Anda di halaman 1dari 30

Kehidupan Politik & ekonomi pada masa awal

kemerdekaan dan demokrasi liberal


Fayyadh Dzakwan
01
Hilmy Hanindia Nugroho
02
Muhammad Viggo Fudail
03
Raka Radithya Ramadhan
04
05 Taqiullah Maulana Alfiqra

06 Yohan Otto Philbert


Awal masa kemerdekaan
a.Kondisi kehidupan Indonesia awal kemerdekaan
Kondisi awal kemerdekaan

1.Secara politik,keadaan
Indonesia diawal 2.Indonesia dalam keadaan
kemerdekaan belum status quo 3.Kondisi politik di Indonesia
mapan,terjadi belum stabil
ketegangan,kekacauan,dan
berbagai insiden
Kehidupan Politik pada masa awal kemerdekaan

Sistem Pemerintahan

A. Kabinet NATSIR (6 September 1950-1921 Maret 1951)


Kabinet ini dilantik pada tanggal 7 September 1950 dengan Mohammad Natsir
dari partai masyumi sebagai perdana menteri.
◎ Keberhasilan yang pernah dicapai Kabinet Natsir :
- Di bidang ekonomi, ada Sumitro Plan yang mengubah ekonomi kolonial ke
ekonomi nasional
- Menetapkan prinsip bebas aktif dalam kebijakan politik luar negeri
Indonesia
- Indonesia masuk PBB
- Berlangsung perundingan antara Indonesia- Belanda untuk pertama kalinya
mengenai masalah Irian Barat.
Penyebab jatuhnya Kabinet Natsir dikarenakan kegagalan Kabinet ini dalam
menyelesaikan masalah Irian Barat dan adanya mosi tidak percaya dari partai PNI
menyangkut pencabutan Peraturan Pemerintah mengenai DPRD dan DPRDS.
PNI menganggap peraturan pemerintah No. 39 th 1950 mengenai DPRD terlalu
menguntungkan Masyumi. Mosi tersebut disetujui parlemen sehingga Kabinet
Natsir harus mengembalikan mandatnya kepada Presiden.
B. Kabinet SUKIMAN (27 April 1951-3 April 1952)
Presiden Soekarno menunjukkan Sidik Djojosukatro (PNI) dan Soekiman
Wijosandjojo (Masyumi) sebagai formatur dan berhasil membentuk kabinet koalisi
dari Masyumi dan PNI.
Hasil yang dicapai:
Tidak terlalu berarti sebab programnya melanjutkan program Kabinet Natsir. Hanya saja
terjadi perubahan skala prioritas dalam pelaksanaan programnya, seperti awalnya
program menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman, selanjutnya diprioritaskan
untuk menjamin keamanan dan ketentraman.
Kejatuhan Kabinet Soekiman merupakan akibat dari ditandatanganinya persetujuan
bantuan ekonomi dan persenjataan dari Amerika Serikat kepada Indonesia atas dasar
Mutual Security Act (MSA).
Persetujuan ini menimbulkan tafsiran bahwa Indonesia telah memasuki Blok
Barat, yang berarti bertentangan dengan prinsip dasar politik luar negeri
Indonesia yang bebas aktif
C. KABINET WILOPO (3 April 1952- 3 Juni 1953)
Program Kabinet Wilopo antara lain
- Program dalam negeri : Menyelenggarakan pemilihan umum (konstituante, DPR,
dan DPRD), meningkatkan kemakmuran rakyat, meningkatkan kemakmuran,
pendidikan rakyat, dan pemulihan keamanan.
- Program luar negeri : Penyelesaian masalah hubungan Indonesia-Belanda,
Pengembalian Irian Barat ke pangkuan Indonesia, serta menjalankan politik luar
negeri yang bebas-aktif menuju perdamaian dunia.
Berakhirnya kekuasaan kabinet:
Akibat peristiwa Tanjung Morawa muncullah mosi tidak percaya dari Serikat Tani
Indonesia terhadap kabinet Wilopo. Sehingga Wilopo harus mengembalikan
Wilopo mandatnya pada presiden pada tanggal 2 Juni 1953.
D. KABINET ALI SASTROAMIJOYO 1 (31 Juli 1953-12 Agustus 1955)
Kabinet ini merupakan koalisi antara PNI dan NU. Sedangkan, Masyumi menjadi partai
oposisi.
● Program – program Kabinet Ali Sastroamidjojo I, yaitu :
1. Meningkatkan keamanan dan kemakmuran serta segera menyelenggarakan
Pemilu.
2. Pembebasan Irian Barat secepatnya.
3. Pelaksanaan politik bebas-aktif dan peninjauan kembali persetujuan KMB.
4. Penyelesaian Pertikaian politik
.
Hasil :
- Persiapan Pemilihan Umum untuk memilih anggota parlemen yang akan
diselenggarakan pada 29 September 1955.
- Membaiknya hubungan dengan Cina
- terselenggaranya Konferensi Asia-Afrika tahun 1955.
Berakhirnya kekuasaan kabinet :
NU menarik dukungan dan menterinya dari kabinet sehingga keretakan dalam
kabinetnya inilah yang memaksa Ali harus mengembalikan mandatnya pada presiden.
E. Kabinet Ali Sastroamijoyo II
Kabinet Ali Sastroamijoyo II sering juga disebut sebagai Kabinet Ali-Roem-Idham.

Disebutnya sebagai Kabinet Ali-Roem-Idham, karena kabinet ini dipimpin oleh Ali Sastroamijoyo didampingi deng
an Mohammad Roem dan Idham Chalid sebagai wakil.

Kabinet ini bertugas pada periode 24 Maret 1956 sampai 14 Maret 1957.
PENETAPAN

Terbentuknya Kabinet Ali Sastroamijoyo II atau Ali-Roem-Idham ini berhubungan dengan terselenggaranya pemil
u 1955.

Pemilu 1955 berfungsi untuk memilih anggota DPR dari berbagai partai politik yang berkembang pada masa itu.

Berdasarkan dari hasilnya, pemilu 1955 dimenangkan oleh empat partai, yaitu PNI, Masyumi, NU, dan PKI.
Karena PNI yang diketuai oleh Ali Sastroamijoyo menjadi partai dengan suara terbanyak, maka beliau kembali di
percayai untuk menjabat sebagai Perdana Menteri dan memimpin kabinet.
Selama menjabat sejak 24 Maret 1956 sampai 14 Maret 1957, kepemimpinan Ali didampingi juga oleh Mohamma
d Roem dan Idham Chalid, sehingga kabinet ini juga disebut sebagai Kabinet Ali-Roem-Idham.

Mohammad Roem adalah seorang diplomat dan menjabat sebagai wakil perdana menteri, menteri luar negeri, da
n Mendagri selama kepemimpinan Presiden Soekarno.
Ia juga menjadi pemimpin dari terbentuknya Perjanjian Roem-Roijen yang ditandatangani pada 7 Mei 1949. Seda
ngkan Idham Chalid adalah seorang politisi di Indonesia yang tergabung dalam Partai NU.

Dalam pemilu 1955, NU menduduki peringkat ketiga, setelah PNI dan Masyumi.

Karena memiliki perolehan suara yang cukup besar, pada kabinet ini, Partai NU mendapat jatah lima menteri, ter
masuk satu kursi wakil perdana menteri.
Kemudian kursi tersebut diserahkan kepada Idham Chalid.

SUSUNAN

1.Menteri Luar Negeri: Roeslan Abdulgani


2.Menteri Dalam Negeri: Soenarjo
3.Menteri Pertahanan (Ad interim): Ali Sastroamidjojo
4.Menteri Kehakiman: Muljatno
5.Menteri Penerangan: Soedibjo
6.Menteri Keuangan: Jusuf Wibisono
7.Menteri Perekonomian: Barhanuddin
8.Menteri Muda Perekonomian: F.F. Umbas
9.Menteri Pertanian: Eny Karim
10.Menteri Muda Pertanian: Sjech Marhaban
11.Menteri Perhubungan: Suchar Tedjasukmana
12.Menteri Muda Perhubungan: A.S. de Rozari
13.Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga: Pangeran Mohammad Nur
14.Menteri Agraria: A.A. Suhardi
15.Menteri Sosial: Fattah Jasin
16.Menteri Tenaga Kerja: Sabilal Rasjad
17.Menteri Pendidikan dan Kebudayaan: Sarino Mangunpranoto
18.Menteri Kesehatan: H. Sinaga
19.Menteri Urusan Umum: Rusli Abdul Wahid
20.Menteri Negara Urusan Veteran: Dahlan Ibrahim
PROGRAM KERJA
Pembatalan KMB
Menyelesaikan pembatalan seluruh perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB) secara unilateral, baik secara
formil maupun materil dan mengadakan tindakan-tindakan untuk menampung akibatnya.

Irian Barat
1.Meneruskan perjuangan untuk mewujudkan kekuasaan de facto Republik Indonesia atas Irian Barat
bersandarkan kekuatan rakyat dan kekuatan-kekuatan anti-kolonialisme di dunia internasional.

2.Membentuk provinsi Irian Barat.

Luar Negeri
1.Menjalankan politik luar negeri yang bebas dan aktif, bersandarkan kepentingan rakyat dan menuju ke
perdamaian dunia.

2.Meneruskan kerjasama dengan negara-negara Asia-Afrika dan melaksanakan keputusan-keputusan Konferens


i Asia Afrika pertama di Bandung.
Dalam Negeri
Pemulihan keamanan dan ketertiban, pembangunan, ekonomi, keuangan, industri, perhubungan, pendidikan,
serta pertanian.

PERGANTIAN
Setelah satu tahun bertugas, pada tanggal 14 Maret 1957, Kabinet Ali-Roem-Idham ini harus mengembalikan
mandat mereka kepada Presiden.
Salah satu alasan utamanya adalah karena terjadi perpecahan antara Partai PNI dan Masyumi.

Pada saat itu, kabinet ini juga menerima banyak tuntutan daerah yang kemudian juga didukung oleh Masyumi
agar Ali menyerahkan mandatnya kepada Presiden.

Pada Januari 1957, Masyumi pun menarik menteri-menterinya dari Kabinet Ali Sastroamijoyo yang membuat
kabinet ini semakin melemah dan bubar.

Setelah Kabinet Ali-Roem-Idham bubar, kabinet baru yang terbentuk, yaitu Kabinet Djuanda.
Pemilu 1955
LATAR BELAKANG
Pada awal kemerdekaan pemilu belum diadakan, namun pada tahun 1955 rakyat Indonesia menginginkan untuk
melakukan demokrasi yang sebenarnya sehingga pada tahun 1955 diadakanlah pemilu yang pertama. Pemilu ini
terjadi karena ada beberapa factor, factor tersebut adalah :
- Revolusi fisik/perang kemerdekaan, menuntut semua potensi bangsa untuk memfokuskan diri pada usaha
mempertahankan kemerdekaan.
- Pertikaian Internal, baik dalam lembaga politik maupun pemerintah cukup menguras energi dan perhatian.
- Belum adanya UU pemilu yang mengatur tentang pelaksanaan pemilu ( UU pemilu baru disahkan pada tanggal
4 april 1953 yang dirancang dan disahkan oleh kabinet wilopo)
Sebelum digelarnya Pemilihan Umum 1955 tentu segala sesuatunya dipersiapkan terlebih dahulu. Dan yang
menyiapkan hal tersebut adalah dirintis oleh kabinet Ali Sastroamijoyo I. Tindak lanjut dari persiapan Pemilu 1955
kemudian adalah membentuk Panitia Pemilihan Umum Pusat yang dibentuk pada tanggal 31 Juli 1954 yang
diketuai oleh Hadikusumo dari PNI. Kemudian Hadikusumo Pada tanggal 16 April 1955 sebagai Ketua Panitia
Pemilihan Umum Pusat mengumumkan bahwa Pemilihan Umum Parlemen diselenggarakan pada tanggal 29 Se
ptember 1955.
Nah, dari pengumuman Hadikusumo ini kemudian yang mendorong partai-partai yang ada untuk meningkatkan
kampanye nya. Kampanye dilakukan di pelosok-pelosok desa untuk meningkatkan elektabilitas nya. Di setiap
pelosok desa dan kota dipenuhi oleh tanda gambar para peserta pemilu yang sedang bersaing. Masing-masin
g partai tentu berusaha untuk mendapatkan suara yang paling banyak untuk memenangkan Pemilihan Umum
Parlemen 1955.
 
PELAKSANAAN
pendaftaran dilakukan pada tahun sebelumnya yaitu pada tahun 1954. pendaftaran Pemilihan Umum 1955 dibuk
a dan selesai pada bulan November. Pada waktu itu, tercatat ada 43.104.464 warga Indonesia yang memnuhi
syarat dan bisa melakukan pemilihan umum dan tentunya bisa memilih di dalam bilik suara. Dari jumlah ters
ebut, tidak semua menggunakan hak pilihnya, namun terhitung sekitar sebanyak 87,65% atau 37.875.299 yang
menggunakan hak pilihnya, angka partisipasi yang bisa dikatakan cukup tinggi. Pada Pemilihan Umum 1955 yan
g menggunakan sistem proporsional tidak murni kala itu, proporsionalitas penduduk dihitung dengan kuota 1 ; 30
0.000. Peserta Pemilu 1955 tidak kurang dari 80 partai politik, organisasi massa, dan juga ada banyak peserta
perorangan yang mencalonkan diri dalam Pemilu pertama Indonesia ini.Untuk tanda gambar secara keseluruhan,
pada Pemilu 1955 itu ada 172 tanda gambar. Pada pemilu tersebut, Anggota TNI-ABRI juga turut serta mengg
unakan hak pilihnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku pada saat itu. Untuk pembagia
n daerah, pada Pemilu 1955 itu Indonesia dibagi menjadi 16 daerah yang meliputi 208 daerah kabupaten, 2.139
kecamatan, dan 43.429 desa. Dengan menggunakan perbandingan setiap 300.000 penduduk diwakili oleh 1 wak
il. Pada Pemilu 1955 ini diikuti oleh banyak sekali partai politik, ini wajar karena memang kala itu Indonesia
menganut sistem kabinet multi partai sehingga DPR dari hasil Pemilu terbagi ke dalam beberapa fraksi.
Tahapan Pemilu 1955 ini dibagi menjadi dua tahap sesuai dengan tujuannya yaitu Pemilu untuk memilih Anggota
DPR dan Pemilu untuk memilih anggota Konstituante. Untuk Pemilu yang memilih anggota DPR dilaksanakan
pada tanggal 29 September 1955 yang saat otu diikuti oleh 29 partai politik dan individu. Sedangkan untuk Pemil
u yang memilih Anggota Konstituante dilakukan pada tanggal 15 Desember 1955. Selain memilih anggota DPR
dan memilih Konstituante, pada Pemilu 1955 juga dilakukan pemilihan umum untuk Anggota DPRD yang dilakuk
an dengan dua tahap yaitu pada Juni 1957 untuk Indonesia Wilayah Barat dan pada Juli 1957 untuk Indonesia
wilayah Timur. 
HASIL PEMILU
Hasil Pemilihan Umum Tahun 1955 Pemilu yang berhasil
dilaksanakan pada tahun 1955 tersebut memunculkan empat
partai terkemuka yang meraih kursi terbanyak di DPR dan
konstituante. Keempat partai terkemuka yang meraih kursi
terbanyak di DPR dan konstituante adalah Majelis Syuro
Muslimin Indonesia (Masyumi), Partai Nasional Indonesia (PNI),
Nahdlatul Ulama (NU), dan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Dominasi keempat partai tersebut tampak dari perimbangan
kursi di DPR yang terdiri dari 272 kursi. Untuk kursi DPR
Masyumi 60 kursi, PNI 58 kursi, NU 47 kursi, PKI 32 kursi, dan
partai lain memperebutkan sisa 75 kursi, sedangkan
perimbangan kursi konstituante 520 kursi. Masyumi 119 kursi,
PNI 112 kursi, NU 91 kursi, PKI 80 kursi, dan partai lainnya
memperebutkan sisa 118 kursi. Pelantikan anggota DPR hasil
pemilu dilakukan pada tanggal 20 Maret 1956, sedangkan
pada anggota Dewan Konstituante dilakukan pada tanggal 10
November 1956.
Masa Liberal

AKHIR DEMOKRASI LIBERAL


Konsep liberalisme yang berkembang saat itu diadopsi demi dijalankannya demokrasi yang bebas di Indonesia.
Sayangnya, model demokrasi itu tak berhasil karena sangat beragamnya pandangan dan aspirasi masyarakat
Indonesia saat itu.
Presiden hanya menunjuk seseorang, umumnya ketua partai, untuk membenruk kabinet. Setelah kabinet
terbentuk, maka kabinet dilantik oleh presiden.
Demokrasi Liberal kerap disebut sebagai sebagai Demokrasi Parlementer. Ini karena kabinet bertanggung jawab
pada parlemen. Sehingga jatuh bangun kabinet tergantung dari parlemen. Akibatnya, kabinet sering berganti.
Usia kabinet yang pendek menyebabkan program tidak bisa berjalan optimal. Kekacauan politik terjadi karena
parlemen memiliki kekuasaan yang sangat besar. Padahal, parlemen sendiri terdiri dari berbagai golongan denga
n ideologi dan aspirasi yang berbeda.
 
PEMBUBARAN KONSTITUANTE
Masa pemerintahan Presiden Soekarno dianggap megnalami penyimpangan UUD 1945. sebab, fungsi Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP) berubah. Yang semula sebagai pembantu presiden menjadi badan yang disera
hi kekuasaan legislatif yang ikut menetapkan GBHN yang merupakan wewenang MPRI.
Namun, hingga tahun 1959, konstituante belum juga berhasil membuat konstitusi baru. Akibatnya Presiden
Soekarno seperti hilang kesabaran. Ia menyampaikan konsepsi tentang Demokrasi Terpimpin menggantikan
sistem pemerintahan sebelumnya. Konsepsi ini disampaikan kepada DPR hasil pemilu sekaligus muncul gagasa
n berisi ide untuk kembali pada UUD 1945.
Presiden Soekarno mengeluarkan Dekret Presiden tanggal 5 Juli 1959. yang antara lain berisi kembali
berlakunya UUD 1945, pembubaran konstituante, dan pembentukan MPRS dan DPRS.
 
BERLAKU KEMBALI UUD 1945
Karena situasi politik pada Sidang Konstituante 1959 dimana banyak saling tarik ulur kebutuhan partai politik
sehingga gagal menghasilkan UUD baru, pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit
Presiden yang aib satu pokoknya memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai undang-undang landasan,
menggantikan Undang-Undang Landasan Sementara 1950 yang berjalan pada waktu itu.
PEMBENTUKAN MPRS
MPRS dibentuk oleh Soekarno pada 31 Desember 1959 melalui Penetapan Presiden Nomor 2 Tahun 1959. Tuga
s pokok dan fungsi dari MPRS adalah menetapkan Garis-Garis Besar Halauan Negara (GBHN). MPRS dibentuk
berdasarkan Dekret Presiden 5 Juli 1959 yang dikeluarkan oleh Presiden RI Soekarno. Pada era Orde Baru pimp
inan Presiden Soeharto, MPR menjadi lembaga absolut. Lembaga tersebut melaksanakan kedaulatan rakyat sep
enuhnya.
Namun pembentukan MPRS ini dianggap sebagai salah satu penyimpangan terhadap demokrasi karena bertent
angan dengan UUD 1945 Pasal 2 ayat (1), yaitu 'Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan P
erwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih la
njut dengan undang-undang.'
 
Pembentukan DPAS
DPAS (Dewan Pertimbangan Agung Sementara)
dibentuk dengan berdasarkan Penetapan Presiden No. 3
Tahun 1959. Tugas DPAS adalah memberi jawaban atas
pertanyaan presiden dan mengajukan usul kepada
pemerintah; DPAS dipimpin oleh presiden sebagai ketua;
Sebelum memangku jabatan, Wakil Ketua dan anggota
DPAS mengangkat sumpah/janji di hadapan presiden;
DPAS dilantik pada pada tanggal 15 Agustus 1945.
Pembentukan DPAS ini menyalahi prosedur karena
dibentuk oleh presiden sendiri dan dikepalai oleh
presiden
Kehidupan Ekonomi pada masa demoksrasi liberal

Perkembangan ekonomi pada masa demokrasi liberal tidak menunjukkan arah yang stabil. Anggaran pemerintah
mengalami defisit atau kekurangan. Defisit itu disebabkan antara lain oleh beberapa hal berikut ini.
 
Pengeluaran pemerintah yang semakin meningkat karena tidak stabilnya situasi politik.
Pemerintah tidak berhasil meningkatkan produksi dengan menggunakan sumber-sumber yang masih ada.
Politik keuangan dirancang di Belanda sebagai akibat dari politik kolonial Belanda.
 
Kehidupan ekonomi Indonesia hingga tahun 1959 belum berhasil dengan baik dan tantangan yang menghadang
nya cukup berat. Upaya pemerintah untuk memperbaiki kondisi ekonomi adalah sebagai berikut.
01 Gunting Syafruddin 02 Sistem Ekonomi Gerakan Benteng
Kebijakan ini merupakan pemotongan nilai Sistem ekonomi gerakan benteng bertujuan
uang. Caranya dengan memotong uang untuk mengubah struktur ekonomi kolonial
yang bernilai Rp2,50 ke atas hingga nilainya menjadi struktur ekonomi nasional. Program
menjadi setengah. Kebijakan ini ini dicetuskan oleh Dr. Sumitro
dikeluarkan pada tanggal 20 Maret 1950 Djojohadikusumo, seorang ahli ekonomi
oleh Menteri Keuangan saat Indonesia, yang dituangkan dalam program
itu, Syafruddin Prawiranegara. kerja Kabinet Natsir.
Kebijakan ini dilakukan dengan cara Pada dasarnya sistem ekonomi ini bertujuan
menggunting uang kertas menjadi dua untuk melindungi para pengusaha dalam
bagian, bagian kanan dan bagian kiri. negeri dengan cara memberikan bantuan
Guntingan uang kertas bagian kiri tetap berupa kredit dan bimbingan konkret.
merupakan alat pembayaran yang sah Sekitar 700 pengusaha dalam negeri telah
dengan nilai separuh dari nilai nominal mendapat bantuan kredit dari pemerintah.
yang tertera, sedangkan guntingan uang Namun, program ini tidak berjalan dengan
kertas bagian kanan ditukarkan dengan baik karena kebiasaan konsumtif yang
surat obligasi pemerintah yang dapat dimiliki oleh pengusaha dalam negeri.
dicairkan beberapa tahun kemudian. Banyak yang menggunakan dana kredit
Kebijakan ini dilakukan pemerintah guna tersebut untuk memenuhi kepentingan
mengurangi jumlah uang beredar di pribadinya.
masyarakat dan menambah kas negara.
01 Sistem Ekonomi Ali-Baba 02 Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT)
Sistem ekonomi Ali Baba diprakarsai
oleh Mr. Iskaq Tjokrohadisurjo, menteri Ketidakstabilan politik dan ekonomi menyebabkan
ekonomi pada masa Kabinet Ali I. Kabinet merosotnya ekonomi, inflasi, dan lambatnya
ini fokus pada kebijakan Indonesia dan pelaksanaan pembangunan. Pada awalnya
mengutamakan kaum pribumi. Kata “Ali” kabinet menekankan pada program
mewakili pengusaha pribumi dan pembangunan ekonomi jangka pendek kemudian
“Baba” mewakili pengusaha Tionghoa. dibentuk Badan Perancang Pembangunan
Program ini berisi pemberian kredit dan Nasional yang disebut Biro Perancang
lisensi pemerintah untuk pengusaha Negara. Pada bulan Mei 1956 biro ini
swasta nasional pribumi agar dapat menyusun RPLT.
bersaing dengan pengusaha nonpribumi.
Namun, program ini gagal karena
pengusaha pribumi masih miskin
dibandingkan pengusaha nonpribumi.
 
01 Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap) 02 Nasionalisasi de Javasche Bank
Pada masa Kabinet Ali Sastroamijoyo
II terjadi ketegangan antara pusat dan Pada tanggal 19 Juni 1951, Kabinet Sukiman
daerah. Masalah tersebut untuk sementara membentuk Panitia Nasionalisasi de Javasche
waktu dapat teratasi dengan Musyawarah Bank yang berdasarkan pada keputusan
Nasional Pembangunan (Munap). Tujuan Pemerintah RI No. 122 dan 123. Pemerintah
diadakan Munap adalah untuk mengubah memberhentikan Dr. Houwing sebagai Presiden
rencana pembangunan agar dapat de Javasche Bank dan mengangkat Mr.
dihasilkan rencana pembangunan yang Syafruddin Prawiranegara sebagai Presiden de
menyeluruh untuk jangka panjang. Rencana Javasche Bank yang baru. Pada tanggal 15
tersebut tidak dapat dilaksanakan dengan Desember 1951 diumumkan Undang-Undang No.
baik karena: 24 tahun 1951 tentang Nasionalisasi de Javasche
- Adanya kesulitan dalam menentukan Bank menjadi Bank Sentral kemudian pada
prioritas. tanggal 1 Juli 1953, de Javasche Bank berganti
- Terjadi ketegangan politik. menjadi Bank Indonesia.
- Timbul pemberontakan PRRI/ Permesta.
 
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai