Hanes Puji Pangestu, Siti Mauludah, Muhammad Ilman Nafi'an, Irma Azizi,
Ahmad Hidayatullah, Ragil Saputri
IAIN Kediri
sitimauludah09@gmail.com, Ilman@iainkediri.ac.id
Mirazimirazi333@gmail.com, kicongsigma@gmail.com,
Ragilsaputri20@gmail.com .
Abstrak
Kurikulum merupakan wahana belajar mengajar yang dinamis sehingga perlu
dikembangkan dan dinilai secara terus menerus berkelanjutan sesuai dengan
perkembangan yang ada di masyarakat. Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggara kegiatan belajar mengajar. Pengembangan kurikulum sendiri
sangat penting bagi pendidikan karena akan menentukan bagaimana kurikulum akan
berjalan sesuai dengan kebutuhan. Dalam pengembangan kurikulum terdapat sejumlah
prinsip dan fungsi yang dimaksudkan sebagai rambu-rambu atau pedoman yang harus
dipegangi dalam kegiatan pengembangan kurikulum agar hasilnya dapat sesui harapan
semua pihak.
Abstract
The curriculum is a vehincle for learning dynamic that needs to be developed and
assessed continually ongoing in accordance with the existing development community.
The curriculum is a set of plans and arrangements regarding the content and subject
matter as well as the methods used to guide the implementation of teaching and learning
activities. Curriculum development it self is very important for education because it will
determine how the curriculum will run according to needs. In curriculum development
there are a number of principles and functions that are intended as guidelines or
guidelines that must be held in curriculum development activities so that the result can
be as expected by all parties.
2
Pendahuluan
Pendidikan sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Dengan
pendidikan itu akan dapat memajukan budaya dan meningkatkan derajat bangsa di
mata masyarakat internasional. Seperti dikatakan Daoed Joesoef, sebagaimana
3
Metode
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis/pendekatan penelitian berupa
Studi Kepustakaan (Library Research). Studi pustaka atau kepustakaan dapat
diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan
data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Dalam
metode ini pengumpulan data dilakukan dengan menelaah dan/atau mengekplorasi
beberapa jurnal, buku, dan dokumen-dokumen (baik yang berupa cetak maupun
elektronik) serta sumber-sumber data dan atau informasi lainnya yang dianggap
relevan dengan penelitian atau kajian.2
Pembahasan
1. Pengertian Kurikulum
Kata kurikulum mendapat banyak penafsiran dari berbagai pakar dalam bidang
pengembangan kurikulum dari dulu sampai saat ini. Interpretasi tersebut terdapat
banyak sekali perbedaan sesuai dengan pandangan masing-masing pakar dan
disesuaikan dengan titik berat inti yang para pakar kaji (Hamalik, 1994:16).
Kurikulum juga dapat diartikan sebagai sebuah rencana menganai tujuan belajar,
kompetensi yg ingin dicapai, materi dan hasil belajar yg diharapkan sebagai landasan
dan pedoman untuk mencapai kompetensi mendasar dan tujuan dari pendidikan (E.
Mulyasa, 2009:11).3 Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta bahan yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu (Rusman, 2009: 3). UU. No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyebutkan bahwa, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.4
Definisi paling umum dari kurikulum adalah seperangkat mata pelajaran yang
akan diajarkan kepada siswa. Konsep kurikulum sebagai pengalaman belajar lebih
baik menggambarkan situasi yang lebih akurat daripada konsep lain. Sekolah
didirikan untuk mendidik siswa, yaitu bahwa mereka berkembang sesuai dengan jalur
tertentu. Perkembangan ini hanya dapat dicapai melalui pengalaman belajar yang
mereka peroleh. Kurikulum sebagai cetak biru untuk pendidikan harus mengarah
pada penyediaan pengalaman belajar bagi siswa yang dirancang dengan baik dan
diimplementasikan dengan benar. Kurikulum juga sering diartikan sebagai materi
pelajaran atau materi pelajaran untuk peserta didik, atau rencana pelajaran. Baik itu
rencana, dokumen, atau pedoman belajar, atau pengalaman belajar yang diadopsi
oleh seseorang, akan mengarahkannya dalam melakukan kegiatan belajar (Lase 2018,
p. 49-50). Kurikulum memiliki posisi yang sangat penting dalam seluruh proses
pendidikan. Konsep kurikulum berkembang sesuai dengan perkembangan teori dan
praktik pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan alur atau teori pendidikan. Oleh
karena itu, pengalaman belajar yang disusun di dalam kurikulum harus sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
Jurnal Pendidikan Agama Islam Edureligia. Vol. 1 No. 2, Juli-Desember 2017, 134
4 Ibrahim Nasbi, “Manajemen Kurikulum : Sebuah Kajian Teoritis”. Jurnal Idaarah. Vol.
PENDIDIKAN (Suatu Analisis Implementatif)”. Jurnal Edukasi, Vol. 1, No. 2, July 2015, 218
6 Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
Pada dasarnya kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru,
kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Bagi kepala sekolah dan pengawas, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam
melaksanakan supervisi atau pengawasan. Bagi orang tua, kurikulum itu berfungsi
sebagai pedoman dalam membimbing anaknya belajar di rumah. Bagi masyarakat,
kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi
terselenggarakannya proses pendidikan di sekolah. Berkaitan dengan fungsi
kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat enam fungsi kurikulum, yaitu:
harus memiliki kepribadian yang dibutuhkan untuk dapat hidup dan berintegrasi
dengan masyarakatnya.
Journal of Curriculum and Educational Technology Studies, Vol. 4, No. 2, 2019, 104.
9
Dengan fungsi seperti yang dijelaskan diatas, maka kurikulum dapat dimaknai
dan sekaligus sebagai acuan bagi: 1) peserta didik dalam memperoleh bekal
kemampuan hidup; 2) guru dalam melaksanakan pembelajaran; 3) kepala sekolah dan
pengawas dalam melaksanakan supervisi 4) orang tua dalam membimbing anak-anak
belajar; dan 5) masyarakat dalam memberikan bantuan terhadap terselenggarakannya
pembelajaran di sekolah agar menghasilkan pendidikan yang lebih baik.
Prinsip pengembangan kurikulum terbagi menjadi dua jenis, yaitu prinsip umum
dan prinsip spesifik. Prinsip umum pengembangan kurikulum adalah relevansi,
fleksibilitas, kontinuitas, kepraktisan dan efektivitas. Sedangkan prinsip khusus
pengembangan kurikulum adalah prinsip yang berkaitan dengan tujuan pendidikan,
pemilihan isi pendidikan, pemilihan proses belajar mengajar, pemilihan media dan
alat pengajaran, dan prinsip pemilihan kegiatan penilaian.
1. Prinsip-prinsip Umum
a. Prinsip Relevansi
Relevansi secara bahasa berarti hubungan atau kaitan. Dalam pengembangan
kurikulum, prinsip kurikulum yang dimaksud adalah adanya hubungan, kaitan,
kesesuaian dan keserasian antara unsur-unsur kurikulum sendiri dan anatara isi
kurikulum dengan tuntutan dan kebutuhan hidup yang ada di masyarakat. Prinsip
relevansi dibagi menjadi dua yaitu secara internal dan eksternal.
Kualitas Pembelajaran, Jurnal Edureligia Vol. 2, No. 2, tahun 2018, hlm. 128.
10
Relevansi eksternal maksudnya tujuan, isi, dan proses belajar yang tercakup
dalam kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan, dan
perkembangan masyarakat.
b. Prinsip Fleksibilitas
Prinsip fleksibilitas maksudnya adalah hendaknya kurikulum memiliki sifat
lentur, dalam arti semacam ruang gerak yang memberikan kebebasan dalam
bertindak bagi guru dan peserta didik. Fleksibilitas bagi peserta didik dapat
diwujudkan dalam bentuk kebebasan dalam memilih program pendidikan, dan
fleksibilitas bagi guru adalah dalam bentuk pengembangan progran pembelajaran.
Fleksibilitas dalam memilih program pendidikan dapat diwujudkan dalam bentuk
pengadaan program-program pilihan yang dapat berbentuk jurian/program
spesialisasi ataupun program-program pendidikan keterampilan yang dapat dipih
peserta didik atas dasar kemampuan dan minatnya.
e. Prinsip Efektivitas
Mengembangkan kurikulum pendidikan perlu mempertimbangkan prinsip
efektivitas, yang dimaksud dengan efektivitas disini adalah sejauh mana rencana
program pembelajaran tercapai atau terlaksana. Di dalam prinsip ini ada dua aspek
yang perlu di-perhatikan yaitu: efektivitas mengajar guru dan efektivitas belajar
peserta didik.
Pada aspek mengajar guru, jika masih kurang efektif dalam mengajarkan bahan
atau program pembelajaran, maka hal itu menjadi ba-han di dalam
mengembangkan kurikulum ke depan yaitu dengan mengadakan pelatihan,
workshop dan lain-lain. Sedangkan pada aspek efektivitas belajar peserta didik,
13 Sukiman, Pengembangan Kurikulum: Perguruan Tinggi, (Bandung: PT. Remaja
2. Prinsip-prinsip Khusus
Ada beberapa prinsip yang lebih khusus dalam pengembangan kurikulum. Prinsip-
prinsip ini berkenalan dengan penyusun tujuan, isi, pengalaman belajar, dan
penilaian.
Tujuan menjadi pusat kegiatan dan arah semua kegiatan pendidikan. Perumusan
komponen-komponen kurikulum hendaknya mengacu pada tujuan pendidikan.14
Tujuan pendidikan mencakupan tujuan yang bersifat umum atau berjangka panjang,
jangka menengah, dan jangka pendek tujuan khusus, perumusan tujuan pendidikan
bersumber pada:
Memilih isi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan yang telah
ditentukan para perencanaan kurikulum perlu mempertimbangkan beberapa hal:
Proses belajar mengajar yang baik perlu didukung oleh penggunaan media dan
alat-alat bantu pengajaran yang tepat.
5. Mutu Pendidikan
Pendidikan merupakan sebuah wadah untuk setiap orang mendapatkan
pengetahuan serta ilmu baru untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya.
Pendidikan umumnya adalah inisiatif yang direncanakan terkait proses belajar
mengajar untuk mengahasilkan peserta didik yang aktif mengembangkan potensi
mereka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan mereka sendiri.15
Mutu dalam pendidikan dapat dilihat dari segi relevansinya dengan kebutuhan
masyarakat, dapat tidaknya lulusan dapat melanjutkan ke jenjang selanjutnya bahkan
15 Hishamudin Isam, Mohd Izani Mohd Zain, Mashetoh Abd Mutalib, Rohaidah Haron,
“semantic Prosody Of [pendidikan/ education] From Khaled Nordins Perspective: An Analysis Of
Speech Texts Based On Corpus Linguistic Metodology”, Procedia-Sosial and Behavioral Sciences,
2014, 173.
16 Mulyana Abdullah, “Manajemen Mutu Pendidikan di Sekolah Peran Kepemimpinan Kepala
Sekolah, Profesionalisme Guru, dan Partisipasi MasyarakatDalam Peningkatan Mutu Pendidikan
Sekolah”, Jurnal Penelitian Pendidikan, ISSN-1412-565 X e-ISSN 2541-4135, 191.
15
sampai memperoleh suatu pekerjaan yang baik, serta kemampuan seseorang didalam
mengatasi persoalan hidup. Mutu pendidikan dapat ditinjau dari kemanfaatan
pendidikan bagi individu, masyarakat dan bangsa atau Negara. Secara spesifik ada
yang melihat mutu pendidikan dari segi tinggi dan luasnya ilmu pengetahuan yang
ingin dicapai oleh seseorang yang menempuh pendidikan. Dalam konteks
pendidikan, mutu mengacu pada proses dan hasil pendidikan. “Pada proses
pendidikan, mutu pendidikan berkaitan dengan bahan ajar, metodologi, sarana dan
prasarana, ketenagaan, pembiayaan, lingkungan dan sebagainya. Namun pada hasil
pendidikan, mutu berkaitan dengan prestasi yang dicapai sekolah dalam kurun waktu
tetentu yang dapat berupa tes kemampuan akademik, seperti ulangan umum, raport,
ujian nasional, dan prestasi non-akademik seperti dibidang olah raga, seni atau
keterampilan”.17
Dapat disimpulkan mutu pendidikan adalah kualitas atau ukuran baik atau buruk
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia untuk mendekatkan diri kepada Tuhan melalui upaya
bimbingan pengajaran dan pelatihan. Mutu di bidang pendidikan meliputi mutu input,
proses, output, dan outcome. Input pendidikan dinyatakan bermutu jika siap
berproses. Proses pendidikan bermutu apabila mampu menciptakan suasana
Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan (PAKEM).
Mutu pendidikan diukur secara universal baik dari segi input, proses, output
maupun outcome. Ada 13 karakteristik yang dinilai dalam hal mutu pendidikan yaitu
:
a. Kinerja (performan).
b. Waktu wajar (timelines)
c. Handal (reliability).
d. Data tahan (durability)
e. Indah (aesteties).
f. Hubungan manusiawi (personal interface).
g. Mudah penggunaanya (easy of use).
h. Bentuk khusus (feature).
i. Standar tertentu (comformence to specification).
j. Konsistensi (concistency).
k. Seragam (uniformity).
17 Choirul Fuad Yusuf, Budaya Sekolah dan mutu Pendidikan, (Jakarta: PT. Pena
18 Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktek Dan Riset Pendidikan, ( Jakarta : Bumi
dapat dimaknai dan sekaligus sebagai acuan bagi: 1) peserta didik dalam memperoleh
bekal kemampuan hidup; 2) guru dalam melaksanakan pembelajaran; 3) kepala
sekolah dan pengawas dalam melaksanakan supervisi 4) orang tua dalam
membimbing anak-anak belajar; dan 5) masyarakat dalam memberikan bantuan
terhadap terselenggarakannya pembelajaran di sekolah agar menghasilkan pendidikan
yang lebih baik. Dapat disimpulkan mutu pendidikan adalah kualitas atau ukuran
baik atau buruk proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia untuk mendekatkan diri kepada Tuhan
melalui upaya bimbingan pengajaran dan pelatihan. Mutu di bidang pendidikan
meliputi mutu input, proses, output, dan outcome. Input pendidikan dinyatakan
bermutu jika siap berproses. Proses pendidikan bermutu apabila mampu menciptakan
suasana Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan (PAKEM).
Daftar Rujukan
Choirul Fuad Yusuf. (2008). Budaya Sekolah dan mutu Pendidikan, (Jakarta: PT.
Pena Citrasatria).
Isam, Hismamudin, Mohd Izani Mohd Zain, Mashetoh Abd Mutalib, Rohaidah
Haron. (2014). “Semantic Prosody Of [pendidikan/ education] From Khaled
18
Usman, Husaini. (2006). Manajemen Teori, Praktek Dan Riset Pendidikan, (Jakarta
: Bumi Aksara).
Wafi, Abdul. (2017). “Konsep Dasar Kurikulum Pendidikan Agama Islam”. Jurnal
Pendidikan Agama Islam Edureligia. Vol. 1 No. 2.
19