Anda di halaman 1dari 27

TUGAS

SEJARAH
INDONESIA
Ragyl Wira Ramadhan
XII MIPA 3
SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK DAN EKONOMI
INDONESIA MASA DEMOKRASI PARLEMENTER (1950 – 1959)

A. Perkembangan Politik Masa


B. Mencari Sistem Ekonomi Nasional
Demokrasi Liberal

Sistem Pemerintahan

Pemikiran Ekonomi
Sistem Ekonomi Liberal
Nasional
Sistem Kepartaian

Pemilihan Umum 1955


A.1 Sistem Pemerintahan
Pelaksanaan Demokrasi Liberal sesuai dengan konstitusi yang berlaku saat itu adalah UUDS 1950. Kondisi ini
sudah di rintis sejak dikeluarkannya maklumat Pemerintah tanggal 16 Oktober 1945 dan maklumat tanggal 3
November 1945, tetapi kemudian terbukti bahwa demoktasi liberal atau parlementer yang meniru sistem Eropa
Barat kurang sesuai diterapkan di Indonesia. Tahun 1950 sampai 1956 merupakn masa berkiprahnya partai-partai
politik. Dua partai terkuat pada masa itu (PNI & Masyumi) silih berganti memimpin kabinet. Sering bergantinya
cabinet sering menimbulkan ketidakstabilan dalam bidang politik, ekonomi, sosiali, dan keamanan.
Ciri-ciri demokrasi liberal adalah sebagai berikut :
 Presiden dan Wakil Presiden tidak dapat diganggu gugat
 Menteri bertanggung jawab atas kebijakan pemerintah
 Presiden bisa dan berhak membubarkan DPR
 Perdana Menteri diangkat oleh Presiden
 Sering bergantinya kabinet
 Banyaknya partai yang terbentuk
Kabinet-kabinet yang pernah berkuasa setelah penyerahan kedaulatan dari tangan Belanda :
I. Kabinet Natsir (6 September 1950-21 Maret 1951)
Merupakan kabinet koalisi yang dipimpin oleh partai Masyumi.
Dipimpin Oleh : Muhammad Natsir
Program :
1. Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman.
2. Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan susunan pemerintahan.
3. Menyempurnakn organisasi Angkatan Perang.
4. Mengembangkan dan memperkuat ekonomi rakyat.
5. Memperjuangkan penyelesaian masalah irian Barat.
Hasil :
Berlangsung perundingan antara Idonesia-Belanda untuk pertama kalinya mengenai masalah
irian barat.
Kendala/ Masalah yang dihadapi :
 Upayah memperjuangkan masalah Irian Barat dengan Belanda mengalami jalan buntu
(kegagalan).
 Timbul masalah keamanan dalam negeri yaitu terjadi pemberontakan hampir di seluruh
wilayah Indonesia, seperti Gerakan DI/TII, Gerakan Andi Azis, Gerakan APRA, Gerakan
RMS.
Berakhirnya kekuasaan kabinet :
Adanya mosi tidak percaya dari PNI menyangkut pencabutan Peraturan Pemerintahan No.39
th 1950 mengenai DPRD terlalu menguntungkan Masyumi. Mosi tersebut disetujui parlemen
sehingga Natsir harus mengembalikan mandatnya kepada Presiden.
II. Kabinet Sukiman (27 April 1951-3 April 1952)
Merupakan Kabinet koalisi antara Masyumi dan PNI.
Dipimpin Oleh : Sukiman Wiryosanjoyo
Program :
 Menguasakan kemakmuran rakyat dan memperbaharui hukum agrarian agar sesuai dengan
kepentingan petani. Mempercepat persiapan pemilihan umum.
 Menjalankan politik luar Negeri secara bebas aktif serta memasukkan Irian Barat ke wilayah
RI secepatnya.
Hasil :
Tidak terlalu berarti sebab programnya melanjutkan program Natsir hanya saja terjadi perubahan
skala prioritas dalam pelaksanaan programnya, seperti awalnya program Menggiatkan usaha
keamanan dan ketentraman.
Kendala / masalah yang dihadapi :
 Adanya Pertukaran Nota Keuangan antara Mentri Luar Negeri Indonesia Soebardjo dengan Duta Besar
Amerika Serikat Merle Cochran. Mengenai pemberian bantuan ekonomi dan militer dari pemerintahan
Amerika kepada Indonesia berdasarkan ikatan Mutual Security Act (MSA). Dimana dalam MSA terdapat
pembatasan kebebasan politik luar negeri RI karena RI diwajibkan memperhatikan kepentingan Amerika.
 Tindakan Sukiman tersebut dipandang telah melanggar politik luar negara Indonesia yang bebas aktif
karena lebih condong ke blok barat bahkan dinilai telah memasukan Indonesia ke dalam blok barat.
 Adanya krisis moral yang ditandai dengan munculnya korupsi yang terjadi pada setiap Lembaga
pemerintahan dan kegemaran akan barang-barang mewah.
 Masalah Irian Barat belum juga teratasi.
 Hubungan Sukiman dengan militer kurang baik tampak dengan kurang tegasnya tindakan pemerintah
menghadapi pemberontakan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan
Berakhirnya kekuasaan kabinet :
Muncul pertentangan dari Masyumi dan PNI atas tindakan Sukiman sehingga mereka menarik dukungan
pada kabinet tersebut. DPR akhirnya menggugat Sukiman dan terpaksa Sukiman harus mengembalikan
mandatnya kepada presiden.
III. Kabinet Wilopon (3 April 1952 – 3 Juni 1953)
Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para pakar yang ahli dalam bidngnya.
Program :
 Program dalam negeri : Menyelenggarakan pemilihan umum (konstituante, DPR, dan DPRD), meningkatkan
kemakmuran rakyat, meningkatkan Pendidikan rakyat, dan pemulihan keamanan.
 Program luar Negeri : penyelesaian masalah hubungan Indonesia-Belanda, pengembalian Irian Barat ke pangkuan
Indonesia, serta menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif.
Kendala / Masalah yang dihadapan :
 Adanya kondisi krisis ekonomi yang disebabkan karena jatuhnya harga barang-barang eksport Indonesia sementara
kebutuhan impor terus meningkat.
 Terjadi deficit kas Negara karena penerimaan Negara yang berkurang banyak terlebih setelah terjadi penurunan hasil
panen sehingga membutuhkan biaya besar untuk mengimport beras.
 Munculnya Gerakan spartisme dan sikap provisialisme yang mengancam keutuhan bangsa. Semua itu disebabkan
karena rasa ketidakpuasan akibat alokasi dana dari pusat ke daerah yang tidak seimbang.
Berakhirnya kekuasaan kabinet :
Akibat peristiwa Tanjung Morawa muncullah mosi tidak percaya dari serikat tani Indonesia terhadap kabinet Wilopo.
Sehingga Wilopo harus mengenbalikan mandatnya pada Presiden.
IV. Kabinet Ali Sastromijoyo I (31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955)
Kabinet ini merupakan koalisi antara PNI dan NU.
Dipimpin Oleh : Mr. Ali Sastroamijoyo
Program :
 Meningkatkan keamanan dan kemakmuran serta segerah menyelengarakan pemilu.
 Pembebasan Irian Barat secepatnya.
 Pelaksanaan politik bebas-aktif dan peninjauan kembali persetujuan KMB.
 Penyelesaian pertikaian politik.
Hasil :
 Persiapan pemilihan umum untuk memilih anggota yang akan diselenggarakan pada 29 September
1955.
 Menyelenggarakan konferensi Asia-Afrika tahun 1955
Kendala / Masalah yang dihadapi :
 Menghadapi masalah keamanan di daerah yang juga dapat terselesaikan, seperti DI/TII di
jawa barat, Sulawesi selatan, dan Aceh.
 Keadaan ekonomi yang semakin memburuk, maraknya korupsi, dan inflasi yang
menunjukkan gejala membahayakan.
 Memudarnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah.
 Munculnya konflik antara PNI dan NU yang menyebabkan, NU memutuskan untuk
menarik Kembali Menteri- Menterinya pada tanggal 20 juli 1955 yang diikuti oleh partai
lainnya.
Berakhirnya kekuasaan kabinet :
NU menarik dukungan menterinya dari kabinet sehingga keretakan dalam kabinetnya yang
memaksa Ali harus mengembalikan mandatnya pada presiden.
V. KABINET BURHANUDDIN HARAHAP (12 Agustus 1955 – 3 Maret 1956)
Dipimpin Oleh : Burhanuddin Harahap
Program :
 Mengembalikan kewibawaan pemerintah, yaitu mengembalikan kepercayaan Angkatan
Darat dan masyarakat kepada pemerintah.
 Melaksanakan pemilihan umum menurut rencana yang sudah ditetapkan dan mempercepat
terbentuknya parlemen baru
 Masalah desentralisasi, inflasi, pemberantasan korupsi
 Perjuangan pengembalian Irian Barat
 Politik Kerjasama Asia-Afrika berdasarkan politik luar negeri bebas aktif.Burhanuddin
Harahap
Hasil :
 Penyelenggaraan pemilu pertama yang demokratis pada 29 September (memilih anggota DPR) dan 15 Desember
1955 (memilih konstituante). Terdapat 70 partai politik yang mendaftar tetapi hanya 27 partai yang lolos seleksi.
Menghasilkan 4 partai politik besar yang memperoleh suara terbanyak, yaitu PNI, NU, Masyumi, dan PKI.
 Perjuangan Diplomasi Menyelesaikan masalah Irian Barat dengan pembubaran Uni Indonesia-Belanda.
 Pemberantasan korupsi dengan menangkap para pejabat tinggi yang dilakukan oleh polisi militer.
 Terbinanya hubungan antara Angkatan Darat dengan Kabinet Burhanuddin.
 Menyelesaikan masalah peristiwa 27 Juni 1955 dengan mengangkat Kolonel AH Nasution sebagai Staf Angkatan
Darat pada 28 Oktober 1955.
Kendala/ Masalah yang dihadapi :
 Banyaknya mutasi dalam lingkungan pemerintahan dianggap menimbulkan ketidaktenangan.
Berakhirnya kekuasaan kabinet :
 Dengan berakhirnya pemilu maka tugas kabinet Burhanuddin dianggap selesai. Pemilu tidak menghasilkan
dukungan yang cukup terhadap kabinet sehingga kabinetpun jatuh. Akan dibentuk kabinet baru yang harus
bertanggungjawab pada parlemen yang baru pula.
VI. KABINET ALI SASTROAMIJOYO II (20 Maret 1956 – 4 Maret 1957)
Kabinet ini merupakan hasil koalisi 3 partai yaitu PNI, Masyumi, dan NU.
Dipimpin Oleh : Ali Sastroamijoyo
Program :
Program kabinet ini disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun yang memuat program
jangka panjang, sebagai berikut.
Perjuangan pengembalian Irian BaratPembentukan daerah-daerah otonomi dan mempercepat
terbentuknya anggota- anggota DPRD.
Mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai.
Menyehatkan perimbangan keuangan negara.
Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional berdasarkan
kepentingan rakyat.
Hasil :
 Mebdapat dukungan penuh dari presiden dan di anggap sebagai titik tolak dariperiode planningand
investmet, hasilnya adalah pembatalanseluruh perjanjian KMB.
Kendala / masalah Yng di hadapi :
 Berkobarnya Semangat anti Cina di masyarakat.
 Munculnya bergolakan / kekacauan di daerah yang semakin menguat dan mengarah pada Gerakan
spartisme dengan pembentukan dewan militer seperti Dewan Banteng di Sumatera Tengah, Dewan
Gajah di Sumatera Utara, Dewan Garuda di Sumatera Selatan, Dewan Lambung Mangurat di
Kalimantan Selatan, dan Dewan manguni di Sulawesi Utara.
 Memuncaknya krisis di berbagai daerah karena pemerintahan pusat dianggap mengabaikan
pembangunan di daerahnya.
Berakhirnya kekuasaan kabinet :
 Mundurnya sejumlah Menteri dari Masyumi membuat kabinet hasil pemilu 1 ini jatuh dan
menyerahkan mandatnya pada presiden.
VII. KABINET DJUANDA ( 9 April 1957- 5 Juli 1959)
Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para pakar yang ahli dalam bidangnya.
Dibentuk karena Kegagalan konstituante dalam menyusun Undang-undang Dasar pengganti UUDS Serta
terjadinya perebutan kekuasaan antara partai politik.
Dipimpin Oleh : Ir. Juanda
Program :
Programnya disebut Panca Karya sehingga sering juga disebut sebagai Kabinet Karya, programnya yaitu :
 Membentuk Dewan Nasional
 Normalisasi keadaan Republik Indonesia
 Melancarkan pelaksanaan Pembatalan KMB
 Perjuangan pengembalian Irian Jaya
 Mempergiat/mempercepat proses Pembangunan
 Semua itu dilakukan untuk menghadapi pergolakan yang terjadi di daerah, perjuangan pengembalian Irian
Barat, menghadapi masalah ekonomi serta keuangan yang sangat buruk.
Hasil :
 Mengatur kembali batas perairan nasional Indonesia melalui Deklarasi Djuanda, yang
mengatur mengenai laut pedalaman dan laut teritorial. Melalui deklarasi ini menunjukkan
telah terciptanya Kesatuan Wilayah Indonesia dimana lautan dan daratan merupakan satu
kesatuan yang utuh dan bulat.
 Terbentuknya Dewan Nasional sebagai badan yang bertujuan menampung dan
menyalurkan pertumbuhan kekuatan yang ada dalam masyarakat dengan presiden sebagai
ketuanya. Sebagai titik tolak untuk menegakkan sistem demokrasi terpimpin.
 Mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) untuk meredakan pergolakan di berbagai
daerah. Musyawarah ini membahas masalah pembangunan nasional dan daerah,
pembangunan angkatan perang, dan pembagian wilayah RI.
 Diadakan Musyawarah Nasional Pembangunan untuk mengatasi masalah krisis dalam
negeri tetapi tidak berhasil dengan baik.
Kendala/ Masalah yang dihadapi :
– Kegagalan Menghadapi pergolakan di daerah sebab pergolakan di daerah semakin meningkat.
Hal ini menyebabkan hubungan pusat dan daerah menjadi terhambat. Munculnya pemberontakan
seperti PRRI/Permesta.
– Keadaan ekonomi dan keuangan yang semakin buruk sehingga program pemerintah sulit
dilaksanakan. Krisis demokrasi liberal mencapai puncaknya.
– Terjadi peristiwa Cikini, yaitu peristiwa percobaan pembunuhan terhadap Presiden Sukarno di
depan Perguruan Cikini saat sedang menghadir pesta sekolah tempat putra-purinya bersekolah
pada tanggal 30 November Peristiwa ini menyebabkan keadaan negara semakin memburuk
karena mengancam kesatuan negara.

Berakhirnya kekuasaan kabinet :


Berakhir saat presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan mulailah babak baru
sejarah RI yaitu Demokrasi Terpimpin.
A.2 Sistem Kepartaian
Partai politik merupakan suatau kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi,
nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuannya adalah untuk memperoleh, merebut dan mempertahankan
kekuasaan secara konstitusional. Pada tanggal 3 November 1945 , pemerintah mengeluarkan maklumat
sebagai wujud inspirasi pe mbentukan partai yang baru . Berdasarkan maklumat pemerintah pada sistem
kepartalan masa de mokrasi liberal diatas , terdapat beberapa partal politik yang didirikan yaitu :
• Pada tanggal 7 November 1945 mendirikan Mas yumi atau Majelis Syuro Muslimin yang diketuai oleh
Dr. Sukirman Wiryosanjoyo .
• Pada tanggal 29 Januari 1945 mendirikan PNI atau Partai Nasional Indonesia yang diketuai oleh Sidik
Joyosukarto .
• Pada tanggal 20 November 1945 mendirikan PSI atau Partai Sosialis Indonesia yang diketuai oleh Amir
Syarifuddin .
• Pada tanggal 7 November 1945 mendirikan PKI atau Partai Komunis Indonesia yang diketuai oleh Mr.
Moh . Yusuf .
• Pada tanggal 8 November 1945 mendirikan PBI atau Partai Buruh Indonesia yang diketuai oleh Ny ono
• Pada tanggal 8 November 1945 mendirikan PRJ atau Partai Rakyat Jelata yang diketuai
oleh Sutan Dewanis.
• Pada tanggal 10 November 1945 mendirikan Parkindo atau Partai Kristen Indonesia yang
diketuai oleh Ds.Probowinoto.
• Pada tanggal 20 November 1945 mendirikan PRS atau Partai Rakyat Sosialis yang diketuai
oleh Sutan Syahrir.
• Pada tanggal 17 Desember 1945 mendirikan Pe mai atau Partai Marhaen Indonesia yang
diketuai oleh JB Assa.
• Pada tanggal 8 Desember 1945 mendirikan PK RI atau Partai Katholik Republik Indonesia
yang diketuai oleh IJ Kassimo.
A.3 Pemilihan Umum 1955

Dalam pasal 1 ayat 2 UUD 1945 disenutkan “Kedaulatan berada di tangan rakyat, dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”
TUJUAN PEMILU
 Melaksanakan kedaulatan rakyat
 Sebagai perwujudan hak asasi politik rakyat
 Untuk memilih wakil-wakil rakyat yamg duduk di DPR,DPRD, DPD serta memiliki
Presiden dan Wakil Presiden
 Melaksanakan pergantian personal pemerintah secara damai, aman dan tertib
Pemilu tehun 1955, pemuli pertama kali ini diselenggarakan pada masa system pemerintahan
negara berdasarkan demokrasi parlementer dengan konstitusi UUDS 1950,
PELAKSANAAN PEMILIHAN UMUM TAHUN 1955
Pemilu merupakan salah satu sarana untuk melaksanakan demokrasi guna mengkutsertakan rakyat dalam
kehidupan bernegara, belum dapat dilaksanakan di tahun-tahun pertama kemerdekaansekalipunide tenteng
itu sudah muncul Adapun latar belakangnya adalah
 Revolusi fisik/ perang kemerdekaan menuntut semua potensi bangsa untuk memfokuskan diri oada usaha
mempertahankan kemetdekaan.
 Pertikaian Internal, baik dalam Lembaga politik maupun pemerintahan cukup menguras energi dan
perhatian.
 Belum adanya UU Pemilu yang mengatur tentang pelaksanaan Pemilu (UU Pemilu baru di Sahkan pada
tanggal 14 April 1953 yang dirancang dan di Sahkan oleh Kabinet Wilopo).
Didorong oleh kesadaran untuk menciptakan demokrasi yang sejati, masyarakat menuntut diadakan pemilu.
Persiapan pemilu dirintis oleh Kabinet Ali Sastroamijoyo I. Pemerintah membentuk panitia pemilu pada
bulan Mei 1954. Panitia tersebut merencanakan pelaksanaan pemilu dalam 2 tahap, yaitu :
 Pemilu tahap pertama akan dilaksanan pada tanggal 29 September 1955 untuk memilih anggota DPR.
 Pemilu tahap kedua akan dilaksanakan pada tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih anggota
konstituante (Dewan pembuat UUD)
Hasil Pemilu Tahap I (29 September 1955)
Lebih dari 39 juta rakyat Indonesia memberikan suaranya dikotak-kotak suara. Hasil
pemilihan umum yang diikuti oleh 172 kontestan pemilu 1955, hanya 28 kontestan (3
diantaranya perseorangan) yang berhasil memperoleh kursi. 4 partai besar turut memenangkan
kursi : Partai Nasional Indonesia (57 kursi/22,3%), Masyumi (57 kursi/20,9%), Nahdlatul
Ulama (45 kursi/18,4%) dan Partai Komunis Indonesia (39 kursi/15,4%).
Keseluruhan kursi yang diperoleh adalah 257 kursi. 3 kursi sisa diberikan kepada wakil Irian
Barat yang keanggotaan nya diangkat oleh Presiden. Selain itu diangkat juga 6 anggota
parlemen mewakila Tionhoa dan 6 lagi mewakili Eropa. Dengan demikian keseluruhan
anggota DPR hasil pemilu 1955 adalah 272 orang.
Hasil Pemilu Tahap II
Jumlah kursi anggota konstituante dipilih sebanyak 520, tetapi di Irian Barat yang memiliki
jatah 6 kursi tidak ada pemilihan. Maka kursi yang dipilih hanya 514. hasil pemilihan anggota
dewan konstituante menunjukkan bahwa PNI, NU dan PKI meningkat dukungannya,
sementara masyumi, meski tetap menjadi pemenang kedua, perolehan suaranya merosot
114.267 dibandingkan suara yang diperoleh dalam pemilihan anggota DPR.
B.1 Pemikiran Ekonomi Nasional
Pemikiran ekonomi pada 1950-an pada umumnya merupakan upaya mengubah struktur
perekonomian kolonial menjadi perekonomian nasional. Hambatan yang dihadapi dalam
mewujudkan hal tersebut adalah sudah berakarnya sistem perekonomian kolonial yang cukup
lama. Warisan ekonomi kolonial membawa dampak perekonomian Indonesia banyak
didominasi oleh perusahaan asing dan ditopang oleh kelompok etnis Cina sebagai penggerak
perekonomian Indonesia. Kondisi inilah yang ingin diubah oleh para pemikir ekonomi
nasional di setiap kabinet di era Demokrasi Parlementer. Upaya membangkitkan perekonomian
sudah dimulai sejak kabinet pertama di era Demokrasi Parlementer, Kabinet Natsir.
perkembangan dan pembangunan ekonomi dicurahkan oleh Soemitro Djojohadikusumo. Ia
berpendapat bahwa pembangunan ekonomi Indonesia pada hakekatnya adalah pembangunan
ekonomi baru. Soemitro mencoba mempraktikkan pemikirannya tersebut pada sektor
perdagangan. Ia berpendapat bahwa pembangunan ekonomi nasional membutuhkan dukungan
dari kelas ekonomi menengah pribumi yang kuat. karena pengusaha pribumi pada umumnya
bermodal lemah.
Usaha lain yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan pengusaha pribumi dilakukan
melalui "Gerakan Asaat".
Pemerintah, selain melakukan upaya perbaikan jangka panjang, juga melakukan upaya
perbaikan jangka pendek untuk menguatkan perekonomian Indonesia. Salah satunya adalah
mengurangi jumlah uang yang beredar dan mengatasi defisit anggaran. Untuk itu pada tanggal
20 Maret 1950, Menteri Keuangan, Syafrudin Prawiranegara, mengambil kebijakan
memotong uang dengan memberlakukan nilai setengahnya untuk mata uang yang mempunyai
nominal Rp2,50 ke atas. Kebijakan ini dikenal dengan istilah Gunting Syafrudin.
Upaya pembangunan ekonomi nasional juga diwujudkan melalui Program Pembangunan
Rencana Lima Tahun, 1956-1960, yang disiapkan oleh Biro Perancang Nasional (BPN) yang
dipimpin oleh Djuanda.
B.2 Sistem Ekonomi Liberal
Sistem ekonemi libera yaitu system ekonomi dimana ekonomi di atur oleh kekuatan pasar (permintaan dan penawaran).
Sistem ekonomi liberab menghendaki adanya kebebasan individu melakukan kegiatan ekonomi. Sistem ekonimi libera
banyak dianut negara-negara Eropa dan Amerika Serikat.

Ciri-ciri system ekonomi liberal :


 Adanya pengakuan terhadap hak individu
 Kedaulatan konsumen dan kebebasan dalam konsumsi
 Menerapkan sistem persaingan bebas
 Perana modal sangat penting
 Perana pemerintah dibatasi
 Motif mencari laba terpusat pada kepentingan individu

Kelebihan sistem ekonomi liberal :


 Setiap individu bebas menentukan perekonomiannya sendiri
 setiap individu bebas memiliki alat produksi sendiri
 Kegiatan ekonomi lebih cepat maju karena adanya persaingan
 Produksi didasarkan kebutuhan masyarakat
 Kualitas barang lebih terjamin
 Kualitas pelayanan terjamin
Kelemahan sistem ekonomi liberal :
 Setiap individu bebas menentukan perekonomiannya sendiri
 Setiap individu bebas memiliki alat produksi sendiri
 Kegiatan ekonomi lebih cepat maju karena adanya persaingan
 Produksi didasarkan kebutuhan masyarakat
 Kualitas barang lebih terjamin
 Kualitas pelayanan terjamin

Anda mungkin juga menyukai