Disusun oleh
Andika Priono
Nim : 0331204033
Rani Nurisa
Nim : 0331204013
Dosen Pembimbing
Dr. Siti Halimah, M.Pd
PROGRAM STUDY PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PASCA SARJANA (S2) NON REGULER
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SUMATERA UTARA
T.A 2020/2021
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….. 1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………... 3
A. KESIMPULAN ………………………………………………………… 23
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu tugas dari kurikulum pendidikan umum dan Islam adalah
memberikan arah bagi tercapainya tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan yang
hendak dicapai harus direncanakan melalui kurikulum pendidikan. Oleh
karena itu, kurikulum merupakan faktor yang sangat penting dalam proses
pendidikan pada lembaga pendidikan umum/Islam. Dengan demikian, akan
menjadi jelas dan terencana bagaimana dan apa yang harus diterapkan dalam
proses belajar-mengajar yang dilakukan pendidik dan anak didik. Dalam
kurikulum, tidak hanya dijabarkan serangkaian ilmu pengetahuan yang harus
diajarkan oleh pendidik (guru) kepada anak didik, tetapi juga segala kegiatan
yang bersifat kependidikan yang dipandang perlu karena mempunyai
pengaruh terhadap anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
Islam.
B. RUMUSAN MASALAH
1
2. Apa Jenis-jenis kurikulum yang diimplementasi di madrasah/sekolah ?
3. Bagaimana Fungsi Kurikulum PAI sebagai desain ?
4. Bagaimana Fungsi kuikulum PAI sebagai pengaturan ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologi kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang
artinya pelari dan curere yang berarti jarak yang harus ditempuh oleh pelari.
Berdasarkan pengertian ini, dalam konteksnya dengan dunia pendidikan,
memberinya pengertian sebagai “circle of instruction” yaitu suatu lingkaran
pengajaran dimana guru dan murid terlibat di dalamnya. 1 Istilah kurikulum
kemudian digunakan untuk menunjukkan tentang segala mata pelajaran yang
dipelajari dan juga semua pengalaman yang harus diperoleh serta semua kegiatan
yang harus dilakukan anak.2 Di dalam buku Hasan Basri disebutkan bahwa
kurikulum bukan sekadar mata pelajaran atau mata kuliah. Kurikulum adalah
semua rencana yang terdapat dalam proses pembelajaran. Kurikulum dapat
diartikan pula sebagai semua usaha lembaga pendidikan yang direncanakan untuk
mencapai tujuan yang disepakati.3
Secara filosofis, hakikat kurikulum adalah model yang diacu oleh pendidikan
dalam upaya membentuk citra sekolah dengan mewujudkan tujuan pendidikan
yang disepakati. Kurikulum dengan pengertian di atas memberikan indikasi
bahwa pedoman rencana pembelajaran tidak bersifat kaku. Kurikulum yang baik
adalah yang dinamis, aktual, teoretis, dan aplikatif.4 Sebagaimana tujuan yang
hendak dicapai dalam pendidikan, misalnya pendidikan bertujuan meningkatkan
penguasaan pengetahuan siswa, pengembangan pribadi siswa, kemampuan sosial,
dan atau kemampuan keterampilan. Dengan tujuan tersebut, sudah tentu
kurikulum harus diarahkan untuk mencapainya.
1
Nizar, Syamsul, Haji, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal. 55
2
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikann Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hal. 78.
3
Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung,: Pustaka Setia, 2009), hal.127
4
Ibid.hal.129
3
Suatu kurikulum pendidikan, termasuk pendidikan Islam, hendaknya
mengandung beberapa unsur utama seperti tujuan, isi mata pelajaran, metode
mengajar dan metode penilaian. Kesemuanya harus tersusun dan mengacu pada
asas-asas pembentuk kurikulum pendidikan. Mohammad al-Thoumy al-Syaibany,
mengemukakan bahwa asas-asas umum yang menjadi landasan pembentukan
kurikulum dalam pendidikan Islam itu adalah5
1. Asas Agama
2. Asas Falsafah
Dasar ini memberikan arah dan kompas tujuan pendidikan Islam, dengan
dasar filosofis, sehingga susunan kurikulum pendidikan Islam mengandung suatu
kebenaran, terutama dari sisi nilai-nilai sebagai pandangan hidup yang diyakini
kebenarannya.
3. Asas Psikologis
Asas ini memberi arti bahwa kurikulum pendidikan Islam hendaknya disusun
dengan mempertimbanglcan tahapan- tahapan pertumbuhan dan perkembangan
yang dilalui anak didik
4. Asas Sosial
5
Al-Rasyidin, Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Ciputat: Ciputat Press, 2005), hal.57-
58.
4
pendidikan Islam adalah manusia-manusia yang mampu mengambil peran dalam
masyarakat dan kebudayaan dalam konteks kehidupan zamannya.6
4. Dalam berbagai pelaksanaan, aktivitas, contoh dan nash yang ada dalam
kurikulum harus memelihara kebutuhan nyata kehidupan masyarakat dengan tetap
bertopang pada cita ideal Islami, seperti rasa syukur dan harga diri sebagai ummat
Islam.
6
Ibid, 57-58
7
Nizar, Syamsul, Haji, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal. 59-60
5
8. Hendaknya kurikulum itu efektif dalam arti berisikan nilai edukatif yang dapat
membentuk afektif (sikap) Islami dalam kepribadian anak.
8
S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum. (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) hal. 55
6
Kurikulum yang bersifat subject matter cenderung mengadakan
uniformitas dengan melaksanakan rencana pelajaran terurai yang
menentukan bahan pelajaran setiap minggunya, bahkan setiap jam
pelajaran. Selain itu dalam penyajian bahan pelajaran cenderung
menyamaratakan kemampuan semua murid.
Keuntungan-keuntungan :
· Bahan pelajaran dapat disajikan secara logis dan sistematis
· Sederhana, mudah direncanakan dan dilaksanakan
· Mudah dinilai
· Dipakai di Perguruan Tinggi
· Sudah menjadi tradisi
· Memudahkan guru
· Mudah diubah
Kekurangan-kekurangan :
· Memberikan mata pelajaran yang lepas-lepas
· Tidak memperhatikan masalah-masalah sosial yang dihadapi anak-anak
sehari-hari
· Menyampaikan pengalaman umat manusia yang lampaui
· Tujuannya terlampau terbatas
· Kurang mengembangkan kemampuan berfikir
· Statis dan ketinggalan zaman
7
dan disusun sedemikian rupa sehingga yang satu memperkuat yang lain,
yang satu melengkapi yang lain. Jadi mata pelajaran itu dihubungkan
antara satu dengan yang lainnya sehingga tidak berdiri sendiri-sendiri.
Keuntungan-keuntungan
· Murid-murid mendapat informasi yang utuh/terintegrasi
· Minat murid bertambah
· Pengertian murid-murid tentang sesuatu lebih mendalam dan luas
· Memungkinkan murid-murid menggunakan pengetahuannya lebih
fungsional
Kekurangan-kekurangan
· Tidak menghubungkan dengan masalah yang aktual
· Guru sering tidak menguasai pendekatan interdisipliner
3. Intergrated Curriculum (Kurikulum yang di Padukan)
Kurikulum integrasi merupakan jenis organisasi kurikulum yang
dipadukan yakni beberapa mata pelajaran disatukan atau dipadukan dalam
arti mengahapuskan segala pemisahan dari bermacam-macam mata
pelajaran yang lepas-lepas. Dengan kata lain penyajian bahan pelajarannya
dalam bentuk keseluruhan. Pada jenis kurikulum ini diutamakan
pencapaian tujuan, yaitu membentuk manusia dalam kepribadian yang
bulat (integrated) dan harmonis.
Keuntungan-keuntungan
· Merupakan suatu keseluruhan yang bulat
· Menerobos batas-batas mata pelajaran
· Didasarkan atas kebutuhan dan minat anak
· Life centered
· Perlu waktu panjang
· Anak-anak dihadapkan pada situasi-situasi yang mengandung problema
· Dengan sengaja memajukan perkembangan sosial pada anak-anak
· Direncanakan bersama oleh guru dan murid
Kelemahan-kelemahan
· Guru-guru tidak disiapkan untuk menjalankan kurikulum seperti ini
8
· Dianggap tidak mempunyai sistem organisasi yang logis – sistematis
· Memberatkan tugas guru
· Tidak memungkinkan ujian umum
· Alat-alat sangat kurang
Pengorganisasian bahan pada jenis kurikulum ini didasarkan atas 3 unsur
atau segi, yaitu:
a. Unsur aktifitas anak atau child centered curriculum
b. Unsur sosial
c. Unsur minat dan kebutuhan anak
Ketiga unsur tersebut digunakan sebagai dasar perumusan dan penyusunan
kurikulum integrasi. Pada prinsipnya kegiatan atau bahan pengajaran yang
dituangkan dalam kurikulum integrasi adalah kegiatan-kegiatan yang
berkembang dalam masyarakat, yang sesuai dengan kehidupan anak didik.
Sehingga apa yang diajarkan disekolah disesuaikan dengan kehidupan luar
sekolah. Dengan sendirinya pelajaran yang diberikan itu dapat membantu
anak dalam menghadapi masalah-masalah yang ditemuinya.
Dalam perumusan serta penyusunan bahan pengajaran yang hendak
dituangkan dalam kurikulum integrasi hendaknya menggambarkan hal-hal
sebagai berikut:
a. Adanya hubungan erat antara pelajaran disekolah dengan masalah-
masalah kehidupan dalam masyarakatnya.
b. Tujuan yang akan dicapai, kebutuhan dan minat anak didik harus
tercermin atau digariskan di dalam kurikulum integrasi itu.
c. Setelah itu, maka murid sanggup menggunakan pengetahuan yang
diperolehnya.
d. Program kegiatan yang dirumuskan hendaknya dapat mengembangkan
seluruh pribadi anak didik baik jasmani, emosi, sosial dan intelektual
e. Hendaknya dapat bertanggung jawab dan bersifat social
9
Dalam perjalanan sejarah sebelum kemerdekaan, kurikulum sering dijadikan alat
politik oleh pemerintah. Misalnya, ketika Indonesia masih di bawah penjajahan
Belanda danJ epang, kurikulum harus disesuaikan dengan kepentingan politik
keduanegara tersebut. Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, kurikulum
sekolah diubah dan disesuaikandengan kepentingan politik bangsa Indonesia yang
dilandasi oleh nilai-nilai luhur bangsasebagai cerminan masyarakat Indonesia.
Pasca kemerdekaan, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan,
yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994,2004, 2006 dan 2013.
Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem
politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan
bernegara. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama,
yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaannya pada penekanan pokok dari tujuan
pendidikan serta pendekatandalam merealisasikannya.
Awal kurikulum terbentuk pada tahun 1947, yang diberi nama “Rentjana
Pelajaran 1947”. Kurikulum ini pada saat itu meneruskan kurikulum yang sudah
digunakan oleh Belanda karena pada saat itu masih dalam proses perjuangan
merebutkemerdekaan. Yang menjadi ciri utama kurikulum ini adalah lebih
menekankan padapembentukan karakter manusia yang berdaulat dan sejajar
dengan bangsa lain. Kurikulumpertama yang lahir pada masa kemerdekaan
memakai istilah
10
2. garis-garis besar pengajaran. Rentjana Pelajaran1947 mengurangi pendidikan
pikiran dalam artikognitif. Yang diutamakan adalah pendidikan watak, kesadaran
bernegara danbermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian
sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.
4. Kurikulum 1968
11
Kurikulum 1968bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk
membentuk manusia Pancasilasejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral,budi pekerti, dan keyakinan
beragama. Dalam kurikulum ini tampak dilakukannya perubahanstruktur
kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa
pancasila,pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan
perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni
dan konsekuen. Mata pelajarandikelompokkan menjadi 9 pokok. Djauzak
menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulumbulat. "Hanya memuat mata
pelajaran pokok saja,". Muatan materi pelajaran bersifat teoritis,tidak mengaitkan
dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya padamateri apasaja yang
tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan. Isi pendidikan
diarahkanpada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta
mengembangkan fisik yang sehat dan kuat. Kurikulum 1968 bersifat correlated
subject curriculum, artinya materipelajaran pada tingkat bawah mempunyai
korelasi dengan kurikulum sekolahlanjutan. Bidangstudi pada kurikulum ini
dikelompokkan pada tiga kelompok besar: pembinaan pancasila,pengetahuan
dasar, dan kecakapan khusus.
5. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan
efisien.latar belakangi lahirnya kurikulum ini adalah pengaruh konsep di bidang
manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat
itu,"Metode, materi, dan tujuanpengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional (PPSI), yang dikenaldengan istilah "satuan pelajaran",yaitu
rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuanpelajaran dirinci menjadi :
tujuan instruksional umum (TIU), tujuan instruksional khusus (TIK),materi
pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi.Kurikulum1975
banyak dikritik. Guru dibuat sibuk menulis rincian apa yangakan dicapai
darisetiap kegiatan pembelajaran.
6. Kurikulum 1984
12
Kurikulum 1984 mengusungprocess skill approach. Meski mengutamakan
pendekatanproses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering
disebut "Kurikulum 1975 yang disempurnakan". Posisi siswa ditempatkan sebagai
subjek belajar. Dari mengamatisesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga
melaporkan. Model ini disebut CaraBelajar Siswa Aktif(CBSA) atau Student
Active Leaming (SAL). .Konsep CBSA yang eloksecarateoritis dan bagus
hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan, mengalami banyakdeviasi dan
reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang
mampumenafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduhdi ruang kelas
lantaran siswaberdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, danyang mencolok
guru tak lagi mengajarmodel berceramah. Akhiran penolakan CBSA
bermunculan. Kurikulum 1984 ini berorientasikepada tujuaninstruksional.
Didasari oleh pandangan bahwa pemberian pengalamanbelajarkepada siswa dalam
waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benarfungsional dan
efektif.
7. Kurikulum 1994
13
padat(berorientasi kepada materi pelajaran/isi). Kurikulum 1994bersifat populis,
yaitu yangmemberlakukan satu sistem kurikulum untuk semuasiswa di seluruh
Indonesia. Kurikulumini bersifat kurikulum inti sehinggadaerah yang khusus
dapat mengembangkan pengajaran sendiridisesuaikan dengan lingkungan dan
kebutuhan masyarakat sekitar.
Sebagai pengganti kurikulum 1994 adalah kurikulum 2004, yang disebut dengan
“ Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)”. KBK memiliki ciri-cirisebagai
berikut :
d. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya
yangmemenuhi unsur edukatif.
Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh
siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004.
Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk
merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta
kondisi sekolah berada. Pada kurikulum 2006,pemerintah pusat menetapkan
14
standar kompetensi dan kompetensi dasar, sedangkan sekolah dalam hal ini guru
dituntut untuk mampu mengembangkan dalam bentuk silabus dan penilaiannya
sesuai dengan kondisi sekolah dan daerahnya. Hasil pengembangan dari semua
mata pelajaran, dihimpun menjadi sebuah perangkat yang dinamakan
KurikulumTingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Penyusunan KTSP menjadi
tanggung jawab sekolahdibawah binaan dan pemantauan dinas pendidikan daerah
dan wilayah setempat.
15
Learning Times (MELT). Tema utama kurikulum 2013 adalah menghasilkan
insanIndonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui pengamatan
sikap, keterampilan,dan pengetahuan yang terintegrasi. Untuk mewujudkan hal
tersebut, dalam implementasikurikulum, guru dituntut secara profesional
merancang pembelajaran secara efektif danbermakna, mengorganisir
pembelajaran, memilih pendekatan pembelajaran yang tepat,menentukan prosedur
pembelajaran dan pembentukan kompetensi secara efektif, sertamenetapkan
kriteria keberhasilan.
9
Muhammad Roqib, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta: LKIS) hal. 88
16
Prinsip ini berawal dari adanya keyakinan bahwa manusia
diciptakan oleh Tuhan yang sama dan juga dari asal yang sama.
Pendidikan Islam juga menganut prinsip pembebasan dalam arti sebuah
proses menuju ke arah kemerdekaan. Untuk itu dibutuhkan pendidikan
yang mampu membebaskan dalam arti mengembalikan unsur-unsur
kemanusiaannya sehingga terwujud manusia terdidik yang mampu
menyuarakan sisi kemanusiaan bila ia mendapatkan adanya kekurangan
atau gejala penyelewengan.
d. Prinsip Pendidikan Kontinu-berkelanjutan
Pendidikan Islam akan terus berjalan dimana saja dan kapan saja.
Proses pendidikan akan terus berjalan seiring dengan perkembangan
zaman. Oleh karena itu, proses ini tidak akan berhenti hanya dengan
kematian seorang ilmuan. Jasa dan pahala ilmuan akan terus mengalir
sampai hari akhir selama ilmunya terus bermanfaat atau dimanfaatkan.
e. Prinsip keutamaan dan kemaslahatan
Prinsip ini merupakan sebuah prinsip yang mengharuskan
pendidikan membawa manusia ke arah yang maslahah (baik/bermanfaat)
dan merupakan ruh dari pendidikan yang membawanya menuju fungsi
sebenarnya. Dengan prinsip ini pendidikan bukan hanya sebuah kerja
mekanis, melainkan sebuah proses guna mengembalikan dan
meningkatkan potensi-potensi dan moral utama manusia.
17
dapat ditinjau dari 2 segi, yaitu: (1) segi horizontal yang dikenal dengan
sitilah scope atau ruang lingkup isi kurikulum, dan (2) segi vertical yang
menyangkut urutan penyajian bahan yang dimulai dari hierarki belajar.
Desain kurikulum yang dapat diterapkan dalam pengembangan kurikulum
PAI, yaitu:
a. Subject Centered Design (SCD)
Desain ini merupakan pola kurikulum yang paling populer, paling tua
dan paling banyak digunakan dalam pengembangan kurikulum. Pada
jenis desain ini, kerangka kurikulum berpusat pada isi materi yang
akan diberikan pada peserta didik. Sehingga kurikulum yang
dihasilkan adalah kurikulum mata pelajaran yang terpisah-pisah. Pada
dasarnya desain kurikulum ini mengacu pada konsep pendidikan klasik
yang menekankan pada pengetahuan , ketrampilan, dan nilai-nilai
masa lalu dan berupaya untuk mewariskan pada generasi berikutnya.
Karena kurikulum ini mengutamakan isi bahan pelajaran, maka
organisasi kurikulumnya disebut subject academic(Gunawan, 2013).10
Desain kurikulum ini terslahir sebagai reaksi dan sekaligus usaha
penyempurnaan terhadap beberapa kelemahan kurikulum yang
dihasilkan subject centered design. Desain kurikulum ini sangat
berbeda dengan SCD yang bertolak pada keinginan untuk melestarikan
pengetahuan dan budaya masa lalu (kurikulum konservatif). Desain ini
berpusat pada peserta didik. Menurut teori pendidikan modern
menyatakan bahwa dalam proses pendidikan dan pengajaran berupaya
untuk mengeksploitasi potensi yang dimiliki oleh peserta didik.
Sementara guru atau pendidik hanya sebagai fasilitator yang berperan
menyiapkan berbagai kemudahan bagi siswa dan menciptakan situasi
belajar mengajar yang kondusif, mendorong, dan membimbing peserta
didik sesuai dengan kebutuhannya. Karena itu pengorganisasian
kurikulum didasarkan atas minat, kebutuhan dan tujuan belajar siswa.
10
Ahmad, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.( Bandung: Alfabeta Learner-
Centred Design (LCD)), hal. 89
18
Ada 2 ciri utama yang membedakan desain kurikulum ini dengan
SCD.
Yang pertama LCD mengembangkan kurikulum berpusat pada siswa
bukan pada isi materi. Kedua LCD bersifat not preplanned (kurikulum
tidak diorganisasikan sebelumnya, tetapi dikembangkan bersama guru
dan siswa)
b. Problem Centered Design (PCD)
Desain kurikulum ini berfokus pada masalah atau problem
manusia. Desain ini mengacu pada filsafat yang mengutamakan
peranan manusia. Berbeda dengan learned centered yang
mengutamakan siswa secara individual, problem centered yang
menekankan manusia dalam kesatuan kelompok atau masyarakat. Para
pendidik berasumsi bahwa manusia sebagai makhluk sosial selalu
hidup bersama. Dalam kehidupan seharihari, mereka menghadapi
berbagai masalah dan ada pemecahan dari
permasalahan tersebut secara bersama-sama.
c. Social Function Design (SFD)
Desain kurikulum ini menekankan pada fungsi-fungsi atau peranan
individu dalam sebuah masyarakat (society). Desain ini juga
merupakan penyempurnaan dari PCD yang hanya menekankan pada
problem, akan tetapi desain pada kurikulum ini lebih menekankan
peranan masyarakat dalam menjalankan fungsi sosial dalam rangka
memecahkan masalah dan menjalankan perannya sebagai anggota
masyarakat sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya di dalam
masyarakat.11
11
Hamdan. Pengembangan Kurikulum PAI.( Banjarmasin: IAIN Antasari Press,2014) hal.71
19
a. Alat untuk mencapai tujuan dan untuk menempuh harapan manusia sesuai
dengan tujuan yang dicita-citakan.
b. Pedoman dan program harus dilakukan oleh subjek dan objek pendidikan
1. Fungsi pengembangan
2. Fungsi penyaluran
3. Fungsi perbaikan
Drs. H. Hamdan, M.Pd. 2009. Pengembangan dan Pembinanaan Kurikulum(Teori dan Praktek
13
20
Yaitu berfungsi untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan, kelemahan peserta
didik terhadap keyakinan, pemahaman, dan pengamalan ajaran agama islam
dalam kehidupan sehari-hari, terutama dari segi keyakinan (akidah) dan ibadah.
4. Fungsi pencegahan
Kurikulum PAI berfungsi untuk menangkal hal-hal negative baik yang berasal
dari lingkungan tempat tinggalnya, maupun dari budaya luar yang dapat
membahayakan dirinya sehingga menghambat perkembangannya menjadi
manusia Indonesia seutuhnya
5. Fungsi penyesuaian
6. Sumber nilai
21
a. Melakukan penyesuaian
c. Menjaga kesinambungan
Prof. Dr. H. Muhaimin, M.A., Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, PT. Raja
14
22
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Hakikat Kurikulum Dalam Pendidikan Umum dan Islam yaitu
memiliki Asas Agama, Asas Falsafah, Asas Psikologis, dan Asas
Sosial.
2. Jenis-jenis kurikulum yang di implementasikan di Madrasah/Sekolah
yaitu :
a. Menurut Nasution bahwasanya ada 3 macam jenis-jenis kurikulum,
yaitu sebagai berikut: Separate Subject Curriculum, Correlated
Curriculum (Kurikulum Korelatif atau Pelajaran Saling Berhubungan)
dan Intergrated Curriculum (Kurikulum yang di Padukan).
b. Adapun Kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia adalah
Kurikulum 1947 (Rentjana Pelajaran 1947), Kurikulum 1952
(Rentjana Pelajaran Terurai 1952), Kurikulum 1964 (Rentjana
Pendidikan 1964), Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum
1984, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK)), Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP)), dan Kurikulum 2013.
3. Fungsi kurikulum PAI sebagai Desain yaitu :
a. Prinsip Kurikulum PAI yaitu Prinsip Integrasi, Prinsip
Keseimbangan Prinsip persamaan dan Pembebasan, Prinsip
23
Pendidikan Kontinu-berkelanjutan dan Prinsip keutamaan dan
kemaslahatan.
b. Fungsi Kurikulum PAI sebagai Desain yaitu Subject Centered
Design (SCD), Problem Centered Design (PCD) dan Social Function
Design (SFD)
4. Fungsi kurikulum PAI sebagai pengaturan yaitu Fungsi pengembangan,
Fungsi penyaluran, Fungsi perbaikan, Fungsi pencegahan , Fungsi
penyesuaian dan Sumber nilai.
DAFTAR PUSTAKA
Nizar, Syamsul, Haji, 2002. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press.
Nizar, Syamsul, Haji, 2006. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press
24
Roqib, M.2009. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: LKIS.
25