PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dalam islam penetapan bagian bagian harta waris dan yang berhak
menerima secara rinci dan jelas sudah dijelaskan di dalam al Qur’an dan
hadis,baik laki laki maupun perempuan mendapat bagian warisan (yang
pada masa jahiliyah hanya laki laki yang berhak ) sebagai upaya
mewujudkan pembagian kewarisan yang berkeadilan berimbang .bertujuan
agar tidak terjadinya perselisihan dan pertikan antara ahli waris .karena
dengan ketentuan ketentuan tersebut ,masing masing ahli waris harus
mengikuti ketentuan syariat dan tidak bisa mengikuti kehendak dan
keinginan masing masing.dalam makalah ini penulis akan lebih mendalam
mengenai siapa ahli waris laki laki dan bagian bagiannya agar dapat
memperjelas pandangan yang kurang benar selam ini.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana tertib pembagian ahli waris laki – laki ?
2. Bagaimana pembagian bagian ahli waris laki – laki ?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan tertib pembagian ahli waris laki – laki.
2. Mendeskripsikan pembagian bagian ahli waris laki – laki.
1
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Sinar Baru Algesindo Bandung:Bandung, 2012), hal
346
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
M. Atoillah, Fikih Waris (Metode Pembagian Waris Praktis), (Cet.1, Bandung:Yrama
Widya:2013), hal 78.
2
a) Ayah mendapat 1/6 (seperenam) sebagai bagian pastinya
ada anak laki-laki.
b) Suami, ¼ (seperempat) sebagai bagian pasti karena punya
anak.
c) Anak laki-laki mendapatkan sisanya sebagai ‘ashabah,
sebab ia adalah ahli waris yang paling berhak mewarisi.
صي ُك ُم هّللا ُ فِي َأوْ الَ ِد ُك ْم لِل َّذ َك ِر ِم ْث ُل َحظِّ اُألنثَيَ ْي ِ<ن
ِ يُو
3
Anak laki-laki tidak dapat menghijab:
a) Anak perempuan;
b) Ayah;
c) Nenek sahihah; dan
d) Kakek sahih.3
3
Ibid,. hlm. 80
4
sudah ditentukan dalam Al – Qur’an, yaitu : seperenam. Maka
ayah menerima seperenam dengan jalan fardhu ( ketentuan
yang telah ada ).4
b. Seperenam (1/6) dan ‘ashabah
Ayah mendapat 1/6 ‘ashabah jika berbarengan denganfa’ru
waris perempuan yakni anak pderempuan dan cucu perempuan
pancar lak-laki dan seterusnya ke bawah. Berdasarkan QS. An-
Nisa/4:11
c. ‘Ashabah
Ayah mendapat bagian ‘ashabah jika ia tidak berbarengan
dengan far’ al-waris sama sekali. Sekalipun ada keturunan
namun mereka tidak berhak waris (far’u ghair waris) seperti
cucu perempuan dari pancar perempuan atau cucu laki-laki
pancar perempuan (keduanya termasuk dzawil arham)
berdasarkan QS. An-Nisa/4:11
Ayah tidak terhijab oleh siapapun , bahkan ia menghijab
hirman kepada:
1) Ayahnya ayah
2) Ibunya ayah
3) Saudara sekandung
4) Saudari sekandung
5) Saudara seayah
6) Saudari seayah
7) Saudara seibu
8) Saudari seibu
9) Paman sekandung
10) Anak-anak paman sekandung (sepupu I)
11) Paman seayah
12) Anak-anak paman seayah (sepupu II)
4
Tengku Muhammad Hasbi Ash – Shiddiqy, Fiqih Mawaris ( Semarang : PT.
Pustaka Riski Putra , 1997 ), hal. 79
5
1) Anak laki-laki
2) Anak perempuan
3) Cucu perempuan pancar laki - laki
4) Cucu laki - laki pancar laki - laki
5) Ibu
6) Istri
7) Suami
8) Ibunya ibu
6
1) Saudara seibu
2) Saudari seibu
3) Anak laki-laki saudara kandung
(keponakan/panakan I)
4) Anak laki-laki saudara seayah (keponakan/ponakan
II)
5) Paman sekandung
6) Anak laki-laki paman sekandung (sepupu II)
7) Paman seayah
8) Anak laki-laki paman seayah (sepupu II)
9) Kakek shahih yang jauh.
6
M. Atoillah, Fikih Waris (Metode Pembagian Waris Praktis),. Hlm. 84
7
mereka dengan ketentuan yang laki-laki mendapat dua kali
bagian perempuan.
d) Kalau mereka mewarisi bersama-sama dengan ahli waris lain
dari golongan ashhab al-furudh, merekaa menerima sisa dari
ashhab al-furudh.
e) Kalau mereka mewarisi bersama-sama dengan saudara-saudara
seibu dan kebetulan tidak ada sisa yang tinggal untuknya, maka
ia menggabungkan diri dengan saudara-saudara ibu dalam
menerima 1/3.
Saudara kandung terhijab oleh ayah; anak laki-laki dan
cucu laki-laki pancar laki-laki. Ia menghijab hirman kepada:
a) Saudara seayah
b) Anak laki-laki saudara kandung (keponakan I)
c) Anak laki-laki saudara seayah (keponakan II)
d) Paman sekandung
e) Paman seayah
f) Anak laki-laki paman sekandung (sepupu I)
g) Anak laki-laki paman seayah (sepupu II)
g. Saudara Laki-laki Seayah
Saudara seayah mewarisi harta peninggalan si mayat dengan
jalan ‘ashabah jika tidak ada ahli waris yang menghijabnya,
seperti halnya saudara sekandung. Bedanya saudara seayah jika
sudah tidak ada sisa tidak bisa menggabungkan diri kepada
saudara-saudara seibu dalam mendapat 1/3. Lantaran mereka
tidak mempunyai garis yang sama dalam mempertemukan
nasabnya kepada ibu.
Saudara seayah terhijab oleh:
a) Saudara kandung
b) Ayah
c) Anak laki-laki pcr laki-laki
d) Cucu laki-laki pancar laki-laki
8
e) Saudari kandung bila bersama anak permpuan; atau cucu
perempuan pancar laki-laki
a) Anak laki-laki
b) Cucu laki-laki pancar laki-laki
c) Anak perempuan
d) Cucu perempuan pancar laki-laki
e) Ayah
9
f) Kakek shahihah
Sebaliknya, saudara laki-laki seibu tidak menghijab kepada:
a) Istri
b) Suami
c) Ibu
d) Nenek shahihah
e) Saudari kandung
f) Saudari seayah
g) Ashabah selain far’u waris dan ashlu waris.
i. Anak Laki-laki dari Saudara Laki-laki Sekandung
Anak laki-laki dari saudara laki-laki kandung (keponakan
laki-laki sekandung) dapat mewarisi harta peninggalan si
mati dengan jalan ashabah apalagi tidak ada ashabah yang
lebih dekat yakni anak laki-laki, cucu laki-laki, ayah, kakek,
dan saudara laki-laki seayah.
Anak laki-laki dari saudara laki-laki kandung akan terhijab
oleh:
a) Anak laki-laki
b) Cucu laki-laki keturunan anak laki-laki
c) Ayah
d) Kakek
e) Saudara laki-laki kandung
f) Saudara seayah
g) Saudari kandung atau seayah yang menjadi ashabah
ma’al ghair bersama anak perempuan atau cucu
perempuan.
Sebaliknya, ia akan menghijab kepada:
a) Anak laki-laki saudara seayah (keponakan II)
b) Paman sekandung
c) Paman seayah
d) Anak laki-laki paman seayah (sepupu II)
10
j. Anak Laki-laki dari Saudara Laki-laki Seayah
Anak laki-laki saudara laki-laki seayah dapat mewarisi
harta peninggalan si mati dengan jalan ‘ashabah sebagaimana
pewarisan anak laki-laki saudara sekandung (keponakan laki-
laki sekandung) tersebut. Ketika keponakan ada dan dia adalah
ahli waris yang lebih dekat pada si mati, maka anak laki-laki
dari saudara laki-laki seayah (keponakan seayah) tidak bisa
menjadi ‘ashabah. Ia terhalang (terhijab) oleh keponakan laki-
laki sekandung.
Anak laki-laki saudara laki-laki seayah terhijab (mahjub) oleh:
a) Anak laki-laki
b) Cucu laki-laki keturunan anak laki-laki
c) Ayah
d) Kakek
e) Saudara laki-laki kandung
f) Saudara seayah
g) Anak laki-laki saudara sekandung
h) Saudari kandung atau seayah yang menjadi ashabah
ma’al ghair bersama anak perempouan atau cucu perempuan.
a) Paman sekandung
b) Paman seayah
c) Anak paman sekandung
d) Anak paman seayah.
11
b) Cucu laki-laki keturunan anak laki-laki
c) Ayah; kakek
d) Saudara laki-laki kandung
e) Saudara seayah
f) Anak laki-laki saudara sekandung
g) Saudara kandung atau seayah yang menjadi ashabah
ma’al ghair bersama anak perempuan atau cucu
perempuan
h) Anak laki-laki saudara seayah.
1. Paman sekandung ini akan menghijab kepada:
i) Paman seayah
j) Anak laki-laki paman sekandung
k) Anak laki-laki paman seayah.
12
Sebaliknya, paman seayah ini akan menghijab kepada:
a) Anak laki-laki paman sekandung
b) Anak laki-laki paman seayah.
m. Anak Lelaki dari Paman Sekandung
Anak laki-laki paman sekandung (saudara laki-laki
sepupu kandung) dapat mewarisi warisan dengan jalan
ashabah apabila tidak ada ahli waris tersebut. Kecuali oleh
ahli waris saudara laki-laki seibu/saudara tiri, anak bawaan
ibu. Ia tidak terhijab oleh saudara tiri si mati. Anak laki-laki
paman seayah.
Dengan demikian, saudara laki-laki sepupu kandung ini akan
terhijab oleh:
a) Anak laki-laki
b) Cucu laki-laki keturunan anak laki-laki
c) Ayah
d) Kakek
e) Saudara laki-laki kandung
f) Saudara seayah
g) Anak laki-laki saudara sekandung
h) Saudari kandung atau seayah yang menjadi ashabah
ma’al ghair bersama anak perempuan atau cucu
perempuan
i) Anak laki-laki saudara seayah.
j) Paman sekandung; dan
k) Paman seayah
l) Saudara laki-laki sepupu kandung hanya menghijab
kepada anak laki-laki paman seayah.
n. Anak Laki-laki dari Paman Seayah
Anak lelaki dari paman seayah (saudara laki-laki
sepupu seayah), dapat mewarisi warisan dengan jalan
ashabah apabila tidak ada ahli waris. Kecuali oleh ahli
13
waris saudara laki-laki seibu/saudara tiri, anak bawaan ibu.
Ia tidak terhijab oleh saudara tiri si mati.Dengan demikian,
anak lelaki dari paman seayah ini tidak menghijab ahli
waris siapa pun. Sebaliknya, ia akan terhijab oleh:
a. Anak laki-laki
b. Cucu laki-laki keturunan anak laki-laki
c. Ayah
d. Kakek
e. Saudara laki-laki kandung
f. Saudara seayah
g. Anak laki-laki saudara sekandung
h. Saudari kandung atau seayah yang menjadi ashabah
ma’al ghair bersama anak perempuan atau cucu
perempuan
i. Anak laki-laki saudara seayah.
j. Paman sekandung
k. Paman seayah
l. Anak laki paman sekandung
o. Suami
suami dapat mewarisi harta warisan istrinya dengan dua macam
bahian:
a) Separuh (1/2): apabila ia tidak berbarengan dengan far’u al-
waris (anak keturunan ke bawah), baik anak kandung maupun
anak istrinya (anak dari suami yang lain),
b) Seperempat (1/4): apabila ia berbarengan dengan far’u al-waris
(anak keturunan ke bawah), baik anak kandung maupun anak
istrinya (anak dari suami yang lain).Dasar hukum dua bagian
tersebut adalah QS. An-Nisa/4:12:
ك َأ ْز َوا ُج ُك ْم ِإن لَّ ْم يَ ُكن لَّه َُّن َولَ ٌد فَِإن َكانَ لَه َُّن َولَ ٌد
َ َولَ ُك ْم نِصْ فُ َما تَ َر
صينَ بِهَا َأوْ َد ْي ٍن ِ صيَّ ٍة يُو ِ فَلَ ُك ُم الرُّ بُ ُع ِم َّما تَ َر ْكنَ ِمن بَ ْع ِد َو
14
Artinya: “Dan bagianmu (suami-suami) adalah
seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh istri-istrimu, jika
mereka tidak mempunyai anak. Jika mereka (istri-istrimu)
itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari
harta yang ditinggalkannya setelah (dipenuhi) wasiat yang
mereka buat atau (dan setelah dibayar) hutangnya.”
Suami tidak dapat menghijab ahli waris siapa pun. Namun,
ia dapat terhijab nuqshan (terkurangi bagiannya) oleh far’u al-
warits (anak keturunan mayat) yakni dari separuh (1/2) bagian
berkurang menjadi seperempat (1/4) bagian.
p. Laki-laki yang Memerdekakan Hamba
Di zaman sekarang ini perbudakan sudah tidak ada, namun
ketentuannya masih ternaktub dalam hukum Islam. para ulama
sepakat bahwa atas jasa orang yang telah membebaskan hamba
sahaya yang semula tidak cakap bertindak menjadi orang memilki
kebebasan untuk bertindak (bertasharruf) secara sempurna, ia
bebas bermu’amalah dengan siapapun dalam koridir hukum yang
dibenarkan syara, ia bisa bertransaksi,jual beli, mewarisi, hibah,
wasiat, sedekah, dan lain-lain. Maka orang yang telah
memerdekakan hamba sahaya dengan ashabahnya berhak
mendapat warisan dari hamba sahaya jika ia (hamba sahaya) tidak
meninggalkan ahli waris dan tidak sebaliknya.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tertib Ahli Waris Laki-Laki (LK)
Ahli awaris laki-laki berjumlah 15 orang dengan rincian
sebagai berikut, Anak laki-laki, Cucu laki-laki dan seterusnya ke
bawah, ayah, kakek shahih dan seterusnya ke atas, saudara laki-laki
sekandung disingkat saudara laki-laki I, saudara laki-laki seayah
disingkat saudara laki-laki II, saudara laki-laki seibu disingkat
saudara laki-laki III, anak laki-laki dari saudara laki-laki
sekandung/keponakan I, anak laki-laki dari saudara lk
seayah/keponakan II, saudara laki-laki ayah(paman)
sekandung/paman I, saudara laki-laki ayah(paman) seayah/paman
II, anak laki-laki dari paman sekandung/sepupu I, anak laki-laki
dari paman seayah/sepupu II, suami, dan laki-laki yang
memerdekakan hamba.
16
17
18
19
20