Anda di halaman 1dari 9

SEJARAH INDONESIA

MASA PEMERINTAHAN (1950-1959)


KABINET-KABINET PADA MASA DEMOKRASI LIBERAL

Dibuat oleh

Kelompok 6
A.Pergantian Kabinet
Sistem multi partai pada masa demokrasi liberal menimbulkan persaingan antar golongan.
Masing-masing partai hanya mau mencari kemenangan dan popularitas partai dan
pendukungnnya, sehingga mengakibatkan ketidakstabilan politik Indonesia. Ketidakstabilan
politik juga diwarnai jatuh bangunnya kabinet karena antara masing-masing partai tidak ada
sikap saling percaya. Sebagai bukti dapat dilihat pergantian kabinet dalam waktu yang relatif
singkat berikut ini.

1. Kabinet Natsir (September 1950 - Maret 1951)

A.Awal pembentukan
Kabinet Natsir adalah kabinet pertama yang dibentuk setelah pembubaran
negara Republik Indonesia Serikat, dan kembali menjadi Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Kabinet ini bertugas sejak tanggal 6 September 1950 hingga 20 Maret 1951.

B.Kejadian kejadian
Pada masa kabinet ini, terjadi pemberontakan hampir di seluruh wilayah Indonesia dan
masalah keamanan di dalam negeri, seperti Gerakan DI/TII, Gerakan Andi Azis,
Gerakan APRA, dan Gerakan RMS. Perundingan masalah Irian Barat juga mulai dirintis,
tetapi mengalami jalan buntu. Pada tanggal 22 Januari 1951, parlemen menyampaikan
mosi tidak percaya dan mendapat kemenangan sehingga pada tanggal 21 Maret 1951,
Perdana Menteri Natsir mengembalikan mandatnya kepada Presiden

C. Program kerja
Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman;
Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan susunan pemerintah;
Menyempurnakan organisasi angkatan perang;
Mengembangkan dan memperkuat ekonomi rakyat;
Memperjuangkan penyelesaian masalah Irian Barat.

D. penyebab runtuhnya
penyebab jatuhnya kabinet pertama yaitu kabinet Natsir diduga karena munculnya mosi
tidak percaya terhadap Kabinet Natsir. Hal itu dilatari oleh terjadinya pemberontakan
hampir di seluruh wilayah Indonesia. Masalah dalam keamanan negeri, seperti Gerakan
DI/TII, Gerakan Andi Azis, Gerakan APRA, dan Gerakan RMS. Perundingan-
perundingan masalah Irian Barat juga mulai dirintis, namun mengalami jalan buntu.

2. Kabinet Sukiman (April 1951 - Februari 1952)

A. Awal pembentukan
Kabinet Sukiman-Suwirjo merupakan kabinet kedua setelah pembubaran
negara Republik Indonesia Serikat. Kabinet ini bertugas pada masa bakti 27
April 1951 hingga 3 April 1952, tetapi kabinet ini sebenarnya telah didemisionerkan pada
tanggal 23 Februari 1952.

B. Program kerja
-Memberikan jaminan keamanan dan ketentraman Negara
- Berusaha memakmurkan rakyat dan membarui hukum agrarian
- Mempercepat persiapan untuk pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu)
-Melaksanakan politik luar negeri bebas aktif dan menjadikan Irian Barat untuk
masuk ke wilayah RI
-Mempersiapkan UU yang mengatur serikat buruh, perjanjian kerja sama, penetapan
UMR, dan penyelesaian pertikaian buruh.

c.penyebab runtuhnya
Salah satu penyebab runtuhnya adalah salah melakukan program kerja yang
menyertakan bahwa “politik luar negeri bebas aktif “ dengan memihak block barat,
Hal tersebut ditandai dengan penandatanganan persetujuan bantuan ekonomi dari
Amerika Serikat kepada negara Indonesia, dikenal dengan nama “Mutual Security
Act” (MSA). Oleh karena itu, Kabinet Sukiman dianggap melanggar politik luar negeri
bebas aktif dan diklaim sudah ikut serta menjalankan kepentingan Amerika Serikat.

3. Kabinet Wilopo (April 1952 - Juni 1953 )

A. Awal pembentukan
Kabinet Wilopo  adalah kabinet ketiga setelah pembubaran negara Republik Indonesia
Serikat yang bertugas pada masa bakti 3 April 1952 hingga 30 Juli 1953. Kabinet Wilopo
didemisionerkan berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 99 Tahun 1953 tertanggal 3
Juni 1953.Kabinet ini termasuk kabinet zaken yang artinya kabinet yang jajarannya diisi oleh
para tokoh ahli di dalam bidangnya dan bukan merupakan representatif dari partai politik
tertentu
B. Program kerja
Program kerja dalam negeri Kabinet Wilopo meliputi:
menyelenggarakan pemilihan umum untuk memilih Dewan Konstituante, DPR, dan
DPRD;
meningkatkan kemakmuran rakyat;
meningkatkan pendidikan rakyat;
pemulihan stabilitas keamanan negara.

Sementara, program kerja luar negeri Kabinet Wilopo meliputi:


penyelesaian masalah hubungan Indonesia-Belanda;
pengembalian Irian Barat ke pangkuan Indonesia;
menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif.
C. Penyebab runtuhnya
faktor penyebab jatuhnya Kabinet Wilopo di Indonesia adalah kabinet tersebut dianggap
bersalah dalam penyelesaian permasalahan tanah perkebunan di Sumatra Timur yang
terdapat perkebunan modal asing terutama tembakau. Demikianlah, peristiwa yang juga
disebut sebagai Peristiwa Tanjung Morawa dipahami sebagai penyebab jatuhnya
Kabinet Wilopo di Indonesia pada tanggal 2 Juni 1953

4. Kabinet Ali Sastroamijoyo I (Juli 1953 – Agustus 1955).


A. Awal pembentukan
Kabinet pertama Ali Sastroamidjojo, sering disebut juga sebagai Kabinet Ali Sastroamidjojo-
Wongsonegoro atau Kabinet Ali Sastroamidjojo-Wongsonegoro-Zainul Arifin, adalah kabinet
keempat setelah pembubaran negara Republik Indonesia Serikat yang memerintah pada masa
bakti 31 Juli 1953 hingga 24 Juli 1955, sesuai dengan Keputusan Presiden RI Nomor 132
Tahun 1953 tertanggal 31 Juli 1953.

Kabinet Ali Sastroamijoyo I dibentuk oleh Presiden Soekarno dalam Keputusan Presiden
(Kepres) Nomor 132 Tahun 1953.Selama menjalankan roda pemerintahan, Perdana Menteri Ali
dan wakilnya, Wongsonegoro dibantu oleh 17 kementerian.berikut susunan pemerintahan pada
masa Kabinet Ali Sastroamijoyo I.

B. Program kerja
Selama menjabat di pemerintahan, Kabinet Ali Sastroamijoyo memiliki sejumlah program kerja.
Berdasarkan "Modul Pembelajaran SMA: Sejarah Indonesia" berikut daftar program kerja di
masa pemerintahan Perdana Menteri Ali I:

 Meningkatkan keamanan dan kemakmuran.


 Menyelenggarakan pemilihan umum (pemilu) dengan segera.
 Membebaskan Irian Barat secepatnya.
 Melaksanakan politik bebas-aktif.
 Meninjau kembali persetujuan Konferensi Meja Bundar (KMB).
 Menyelesaikan pertikaian politik.

c. penyebab runtuhnya
Meskipun menorehkan sejumlah prestasi, pemerintahan Kabinet Ali Sastroamijoyo I hanya
mampu bertahan selama dua tahun. Ali terpaksa harus mengembalikan mandatnya kepada
presiden Soekarno pada 1955.Hal ini dipicu oleh serangkaian permasalahan yang terjadi
selama masa pemerintahan kabinet, termasuk:

 Konflik antaran PNI dan NU, menyebabkan NU menarik dukungan dan menterinya dari
kabinet.
 Terjadi masalah keamanan akibat pemberontakan DI/TII di Jawa Barat, Sulawesi
Selatan, dan Aceh.
 Terjadi konflik internal antara kabinet dengan TNI-AD
 Maraknya korupsi dan inflasi menyebabkan kondisi ekonomi memburuk.

5.Kabinet Burhanuddin Harahap (Agustus 1955 - Maret 1956)


A. Awal pembuatan
Kabinet Burhanuddin Harahap merupakan kabinet koalisi yang terdiri dari beberapa partai dan
hampir merupakan kabinet Nasional, karena jumlah partai yang tergabung dalam koalisi kabinet ini
semua berjumlah 13 partai Kabinet ini didominasi oleh partai Masyumi walaupun terdapat banyak
partai dalam kabinet ini, tetapi seakan-akan hanya menjadi pelengkap saja. PNI tidak duduk kabinet
ini, tetapi PNI bersama-sama PIR Wongsonegoro, SKI, PKI dan Progresif bertindak sebagai oposisi.
Seakan-akan kabinet ini sebagai ganti kabinet Ali-Wongso-Arifin, karena pada masa Kabinet Ali
Sastroamidjojo I sebagai partai yang besar Masyumi untuk pertama kali tidak duduk dalam kabinet
tersebut dan bertindak sebagai oposisi

Kabinet ini bertugas pada tanggal 12 Agustus 1955 sampai 24 Maret 1956. Pada tanggal 1 Maret
1956, Perdana Menteri Burhanuddin Harahap selaku formatur kabinet menyerahkan mandatnya
kepada Presiden Soekarno sehingga kabinet ini resmi dinyatakan demisioner.

B. Program kerja

 Mengembalikan kewibawaan (gezag) moril Pemerintah i.c. kepercayaan Angkatan Darat dan


masyarakat kepada Pemerintah.
 Melaksanakan Pemilihan Umum menurut rencana yang sudah ditetapkan dan menyelenggarakan
terbentuknya Parlemen yang baru...
 Menyelesaikan perundang-undangan desentralisasi sedapat-dapatnya dalam tahun 1955 ini juga.
 Menghilangkan faktor-faktor yang menimbulkan inflasi.
 Memberantas korupsi.
 Meneruskan perjuangan mengembalikan Irian Barat ke dalam wilayah kekuasaan Republik
Indonesia.
 Memperkembangkan politik kerja sama Asia-Afrika, berdasarkan politik bebas dan aktif menuju
perdamaian.

C. penyebab runtuhnya

Setelah hasil pemungutan suara diumumkan dan pembagian kursi di DPR diumumkan, maka tanggal 2
Maret 1956, Kabinet Burhanuddin Harahap mengundurkan diri, menyerahkan mandatnya kepada
Presiden, untuk dibentuk kabinet baru berdasarkan hasil pemilihan umum. Sebenarnya kabinet ini
seandainya terus bekerja tidak apa-apa selagi tidak ada mosi tidak percaya dari parlemen. Tetapi secara
Etika politik demokrasi parlementer, kabinet ini dengan sukarela menyerahkan mandatnya, setelah
berhasil melaksanakan Pemilu baik untuk anggota DPR maupun konstituante.
6. Kabinet Ali Sastroamidjojo II ( 12 Maret 1956 – 14 Maret 1957)

A. Awal pembuatan

Kabinet Ali Sastroamidjojo II, sering pula disebut Kabinet Ali-Roem-Idham, bertugas pada


periode 24 Maret 1956–14 Maret 1957. Kabinet Ali kembali diserahi mandat pada tanggal 20
Maret 1956 yang merupakan koalisi antara PNI, Masyumi, dan NU. Pada tanggal 14
Maret 1957 Kabinet Ali Sastroamidjojo II menyerahkan mandatnya kepada presiden. Akhirnya
kabinet ini jatuh dan presiden menunjuk dirinya menjadi pembentuk kabinet yang bernama kabinet
Karya dan Djuanda sebagai perdana menteri.

Pemilu 1955 berfungsi untuk memiih anggota DPR dari berbagai partai politik yang berkembang
pada masa itu

Karena PNI yang diketuai oleh Ali Sastroamijoyo menjadi partai dengan suara terbanyak, maka
beliau kembali dipercayai untuk menjabat sebagai Perdana Menteri dan memimpin kabinet.

Selama menjabat sejak 24 Maret 1956 sampai 14 Maret 1957, kepemimpinan Ali didampingi juga
oleh Mohammad Roem dan Idham Chalid, sehingga kabinet ini juga disebut sebagai Kabinet All-
Roem-Idham.

Mohammad Roem adalah seorang diplomat dan menjabat sebagai wakilperdana menteri, menteri
luar negeri, dan Mendagri selama kepemimpinanPresiden Soekarno.

B. program kerja

1. Pembatalan Konferensi Meja Bundar (KMB)


Menyelesaikan pembatalan seluruh perjanjian KMB secara unilateral, baik secara formal
maupun material. Selain itu, kabinet ini juga mengadakan tindakan-tindakan untuk menampung
segala akibat yang ditimbulkan.

2. Irian Barat
Dalam program kerja Irian Barat ini, kabinet Ali Sastroamidjojo II melakukan:
a. Meneruskan perjuangan mewujudkan kekuasaan de facto Republik Indonesia atas Irian
Barat. Perjuangan ini bersandarkan pada kekuatan rakyat dan kekuatan-kekuatan anti-
kolonialisme di dunia internasional.
b. Membentuk Provinsi Irian Barat.

3. Luar Negeri
Ada dua hal yang dilakukan dalam program kerja luar negeri, yaitu
a. Menjalankan politik luar negeri yang bebas dan aktif. Program ini bersandarkan kepentingan
rakyat dan menuju pada perdamaian dunia.
b. Meneruskan kerja sama dengan negara-negara Asia-Afrika dan melaksanakan keputusan
Konferensi Asia Afrika yang dilaksanakan di Bandung.

4. Dalam Negeri
Memulihkan keamanan, membangun sektor ekonomi, keuangan, industri, pertanian,
peternakan, perikanan, perhubungan, pendidikan dan kebudayaan, perburuhan dan
kepegawaian. Program kerja lainnya yang juga dilakukan adalah membentuk daerah-daerah
otonom dan meningkatkan pertahanan dalam negeri

c. Penyebab runtuhnya
Berakhirnya Kabinet Djuanda ini disebabkan oleh terbentuknya Demokrasi Terpimpin di mana
Presiden Soekarno menjadi Perdana Menteri dan Djuanda sebagai menteri utama.

Demokrasi Terpimpin sendiri menjadi sistem pemerintahan yang mengatursecara tegas tentang
partai politik, di mana pejabat tinggi negara tidak boleh menjadi anggota politik

Setelah Demokrasi Terpimpin terbentuk, kabinet baru juga muncul, yaitu Kabinet Kerja.

7.Kabinet Djuanda (Maret 1957 - Juli 1959).


A.Awal pembuatan

Kabinet ini dipimpin oleh Ir. H. Djuanda Kartawijaya bersama dengan tiga wakilnya, Mr. Hardi,
Idham Chalid, dan Dr. Leimana. Kabinet Djuanda juga dikenal sebagai Kabinet Karya dan
Zaken Kabinet. Maksud dari Zaken Kabinet adalah, kabinet yang jajarannya diisi oleh para
tokoh yang ahli di bidangnya, bukan dari partai politik tertentu. Setelah dua tahun bertugas,
terdapat beberapa hal yang menyebabkan Kabinet Djuanda tidak mampu mempertahankan
masa kerjanya.

B. Program kerja

 Membentuk Dewan Nasional

 Normalisasi keadaan Republik

 Melanjutkan pelaksanaan pembatalan KMB

 Perjuangan Irian Barat


 Mempergiat Pembangunan

C.Penyebab runtuhnya
Terwujudnya Demokrasi Terpimpin terjadi ketika Dekrit Presiden 5 Juli 1959 diterbitkan. Hal ini
dikarenakan terjadinya kelarutan waktu Konstituante dalam menyusun Undang-undang Dasar
yang diharapkan setelah mereka tidak mungkin lagi bersidang. Maka, mulai timbul keinginan
untuk kembali ke UUD 1945. Presiden Soekarno lalu mengeluarkan Dekrit Presiden pada
tanggal 5 Juli 1959. Soekarno juga membubarkan Konstituante.

Pada saat itu pula, diumumkan Kabinet Kerja dengan Presiden Soekarno menjadi Perdana
Menteri dan Djuanda sebagai Menteri Utama. Demokrasi Terpimpin mengatur secara tegas
tentang partai politik, di mana tidak boleh ada pejabat tinggi negara yang menjadi anggota
partai politik. Hanya PKI-lah partai yang masih memiliki kekuatan untuk dekat bersama
Soekarno. Dengan kekuasaan yang sangat besar atas diri Soekarno sebagai Presiden, maka
demokrasi terpimpin telah menggusur demokrasi parlementer.

B. Dampak Pergantian Kabinet

Dampak yang ditimbulkan akibat pergantian kabinet pada masa Demokrasi Liberal sebagai
berikut:

 Setiap kabinet hampir tidak sempat menjalankan program yang direncanakan


 Kepercayaan rakyat terhadap pemerintah semakin memudar
 Kondisi negara menjadi tidak stabil karena pergolakan sosial politik di berbagai daerah
belum sempat tertangani sepenuhnya

C.Kesimpulan

Komposisi parlemen pada saat demokrasi parlementer terpecah menjadi berbagai partai-partai
politik, dengan tidak ada partai yang mendominasi. Kabinet akhirnya hanya bisa dibentuk dari
koalisi berbagai partai. Bila salah satu partai dalam koalisi mencabut dukungannya, kabinet
akan jatuh dan perdana menteri harus mengembalikan mandatnya kepada presiden. Karena
tidak ada partai yang dominan, dan karena adanya pertentangan antar partai di parlemen,
kabinet tidak bisa bertahan lama dan sangat sering terjadi pergantian kabinet. Pergantian
kabinet yang sering ini menyebabkan ketidakstabilan pemerintahan. Kabinet tidak bisa
melakukan programnya karena hanya beberapa bulan sudah jatuh. Akibatnya pembangunan
tidak dapat berjalan dan kesejahteraan rakyat terbengkalai.

Jadi, tidak adanya partai yang dominan menyebabkan ketidakstabilan pemerintahan karena
seringnya pergantian kabinet.
Sehingga Soekarno dan TNI tampil untuk mengatasi krisis yang sedang melanda Indonesia
dengan mengeluarkan Dekrit Presiden untuk kembali ke UUD 1945. Pertimbangan
dikeluarkannya dekrit Presiden adalah sebagai berikut:

 Anjuran untuk kembali kepada UUD 1945 tidak memperoleh keputusan dari
Konstituante.

 Konstituante tidak mungkin lagi menyelesaikan tugasnya karena sebagian besar


anggotanya telah menolak menghadiri sidang.

 Kemelut dalam Konstituante membahayakan persatuan, mengancam keselamatan


negara, dan merintangi pembangunan nasional.

Oleh karena itu, Presiden Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959 mengeluarkan keputusan (dekrit).
Keputusan itu dikenal dengan nama Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Isi dekrit ini adalah sebagai
berikut:

 1). Pembubaran Konstituante

 2)Berlakunya UUD 1945.

 3).Akan dibentuk Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Anda mungkin juga menyukai