Kabinet ini juga tidak mampu bertahan lama karena banyak hal yang ditentang oleh parlemen
termasuk dari Masyumi dan PNI sendiri. Masalah utama yang menjadi penyebab runtuhnya kabinet ini
adalah pertukaran nota antara Menlu Soebardjo dengan Duta Besar Amerika, Merle Cochran. Nota tersebut
berisi tentang pemberian bantuan ekonomi dan militer dari Pemerintah Amerika kepada Pemerintah
Indonesia berdasarkan ikatan Mutual Security Act (MSA). Hal ini ditafsirkan bahwa Sukiman telah condong
kepada Blok Barat sehingga melanggar garis politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif.
Dengan jatuhnya Kabinet Sukiman, Indonesia kembali mengalami krisis pemerintahan. Salah satu
penyebab jatuhnya kabinet-kabinet pada masa liberal-parlementer ini adalah dari 10 partai yang ada dalam
parlemen, mayoritas berasal dari Masyumi dan PNI sehingga untuk membentuk pemerintahan yang kuat
harus mendapatkan dukungan dari kedua partai besar tersebut. Padahal seringkali terdapat ketidakserasian
antara kedua partai besar itu. Bahkan di dalam kedua partai itu masih terdapat kelompok-kelompok yang
juga sering bertentangan, misalnya dalam Masyumi terdapat kelompok Moh. Natsir dan kelompok Sukiman,
sedangkan di dalam PNI terdapat kelompok Mr. Sartono dan kelompok Mr.Sujono Hadinoto.
Untuk mengatasi keadaan tersebut ada saran agar kabinet yang dibentuk merupakan Zaken Kabinet
tanpa memperhitungkan keanggotaannya dalam partai tertentu. Namun kelompok Sukiman dalam Masyumi
berpendapat lain bahwa kabinet koalisi dapat menjadi dasar dari stabilitas politik.
.