PEMBAHASAN
2.1 Pengertian kurikulum
Selain itu, kurikulum pendidikan islam juga harus memliki landasan meliputi
dasar agama, dasar filsafat, dasar psikologis, dan dasar sosial. Yakni secara
keseluruhan aspek yang ada dalam kurikulum itu harus didasarkan pada nilai
– nilai yang terkandung dalam agama, filsafat dan kecenderungan manusia
dari Segi psikologis dan kehidupannya masyarakat3.
3
Nata, Abuddin. 2005. Filsafat Pendidikan Islam.Yogyakarta:Gaya Media
Pratama 180 – 181.
mempengaruhi memberikan contoh atau melaksanakan sesuatu yang telah
ditetapkan.
4. Alam semesta, sebagai lingkungan yang mempengaruhi individu juga
merupakan media yang dapat membantu proses pendidikan di samping
sebagai bahan atau materi pelajaran yang perlu dipelajari dalam
hubungannya dengan konteks materi secara luas. Alam semesta
merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah SWT yang diperlihatkan kepada
manusia sebagai hokum Allah SWT yang tidak tertulis dan sebagai media
untuk menjelaskan apa yang disebutkan di dalam Al-Qur’an. Oleh karena
itu mempelajari secara alam benda tanpa menghubungkan kepada hokum-
hukum Allah SWT tersebut merupakan suatu proses pendidikan yang
meningkatkan penalaran individu secara tidak tuntas. Karena penalaran
tersebut akan terlepas dari hakikat ilmu yang merupakan hokum Allah
SWT.
5. Situasi, ia dapat membentuk pola pikir, sikap dan tingkah laku atau
berbuat bagi si individu tertentu, media ini lebih dikenal peranannya dalam
rangka menciptakan kondisi, yang dapat melahirkan sugesti ataupun
konflik atau antipasti terhadap suatu materi pendidikan. Situasi dapat pula
mempercepat dan memperlambat proses pendidikan, oleh karena itu guru
sebagai “mager of learning” pemimpin belajar harus menciptakan situasi
tertentu, agar proses pendidikan berjalan sesuai dengan tujuan.
6. Kultur, ia dapat berfungsi sebagai media pendidikan, kultur yang terdiri
dari system norma, idea, pola perilaku dan produk budaya, yang bersifat
konsep maupun yang bersifat karya budaya dapat menjadi materi
pendidikan yang ditransformasikan kepada generasi-generasi berikutnya
untuk dilakukan ulangan maupun dikembangkan kepada tingkat yang lebih
tinggi (liutammima makarimal akhlaq).4
4
Munardji,ILMU PENDIDIKAN ISLAM,(Jakarta:PT Bina Ilmu,2004),93-95
namun cukup mengemukakan prinsip-prinsip umum yang berlaku untuk
segala media pendidikan, antara lain:
5
Ibid.,95-96
2.4 . Memilih Media Pendidikan Islam
6
Ibid.,96-97
Pendidikan melalui cerita merupakan salah satu alat pendidikan
juga yang biasa digunakan untuk mencapai beberapa tujuan, tetapi bisa
pula tidak berguna sama sekali untuk mencapai tujuan apapun. Pendidikan
seperti ini dapat membentuk orang-orang agar berjiwa seni dan memiliki
appresiasi terhadap keindahan. Pendidikan ini bisa membuat orang
merenungkan dirinya dan alam raya, serta membuat mereka dapat
mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa, melihat kebenaran dan
terhindar dari kesesatan. Namun, pendidikan itu bisa pula hanya
merupakan “hiburan” semata, atau merupakan alat penyebaran
kebohongan dan omong kosong belaka.
Muhammad Quthb hanya ingin menekankan bahwa dalam
pemilihan alat, faktor tujuan hendaknya mendapat perhatian, sehingga alat
benar-benar fungsional, efektif dan efisien.7
2. Media yang tersedia
Media yang berujud benda tidak perlu benda-benda mahal. Bahkan
dengan media yang ada di rumah atau sekolahpun, pendidikan sudah bisa
berlangsung.
Dalam pelajaran berwudhu, umpamanya alat peraga yang
diperlukan adalah dalam bentuk air. Namun, dimusim kemarau, ketika
penghematan air dipandang penting, maka kran yang tidak mengalirkan air
bisa digunakan untuk pengajaran. Seperti dalam pepatah, “tak ada rotan
akarpun jadi”.
3. Penggunaan Media
Keberhasilan komunikasi dengan alat sangat dipengaruhi oleh
penggunanya. Pendidik yang kurang cakap dalam menggunakan suatu alat,
hekdaknya tidak menggunakan alat itu. Umpanya guru yang cakap
berceramah dan tidak cakap bermain peran dalam pelajaran sejarah,
hendaknya ia tidak menggunakan alat itu. Apabila memaksakan diri,
dikhawatirkan ia akan tampak seperti “badut”, dan tujuan pengajaran tidak
tercapai. Dalam hal ini sebaiknya ia menggunakan alat yang dikuasainya.
4. Peserta didik
7
Ibid.,97-98
Kondisi peserta didik, jenis kelamin, umur, perkembangan dan
lingkungannya hendaknya menjadi bahan pertimbangan pendidik dalam
memilih alat. Tidak semua alat dapat diberikan terhadap setiap anak didik.
Apabila pendidik salah mempergunakan alat, maka pendidik tidak akan
membawa hasil yang baik. Pendidik hendaknya tidak asal menggunakan
alat yang ada dengan tidak mempertimbangkan pribadi peserta didiknya,
sebab hal ini akan berbahaya bagi perkembangannya.
5. Ruang dan waktu
Pertimbangan terhadap ruang bisa didasarkan atas luas tidaknya
ruangan, bisa pula atas letak geografisnya. Pendidikan yang dilangsungkan
di dalam kelas, umpamanya bisa berbeda dengan yang dilangsungkan di
lapangan terbuka. Demikian pula pendidikan di pedesaan bisa berbeda
dengan pendidikan di perkotaan.
Persoalan waktu hendaknya menjadi perhatian pendidik pula dalam
memilih alat. Di waktu siang, ketika udara terasa panas, pelajaran yang
menguras pikiran tidak untuk diberikan. Persoalan waktu dalam
pendidikan telah menjadi perhatian Nabi Muhammad SAW dan para
sahabat.
Hal ini dalam hadis yang diriwayatkan oleh Al Bukhari disebutkan:
ياأبا عبد الر حمن لو ددت:كان عبداهلل ينكر النا س فى كل خميس فقال رجل
إنه يمنعني من ذلك أني أكره أن أملكم وإني أتخو لكم:أنك ذكر تنا كل يوم قال
بالمو عظة كما كان النبي صلى اهلل عليه و سلم يتخو لنا بها مخا فة السا ما علينا
Artinya: Abdullah (bin mas’ud) biasa mengajari kepada orang banyak di
setiap hari kamis. Seseorang berkata kepadanya, “wahai Abu
‘Abdurrahman, sungguh aku suka apabila engkau mengajari kami setiap
hari. “Dia menjawab, “Yang menghalangi aku untuk berbuat demikian
ialah bahwa aku tidak ingin membuat kalian merasa bosan, dan
sesungguhnya aku memilih waktu untuk mengajari kalian, sebagaimana
Nabi SAW biasa memilih waktu untuk mengajari kami karena khawatir
membuat kami merasa boas an.
Secara khusus, dalam pemilihan media instruksional, prosedurnya
yang tepat mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
a. Tujuan pengajaran
b. Isi atau materi pelajaran
c. Struktur kurikuler
d. Karakteristik murid
e. Kondisi belajar
f. Satu atau kombinasi dari beberapa jenis media.
8
Ibid.,98-101