Anda di halaman 1dari 38

SEJARAH

Perkembangan
Politik Masa
Demokrasi Liberal

KELOMPKOK 3 :
Dini Daraini Anwar
Melinda Krisdianti
Mohamad Azis Bayu Saputra
Mohamad Sundra Sutisna
Rica Puspita Sari
Yuggara Jihaad p
PENGERTIAN DEMOKRASI

Kata Demokrasi berasal dari Yunani, yaitu demos, yang berarti rakyat, dan
kratos, yang berarti pemerintahan atau kekuasaan. Jadi demokrasi ialah rakyat yang
berkuasa
Setelah Perang Dunia ke-II, secara formal demokrasi merupakan dasar dari
kebanyakan negara di dunia. Di antara semakin banyak aliran pemikiran yang
menamakan dirinya sebagai demokrasi, ada dua aliran penting, yaitu demokrasi
konstitusional dan kelompok yang mengatasnamakan dirinya “demokrasi” namun
pada dasarnya menyandarkan dirinya pada komunisme.
Demokrasi yang dianut di Indonesia, yaitu demokrasi berdasarkan Pancasila,
masih dalam taraf perkembangan. Dan mengenai sifat dan cirinya masih terdapat
pelbagai tafsiran serta pandangan. Pada perkembangannya, sebelum berdasarkan
pada demokrasi pancasila, Indonesia mengalami tiga periodeisasi penerapan
demokrasi, yaitu:

1. Demokrasi Liberal ( 1950-1959 )


2. Demokrasi Terpimpin ( 1959-1966 )
3. Demokrasi Pancasila ( 1966-sekarang )
DEMOKRASI LIBERAL DI
INDONESIA
Pelaksanaan demokrasi liberal sesuai dengan konstitusi yang berlaku saat itu, yakni
Undang Undang Dasar Sementara 1950. Kondisi ini bahkan sudah dirintis sejak
dikeluarkannya maklumat pemerintah tanggal 16 Oktober 1945 dan maklumat tanggal
3 November 1945, tetapi kemudian terbukti bahwa demokrasi liberal atau parlementer
yang meniru sistem Eropa Barat kurang sesuai diterapkan di Indonesia. Tahun 1950
sampai 1959 merupakan masa berkiprahnya parta-partai politik. Dua partai terkuat
pada masa itu (PNI & Masyumi) silih berganti memimpin kabinet. Sering bergantinya
kabinet sering menimbulkan ketidakstabilan dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan
keamanan.
Ciri-ciri demokrasi liberal adalah sebagai berikut :
• Presiden dan Wakil Presiden tidak dapat diganggu gugat
• Menteri bertanggung jawab atas kebijakan pemerintah
• Presiden bisa dan berhak berhak membubarkan DPR
• Perdana Menteri diangkat oleh Presiden
• Sering bergantinya kabinet
• Banyaknya partai yang terbentuk
Kabinet-kabinet yang pemah berkuasa setelah penyerahan
kedaulatan dari tangan belanda adalah sebagai berikut.
• KABINET NATSIR (6 September
1950 – 21 Maret 1951)

Merupakan kabinet koalisi yang dipimpin oleh partai


Masyumi.
Dipimpin Oleh : Muhammad Natsir
Program        :
1.      Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman.
2.      Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan
susunan pemerintahan.
3.      Menyempurnakan organisasi Angkatan Perang.
4.      Mengembangkan dan memperkuat ekonomi rakyat.
5.      Memperjuangkan penyelesaian masalah Irian Barat.
Muhammad Natsir
Hasil               :
Berlangsung perundingan antara Indonesia-Belanda untuk pertama kalinya
mengenai masalah Irian Barat.
Kendala/ Masalah yang dihadapi      :
–  Upaya memperjuangkan masalah Irian Barat dengan Belanda mengalami
jalan buntu (kegagalan).
–  Timbul masalah keamanan dalam negeri yaitu terjadi pemberontakan hampir
di seluruh wilayah Indonesia, seperti Gerakan DI/TII, Gerakan Andi Azis,
Gerakan APRA, Gerakan RMS.
Berakhirnya kekuasaan kabinet         :
Adanya mosi tidak percaya dari PNI menyangkut pencabutan Peraturan
Pemerintah mengenai DPRD dan DPRDS. PNI menganggap peraturan
pemerintah No. 39 th 1950 mengenai DPRD terlalu menguntungkan
Masyumi. Mosi tersebut disetujui parlemen sehingga Natsir harus
mengembalikan mandatnya kepada Presiden.
•  KABINET SUKIMAN (27 April 1951 –
3 April 1952)

Merupakan kabinet koalisi antara Masyumi dan


PNI.
Dipimpin Oleh: Sukiman Wiryosanjoyo
Program        :
o Menjamin keamanan dan ketentraman
o Mengusahakan kemakmuran rakyat dan
memperbaharui hukum agraria agar sesuai dengan
kepentingan petani.Mempercepat persiapan
pemilihan umum.
o Menjalankan politik luar negeri secara bebas aktif Sukiman Wiryosanjoyo
serta memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah
RI secepatnya.
Hasil               :
Tidak terlalu berarti sebab programnya melanjtkan program Natsir hanya saja
terjadi perubahan skala prioritas dalam pelaksanaan programnya, seperti
awalnya program Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman selanjutnya
diprioritaskan untuk menjamin keamanan dan ketentraman
Kendala/ Masalah yang dihadapi      :
• Adanya Pertukaran Nota Keuangan antara Mentri Luar Negeri Indonesia
Soebardjo dengan Duta Besar Amerika Serikat Merle Cochran. Mengenai
pemberian bantuan ekonomi dan militer dari pemerintah Amerika kepada
Indonesia berdasarkan ikatan Mutual Security Act (MSA). Dimana dalam
MSA terdapat pembatasan kebebasan politik luar negeri RI karena RI
diwajibkan memperhatiakan kepentingan Amerika.
• Tindakan Sukiman tersebut dipandang telah melanggar politik luar negara
Indonesia yang bebas aktif karena lebih condong ke blok barat bahkan dinilai
telah memasukkan Indonesia ke dalam blok barat.
• Adanya krisis moral yang ditandai dengan munculnya korupsi yang terjadi
pada setiap lembaga pemerintahan dan kegemaran akan barang-barang
mewah.
• Masalah Irian barat belum juga teratasi.
• Hubungan Sukiman dengan militer kurang baik tampak dengan kurang
tegasnya tindakan pemerintah menghadapi pemberontakan di Jawa Barat,
Jawa Tengah, Sulawesi Selatan.
Berakhirnya kekuasaan kabinet         :
Muncul pertentangan dari Masyumi dan PNI atas tindakan Sukiman sehingga
mereka menarik dukungannya pada kabinet tersebut. DPR akhirnya
menggugat Sukiman dan terpaksa Sukiman harus mengembalikan mandatnya
kepada presiden.
•KABINET WILOPO (3 April 1952 – 3 Juni 1953)
Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri
dari para pakar yang ahli dalam biangnya.
Dipimpin Oleh : Mr. Wilopo
Program :
oProgram dalam negeri      : Menyelenggarakan pemilihan umum
(konstituante, DPR, dan DPRD), meningkatkan kemakmuran
rakyat, meningkatkan pendidikan rakyat, dan pemulihan
keamanan.
oProgram luar negeri : Penyelesaian masalah hubungan
Indonesia-Belanda, Pengembalian Irian Barat ke pangkuan
Indonesia, serta menjalankan politik luar negeri yang bebas-
aktif.

Hasil : – Mr. Wilopo


Kendala/ Masalah yang dihadapi :
 Adanya kondisi krisis ekonomi yang disebabkan karena jatuhnya harga barang-barang eksport Indonesia
sementara kebutuhan impor terus meningkat.
 Terjadi defisit kas negara karena penerimaan negara yang berkurang banyak terlebih setelah terjadi
penurunana hasil panen sehingga membutuhkan biaya besar untuk mengimport beras.
 Munculnya gerakan sparatisme dan sikap provinsialisme yang mengancam keutuhan bangsa. Semua itu
disebabkan karena rasa ketidakpuasan akibat alokasi dana dari pusat ke daerah yang tidak seimbang.
 Terjadi peristiwa 17 Oktober 1952. Merupakan upaya pemerintah untuk menempatkan TNI
sebagai alat sipil sehingga muncul sikap tidak senang dikalangan partai politik sebab
dipandang akan membahayakan kedudukannya. Peristiwa ini diperkuat dengan munculnya
masalah intern dalam TNI sendiri yang berhubungan dengan kebijakan KSAD A.H Nasution
yang ditentang oleh Kolonel Bambang Supeno sehingga ia mengirim petisi mengenai
penggantian KSAD kepada menteri pertahanan yang dikirim ke seksi pertahanan parlemen
sehingga menimbulkan perdebatan dalam parlemen. Konflik semakin diperparah dengan
adanya surat yang menjelekkan kebijakan Kolonel Gatot Subroto dalam memulihkan
keamanana di Sulawesi Selatan.
 Keadaan ini menyebabkan muncul demonstrasi di berbagai daerah menuntut dibubarkannya
parlemen. Sementara itu TNI-AD yang dipimpin Nasution menghadap presiden dan
menyarankan agar parlemen dibubarkan. Tetapi saran tersebut ditolak.
 Muncullah mosi tidak percaya dan menuntut diadakan reformasi dan reorganisasi angkatan
perang dan mengecam kebijakan KSAD.
Inti peristiwa ini adalah gerakan sejumlah perwira angkatan darat guna menekan Sukarno agar
membubarkan kabinet.
Munculnya peristiwa Tanjung Morawa mengenai persoalan tanah
perkebunan di Sumatera Timur (Deli). Sesuai dengan perjanjian KMB
pemerintah mengizinkan pengusaha asing untuk kembali ke Indonesia
dan memiliki tanah-tanah perkebunan. Tanah perkebunan di Deli yang
telah ditinggalkan pemiliknya selama masa Jepang telah digarap oleh
para petani di Sumatera Utara dan dianggap miliknya. Sehingga pada
tanggal 16 Maret 1953 muncullah aksi kekerasan untuk mengusir para
petani liar Indonesia yang dianggap telah mengerjakan tanah tanpa izin
tersebut. Para petani tidak mau pergi sebab telah dihasut oleh PKI.
Akibatnya terjadi bentrokan senjata dan beberapa petani terbunuh.
Intinya peristiwa Tanjung Morawa merupakan peristiwa bentrokan
antara aparat kepolisian dengan para petani liar mengenai persoalan
tanah perkebunan di Sumatera Timur (Deli).
Berakhirnya kekuasaan kabinet :
Akibat peristiwa Tanjung Morawa muncullah mosi tidak percaya dari
Serikat Tani Indonesia terhadap kabinet Wilopo. Sehingga Wilopo harus
mengembalikan mandatnya pada presiden.
• KABINET ALI SASTROAMIJOYO I (31 Juli
1953 – 12 Agustus 1955)
Kabinet ini merupakan koalisi antara PNI dan NU.
Dipimpin Oleh : Mr. Ali Sastroamijoyo
Program        :
Meningkatkan keamanan dan kemakmuran serta
segera menyelenggarakan Pemilu.
Pembebasan Irian Barat secepatnya.
Pelaksanaan politik bebas-aktif dan peninjauan
kembali persetujuan KMB.
Penyelesaian Pertikaian politik
Hasil               : Mr. Ali Sastroamijoyo
1. Persiapan Pemilihan Umum untuk memilih anggota
parlemen yang akan diselenggarakan pada 29
September 1955.
2. Menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika tahun
1955.
Kendala/ Masalah yang dihadapi            :
Menghadapi masalah keamanan di daerah yang belum juga dapat terselesaikan,
seperti DI/TII di Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh.
Terjadi peristiwa 27 Juni 1955 suatu peristiwa yang menunjukkan adanya
kemelut dalam tubuh TNI-AD. Masalah TNI –AD yang merupakan kelanjutan
dari Peristiwa 17 Oktober 1952. Bambang Sugeng sebagai Kepala Staf AD
mengajukan permohonan berhenti dan disetujui oleh kabinet. Sebagai gantinya
mentri pertahanan menunjuk Kolonel Bambang Utoyo tetapi panglima AD
menolak pemimpin baru tersebut karena proses pengangkatannya dianggap tidak
menghiraukan norma-norma yang berlaku di lingkungan TNI-AD. Bahkan ketika
terjadi upacara pelantikan pada 27 Juni 1955 tidak seorangpun panglima tinggi
yang hadir meskipun mereka berada di Jakarta. Wakil KSAD-pun menolak
melakukan serah terima dengan KSAD baru.
Keadaan ekonomi yang semakin memburuk, maraknya korupsi, dan inflasi yang
menunjukkan gejala membahayakan.
Memudarnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah.
Munculnya konflik antara PNI dan NU yang menyebabkkan, NU memutuskan
untuk menarik kembali menteri-mentrinya pada tanggal 20 Juli 1955 yang diikuti
oleh partai lainnya.
Berakhirnya kekuasaan kabinet   :
Nu menarik dukungan dan menterinya dari kabinet sehingga keretakan dalam
kabinetnya inilah yang memaksa Ali harus mengembalikan mandatnya pada
presiden.
KABINET ALI
SASTROAMIJOYO I
•KABINET BURHANUDDIN
HARAHAP (12 Agustus 1955 – 3
Maret 1956)
Dipimpin Oleh     : Burhanuddin Harahap
Program              :
Mengembalikan kewibawaan pemerintah,
yaitu mengembalikan kepercayaan Angkatan
Darat dan masyarakat kepada pemerintah.
Melaksanakan pemilihan umum menurut
rencana yang sudah ditetapkan dan
mempercepat terbentuknya parlemen baru
Masalah desentralisasi, inflasi,
pemberantasan korupsi
Burhanuddin Harahap Perjuangan pengembalian Irian Barat
Politik Kerjasama Asia-Afrika berdasarkan
politik luar negeri bebas aktif.
Hasil                     :
Penyelenggaraan pemilu pertama yang demokratis pada 29 September 1955
(memilih anggota DPR) dan 15 Desember 1955 (memilih konstituante). Terdapat
70 partai politik yang mendaftar tetapi hanya 27 partai yang lolos seleksi.
Menghasilkan 4 partai politik besar yang memperoleh suara terbanyak, yaitu PNI,
NU, Masyumi, dan PKI.
Perjuangan Diplomasi Menyelesaikan masalah Irian Barat dengan pembubaran
Uni Indonesia-Belanda.
Pemberantasan korupsi dengan menangkap para pejabat tinggi yang dilakukan
oleh polisi militer.
Terbinanya hubungan antara Angkatan Darat dengan Kabinet Burhanuddin.
Menyelesaikan masalah peristiwa 27 Juni 1955 dengan mengangkat Kolonel AH
Nasution sebagai Staf Angkatan Darat pada 28 Oktober 1955.
Kendala/ Masalah yang dihadapi   :
• Banyaknya mutasi dalam lingkungan pemerintahan dianggap menimbulkan
ketidaktenangan.
Berakhirnya kekuasaan kabinet      :
o Dengan berakhirnya pemilu maka tugas kabinet Burhanuddin dianggap selesai. Pemilu
tidak menghasilkan dukungan yang cukup terhadap kabinet sehingga kabinetpun jatuh.
Akan dibentuk kabinet baru yang harus bertanggungjawab pada parlemen yang baru pula.
• KABINET ALI SASTROAMIJOYO II (20
Maret 1956 – 4 Maret 1957)
Kabinet ini merupakan hasil koalisi 3 partai yaitu PNI, Masyumi, dan NU.
Dipimpin Oleh : Ali Sastroamijoyo
Program           :
Program kabinet ini disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun yang memuat
program jangka panjang, sebagai berikut.
Perjuangan pengembalian Irian Barat
Pembentukan daerah-daerah otonomi dan mempercepat terbentuknya anggota-anggota
DPRD.
Mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai.
Menyehatkan perimbangan keuangan negara.
Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional berdasarkan
kepentingan rakyat.
Selain itu program pokoknya adalah,
• Pembatalan KMB,
• Pemulihan keamanan dan ketertiban, pembangunan lima tahun, menjalankan politik luar negeri bebas
aktif,
• Melaksanakan keputusan KAA.
Hasil                  :
• Mendapat dukungan penuh dari presiden dan dianggap sebagai titik tolak dari periode planning and
investment, hasilnya adalah Pembatalan seluruh perjanjian KMB.
Kendala/ Masalah yang dihadapi      :
• Berkobarnya semangat anti Cina di masyarakat.
• Muncul pergolakan/kekacauan di daerah yang semakin menguat dan mengarah pada gerakan
sparatismedengan pembentukan dewan militer seperti Dewan Banteng di Sumatera Tengah, Dewan Gajah
di Sumatera Utara, Dewan Garuda di Sumatra Selatan, Dewan Lambung Mangkurat di Kalimantan Selatan,
dan Dewan Manguni di Sulawesi Utara.
• Memuncaknya krisis di berbagai daerah karena pemerintah pusat dianggap mengabaikan pembangunan di
daerahnya.
• Pembatalan KMB oleh presiden menimbulkan
masalah baru khususnya mengenai nasib modal
pengusaha Belanda di Indonesia. Banyak
pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya
pada orang Cina karena memang merekalah yang
kuat ekonominya. Muncullah peraturan yang
dapat melindungi pengusaha nasional.
• Timbulnya perpecahan antara Masyumi dan PNI.
Masyumi menghendaki agar Ali Sastroamijoyo
menyerahkan mandatnya sesuai tuntutan daerah,
sedangkan PNI berpendapat bahwa
mengembalikan mandat berarti meninggalkan
asas demokrasi dan parlementer.
Berakhirnya kekuasaan kabinet         :
• Mundurnya sejumlah menteri dari Masyumi
membuat kabinet hasil Pemilu I ini jatuh dan
menyerahkan mandatnya pada presiden.
• KABINET DJUANDA ( 9 April
1957- 5 Juli 1959)
Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari
para pakar yang ahli dalam bidangnya. Dibentuk karena Kegagalan
konstituante dalam menyusun Undang-undang Dasar pengganti
UUDS 1950. Serta terjadinya perebutan kekuasaan antara partai
politik.
Dipimpin Oleh : Ir. Juanda
Program           :
Programnya disebut Panca Karya sehingga sering juga disebut
sebagai Kabinet Karya, programnya yaitu :
Membentuk Dewan Nasional
Normalisasi keadaan Republik Indonesia
Melancarkan pelaksanaan Pembatalan KMB
Perjuangan pengembalian Irian Jaya
Mempergiat/mempercepat proses Pembangunan
Semua itu dilakukan untuk menghadapi pergolakan yang terjadi di
daerah, perjuangan pengembalian Irian Barat, menghadapi masalah
ekonomi serta keuangan yang sangat buruk.
Hasil                  :
• Mengatur kembali batas perairan nasional Indonesia melalui Deklarasi Djuanda, yang mengatur mengenai laut
pedalaman dan laut teritorial. Melalui deklarasi ini menunjukkan telah terciptanya Kesatuan Wilayah Indonesia
dimana lautan dan daratan merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat.
• Terbentuknya Dewan Nasional sebagai badan yang bertujuan menampung dan menyalurkan pertumbuhan
kekuatan yang ada dalam masyarakat dengan presiden sebagai ketuanya. Sebagai titik tolak untuk menegakkan
sistem demokrasi terpimpin.
• Mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) untuk meredakan pergolakan di berbagai daerah. Musyawarah ini
membahas masalah pembangunan nasional dan daerah, pembangunan angkatan perang, dan pembagian wilayah
RI.
• Diadakan Musyawarah Nasional Pembangunan untuk mengatasi masalah krisis dalam negeri tetapi tidak berhasil
dengan baik.
Kendala/ Masalah yang dihadapi      :
–      Kegagalan Menghadapi pergolakan di daerah sebab pergolakan di daerah semakin meningkat. Hal ini
menyebabkan hubungan pusat dan daerah menjadi terhambat. Munculnya pemberontakan seperti PRRI/Permesta.
–      Keadaan ekonomi dan keuangan yang semakin buruk sehingga program pemerintah sulit dilaksanakan. Krisis
demokrasi liberal mencapai puncaknya.
–       Terjadi peristiwa Cikini, yaitu peristiwa percobaan pembunuhan terhadap Presiden Sukarno di depan
Perguruan Cikini saat sedang menghadir pesta sekolah tempat putra-purinya bersekolah pada tanggal 30
November 1957. Peristiwa ini menyebabkan keadaan negara semakin memburuk karena mengancam kesatuan
negara.
Berakhirnya kekuasaan kabinet         :
Berakhir saat presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan mulailah babak baru sejarah RI
yaitu Demokrasi Terpimpin.
SISTEM KEPARTAIAN
Partai politik merupakan suatu kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya
mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan dibentuknya partai
politik adalah untuk memperoleh, merebut dan mempertahankan kekuasaan secara
konstitusional. Jadi munculnya partai politik erat kaitannya dengan kekuasaan. Paska
proklamasi kemerdekaan, pemerintahan RI memerlukan adanya lembaga parlemen
yang berfungsi sebagai perwakilan rakyat sesuai dengan amanat UUD 1945.
Keberadaan parlemen, dalam hal ini DPR dan MPR, tidak terlepas dari kebutuhan
adanya perangkat organisasi politik, yaitu partai politik. Berkaitan dengan hal
tersebut, pada 23 Agustus 1945 Presiden Soekarno mengumumkan pembentukan Partai
Nasional Indonesia sebagai partai tunggal, namun keinginan Presiden Soekarno tidak
dapat diwujudkan. Gagasan pembentukan partai baru muncul lagi ketika pemerintah
mengeluarkan maklumat pemerintah pada tanggal 3 November 1945. Melalui
maklumat inilah gagasan pembentukan partai-partai politik dimunculkan kembali dan
berhasil membentuk partai-partai politik baru. Diantara partai-partai tersebut tergambar
dalam bagan berikut ini :
Nama Partai Pimpinan Tanggal Berdiri
Majelis Syuro Muslimin Indonesia Dr. Sukirman 7 November 1945
(Masyumi) Wiryosanjoyo
Partai Nasional Indonesia (PNI) Sidik Joyosukarto 29 Januari 1945

Partai Komunis Indonesia (PKI) Mr. Moh. Yusuf 20 November 1945

Partai Buruh Indonesia (PBI) Nyono 7 November 1945

Partai Rakyat Jelata (PRJ) Sutan Dewanis 8 November 1945

Partai Kristen Indonesia (Parkindo) Ds. Probowinoto 8 November 1945

Partai Rakyat Sosialis (PRS) Sutan Syahrir 10 November 1945

Persatuan Marhaen Indonesia JB Assa 20 November 1945


(Permai)
Partai Khatolik Republik Indonesia IJ Kassimo 17 Desember 1945
(PKRI)
Partai Sosialis Indonesia (PSI) Amir Syarifuddin 8 Desember 1945
Sistem kepartaian yang dianut pada masa demokrasi liberal adalah multi
partai. Pembentukan partai politik ini menurut Mohammad Hatta agar
memudahkan dalam mengontrol perjuangan lebih lanjut. Hatta juga
menyebutkan bahwa pembentukan partai politik ini bertujuan untuk mudah
dapat mengukur kekuatan perjuangan kita dan untuk mempermudah meminta
tanggung jawab kepada pemimpin-pemimpin barisan perjuangan. Walaupun
pada kenyataannya partai-partai politik tersebut cenderung untuk
memperjuangkan kepentingan golongan dari pada kepentingan nasional. Partai-
partai politik yang ada saling bersaing, saling mencari kesalahan dan saling
menjatuhkan.
PEMILIHAN UMUM TAHUN
1955

PEMILU MERUPAKAN :
• Sarana politik untuk mewujudkan kehendak rakyat kepada negara
dalam sistem demokrasi Pancasila adalah melalui Pemilihan
Umum (Pemilu).
• Rakyat sebagai pemegang kedaulatan berhak menentukan warna
dan bentuk pemerintahan serta tujuan yang hendak dicapai, sesuai
dengan konstitusi yang berlaku.
Dalam pasal 1 ayat 2 UUD1945 disebutkan "Kedaulatan berada di
tangan rakyat, dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar"
TUJUAN PEMILU
• Melaksanakan kedaulatan rakyat
• Sebagai perwujudan hak asasi politik rakyat
• Untuk memilih wakil-wakil rakyat yang duduk di DPR, DPRD,
DPD serta memilih Presiden dan Wakil Presiden
• Melaksanakan pergantian personal pemerintahan secara damai,
aman, dan tertib 
Pemilu tahun 1955, Pemilu pertama kali ini diselenggarakan pada
masa sistem pemerintahan negara berdasarkan demokrasi
parlementer dengan konstitusi UUDS 1950,
PELAKSANAN PEMILIHAN UMUM
TAHUN 1955
Pemilu merupakan salah satu sarana untuk melaksanakan demokrasi guna
mengkutsertakan rakyat dalam kehidupan bernegara, belum dapat dilaksanakan di tahun-tahun
pertama kemerdekaan sekalipun ide tentang itu sudah muncul adapun latar belakangnya adalah
a.       Revolusi fisik/perang kemerdekaan, menuntut semua potensi bangsa untuk
memfokuskan diri pada usaha mempertahankan kemerdekaan.
b.      Pertikaian Internal, baik dalam lembaga politik maupun pemerintah cukup menguras
energi dan perhatian.
c.       Belum adanya UU pemilu yang mengatur tentang pelaksanaan pemilu ( UU pemilu baru
disahkan pada tanggal 4 april 1953 yang dirancang dan disahkan oleh kabinet wilopo)

Di dorong oleh kesadaran untuk menciptakan demokrasi yang sejati, masyarakt menuntut
diadakan pmilu. Pesiapan pemilu dirintis oleh kabinet Ali Sastroamijoyo I. pemerintah
membntuk panitia pemilu pada bulan Mei 1954. Panitia tersebut merencanakan pelaksanaan
pemilu dalam dua tahap, yaitu :

 Pemilu tahap pertama akan dilaksanakan pada tanggal 29


September 1955 untuk memilih anggota DPR.
 Pemilu tahap kedua akan dilaksanakan pada tanggal 15 Desember
1955 untuk memilih anggota Konstituante (dewan pembuat UUD)
  Meskipun Kabinet Ali Jatuh, pemilu terlaksana sesuai dengan rncana semasa
kabinet Burhanudin Harahap. Pemilu yang pertama dilaksanakan pada tahun 1955.
Sekitar 39 Juta rakyat Indonesia datang ke bilik suara untuk memberikan suaranya.
Pemilu saat itu berjalan dengan tertib, disiplin serta tanpa politik uang dan tekanan
dari pihak manapun. Oleh karena itu, banyak pakar politik yang menilai bahwa
pemilu tahun 1955 sebagai pemilu paling demokratis yang terlaksana di Indonesia
sampai sekarang.
   Pemilu 1955 sekalipun merupakan yang pertama dalam sejarah bangsa Indonesia
ternyata mempunyai beberapa catatan positif, antara lain :
a. Tingkat partisipasi rakyat sangat besar ( + 90 % dari semua warga punya hak
      

pilih)
b. Prosentase suara yang sah cukup signifikan ( + 80 % dari suara yang masuk)
     

padahal + 70 % penduduk Indonesia masih buta huruf


c. Pelaksanaannya berjalan secara aman, tertib dan disiplin serta jauh dari unsur
      

kecurangan dan kekerasan.


HASIL PEMUNGUTAN
SUARA :
Hasil Pemilu Tahap I (29 september 1955)
Pada tanggal 29 September 1955 lebih dari 39 juta rakyat
Indonesia memberikan suararanya dikotak-kotak suara. Hasil
pemilihan Umum I yang diikuti 172 kontestan Pemilu 1955, hanya
28 kontestan (tiga diantaranya perseorangan) yang berhasil
memperoleh kursi. Empat partai besar secara berturut-turut
memenangkan kursi: Partai Nasional Indonesia (57 kursi/22,3%),
Masyumi (57 kursi/20,9%), Nahdlatul Ulama (45 kursi/18,4%), dan
Partai Komunis Indonesia (39 kursi/15,4%).
Keseluruhan kursi yang diperoleh adalah sebesar 257 kursi. Tiga
kursi sisa diberikan pada wakil Irian Barat yang keanggotaannya
diangkat Presiden. Selain itu diangkat juga 6 anggota parlemen
mewakili Tonghoa dan 6 lagi mewakili Eropa. Dengan demikian
keseluruhan anggota DPR hasil Pemilu 1955 adalah 272 orang
Hasil Pemilu Tahap II
Jumlah kursi anggota Konstituante dipilih sebanyak 520,
tetapi di Irian Barat yang memiliki jatah 6 kursi tidak ada
pemilihan. Maka kursi yang dipilih hanya 514. Hasil pemilihan
anggota Dewan Konstituante menunjukkan bahwa PNI, NU dan
PKI meningkat dukungannya, sementara Masyumi, meski tetap
menjadi pemenang kedua, perolehan suaranya merosot 114.267
dibanding-kan suara yang diperoleh dalam pemilihan anggota
DPR.
Kelebihan dan Kelemahan dari Pelaksanaan
Pemilihan Umum 1955

Kelebihan Pelaksanaan Pemilu 1955


Pemilu 1955 sekalipun merupakan yang pertama dalam sejarah
bangsa Indonesia ternyata mempunyai beberapa catatan positif,
antara lain :
a) Tingkat partisipasi rakyat sangat besar ( + 90 % dari semua
warga punya hak pilih). Lebih dari 39 juta orang memberikan
suara, mewakili 91,5 persen dari para pemilih terdaftar.
b) Prosentase suara yang sah cukup signifikan ( + 80 % dari
suara yang masuk) padahal + 70 % penduduk Indonesia masih
buta huruf.
c) Pelaksanaannya berjalan secara aman, tertib dan disiplin serta
jauh dari unsur kecurangan dan kekerasan.
• Kelemahan Pelaksanaan Pemilu 1955
a) Krisis ketatanegaraan yang mendorong lahirnya Dekrit Presiden tanggal 5 Juli
   

1959.
Pemilu 1955 bahkan berujung pada krisis ketatanegaraan yang mendorong lahirnya
Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 sebagai akibat dari kegagalan Dewan
Konstituante dalam menghasilkan konstitusi baru.
b) Tidak ada parpol yang memperoleh suara mayoritas mutlak.
  

Tidak ada parpol yang memperoleh suara mayoritas mutlak, sehingga tujuan Pemilu
yang semula dimaksudkan untuk menghasilkan parlemen yang representatif, stabilitas
pemerintahan dan mampu menghasilkan konstitusi baru untuk menggantikan UUDS
1950 tidak berhasil. Selain itu, tidak adanya pemenang mayoritas juga menimbulkan
masalah lain, dimana kekuasaan terbagi-bagi ke dalam berbagai aliran politik yang
akhirnya mengakibatkan sistem pemerintahan saat itu menjadi tidak stabil.
c) Kekecewaan diantara Partai Politik
   

Jumlah partai lebih bertambah banyak dari pada berkurang, dengan dua puluh delapan
partai mendapat kursi, padahal sebelumnya hanya dua puluh partai yang mendapat
kursi. Beberapa pemimpin Masyumimerasa bahwa kemajuan Islam menuju
kekuasaan nasional kini terhalang dan bahwa perhatian mereka seharusnya dialihkan
untuk mengintensifkan Islam ditingkat rakyat jelata.
Perdana Menteri Ali Sastro Mohammad Natsir sedang
Atmijayo, sedang berkampanye berkampanye untuk Masyumi
dari Partai Nasional Indonesia (Majelis Syuro Muslimin Indonesia),
partai terkuat di Sumatera Barat.
DN Aidit (DN = Dipa Nusantara)
Kampanye PSI (Partai Sosialis sedang berkampanye untuk PKI
Indonesia) bersama mantan (Partai Komunis Indonesia)
perdana menteri Sutan Syahrir.
Di Bali PSI menjadi partai
terbesar kedua setelah PNI.

Anda mungkin juga menyukai