasikan oleh guru atau murid?
3) Dalam pengolahan suatu hasil penilaian hendaknya diperhatikan lah hal sebagai
berikut :
a) Norma apa yang digunakan didalam pengolahan hasil test?
b) Apakah digunakan formula quessing?
c) Bagaimana pengubahan skor kedalam skor masak?
d) Skor standar apa yang digunakan?
e) Untuk apakah hasil-hasil test yang digunakan?

5. Mutu Pendidikan
Pendidikan merupakan sebuah wadah untuk setiap orang mendapatkan
pengetahuan serta ilmu baru untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya.
Pendidikan umumnya adalah inisiatif yang direncanakan terkait proses belajar
mengajar untuk mengahasilkan peserta didik yang aktif mengembangkan potensi
mereka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan mereka sendiri.15

Mutu biasa disebut kualitas, jadi mutu pendidikan merupakan gambaran


karakteristik pelayanan pendidikan yang sesuai denagn tujuan dan manfaat dari
pendidikan itu sendiri.16

Mutu dalam pendidikan dapat dilihat dari segi relevansinya dengan kebutuhan
masyarakat, dapat tidaknya lulusan dapat melanjutkan ke jenjang selanjutnya bahkan

15 Hishamudin Isam, Mohd Izani Mohd Zain, Mashetoh Abd Mutalib, Rohaidah Haron,
“semantic Prosody Of [pendidikan/ education] From Khaled Nordins Perspective: An Analysis Of
Speech Texts Based On Corpus Linguistic Metodology”, Procedia-Sosial and Behavioral Sciences,
2014, 173.
16 Mulyana Abdullah, “Manajemen Mutu Pendidikan di Sekolah Peran Kepemimpinan Kepala
Sekolah, Profesionalisme Guru, dan Partisipasi MasyarakatDalam Peningkatan Mutu Pendidikan
Sekolah”, Jurnal Penelitian Pendidikan, ISSN-1412-565 X e-ISSN 2541-4135, 191.
15

sampai memperoleh suatu pekerjaan yang baik, serta kemampuan seseorang didalam
mengatasi persoalan hidup. Mutu pendidikan dapat ditinjau dari kemanfaatan
pendidikan bagi individu, masyarakat dan bangsa atau Negara. Secara spesifik ada
yang melihat mutu pendidikan dari segi tinggi dan luasnya ilmu pengetahuan yang
ingin dicapai oleh seseorang yang menempuh pendidikan. Dalam konteks
pendidikan, mutu mengacu pada proses dan hasil pendidikan. “Pada proses
pendidikan, mutu pendidikan berkaitan dengan bahan ajar, metodologi, sarana dan
prasarana, ketenagaan, pembiayaan, lingkungan dan sebagainya. Namun pada hasil
pendidikan, mutu berkaitan dengan prestasi yang dicapai sekolah dalam kurun waktu
tetentu yang dapat berupa tes kemampuan akademik, seperti ulangan umum, raport,
ujian nasional, dan prestasi non-akademik seperti dibidang olah raga, seni atau
keterampilan”.17

Dapat disimpulkan mutu pendidikan adalah kualitas atau ukuran baik atau buruk
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia untuk mendekatkan diri kepada Tuhan melalui upaya
bimbingan pengajaran dan pelatihan. Mutu di bidang pendidikan meliputi mutu input,
proses, output, dan outcome. Input pendidikan dinyatakan bermutu jika siap
berproses. Proses pendidikan bermutu apabila mampu menciptakan suasana
Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan (PAKEM).

Mutu pendidikan diukur secara universal baik dari segi input, proses, output
maupun outcome. Ada 13 karakteristik yang dinilai dalam hal mutu pendidikan yaitu
:

a. Kinerja (performan).
b. Waktu wajar (timelines)
c. Handal (reliability).
d. Data tahan (durability)
e. Indah (aesteties).
f. Hubungan manusiawi (personal interface).
g. Mudah penggunaanya (easy of use).
h. Bentuk khusus (feature).
i. Standar tertentu (comformence to specification).
j. Konsistensi (concistency).
k. Seragam (uniformity).
17 Choirul Fuad Yusuf, Budaya Sekolah dan mutu Pendidikan, (Jakarta: PT. Pena

Citrasatria, 2008), hlm 21


16

l. Mampu melayani (serviceability).


m. Ketepatan (acuracy)18
Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Standar Nasional Pendidikan terdiri dari:
a. Standar Kompetensi Lulusan
b. Standar Isi
c. Standar Proses
d. Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
e. Standar Sarana dan Prasarana
f. Standar Pengelolaan
g. Standar Pembiayaan Pendidikan
h. Standar Penilaian Pendidikan Standar Nasional Pendidikan memiliki fungsi
dan tujuan sebagai berikut:
1) Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan
pendidikan nasional yang bermutu.
2) Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan
nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.
3) Standar Nasional Pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah,
dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal,
nasional, dan global.19
Kesimpulan

Pada hakekatnya pengembangan kurikulum itu merupakan usaha untuk mencari


bagaimana rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang
sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu dalam
suatu lembaga, Konsep kurikulum berkembang sesuai dengan perkembangan teori
dan praktik pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan alur atau teori pendidikan.
Oleh karena itu, pengalaman belajar yang disusun di dalam kurikulum harus sesuai
dengan kebutuhan masyarakat. fungsi seperti yang telah dijelaskan, maka kurikulum

18 Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktek Dan Riset Pendidikan, ( Jakarta : Bumi

Aksara, 2006), hlm 411


19 Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung

: Fokus Media, 2006), hlm 5-6.


17

dapat dimaknai dan sekaligus sebagai acuan bagi: 1) peserta didik dalam memperoleh
bekal kemampuan hidup; 2) guru dalam melaksanakan pembelajaran; 3) kepala
sekolah dan pengawas dalam melaksanakan supervisi 4) orang tua dalam
membimbing anak-anak belajar; dan 5) masyarakat dalam memberikan bantuan
terhadap terselenggarakannya pembelajaran di sekolah agar menghasilkan pendidikan
yang lebih baik. Dapat disimpulkan mutu pendidikan adalah kualitas atau ukuran
baik atau buruk proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia untuk mendekatkan diri kepada Tuhan
melalui upaya bimbingan pengajaran dan pelatihan. Mutu di bidang pendidikan
meliputi mutu input, proses, output, dan outcome. Input pendidikan dinyatakan
bermutu jika siap berproses. Proses pendidikan bermutu apabila mampu menciptakan
suasana Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan (PAKEM).

Daftar Rujukan

Abdullah, Mulyana. “Manajemen Mutu Pendidikan di Sekolah Peran Kepemimpinan


Kepala Sekolah, Profesionalisme Guru, dan Partisipasi MasyarakatDalam
Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah”, Jurnal Penelitian Pendidikan, ISSN-
1412-565 X e-ISSN 2541-4135.

Choirul Fuad Yusuf. (2008). Budaya Sekolah dan mutu Pendidikan, (Jakarta: PT.
Pena Citrasatria).

Choli, Ifham. (2019). “Hakikat Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam”, Jurnal


Ar-Risalah, Vol. X, No. 2.

Hamalik, Oemar. (2012). Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja


Rosdakarya).

Hariyani, Yunita. (2018). Prinsip—Prinsip Pengembangan Kurikulum Dalam Upaya


Meningkatkan Kualitas Pembelajaran, Jurnal Edureligia Vol. 2, No. 2.

Isam, Hismamudin, Mohd Izani Mohd Zain, Mashetoh Abd Mutalib, Rohaidah
Haron. (2014). “Semantic Prosody Of [pendidikan/ education] From Khaled
18

Nordins Perspective: An Analysis Of Speech Texts Based On Corpus


Linguistic Metodology”, Procedia-Sosial and Behavioral Sciences.

Muraraneza, Claudine. (2018). “Implementation of competency besed curiculum


education”, International Journal of Africa Nursing Sciences, Vol. 8.

Nasbi, Ibrahim. (2017). “Manajemen Kurikulum : Sebuah Kajian Teoritis”. Jurnal


Idaarah. Vol. 1, No. 2.

Purwadhi. (2019). “Pengembangan Kurikulum dalam Pembelajaran Abad XXI”,


Indonesia Journal of Curriculum and Educational Technology Studies, Vol. 4,
No. 2.

Sofiyah. (2018). “Prinsip — Prinsip Pengembangan Kurikulum Dalam Upaya


Meningkatkan Kualitas Pembelajaran”. Jurnal Pendidikan Agama Islam
Edureligia. Vol. 2 No. 2.

Sukiman. (2015). Pengembangan Kurikulum: Perguruan Tinggi, (Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya).

Sukmadinata, Nana Syaodih. (1997). Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktek,


(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya).

Supriyadi. (2016). “Community of Practitioners: Solusi Alternatif Berbagi


Pengetahuan Antar Pustakawan”, Lentera Pustaka 2(2).

Sutjipto. (2018). “Teachers Views in Special Education Curriculum Development”,


Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan,Vol. 3, No. 1.

Thalib, Razali M dan Irman Siswanto. (2015) “Inovasi Kurikulum Dalam


Pengembangan Pendidikan (Suatu Analisis Implementatif)”. Jurnal Edukasi,
Vol. 1, No. 2.

Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,


(2006). (Bandung : Fokus Media).

Usman, Husaini. (2006). Manajemen Teori, Praktek Dan Riset Pendidikan, (Jakarta
: Bumi Aksara).
Wafi, Abdul. (2017). “Konsep Dasar Kurikulum Pendidikan Agama Islam”. Jurnal
Pendidikan Agama Islam Edureligia. Vol. 1 No. 2.
19

Zainab, Nurul. (2017). Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Pendidikan


Agama Islam Perspektif Islam, FENOMENA, Vol. 16 No. 2.

Anda mungkin juga menyukai