I. Mustofa Zuhri
Abstrak
Pengembangan kurikulum merupakan suatu
alternatif prosedur dalam rangka mendesain (designing),
menerapkan (implementation), dan mengevaluasi
(evaluation) suatu kurikulum. Oleh karena itu, model
pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan
suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat
memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan
pendidikan
Pendahuluan
Kurikulum merupakan seperangkat rancangan pendidi-
kan yang berisi pengalaman belajar yang diberikan pada siswa di
suatu sekolah. Rancangan ini disusun dengan maksud mem-
berikan pedoman kepada para pelaksana pada lembaga pendidi-
kan, dalam proses belajar mengajar, untuk mencapai tujuan yang
dicita-citakan oleh siswa, keluarga maupun masyarakat sebagai
stake holders.
Sebagai wahana dan media konservasi, kurikulam mem-
iliki konstribusi besar dan strategis bagi pewarisan amanat ilmu
pengetahuan yang diajarkan Allah SWT melalui para nabi dan
rosul, para filosof, para cendikiawan, ulama, akademisi dan para
guru, secara turun temurun, inter dan antar generasi melalui
pengembangan potensi kogntif, afektif dan psikomotorik para
muridnya
Model Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Agama Islam
Pendekatan dalam pengembangan kurikulum merefleksi-
kan pandangan seseorang terhadap sekolah dan masyarakat. Para
pendidik pada umumnya tidak berpegang pada salah satu pen-
dekatan secara murni, tetapi menganut beberapa pendekatan
yang sesuai. Pendekatan dalam pengembangan kurikulum itu
sangat erat hubungannya dengan teori atau aliran pendidikan
yang dominan. Ada beberapa pendekatan dalam pengembangan
kurikulum, sehingga kurikulum yang dihasilkan akan dapat me-
menuhi harapan banyak pihak.
Esensi Kurikulum
Dalam kosa kata Arab, istilah kurikulum dikenal dengan
istilah manhaj, yakni jalan yang terang, atau jalan terang yang di-
lalui manusia dalam bidang kehidupannya. Dalam konteks pen-
didikan, kurikulum berarti jalan terang yang dilalui oleh pen-
didik/guru juga peserta didik untuk menggabungkan penge-
tahuan, keterampilan dan sikap serta nilai-nilai.Pendaapat yang
menurut hemat penulis lebih lengkap dikemukakan oleh Zais
yang mengatakan bahwa kurikulum dapat dibedakan menjadi
dua, yakni kurikulum dokumen (curriculum document/inner curric-
ulum) dan kurikulum fungsional (functional curriculum/operative
curriculum).1 Adapun makna semantik kurikulum dikelompokkan
menjadi tiga yaitu tradisional, modern, dan masa kini (up to date).
1. Pengertian kurikulum secara tradisional
Kurikulum adalah mata pelajaran yang diajarkan di
sekolah atau bidang studi. Pengertian ini sejalan dengan
pengertian di Webster’s New Word Dictionary yang berarti bahwa
kurikulum adalah semua bidang studi yang diberikan dalam
lembaga pendidikan.
2. Pengertian kurikulum secara modern
1 Zais. R. S., Curriculum: Principles And Foundations, New York: Harper & Row
AGAMA ISLAM
Madrasah, Dan Perguruan Tinggi, Jakarta: PT Raja Grafindo. 2005. Hlm. 140-142
I. Mustofa Zuhri
2. Pendekatan humanistis
Pendekatan humanistis dalam pengembangan ku-
rikulum ini dikembangkan oleh para ahli pendidikan human-
istis. Pendekatan humanistis lebih memberikan tempat yang
utama kepada siswa. Pendekatan humanistis dalam pengem-
bangan kurikulum bertolak dari ide “memanusiakan manu-
sia”. Penciptaan konteks yang akan memberi peluang manu-
sia untuk menjadi lebih human, untuk mempertinggi harkat
manusia merupakan dasar filosofi, dasar teori, dasar evaluasi
dan dasar pengembangan program pendidikan.
Sebelum menguraikan lebih jauh tentang pendekatan
humanistis tersebut, maka persoalan yang perlu dijawab ada-
lah apa yang dimaksud dengan “memanusiakan manusia” itu?
Dilihat dari proses kejadiannya, manusia itu terdiri atas dua
substansi, yaitu:
a. Substansi jasad/materi, yang bahan dasarnya adalah
dari materi yang merupakan bagian dari alam semesta
ciptaan Allah SWT.
b. Substansi immateri/non-jasadi, yaitu penghem-
busan/peniupan ruh (ciptaannya) ke dalam diri manu-
sia, sehingga manusia merupakan benda organik yang
mempunyai hakikat kemanusiaan serta mempunyai
berbagai alat potensial dan fitrah.
Menurut Abdul Fattah Jalal (1977), bahwa alat-alat
potensial manusia yang siap digunakan untuk mem-
peroleh dan mencapai pengetahuan adalah sebagai beri-
kut:
a. Al-lams dan al-syum (alat peraba dan alat penci-
um/pembau)
b. Al-sam’u (alat pendengar)
c. Al-abshar (penglihatan)
Model Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Agama Islam
d. Al-‘aql (akal atau daya berpikir)
e. Al-qalb (kalbu)
Disamping itu al-Maraghy (1966, I) dalam tafsirn-
ya menjelaskan bahwa manusia itu telah diberi hidayah
oleh Allah secara bertingkat-tingkat. Pengertian hidayah
di sini, sebagaimana dikemukakan oleh Muhammad Ra-
syid Ridha, ialah petunjuk halus yang memudahkan
seseorang untuk mencapai sesuatu yang dicari atau men-
capai tujuan. Macam-macam hidayah yang dianuge-
rahkan oleh Allah kepada manusia ialah:
a. Hidayah al-ilhami (insting), yakni renyut hati (gerak hati,
implus) yang terdapat dalam bakat manusia maupun
binatang
b. Hidayah al-hawasi (indera), yaitu alat badani yang peka
terhadap rangsangan dari luar
c. Hidayah al-adyani atau hidayah agama
d. Hidayah al-taufiqi atau hidayah al-ma’unah
Dengan demikian “memanusiakan manusia” berarti
usaha memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan alat-alat potensialnya seoptimal mung-
kin untuk dapat difungsikan sebagai sarana bagi pemeca-
han masalah-masalah hidup dan kehidupan, pengem-
bangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta budaya
manusia, dan pengembangan sikap iman dan takwa
kepada Allah SWT.
Disamping itu, manusia juga mempunyai potensi-
potensi dasar yang disebut dengan fitrah. Dari segi bahasa,
fitrah berarti: ciptaan, sifat tertentu yang mana setiap yang
maujud disifati dengannya pada awal masa penciptaann-
ya, sifat pembawaan manusia (yang ada sejak lahir), aga-
ma, as-sunnah.
Dengan demikian, memanusiakan manusia juga berar-
ti menumbuh kembangkan sebagian sifat-sifat ketuhanan
I. Mustofa Zuhri
3. Pendekatan teknologis
Pendekatan ini memiliki persamaan dengan pen-
dekatan subyek akademis, yang menekankan pada isi atau
materi kurikulum. Tetapi mempunyai perbedaan yaitu
diarahkan pada penguasaan kompetensi bukan diarahkan
M M
A Analisis A
S S
Y Y
A A
R Internalisasi Doktrin Dan Nilai-
R
Evaluasi & Desain
A Nilai Agama Islam A
Umpan Balik Pemb. PAI
K K
A A
T T
Implementasi
Masyarakat (society)
a. Tahap analisis
1) GPAI dan peserta didik mengidentifikasi dan
menganalisis kebutuhan (need assessment)
2) Analisis tugas (jobs analysis)
3) Menentukan peserta atau siapa yang menjadi
subyek dan apa sasaran program.
b. Tahap desain
1) Merumuskan tujuan dan target pembelajaran PAI
2) Merancang program pembelajaran PAI
3) Menetapkan waktu dan tempat pelaksanaan
4) Mengembangkan dalam proposal atau TOR (term of
reference).
Kesimpulan
Dengan memperhatikan karakteristik PAI, maka
pengembangan kurikulum pendidikan agama islam dapat
menggunakan pendekatan eklektik, yakni dapat memilih yang
terbaik dari keempat pendekatan tersebut sesuai dengan teorinya.
Dan Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa empat teori
pendidikan tersebut mempunyai pendekatan yang berbeda dalam
praktek pendidikan dan pengembangan kurikulum. Teori pen-
didikan klasik mempergunakan pendekatan subyek akademis,
teori pendidikan pribadi mempergunakan pendekatan human-
istis, teori pendidikan teknologi mempergunakan pendekatan
teknologis, dan teori pendidikan interaksionis mempergunakan
pendekatan rekonstruksi sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz. Abd, 2010, Orientasi Sistem Pendidikan Agama Di Sekolah,
Yogyakarta: Teras.