SEJARAH
INDONESIA
Ragyl Wira Ramadhan
XII MIPA 3
SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK DAN EKONOMI
INDONESIA MASA DEMOKRASI PARLEMENTER (1950 – 1959)
Sistem Pemerintahan
Pemikiran Ekonomi
Sistem Ekonomi Liberal
Nasional
Sistem Kepartaian
Dalam pasal 1 ayat 2 UUD 1945 disenutkan “Kedaulatan berada di tangan rakyat, dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”
TUJUAN PEMILU
Melaksanakan kedaulatan rakyat
Sebagai perwujudan hak asasi politik rakyat
Untuk memilih wakil-wakil rakyat yamg duduk di DPR,DPRD, DPD serta memiliki
Presiden dan Wakil Presiden
Melaksanakan pergantian personal pemerintah secara damai, aman dan tertib
Pemilu tehun 1955, pemuli pertama kali ini diselenggarakan pada masa system pemerintahan
negara berdasarkan demokrasi parlementer dengan konstitusi UUDS 1950,
PELAKSANAAN PEMILIHAN UMUM TAHUN 1955
Pemilu merupakan salah satu sarana untuk melaksanakan demokrasi guna mengkutsertakan rakyat dalam
kehidupan bernegara, belum dapat dilaksanakan di tahun-tahun pertama kemerdekaansekalipunide tenteng
itu sudah muncul Adapun latar belakangnya adalah
Revolusi fisik/ perang kemerdekaan menuntut semua potensi bangsa untuk memfokuskan diri oada usaha
mempertahankan kemetdekaan.
Pertikaian Internal, baik dalam Lembaga politik maupun pemerintahan cukup menguras energi dan
perhatian.
Belum adanya UU Pemilu yang mengatur tentang pelaksanaan Pemilu (UU Pemilu baru di Sahkan pada
tanggal 14 April 1953 yang dirancang dan di Sahkan oleh Kabinet Wilopo).
Didorong oleh kesadaran untuk menciptakan demokrasi yang sejati, masyarakat menuntut diadakan pemilu.
Persiapan pemilu dirintis oleh Kabinet Ali Sastroamijoyo I. Pemerintah membentuk panitia pemilu pada
bulan Mei 1954. Panitia tersebut merencanakan pelaksanaan pemilu dalam 2 tahap, yaitu :
Pemilu tahap pertama akan dilaksanan pada tanggal 29 September 1955 untuk memilih anggota DPR.
Pemilu tahap kedua akan dilaksanakan pada tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih anggota
konstituante (Dewan pembuat UUD)
Hasil Pemilu Tahap I (29 September 1955)
Lebih dari 39 juta rakyat Indonesia memberikan suaranya dikotak-kotak suara. Hasil
pemilihan umum yang diikuti oleh 172 kontestan pemilu 1955, hanya 28 kontestan (3
diantaranya perseorangan) yang berhasil memperoleh kursi. 4 partai besar turut memenangkan
kursi : Partai Nasional Indonesia (57 kursi/22,3%), Masyumi (57 kursi/20,9%), Nahdlatul
Ulama (45 kursi/18,4%) dan Partai Komunis Indonesia (39 kursi/15,4%).
Keseluruhan kursi yang diperoleh adalah 257 kursi. 3 kursi sisa diberikan kepada wakil Irian
Barat yang keanggotaan nya diangkat oleh Presiden. Selain itu diangkat juga 6 anggota
parlemen mewakila Tionhoa dan 6 lagi mewakili Eropa. Dengan demikian keseluruhan
anggota DPR hasil pemilu 1955 adalah 272 orang.
Hasil Pemilu Tahap II
Jumlah kursi anggota konstituante dipilih sebanyak 520, tetapi di Irian Barat yang memiliki
jatah 6 kursi tidak ada pemilihan. Maka kursi yang dipilih hanya 514. hasil pemilihan anggota
dewan konstituante menunjukkan bahwa PNI, NU dan PKI meningkat dukungannya,
sementara masyumi, meski tetap menjadi pemenang kedua, perolehan suaranya merosot
114.267 dibandingkan suara yang diperoleh dalam pemilihan anggota DPR.
B.1 Pemikiran Ekonomi Nasional
Pemikiran ekonomi pada 1950-an pada umumnya merupakan upaya mengubah struktur
perekonomian kolonial menjadi perekonomian nasional. Hambatan yang dihadapi dalam
mewujudkan hal tersebut adalah sudah berakarnya sistem perekonomian kolonial yang cukup
lama. Warisan ekonomi kolonial membawa dampak perekonomian Indonesia banyak
didominasi oleh perusahaan asing dan ditopang oleh kelompok etnis Cina sebagai penggerak
perekonomian Indonesia. Kondisi inilah yang ingin diubah oleh para pemikir ekonomi
nasional di setiap kabinet di era Demokrasi Parlementer. Upaya membangkitkan perekonomian
sudah dimulai sejak kabinet pertama di era Demokrasi Parlementer, Kabinet Natsir.
perkembangan dan pembangunan ekonomi dicurahkan oleh Soemitro Djojohadikusumo. Ia
berpendapat bahwa pembangunan ekonomi Indonesia pada hakekatnya adalah pembangunan
ekonomi baru. Soemitro mencoba mempraktikkan pemikirannya tersebut pada sektor
perdagangan. Ia berpendapat bahwa pembangunan ekonomi nasional membutuhkan dukungan
dari kelas ekonomi menengah pribumi yang kuat. karena pengusaha pribumi pada umumnya
bermodal lemah.
Usaha lain yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan pengusaha pribumi dilakukan
melalui "Gerakan Asaat".
Pemerintah, selain melakukan upaya perbaikan jangka panjang, juga melakukan upaya
perbaikan jangka pendek untuk menguatkan perekonomian Indonesia. Salah satunya adalah
mengurangi jumlah uang yang beredar dan mengatasi defisit anggaran. Untuk itu pada tanggal
20 Maret 1950, Menteri Keuangan, Syafrudin Prawiranegara, mengambil kebijakan
memotong uang dengan memberlakukan nilai setengahnya untuk mata uang yang mempunyai
nominal Rp2,50 ke atas. Kebijakan ini dikenal dengan istilah Gunting Syafrudin.
Upaya pembangunan ekonomi nasional juga diwujudkan melalui Program Pembangunan
Rencana Lima Tahun, 1956-1960, yang disiapkan oleh Biro Perancang Nasional (BPN) yang
dipimpin oleh Djuanda.
B.2 Sistem Ekonomi Liberal
Sistem ekonemi libera yaitu system ekonomi dimana ekonomi di atur oleh kekuatan pasar (permintaan dan penawaran).
Sistem ekonomi liberab menghendaki adanya kebebasan individu melakukan kegiatan ekonomi. Sistem ekonimi libera
banyak dianut negara-negara Eropa dan Amerika Serikat.