Anda di halaman 1dari 2

7 KABINET INDONESIA PADA MASA DEMOKRASI LIBERAL (1950-1959)

A. Kabinet Natsir (6 September 1950 - 21 Maret 1951)

Pada tanggal 22 Agustus 1950, Presiden Soekarno mengangkat Muhammad Natsir dari Masyumi
sebagai formatur kabinet. Lima belas hari kemudian kabinet berhasil dibentuk dengan nama Kabinet
Natsir. Program kerja Kabinet Natsir, antara lain sebagai berikut.

1. Mempersiapkan dan menyelenggarakan pemilu Konstituante dalam waktu singkat.


2. Mengiatkan usaha mencapai keamanan dan ketentraman.
3. Memperjuangkan penyelesaikan masalah Irian Barat.
Dalam satu keberhasilan Kabinet Natsir adalah diterimanya indonesia sebagai anggota PBB yang ke-
60 pada tanggal 28 September 1950. Penyebab jatuhnya Kabinet Natsir adalah mosi Hadikusumo
dari PNI tentang pembekuan dan pembubaran DPRD Sementara.
B. Kabinet Sukiman (27 April 1951 - 23 Februari 1952)
Dengan jatuhnya Kabinet Natsir, Presiden Soekarno menunjuk Dr. Sukiman Wiryosanjoyo dari
Masyumi dan Dr. Suwiryo dari PNI untuk membentuk kabinet. Atas usaha dua orang formatur ini
terbentuklah kabinet yang diberi nama Kabinet Sukiman dengan perdana menteri Dr. Sukiman dan
wakil perdana menteri Dr. Suwiryo. Program kabinet Sukiman, antara lain sebagai berikut.
1. Menjalankan tindakan-tindakan yang tegas sebagai negara hukum untuk menjamin
keamanan dan ketentraman.
2. Mempercepat usaha penempatan bekas pejuang dalam lapangan pembangunan.
3. Menyelesaikan persiapan pemilihan umum konstituante.
4. Menjalankan politik luar negeri bebas aktif yang menuju perdamaian.
5. Memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah Republik Indonesia.
Penyebab jatuhnya Kabinet Sukiman adalah karena ditandatanganinya kerja sama keamanan
Indonesia - Amerika Serikat berdasarkan Mutual Security Aids (MSA).
C. Kabinet Wilopo (3 April 1952 - 30 Juli 1953)
Kabinet Wilopo merupakan koalisi dengan pendukung PNI, PSI, Masyumi Natsir. Program kabinet
Wilopo, antara lain sebagai berikut.
1. Bidang pendidikan dan pengajaran adalah mempercepat usaha perbaikan untuk
pembaruan pendidikan dan pengajaran.
2. Bidang pemburuhan adalah melengkapi undang-undang pemburuhan.
3. Bidang keamanan adalah menyempurnakan organisasi-organisasi alat-alat
kekuasaan negara.
4. Bidang luar negeri adalah meneruskan perjuangan merebut Irian Barat.
Kabinet Wilopo jatuh karena Peristiwa Tanjung Morawa, Sumatra Utara yang ditunggangi oleh PKI
yang berhubungan dengan masalah pembagian tanah.
D. Kabinet Ali - Wongso - Arifin atau Kabinet Ali (1 Agustus 1953 - 24 Juli 1955)
Kabinet Ali-Wongso-Arifin dibentuk pada tanggal 30 juli 1953. Program kerja kabinet Ali-Wongso-
Arifin sebagai berikut.
1. Bidang dalam negeri, meliputi keamanan, pemilihan umum, kemakmuran dan
keuangan, organisasi negara, serta pemburuhan.
2. Bidang Irian Barat adalah mengusahakan kembalinya Irian Barat ke dalam
kekuasaan wilayah Republik Indonesia.
3. Bidang politik luar negeri, meliputi politik luar negeri bebas aktif dan peninjauan
kembali tetang hasil KMB.
Keberhasilan Kabinet Ali adalah pada masa pemerintahannya berhasil melaksanakan Konferensi Asia
Afrika di bandung. Terjadinya peristiwa pergantian pimpinan Kepala Staf Angkatan Darat yang
dikenal dengan "Peristiwa 27 Juni 1955" menyebabkan beberapa anggota parlemen mengajukan
mosi tidak percaya yang diterima oleh DPR.
E. Kabinet Burhannuddin Harahap (12 Agustus 1955 - 24 Maret 1956)
Kabinet Burhanuddin Harahap terbentuk pada tanggal 11 Agustus 1955, Program kerja Kabinet
Burhanuddin Harahap, antara lain sebagai berikut.
1. Mengembalikan kewibawaan moral pemerintah.
2. Melaksanakan pemilihan umum.
3. Memberantas korupsi.
4. Meneruskan perjuangan merebut kembali Irian Barat.
Keberhasilan Kabinet Burhanuddin Harahap adalah dapat menyelenggarakan pemilu pertama sejak
indonesia merdeka. Setelah hasil pemungutan suara dan pembagian kursi di DPR diumumkan, pada
tanggal 2 Maret 1956 Kabinet Burhanuddin Harahap mengundurkan diri dan menyerahkan
mandatnya kepada Presiden Soekarno untuk membentuk kabinet baru berdasarkan hasil pemilu.
F. Kabinet Ali II (24 Maret 1956 - 14 Maret 1957)
Kabinet Ali II dibentuk berdasarkan keputusan Presiden No. 85 Tahun 1956. Program kerja Kabinet
Ali II, antara lain sebagai berikut.
1. Pembatalan hasil KMB.
2. Meneruskan perjuangan mewujudkan kekuasaan de facto indonesia atas Irian Barat
dan membentuk Provinsi Irian Barat.
3. Bidang dalam negeri, meliputi: Memulihkan kemanan, memperbaiki perekonomian,
dan keuangan, memperkuat pertahanan, memperbaiki sistem pemburuhan, memperluas
dan meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran.
4. Bidang luar negeri, meliputi menjalankan politik luar negeri bebas aktif dan
meneruskan kerja sama dengan negara-negara Asia Afrika.
Keberhasilan Kabinet Ali II adalah membatalkan hasil KMB, membentuk provinsi Irian Barat yang
beribu kota di Soasio, Maluku Utara, dan pengiriman misi garuda I ke Mesir. Sebab-sebab kejatuhan
Kabinet Ali II, antara lain sebagai berikut.
1. Timbulnya pemberontakan di berbagai daerah.
2. Adanya Konsepsi Presiden 21 Februari 1957.
3. Adanya keretakan dalam tubuh kabinet. Hal ini dapat dibuktikan dengan mundurnya
satu per satu anggota kabinet.

G. Kabinet Juanda (9 April 1957 - 10 Juli 1959)


Kabinet Juanda atau Kabinet Karya dilantik pada tanggal 9 April 1957 dengan Program Kerja yang
serius disebut sebagai Pancakarya.
1. Pembentukan Dewan Nasional.
2. Normalisasi keadaan Republik Indonesia.
3. Melanjutkan pembatalan KMB.
4. Memperjuangakan Irian Barat.
5. Mempercepat pembanguan.
Salah satu keberhasilan Kabinet Karya dalam mengadakan rapat umum pembebasan Irian Barat di
Jakarta pada tanggal 18 November 1957. Rapat ini diikuti dengan tindakan-tindakan pemogokan
kaum buruh di perusahaan Belanda dan pembentukan Front Nasional Pembebasan Irian Barat. Pada
Tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden, yang isinya kembali ke UUD
1945 dan UUDS 1950 tidak berlaku. Kabinet Juanda secara otomatis harus diganti, sehari kemudian
Ir. Juanda menyerahkan mandatnya kepada Presiden Soekarno.

Anda mungkin juga menyukai