Anda di halaman 1dari 7

Anggota

1. Alexandro Abimanyu Sakty (XII MIPA 1 // 05)


2. Johannes Calvin (XII MIPA 1 //14)
3. M.Pramudya putra G (XII MIPA 1 //16)
4. Petra Kharisvanda Cahyadi (XII MIPA 1 // 23)
5. Satria Yoel Chrstiyawan(XII MIPA 1 // 28)
Kaidah kebahasaan pada novel “Gajah Mada Bergelut dalan Tahta dan Angkara”

Kalimat bermakna Kata urutan Kata yg. Kata kerja yg. Kata kerja mental Mengunakan dialog Kata sifat untuk
lampau waktu (konjungsi Menggambarkan Menunjukkan Menggambarkan
kronologis, tindakan (kata kerja kalimat tidak tokoh, tempat,
temporal) material) langsung suasana
1 “Kesedihan kali ini Sekar Kedaton Detail-detail sejarah "Namun, Ra Gajah Enggon ”Pernah mendengar "Nyai Tanca
terjadi bagai memutuskan yang diramu Tanca tidak yang juga menggunakan nama Panji Wiradapa?” pintar,
pengulangan mengambil salah sedemikian apik tanpa mungkin nama Pradamba itu amat tanya Gajah Mada. pemberani, dan
peristiwa sembilan satu di antaranya. kesan menggurui masih menjawab bisa merasakan beban Gagak Bongol dan Gajah punya otak untuk
belas tahun yang Maka, sejenak juga menjadi pertanyaan itu berat macam apa yang Enggon terbelalak. berpikir."
lalu… kemudian dari kekuatan dari novel ini. karena disandang sahabatnya ”Ini mayat Ki Panji
halaman belakang nyawanya telah yang menghilang Wiradapa?” tanya Gajah
istana berderap melesat beberapa Enggon dengan raut
seekor melayang, tahun lamanya itu. muka
kuda yang berlari membubung sulit untuk percaya
kencang. Para meninggalkan
prajurit tak tahu raganya yang tak
siapa orang bisa ditempati."
berkuda
yang berpacu
bagai kekurangan
waktu itu.
2 “*Kala itu tahun Awal kisah Maaf lahir seyogianya "Di sudut ruang, Hubungan secara pribadi ”Apa artinya ini?” tanya "Ular-ular
1309.*” perjalanan lebih karena tanggung Dyah Wiyat antara Kudamerta dan Gagak Bongol dengan beracun itu
hidupnya yang jawab moral daripada menundukkan Cakradara terjalin raut muka tegang. berukuran
semula berasal karena ditodong atau wajah berusaha dengan baik. Dalam Gajah Mada tidak besar."
dari terpaksa. Lebih-lebih sekuat tenaga banyak hal mereka sering menjawab, tetapi
Swarna Bumi, bila dikaitkan menguasai diri." bersama, satu dan menyerahkan pencarian
anak dari Prabu dengan sikap ilmiah. lainnya jawabnya kepada Gagak
Maulia Warma saling menghormati Bongol sendiri, juga
Dewa yang dan menghargai. Gajah Mada tidak
negaranya berbicara
ditaklukkan dan apa pun pada Enggon.
menjadi Raut muka Gajah Enggon
perempuan menegang, matanya
boyongan untuk setengah mendelik,
kemudian demikianlah kebiasaan
diperistri Gajah Enggon ketika
oleh Raja, dilibas
setidaknya dari rasa penasaran.
suami yang
lambat laun
dicintainya itu
terlahir
keturunan yang
sangat berpeluang
menjadi raja
karena
merupakan satu-
satunya anak
lelaki, Kalagemet.
3 “Dimulai ketika Demikian besar Dengan pertimbangan Kematian Ra Ketika para Ibu Ratu ”Siapa yang melakukan "Ada sesuatu
Singasari tidak bisa cintanya kepada amat strategis, Gajah Tanca, sangat menangis yang pembunuhan ini?” tanya yang segera
dipertahankan lagi Sang Mada mengambil tidak dimengerti menulari siapa pun untuk Senopati Gajah menarik
akibat gempuran Prabu, cinta yang langkah penyelamatan mengapa menangis, Dyah Wiyat Enggon. perhatiannya."
Kediri di bawah tumbuh sedikit terhadap kemungkinan memberi sama sekali tidak ”Aku serahkan
Jayakatwang…” demi sedikit lalu bahaya keretakan yang guncangan luar menitikkan air mata. penelusurannya
menjadi mengancam negara biasa di kepadamu,” jawab
bergumpal- pasca dadanya." Gajah Mada.
gumpal, Stri kematian Jayanegara. ”Berpikirlah dengan
Tinuhweng Pura segenap rasa penasaran,
merasa amat Gajah Enggon. Bahwa
pantas menemani malam ini Tuanku
Sang Prabu Baginda Jayanegara
kembali tewas terbunuh,
menghadap Sang ternyata pada
Maha Pencipta malam yang sama, di
andaikata sakit dalam lingkungan istana,
yang dideritanya terjadi sebuah
berujung ke pembunuhan yang lain
kematian.
4 “Lalu, disusul Mayat Ra Tanca "Gajah Mada "Segenap ”Bungkam mulut anakmu ”Atau...bisa pula ada "Nyai Tanca
perjuangan yang digotong mengusap mata itu prajurit bersikap supaya jangan kaitannya dengan terlihat pintar
berikutnya yang keluar memang agar memejam." sangat ramah menimbulkan tanda kematian Ra Tanca?” dan pemberani
tak kalah berat, menimbulkan kepada siapa tanya ”Mungkin!” jawab Gajah saat berbicara
mendirikan negara kecemasan, yang pun karena orang yang mendengar. Mada tangkas. ”Bisa juga dengan Gagak
baru di tanah Tarik tak ubahnya memang Tangis bayimu nanti berkaitan dengan Bongol."
hingga akhirnya penyakit lalu demikian sikap bisa dikira hantu.” Rakrian Tanca. Sebulan
menjadi negara menular, menular keseharian yang lalu kita
Majapahit yang dan mereka." memperoleh keterangan
bisa memberikan menular, menulari
ketenteraman dan siapa saja,
kemakmuran menular dari
kepada segenap prajurit ke
rakyatnya.” prajurit, menular
ke para abdi
dalem istana,
menular kepada
beberapa orang
yang
menggerombol
tak jauh dari
Purawaktra dan
dengan segera
berubah
menjadi ledakan
yang amat
menggelisahkan
siapa pun.
5 “Terlalu banyak Tugas berat "Dyah Wiyat "Lebih dari itu, Bidik Senopati Gajah Enggon "Ruang Nyai
kenangan yang memimpin dan menundukkan wajah segenap prajurit dadanya dengan baik. menatap Gajah Mada Tanca dipenuhi
sulit dilupakan.” membina pasukan berusaha sekuat tenaga merasakan Kelak apabila semua dan tak berkedip. oleh berbagai
Bhayangkara menguasai diri." gejolak yang mimpi telah tergapai, aku ”Kakang Gajah Mada jenis ular beracun
selanjutnya sama, oleh duka tidak akan tadi menyebut yang besar,
diserahkan mendalam atas pernah melupakanmu mengganggu para Tuan menciptakan
kepada Gajah gering yang Putri suasana yang
Enggon yang juga diderita Ratu dalam menentukan menegangkan."
memiliki nama Kertarajasa siapa pengganti
Gajah Pradamba. Jayawardhana." Baginda?” tanya
prajurit pilihan
itu.
6 ”Aku sangat Panji Wiradapa "Gajah Mada "Bukan cermin Singasari runtuh karena ”Tentu sangat "Gagak Bongol
berterima kasih menghirup udara memahami bagian- itu yang serbuan Raja mengganggu. Gerakan merasa risih
telah kaujaga amat dalam, bagian paling membuatnya Jayakatwang dari Gelang orang-orang tak tahu diri dengan ucapan-
anakku,” mengisi semua sederhana, seperti resah, tetapi Gelang, yang rupanya ini ucapan Nyai
Pradhabasu sudut dan lorong tindakan apa yang orang yang masih menyimpan akan membuat suasana Tanca yang
berkata di dalam ruang harus dilakukan untuk menghadiahi dendam negara menjadi keruh. tajam."
surat yang di paru-parunya menawarkan racun benda itu." leluhurnya, Pendapatku, seyogianya
ditulisnya. ”Kini sambil yang telanjur masuk ke Kediri, para Tuan
tiba saatnya aku menengadahkan tubuh." pernah dihancurkan. Putri Ratu jangan sampai
meminta kembali kepala menyerahkan
Sang Prajaka. memandang langit kedudukan yang
Untuk selanjutnya, sebelum menyangkut
mari kita lupakan selanjutnya hidup dan mati serta
apa yang terjadi di memutuskan masa depan negara
*masa lalu.*” menempatkan diri kepada orang yang
menggantikan salah. Aku
Kudamerta sangat yakin, kematian
mengarahkan Panji Wiradapa ada
pandangan kaitannya dengan hal
matanya ke itu,”
mandapa. Gajah Mada menjawab.
7 “Ibu Ratu Pradnya Emban tua yang "Orang tak dikenal itu "Ada banyak hal Segenap kawula yang “Masalahnya bukan "Suasana ruangan
Paramita telah bertugas merentang gendewa yang dicatat mencintai rajanya pada para Sekar tersebut terasa
berusaha mengendalikan mengarahkan Pancaksara, memang amat berharap Kedaton,” kata Bongol. sangat gelap dan
mendamaikan diri, acara sujud bidikannya ke batang banyak sekali." raja akan sembuh dan “Masalahnya ada pada misterius dengan
apa yang ia sungkem itu pohon beringin." kembali memimpin para calon suami lampu ublik yang
lakukan bukanlah selanjutnya negara menuju kejayaan mereka dan orang-orang menyala kecil."
pekerjaan yang membawa Sri yang yang
gampang…” Gitarja ke Ratu lebih berada di belakang
Biksuni Gayatri, bercahaya dan cemerlang mereka. Termasuk orang
ibu kandung yang sekarang hangus
yang terbakar, bukankah
melahirkannya. demikian, Kakang Gajah?
8 Pemimpi seperti Bende yang "Gajah Mada merayap "Kesedihan kali Dan, emban yang ”Kuberikan kewenangan "Gagak Bongol
itu tidaklah hanya dipukul satu-satu, turun dari dahan, ini terjadi bagai bersimpuh di depannya sepenuhnya kepadamu, merasa tidak
dirinya. Panji berjarak sedikit disusul Macan Liwung pengulangan menatap Sekar Kedaton Gajah Enggon,” nyaman dengan
Wiradapa tentu tak lebih dan Gajah Geneng." peristiwa dengan cemas Gajah Mada kembali pernyataan-
mungkin lupa, lama dari isyarat sembilan belas menegaskan pernyataan Nyai
seorang pejabat di kebakaran, tahun yang lalu, perintahnya. ”Telusuri Tanca yang
masa lalu yang merupakan yang ditulisnya kematian aneh berani."
dihukum mati oleh pengulangan apa berdasar kisah ini, cari latar
Jayanegara karena yang terjadi yang dituturkan belakangnya, temukan
memiliki mimpi beberapa tahun ayahnya, siapa pelakunya. Kamu
pula. sebelumnya Samenaka, boleh
manakala raja karena ketika memecah tugas
pertama peristiwa itu penyelanggaran
Majapahit yang terjadi pembakaran layon
sangat dicintai Pancaksara dengan pasukan dari
dan dihormati masih belum kesatuan yang lain.
mangkat. bisa dibilang Gunakan kekuatan telik
dewasa." sandi sepenuhnya.
9 Usia yang sudah di Siang sebelumnya "Nyai Tanca melangkah matanya kosong SSekar Kedaton, ”Kamu masih bisa Rumah Nyai
atas separuh abad Sang Prabu meninggalkan Gagak tidak bercahaya, sangatlah sesuai dengan mengenali prajurit yang Tanca terasa
menyebabkan bahkan masih Bongol yang masih dibalut cemas wujudnya yang memang mati itu?” suram dan penuh
daya tahannya sempat berjalan- tetap duduk di dingklik membayangkan cantik. Itulah Dyah Wiyat Gajah Enggon dan Gagak misteri ketika
tidak seperti dulu jalan mengelilingi panjang." perpisahan sejati yang punya alasan Bongol bersamaan malam telah tiba.
ketika masih muda. istana akan terjadi untuk gelisah. mendekat dan
memerhatikan memerhatikan tubuh
kerusakan di yang gosong itu.
bangunan
pendapa istana
sudut utara.
10 “Pontang-panting Pembunuhan yang "Gagak Bongol "Meski Ibu Ratu Adalah istrinya, Dewi ”Siapa orang ini, Kakang Gagak Bongol
Raden Wijaya sambung- mencuatkan alis dan Pradnya Setyawati yang amat Gajah?” tanya Bongol. adalah pria yang
mengatur menyambung membutuhkan waktu Paramita telah mencintai suaminya tegas dan berani
penyelamatan pada sehari sedikit lebih lama untuk berusaha mengais ribuan mayat ”Kamu tidak bisa dalam
meloloskan diri.” sebelumnya berpikir." mendamaikan yang salang tunjang mengenali?” menjalankan
sangat mungkin diri, apa yang ia bergelimpangan. balas Gajah Mada. tugasnya.
merupakan lakukan
ulahnya. Amat bukanlah
mungkin orang pekerjaan yang
itu gampang,
yang mendalangi. terbaca amat
jelas kecemasan
itu dari komat-
kamit di
mulutnya dan
tangannya yang
selalu gemetar."

Anda mungkin juga menyukai