Anda di halaman 1dari 2

KRISIS MULTIDIMENSIONAL

Krisis multidimensional merupakan krisis yang meIanda bangsa Indonesia pada 1997-1998.  Krisis multidimensional adalah
kondisi genting di suatu negara yang terjadi di berbagai bidang, baik moneter, ekonomi, politik, hukum, maupun krisis
kepercayaan. Kegagalan pemerintahan Orde Baru dalam mengatasi krisis di berbagai bidang ini  lantas membuat masyarakat
terutama mahasiswa turun kejalan untuk melakukan demonstrasi. Mereka menuntut dilakukannya reformasi serta pelengseran
Presiden Soeharto.
Adapun beberapa bentuk krisis multidimensi itu, mencakup misalnya terjadi dalam perekonomian yakni krisis moneter ditandai
dengan melemahnya rupiah atas dollar Amerika, dan penumpukan utang negara. Sementara krisis dalam bidang lain, seperti
hukum dan birokrasi, adalah praktik dalam birokrasi yang Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
Dengan demikian, yang dimaksud krisis multidimensional adalah krisis yang menerpa Indonesia di berbagai bidang kehidupan,
baik moneter, ekonomi, politik, hukum, maupun krisis kepercayaan pada akhir Orde Baru. yang dimaksud krisis multidimensional
adalah krisis yang menerpa Indonesia di berbagai bidang kehidupan, baik moneter, ekonomi, politik, hukum, maupun krisis
kepercayaan pada akhir Orde Baru.

1. Krisis Moneter

Krisis moneter yang terjadi di Indonesia diakibatkan oleh efek domino dari krisis moneter yang ada di Thailand akibat adanya
penurunan nilai tukar mata uang bath terhadap mata uang dolar Amerika Serikat.Adanya penurunan nilai tukar terhadap mata
uang tersebut sangatlah berdampak pada perekonomian Indonesia.Tidak hanya di Indonesia, penurunan nilai mata uang bath ini
juga diikuti oleh menurunnya mata uang negara negara yang berada dalam kawasan Asia Tenggara maupun Asia Timur
lainnya.Negara yang juga mendapat dampak tersebut ialah Filipina, Malaysia, serta Korea Selatan.Dengan terjadinya krisis
tersebut Soeharto kemudian mengundang International Monetary Fund atau IMF dengan tujuan untuk mendapat bantuan
dalam mengatasi krisis moneter yang trejadi di indonesia.Namun, hasil pertemuan tersebut sedikit menelan kekecewaan, sebab
IMF akan bersedia untuk membantu Indonesia dalam mengatasi krisis tersebut, asalkan Indonesia mampu memenuhi
persyaratan yang diajukan oleh pihak IMF.Persyaratan tersebut berisikan mengenai pencabutan subsidi bahan pokok, listrik,
serta BBM yang telah diberikan kepada Indonesia. Persyaratan tersebut pun begitu memberatkan pihak Indonesia sendiri, sebab
kondisi tersebut mampu mengakibatkan tidak berfungsinya dengan baik sistem perbankan yang ada di indonesia.Apabila sistem
perbankan di Indonesia  mengalami ketidakberfungsian tentunya akan sulit untuk mendorong pertumbuhan sektor riil dan dunia
usaha.Tidak hanya begitu persediaan barang khususnya kebutuhan pokok juga akan mengalami kelangkaan, yang
mengakibatkan harga harga sembako meroket tajam dan tentunya akan memicu kepanikan dari masyarakat akan kondisi
tersebut.Macetnya dunia usaha juga menjadi salah satu faktor bagi pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dilakukan oleh
beberapa perusahaan. Dengan kata lain,kondisi krisis ekonomi ini justru meningkatkan jumlah pengangguran di Indonesia.

Ketergantungan Indonesia pada aliran modal yang dikucurkan oleh pihak asing, membuat Indonesia tidak dapat mengatasi
segala krisis moneter yang terjadi. Dan hal itu membuat Indonesia dengan terpaksa melakukan pinjaman kepada negara
lain.Dengan terhambatnya berbagai bidang dalam kehidupan berbangsa itu, pembangunan yang terjadi di Indonesia hanya
terpusat pada satu daerah saja.Pengaruh globalisasi, dominasi kekuatan pasar, lemahnya pertahanan ekonomi perusahaan,serta
lemahnya kepercayaan antara pemerintah pusat dengan masyarakat, menjadi faktor penyebab keterpurukan ekonomi yang
trejadi pada akhir orde baru.Akibat kondisi perekonomian yang tidaklah stabil, pemerintah mengambil keputusan untuk
akhirnya melakukan pencabutan subsisdi bahan bakar minyak (BBM) yang tentunya hal ini akan berdampak pada kenaikan harga
BBM dan tarif dasar listrik di Indonesia.Adanya kenaikan tersebut sangat memicu protes dan kemarahan paar rakyat Indonesia.
Bentuk kekecewaan tersebut dibuktikan dengan adanya aksi protes dan kerusuhan yang terjadi pada bulan Mei 1998.

2. Krisis Sosial

Pada saat kondisi indonesia yang sudah tidak dapat terkendali,adanya berbagai gangguan sosialpun nyatanya tidak dapat
dihindarkan lagi. Pada tahun 1998, terjadi berbagai kerusuhan di berbagai daerah.Kerusuhan tersebut terjadi akibat adanya rasa
anti tionghoa. Pada masa pemerintahan orde baru, arus investasi sangat dibuka lebar lebar melalui penanaman modal yang
dilakuan pihak asing.Dengan adanya modal yang diinventasikan di indonesia, pemerintah melakukan pemberdayaan terhadap
kelompok etnis Tionghoa , WNI, serta warga asing untuk dapat menyukseskan program ekonomi yang akan diusung pada masa
pemerintahan orde baru.Dengan pemberdayaan tersebut, ras Tionghoa semakin menguat eksistensinya di ranah perekonomian
Indonesia. Dan hal tersebut memunculkan rasa ketidaksukaan warga negara indonesia terhadap ras Tionghoa.Namun selain itu,
sebelum adanya krisis moneter yang melanda Indonesia, pada majalah eksekutif yang memuat daftar seratus konglomerat yang
ada di indonesia, hanya ada 20 orang pribumi,satu warga negara india, dan beberapa sisanya dikuasai oleh ras Tionghoa.Hal
tersebut semakin memancing marah warga negara Indonesia terhadap ras tionghoa. Yang berakibat pada, kerusuhan
masyarakat yang menjadikan ras tionghoa sebagai sasarannya.Kemarahan tersebut bukanlah tanpa sebab, wrga negara
Indonesia menganggap ras Tionghoa tersebut terlalu mendominasi perekonomian yang ada di indonesia.Aksi kerusuhan
tersebut pun, banyak menyebabkan banyaknya jumlah korban jiwa terutama berasal dari ras tionghoa. Kerusuhan tersebut
terjadi di luar perkiraan pemerintah Indonesia.
3. Krisis Politik

Krisis pada bidang politik ini bermula saat pemilihan umum pada tahun 1997 akan diadakan. Peristiwa tersebut muncul akibat
adanya idealisme yang ada di tubuh Partai Demokras Indonesia.Adanya dualisme tersebut bermula saat enam belas fungsionaris
dari PDI menyatakan akan mengadakan sebuah kongres yang bertujuan untuk memisahkan diri dari kepengurusan partai yang
saat itu dipimpin oleh Megawati.Berbagai upaya pun telah dilakukan untuk dapat menyelesaikan sengketan dualisme oleh PDI
tersebut. Namun,lagi lagi tidak ada satu rencana pun yang membuahkan hasil.

Peristiwa tersebut mengalami puncaknya pada 27 Juli 1996. Peristiwa tersebut dikenal dengan kudatuli. Pada saat itu,  kantor
DPP Partai Demokrasi Indonesia (PDI) diambil alih paksa lewat pertumpahan darah. Suasana di Jalan Diponegoro, Jakarta begitu
mencekam.Peristiwa Kudatuli bahkan disebut sebagai salah satu peristiwa yang paling terkelam dalam sejarah demokrasi yang
ada di indonesia, terutama terkait dualisme partai politik di Indonesia.Sebelum sampai ke kerusuhan, hampir satu dekade
lamanya PDI mengalami konflik internal. Bergabungnya Megawati ke PDI pada 1987 meresahkan banyak pihak, terutama
Pemerintah Orde Baru yang dipimpin Presiden Soeharto.Lalu dalam pemilu 1997 Golkar kembali memperoleh suara mutlak dari
masyarakat. Dan keberlangsungan pemilu itu sendiri juga diikuti dengan pemilihan Presiden Republik indonesia  yang diadakan
secara aklamasi.Dalam pemilihan tersbeut Soeharto berhasil keluar sebagai Presiden dengan B.J Habibi yang menjadi wakil
presiden saat itu. Pelantikan Soeharto menjadi presiden ini tidak mnedapat dukungan masyarakat, justru banyak menuai
kecaman dari paar Mahasiswa yang tidak setuju dengan keputusan tersebut.Penolakan tersebut dilatarbelangi dengan berbagai
penyimpangan politik yang sebelumnya dilakukan pemerintah. Hal tersebut justru banyak memicu krisis sosial yang berakhir
dengan turunnya Soeharto.

4. Krisis Kepercayaan

Dengan adanya berbagai krisis yang terjadi di Indonesia telah mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah
pada masa orde baru. Ketidakmampuan pemerintah dalam menanggulagi segala krisis di Indonesia menjadi salah satu
faktornya.Pemerintahan yang dipimpin oleh Soeharto ini belum bisa untuk membangun kehidupan politik yang demokratis,
menegakkan pelaksanaan hukum dan sistem peradilan, serta pelaksanaan kebijakan ekonomi yang tidak berpiha pada rakyat
telah melahirkan sebuah krisis kepercayaan.Pada masa orde baru adanya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) bukan malah
menyurut melainkan tumbuh dengan sangat suburnya di Indonesia.Terjadi kesenjangan kedudukan disitu, dimana hanya orang
orang tertentu saja yang mampu menikmati segala fasilitas yang telah dibiayai oleh rakyat melalui pembayaran pajak.

5. Krisis Hukum

Penegakan hukum dan sistem peradilan yang ada di indonesia belum dapat menciptakan rasa aman pada setiap rakyatnya.
Banyak sekali rekayasa yang dihadirkan dalam hukum Indonesia saat itu.Seseorang yang bersalah dapat bebas dengan
seenaknya sedangkan orang yang tidak bersalah justru mendekam dibalik jeruji penjara.Seakan akan peribahasa “tumpul ke
atas, lancip ke bawah” menemukan realitanya pada kehidupan.Semua rakyat Indonesia memerlukan perubahan dalam bidang
hukum serta sistem peradilan. Masih banyak hal yang perlu diluruskan untuk menemui kebenarannya.

Anda mungkin juga menyukai