PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM DAN BUDI
PEKERTI
MUHAMMAD SIDDIK ARFANDI, S.PD
Untuk SMA Kelas XII S2 – PAI NON REG UIN SU 2021
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
DAN BUDI
PEKERTI
Untuk SMA Kelas XII
Sumber : http://www.pixabay.com/olessya
BAB VI
Pernikahan
dalam Islam
Peta Konsep
Menganalisis makna dan ketentuan pernikahan dalam Islam sesuai Al-Qur’an dan Hadits
Sunah; Makruh;
Sunah apabila seseorang telah mampu untuk Makruh apabila seseorang belum
memberi mahar dan penghidupan kepada
calon istri, akan tetapi mampu mengendalikan mapu melakukan pernikahan, tetapi
nafsunya sehingga tidak takut terjerumus ke mampu mengendalikan diri dari
dalam perbuatan zina tuntutan nafsu seksual
Haram;
Haram apabila seseorang melakukan
pernikahan dan akhirnya menganiaya seorang
ostri seperti belum mampu menikah dan
memaksa diri untuk melakukan pernikahan
Dalil Naqli tentang Pernikahan
a. Pernikahan sebagai sarana untuk b. Dengan pernikahan, Allah
melahirkan banyak keturunan memberikan kemampuan
(Surah An-nisa/4 ayat 1) (Surah An-Nur/24 ayat 32)
d. Pernikahan dapat melahirkan
c. Pernikahan sebagai sarana untuk
ketentraman dan kasih
melahirkan keturunan dan
sayang secara sempurna
membuka pintu rezeki
(Surah Ar-Rum/30 ayat 21 )
e. Pernikahan sebagai konsekuensi
Allah menciptakan manusia
secara berpasang-pasangan
(Surah Az-Zariyat/51ayat 49)
Prosesi Pra Nikah dalam Islam
Meminang (khitbah)
Meminang (khitbah) merupakan permintaan dari pihak laki-
laki kepada pihak perempuan untuk melangsungkan
pernikahan. Meminang merupakan babak awal pernikahan
menurut ajaran agama dan adat. Perempuan yang dipinang
bukanlah istri orang, bukan mahram sendiri, bukan
perempuan yang masih dalam ‘'iddah, dan bukan perempuan
yang telah dipinang oleh orang lain (muslim).
Prosesi Pra Nikah dalam Islam
Mas kawin (mahar)
Maskawin (mahar) adalah pemberian yang wajib diberikan
seorang laki-laki sebagai calon suami kepada perempuan yang
akan menjadi istri. Memberikan mahar hukumnya wajib
berdasarkan surah An-Nisa/4 ayat 4. jumlah mas kawin yang
wajib dibayar ditentukan oleh wali atau perempuan itu sendiri
dengan seizin walinya. Mas kawin boleh dibayar dengan
berbagai cara yang mempunyai nilai atau faedah tertentu
berdasarkan persetujuan bersama.
Rukun Nikah
• Calon suami
Persyaratannya, yaitu:
1. Islam
2. Baligh
3. Berakal
4. Sehat jasmani dan rohani
5. Laki-laki sejati
6. Berumur minimal 21 tahun (menurut UU No 1 tahun 1974)
Rukun Nikah
• Calon istri
Persyaratannya, yaitu:
1. Islam
2. Baligh
3. Berakal
4. Sehat jasmani dan rohani
5. Perempuan sejati
6. Berumur minimal 19 tahun (menurut UU No 1 tahun 1974)
Rukun Nikah
• Wali calon istri
Persyaratannya, yaitu:
1. Islam
2. Baligh
3. Berakal
4. Merdeka
5. Adil
Menurut ulama Syafi’iyah yang sah menjadi wali
dalam proses akad nikah adalah;
1. Bapak kandung
2. Kakek
3. Saudara kandung laki-laki
4. Saudara tiri laki-laki
5. Anak saudara kandung laki-laki (keponakan)
6. Anak saudara tiri laki-laki (keponakan)
7. Paman dari pihak bapa
8. Anak laki-laki dari paman (sepupu)
9. hakim
Rukun Nikah
• Dua saksi
Seorang laki-laki calon suami harus dapat mendatangkan dua orang saksi
dalam proses akad nikah. Kehadiran saksi menjadi tanggung jawab seorang
calon suami dan tidak wajib bagi calon pengantin perempuan. Tujuan
kehadiran dua orang saksi,disamping untuk mengetahui keabsahan proses
akad nikah, juga untuk memberi persaksian bahwa seorang calon suami laki-
laki adalah seorang jenaka, duda atau sudah beristri. Kalau sudah beristri
belum melebihi dari empat orang wanita.
Rukun Nikah
• Sigat (redaksi) ijab dan kabul
ijab adalah pernyataan seorang wali nikah, sedangkan qabul adalah peernyataan
menerima pernikahan dari seorang calon suami.
1. Suami wajib menggauli istrinya dengan cara yang baik, penuh kasih sayang, tidak kasar
dan tidak secara dzalim.
2. Suami wajib memberi nafkah lahir kepada istri, seperti memberi makan, pakaian dan
tempat tinggal.
3. Suami wajib mengajarkan istri tentang ilmu-ilmu yang berkaitan dengan wanita, seperti
hukum haid, nifas, wiladah, (melahirkan), istihadah, dan sejenisnya.
4. Suami wajib berlaku adil dan bijaksana terhadap isttri.
5. Suami wajib menutup aib istri kepada siapapun.
6. Ketika ada tanda-tanda kematian, suami hendaklah berwasiat terhadap istri.
Hak dan kewajiban suami dan istri
• Kewajiban istri terhadap suami
1. Istri wajib menerima dengan ikhlas bahwa suami adalah pemimpin keluarga
2. Istri wajib menaati suaminya selama tidak dalam kemaksiatan
3. Istri hendaknya memenuhi kebutuhan suami dan keluarga baik kebutuhan
biologis maupun non biologis kecuali ada sebab-sebab syar'i yang Sesuai
ajaran Islam
4. Istri hendaknya mendahulukan hak suami diatas hak orang tuanya
5. Istri wajib menjaga harta suaminya dengan sebaik-baiknya
6. Istri hendaknya senantiasa membuat dirinya selalu menarik dihadapan suami
7. Istri wajib menjaga kehormatan suami selama-lamanya
Hal-hal yang memutus ikatan pernikahan
• Talak atau perceraian
Akibat dari talak atau perceraian antara suami dengan istri, maka timbul istilah
'iddah dan rujuk. ‘'iddah adalah masa menunggu seorang perempuan tidak boleh
menerima pinangan seorang laki-laki lain setelah dicerai oleh suami. Tujuan 'iddah
adalah untuk mengetahui apakah seseorang yang dicerai tersebut sedang dalam
keadaan hamil atau tidak.
‘Iddah digolongkan menjadi beberapa bagian;
1. ‘Iddah mati artinya apabila seorang perempuan ditinggal mati oleh suaminya
baik sudah dicampur maupun belum masa 'iddahnya selama 4 bulan 10 hari
2. ‘Iddah hamil apabila seorang perempuan dicerai oleh suaminya dalam
keadaan hamil sehingga masa 'iddahnya adalah sampai melahirkan
3. ‘Iddah karena talak Fasakh dan khulu'
Hal-hal yang memutus ikatan pernikahan
• Talak atau perceraian
‘Iddah karena talak Fasakh dan khulu' ada dua hukumnya yaitu sebagai berikut;
Ketika ditalak suami, seorang istri belum pernah dicampuri, tidak memiliki masa
iddah
Apabila ketika ditalak suami Seorang Istri sudah pernah dicampuri masa
iddahnya sebagai berikut:
Apabila dalam keadaan menstruasi masa iddahnya tiga kali suci
Apabila dalam keadaan suci tidak menstruasi karena sudah menopause maka
masa iddahnya adalah 3 bulan
Apabila istri dalam keadaan mengandung maka masa iddahnya adalah sampai
melahirkan
Hal-hal yang memutus ikatan pernikahan
• Talak atau perceraian
Sedangkan rujuk adalah upaya untuk kembali kepada tali pernikahan setelah terjadi
perceraian antara seorang suami dengan seorang istri hukum melakukan rujuk menurut para
ulama adalah sebagai berikut
Wajib apabila melakukan rujuk menjadi lebih baik dalam membina rumah tangga atau
bagi seorang suami yang menikah lebih dari satu melakukan rujuk dengan tujuan untuk
menyempurnakan keadilan terhadap sesama istri
Sunnah apabila kembalinya seorang suami kepada istri dengan tujuan untuk
memperbaiki kehidupan berumah tangga sehingga menjadi keluarga yang bahagia
Haram apabila seorang suami melakukan rujuk dengan tujuan untuk menyakiti seorang
istri atau untuk durhaka kepada Allah Swt
Makruh apabila melakukan rujuk juga tidak dapat memperbaiki kehidupan berumah
tangga tidak melakukan rujuk itu lebih baik
Mubah merupakan hukum asal dari rujuk artinya bebas bagi seorang mantan suami
untuk melakukan rujuk dengan kata lain mantan suami boleh melakukan rujuk atau
tetap dalam perceraian
Hal-hal yang memutus ikatan pernikahan
• Talak atau perceraian
Melakukan rujuk menjadi sah apabila memenuhi syarat dan
rukun sebagai berikut:
1. Seorang Istri sudah dicampuri oleh suami
2. Masih berada dalam masa iddah
3. Melakukan rujuk atas kehendak sendiri
4. Ada dua orang saksi yang adil
5. Ada sigat atau ucapan rujuk
Hal-hal yang memutus ikatan pernikahan
• Fasakh
Fasakh adalah pembatalan pernikahan antara suami istri karena
sebab-sebab tertentu, seperti seorang laki-laki menikah dengan
perempuan yang semula tidak beragama Islam kemudian
perempuan tersebut masuk Islam sehingga pernikahan dilakukan
secara Islam. Setelah memiliki seorang anak, perempuan tersebut
kembali kepada agama semula.semenjak itu, akad nikah menjadi
rusak karena orang Islam haram menikah dengan perempuan yang
tidak beragama Islam. Fasakh dilakukan oleh Hakim agama, atas
dasar pengaduan dari istri atau suami dengan alasan yang dapat
dibenarkan
Hal-hal yang memutus ikatan pernikahan
• Khulu’
Menurut bahasa khulu’ berarti menanggalkan atau
melepaskan. Dalam ilmu fiqih, khulu’ adalah talak yang
dijatuhkan suami kepada istri, atas permintaan istri dengan
jalan tebusan dari pihak istri, dengan jalan mengembalikan
mas kawin kepada suaminya, atau dengan memberikan
sejumlah uang harta yang disetujui oleh mereka berdua.
Khulu’ diperkenankan dalam Islam dengan tujuan untuk
mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi istri dalam
mengarungi bahtera kehidupan berumah tangga.
Hal-hal yang memutus ikatan pernikahan
• Li’an
Li'an adalah Sumpah seorang suami yang menuduh istrinya
berzina dan suami tidak dapat mengajukan empat orang saksi
yang melihat istrinya berzina. Dengan mengangkat sumpah 4
kali di depan Hakim dan pada ucapan kelima kalinya dia
mengatakan, laknat (kutukan) Allah siap ditimpakan kepada
diriku apabila tuduhanku itu dusta.
Apabila sumpah li'an seorang suami dibenarkan oleh hukum,
berlakulah hukum rajam terhadap istrinya yaitu seorang istri
dilempari dengan batu sampai mati.
Hal-hal yang memutus ikatan pernikahan
• Ila’
Ila’ berarti sumpah suami yang mengatakan bahwa ia tidak akan meniduri
istrinya selama 4 bulan atau lebih, atau dalam masa yang tidak
ditentukan. Jika sebelum 4 bulan dia kembali kepada istrinya dengan baik,
dia diwajibkan membayar denda sumpah atau kafarat.
Akan tetapi jika sampai 4 bulan ia tidak kembali pada istrinya, hakim
berhak menyuruhnya untuk memilih diantara dua hal kembali kepada
istrinya dengan membayar kafarat sumpah atau mentalak istrinya. Apabila
suami tidak bersedia menentukan pilihannya, maka hakim memutuskan
bahwa suami telah mentalak istrinya dengan talak ba’in sugra, sehingga ia
tidak dapat dirujuk kembali, kecuali dengan akad nikah baru
Hal-hal yang memutus ikatan pernikahan
• Zihar
Zihar adalah ucapan suami yang menyerupakan istrinya dengan
ibunya, seperti suami berkata kepada istrinya, “punggungmu sama
dengan punggung Ibuku”. Ungkapan ini merupakan bentuk talak
secara kinayah, talak secara tidak terang-terangan. Jika suami
mengucapkan kata-kata tersebut dan tidak melanjutkannya dengan
mentalak istrinya, seorang suami wajib membayar kafarat dan
haram menggauli istrinya sebelum kafarat dibayar.
Macam-macam pernikahan terlarang dalam Islam
• Pernikahan Semahram
Mahram adalah seorang perempuan yang haram dinikahi oleh seorang
laki-laki mahram ada tiga macam yaitu mahram karena keturunan
mahram karena perkawinan dan mahram karena sepersusuan
• Pernikahan Sigar
Nikah sigar adalah pernikahan silang. Artinya seseorang menikahkan anak
perempuannya kepada seorang laki-laki dengan syarat seorang tersebut
menikahkan anak perempuannya dengan seorang anak laki-lakinya
Macam-macam pernikahan terlarang dalam Islam
• Pernikahan Tahlili
Nikah tahlili adalah menikahnya seorang laki-laki dengan seorang wanita
yang sudah ditalak tiga oleh suami sebelumnya. Pernikahan ini dilakukan
secara rekayasa, dengan tujuan agar mantan suami dapat menikah
kembali dengan seorang perempuan yang sudha bercerai dengan talaq
ba’in kubra (talk tiga) setelah habis masa ‘iddah.
• Pernikahan Mut’ah
Nikah mut’ah disebut juga dengan nikah kontrak. Pernikahan ini
hukumnya haram, karena di samping pernikahan dilakukan hanya semata-
mata untuk bersenang-senang dan dibatasi dengan waktu tertentu, juga
pernikahan ini memperlakukan seorang wanita seperti barang.
Macam-macam pernikahan terlarang dalam Islam
• Pernikahan masih dalam masa ‘iddah
Seorang perempuan yang dicerai oleh suami, memiliki masa ‘iddah. ‘Iddah
adalah masa menunggu seorang perempuan tidak boleh menerima
pinangan seorang laki-laki. Sehingga seorang perempuan dilarang untuk
menikah dengan seorang laki-laki, sampai habis masa ‘iddahnya.
Dapat memperoleh
keturunan yang sah
Dapat mengendalikan pandangan dan menjaga kehormatan
Dapat membentuk
keluarga yang Islami