Anda di halaman 1dari 56

Demokrasi Liberal di

Indonesia
Kelompok 1
XII MIPA 2
Demokrasi Liberal

Pelaksanaan Demokrasi Ciri- ciri Demokrasi Liberal


Liberal sesuai dengan 1. Presiden dan Wakil Presiden tidak dapat
konstitusi yang berlaku diganggu gugat.
saat itu, yakni Undang- 2.Menteri bertanggung jawab atas kebijakan
Undang Dasar Sementara pemerintah.
1950.
3.Presiden bisa dan berhak membubarkan DPR.
4. Perdana Menteri diangkat oleh Presiden.
Sistem
Pemerintahan dan
Perkembangan Sistem Kepartaian
Sistem Politik
Masa Demokrasi Pemilihan Umum
Liberal di Indonesia 1955
Perkembangan
Sistem Ekonomi
1 Perkembangan
Sistem Politik
Sistem Pemerintahan

Salah satu ciri yang nampak dalam masa ini adalah kerap kali
terjadi penggantian kabinet. Hal ini disebabkan karena adanya
perbedaan kepentingan diantara partai-partai yang ada. Perbedan
di kalangan partai-partai tersebut tidak pernah dapat terselesaikan
dengan baik sehingga dari tahun 1950 sampai dengan 1959 terjadi
pergantian kabinet.
1. Kabinet Natsir (Masyumi) 1950-1951

Merupakan kabinet koalisi yang dipimpin oleh partai


Masyumi. Dipimpin oleh Muhammad Natsir.
Program Kerja, Hasil dan
Peyebab Berakhirnya
Program Kerja Hasil Peyebab Berakhir
1. Menggiatkan usaha keamanan dan Berlangsung perundingan Adanya mosi tidak percaya dari PNI
ketentraman. antara Indonesia-Belanda menyangkut pencabutan Peraturan
2. Mencapai konsolidasi dan untuk pertama kalinya Pemerintah mengenai DPRD dan
menyempurnakan susunan mengenai Indonesia Barat. DPRDS. PNI menganggap PP No. 39
pemerintahan. Tahun 1950 mengenai DPRD terlalu
3. Menyempurnakan organisasi menguntungkan Masyumi. Mosi
angkatan perang. tersebut disetujui parlemen
4. Mengembangkan dan memperkuat sehingga Natsir harus
ekonomi rakyat. mengembalikan mandatnya kepada
5. Memperjuangkan penyelesaian Presiden.
Irian Barat.
KABINET NATSIR
2. Kabinet Sukiman (Masyumi) 1951-1952

Merupakan kabinet koalisi antara Masyumi dan PNI.


Dipimpin oleh Sukiman Wiryosanjoyo.
Program Kerja, Hasil dan
Peyebab Berakhirnya
Program Kerja Hasil Peyebab Berakhir
1. Menjamin keamanan dan Tidak terlalu berarti sebab Muncul pertentangan dari Masyumi
ketentraman. programnya melanjutkan dan PNI atas tindakan Sukiman,
2. Mengusahakan kemakmuran rakyat program Natsir. Hanya saja sehingga mereka menarik
dan memperbaharui hukum terjadi perubahan skala dukungannya pada kabinet tersebut.
agraria agar sesuai dengan proritas dalam melaksanakan DPR akhirnya menggugat Sukiman
kepentingan petani. programnya. Seperti awalnya dan terpaksa Sukiman harus
3. Mempercepat persiapan Pemilu. program menggiatkan usaha mengembalikan mandatnya kepada
4. Menjalankan politik luar negeri keamanan dan ketentraman Presiden.
secara bebas aktif serta selanjutnya diprioritaskan
memasukkan Irian Barat ke dalam untuk menjamin keamanan dan
wilayah RI secepatnya. ketentraman.
KABINET SUKIMAN
3. Kabinet Wilopo (PNI) 1952-1953

Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet


yang terdiri dari para pakar yang ahli dalam
bidangnya. Dipimpin oleh Mr. Wilopo.
Program Kerja dan Peyebab
Berakhirnya
Program Kerja Peyebab Berakhir
1. Program dalam negeri: Menyelenggarakan Akibat peristiwa Tanjung Morawa,
PEMILU (Konstituante, DPR, dan DPRD), muncullah mosi tidak percaya dari
meningkatkan kemakmuran rakyat, Serikat Tani Indonesia terhadap
meningkatkan pendidikan rakyat, dan kabinet Wilopo. Sehingga Wilopo
pemulihan keamanan. harus mengembalikan mandatnya
2. Program luar negeri: Penyelesaian masalah kepada Presiden.
Indonesia-Belanda, Pengembalian Irian
Barat ke pangkuan Indonesia, serta
menjalankan politik luar negeri yang bebas
aktif.
KABINET WILOPO
4. Kabinet Ali Sastroamijoyo I (PNI) 1953-1955

Kabinet ini merupakan koalisi antara PNI dan NU.


Dipimpin oleh Mr. Ali Sastroamijoyo.
Program Kerja, Hasil dan
Peyebab Berakhirnya
Program Kerja Hasil Peyebab Berakhir
1. Meningkatkan keamanan dan 1. Persiapan PEMILU untuk NU menarik dukungan dan
kemakmuran serta segera memilih anggota menterinya dari kabinet sehingga
menyelenggarakan Pemilu. parlemen yang akan keretakan dalam kabinetnya inilah
2. Pembebasan Irian Barat diselenggarakan pada 29 yang memaksa Ali harus
secepatnya. September 1955. mengembalikan mandatnya pada
3. Pelaksanaan politik bebas-aktif 2. Menyelenggarakan Presiden.
dan peninjauan kembali Konferensi Asia-Afrika
persetujuan KMB. tahun 1955.
4. Penyelesaian pertikaian politik.
KABINET ALI SASTROAMIJOYO I
5. Kabinet Burhanuddi Harahap (Masyumi) 1955-1956

Kabinet ini dipimpin oleh Burhanuddin Harahap.


Menjalankan tugasnya sejak 12 Agustus 1955 - 3
Maret 1956.
Program Kerja, Hasil dan
Peyebab Berakhirnya
Program Kerja Hasil Peyebab Berakhir
1. Mengembalikan kewibawaan 1. Penyelenggaraan PEMILU Dengan berakhirnya PEMILU, maka
pemerintah. pertama yang tugas kabinet Burhanuddin dianggap
2. Melaksanakan PEMILU dan demokratis. selesai. Pemilu tidak menghasilkan
mempercepatn pembentukan parlemen 2. Perjuangan diplomasi dukungan yang cukup terhadap
baru. menyelesaikan masalah kabinet sehingga kabinet pun jatuh.
3. Masalah desentralisasi, inflasi, Irian Barat. Akan dibentuk kabinet baru yang
pemberantasan korupsi. 3. Pemberantasan korupsi. harus bertanggung jawab pada
4. Perjuangan pengembalian Irian Barat. 4. Terbinanya hubungan parlemen yang baru pula.
5. Politik kerjasama Asia-Afrika antara AD dan Kabinet
berdasarkan politik luar negeri bebas Burhanuddin Harahap.
aktif.
6. Kabinet Ali Sastroamijoyo II (PNI) 1956-1957

Kabinet ini merupakan hasil koalisi PNI, Masyumi,


dan NU. Dipimpin oleh Ali Sastroamijoyo.
Program Kerja, Hasil dan
Peyebab Berakhirnya
Program Kerja Hasil Peyebab Berakhir
1. Perjuangan pemngembalian Irian Barat. Mendapat dukungan penuh dari Mundurnya sejumlah menteri dari
2. Pembentukan daerah-daerah otonomi Presiden dan dianggap sebagai Masyumi membuat kabinet hasil
dan mempercepat terbentuknya titik tolak dari periode Pemilu pertama ini jatuh dan
anggota DPRD. planning and investmen. menyerahkan mandatnya kepada
3. Mengusahakan perbaikan nasib kaum Hasilnya adalah pembatalan Presiden.
buruh dan pegawai. seluruh perjanjian KMB.
4. Menyehatkan perimbangan keuangan
negara.
5. Mewujudkan perubahan ekonomi
kolonial menjadi ekonomi nasional
berdasarkan kepentingan rakyat.
KABINET ALI SASTROAMIJOYO II
7. Kabinet Djuanda (Zaken Kabinet) 1957-1959

Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet


yang terdiri drai para pakar yang ahli dalam
bidangnya. Dibentuk karena kegagalan konstituante
dalam menyusun UUD pengganti UUDS 1950. Serta
terjadinya perebutan kekuasaan antara partai
politik. Dipimpin oelh Ir. Juanda.
Program Kerja, Hasil dan
Peyebab Berakhirnya
Program Kerja Hasil Peyebab Berakhir
1. Membentuk Dewan Nasional. 1. Diadakannya Deklarasi Berakhir saat presiden Soekarno
2. Normalisasi keadaan Republik Juanda. mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli
Indonesia. 2. Terbentuknya Dewan 1959 dan mulailah babak baru
3. Melancarkan pelaksanaan Pembatalan Nasional. sejarah RI.
KMB. 3. Mengadakan Musyawarah
4. Perjuangan pengembalian Irian Jaya. Nasional (Munas).
5. Mempergiat/ mempercepat proses
pembangunan.
KABINET DJUANDA
Sistem Kepartaian

Sistem kepartaian yang dianut pada masa demokrasi liberal


adalah multipartai. Pembentukan partai politik ini menurut
Mohammad Hatta agar memudahkan dalam mengontrol perjuangan
lebih lanjut. Hatta juga menyebutkan bahwa pembentukan partai
politik ini bertujuan untuk mudah dapat mengukur kekuatan
perjuangan kita dan untuk mempermudah meminta tanggung jawab
kepada pemimpin-pemimpin barisan perjuangan.
Sistem Multipartai
Dampak Positif: Dampak Negatif:
1. Menghidupkan suasana demokratis 1. Sejumlah partai cenderung
di Indonesia. menyuarakan kepentingan
2. Mencegah kekuasaan presiden kelompok sendiri, bukan banyak
yang terlalu besar, karena rakyat.
wewenang pemerintah di pegang 2. Ada kecenderungsn persaingan
oleh partai yang berkuasa. tidak sehat, baik dalam parlemen
3. Menempatkan kalangan sipil maupun kabinet yang berupa saling
sebagai pelaksana kedaulatan menjatuhkan.
rakyat dan pemerintahan.
Pemilihan Umum 1955

Pelaksanaan pemilihan umum 1955 bertujuan untuk memilih


wakil-wakil rakyat yang akan duduk dalam parlemen dan dewan
Konstituante. Pemilihan umum ini diikuti oleh partai-partai politik
yang ada serta oleh kelompok perorangan. Pemilu 1955 merupakan
tonggak demokrasi pertama di Indonesia. Keberhasilan
penyelenggaraan pemilu ini menandakan telah berjalannya
demokrasi di kalangan rakyat.
Pemilihan umum untuk anggota DPR dilaksanakan pada tanggal 29 September 1955. Hasilnya
diumumkan pada 1 Maret 1956. Empat perolehan suara terbanyak memperoleh kursi sebagai
berikut:
Partai Jumlah Kursi
PNI 57 kursi
Masyumi 57 kursi
Nadhlatul Ulama 45 kursi
PKI 39 kursi
Pemilihan umum untuk anggota Dewan Konstituante dilaksanakan pada tanggal 15 Desember
1955. Hasilnya diumumkan pada 16 Juli 1956. Empat perolehan suara terbanyak memperoleh
kursi sebagai berikut:
Partai Jumlah Kursi
PNI 119 kursi
Masyumi 112 kursi
Nadhlatul Ulama 91 kursi
PKI 80 kursi
Walaupun pemilu I dapat berlangsung dengan aman, lancar dan tertib tetapi
keadaan politik dan keamanaan belum stabil,hal ini di sebabkan oleh :

1. Sering terjadi pertentangan antar politik.


2. Partai politik hanya mempertahankan keyakinan partainya.
3. Anggota DPR hasil pemilu belum dapat memenuhi harapan rakyat.
4. Badan kontituante gagal menyusun UUD.
KEGAGALAN KONSTITUANTE MENYUSUN UNDANG
UNDANG DASAR
Kemacetan politik dalam kontituante, bagi militer merupakan situasi yang
membahayakan kelangsungan bangsa dan negara, maka KSAD Letjen AH
Nasution (atas nama pemerintah / PERPU ) mengeluarkan larangan bagi
semua kegiatan politik mulai tanggal 3 Juni 1959. larangan itu ditindak
lanjuti oleh Presiden Soekarno, dengan mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli
1959.
Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Pertimbangan Lahirnya Dekrit Presiden 5 Juli Keputusan Dekrit Presiden 5 Juli
1959 : 1959:
1. Anjuran untuk kembali ke UUD 1945 tidak 1. Konstituante di bubarkan.
memperoleh keputusan dari Konstituante. 2. UUD 1945 kembali berlaku
2. Konstituante tidak mungkin lagi menyelesaikan sebagai UUD Republik Indonesia.
tugasnya karena sebagian besar anggotanya 3. Segera membentuk MPRS dan
telah menolak menghadiri sidang. DPAS.
3. Kemelu dalam konstituante membahayakan
persatuan, mengancam keselamatan negara,
dan merintangi pembanggunan nasional.
Dampak Dekrit Presiden 5
Juli 1959
Dampak Positif Dampak Negatif
1. Menyelamatkan dari perpecahan dan 1. Memberikan kekuasaan yang besar
krisis politik berkepanjangan. kepada Presiden baik terhadap
2. Memberikan pedoman yang jelas (UD MPR maupun lembaga tinggi
1945) bagi kelangsunggan negara. negara.
3. Merintis pembentukan lembaga tertinggi 2. Memberi peluang bagi kalangan
negara (MPRS) dan lembaga tinggi (DPAS) militer untuk terjun dalam bidang
yang selama masa Demokrasi Liberal politik.
tertunda – tunda pembentukanya.
2 Perkembangan
Sistem Ekonomi
Meskipun Indonesia telah merdeka tetapi Kondisi Ekonomi Indonesia
masih sangat buruk. Upaya untuk mengubah stuktur ekonomi kolonial ke ekonomi
nasional yang sesuai dengan jiwa bangsa Indonesia berjalan tersendat-sendat.
Faktor yang menyebabkan keadaan ekonomi tersendat adalah sebagai
berikut:
1. Setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda pada tanggal 27 Desember
1949, bangsa Indonesia menanggung beban ekonomi dan keuangan seperti
yang telah ditetapkan dalam KMB. Beban tersebut berupa hutang luar negeri
sebesar 1,5 Triliun rupiah dan utang dalam negeri sejumlah 2,8 Triliun
rupiah.
2. Defisit yang harus ditanggung oleh Pemerintah pada waktu itu sebesar 5,1
Miliar.
3. Indonesia hanya mengandalkan satu jenis ekspor terutama hasil bumi yaitu
pertanian dan perkebunan sehingga apabila permintaan ekspor dari sektor itu
berkurang akan memukul perekonomian Indonesia.
4. Politik keuangan Pemerintah Indonesia tidak di buat di Indonesia melainkan
dirancang oleh Belanda.
5. Pemerintah Belanda tidak mewarisi nilai-nilai yang cukup untuk mengubah
sistem ekonomi kolonial menjadi sistem ekonomi nasional.
6. Belum memiliki pengalaman untuk menata ekonomi secara baik, belum
memiliki tenaga ahli dan dana yang diperlukan secara memadai.
7. Situasi keamanan dalam negeri yang tidak menguntungkan berhubung
banyaknya pemberontakan dan gerakan sparatisisme di berbagai daerah di
wilayah Indonesia.
8. Tidak stabilnya situasi politik dalam negeri mengakibatkan pengeluaran
pemerintah untuk operasi-operasi keamanan semakin meningkat.
9. Kabinet terlalu sering berganti menyebabakan program-program kabinet yang
telah direncanakan tidak dapat dilaksanakan, sementara program baru mulai
dirancang.
10. Angka pertumbuhan jumlah penduduk yang besar.
Gunting Syafruddin
Kebijakan Pemerintah untuk Mengatasi Masalah Ekonomi Liberal
Tujuannya untuk menanggulangi defisit
1. Gunting Syafruddin anggaran sebesar Rp. 5,1 Miliar.
Kebijakan ini adalah Pemotongan Dampaknya rakyat kecil tidak dirugikan
nilai uang (sanering). Caranya memotong karena yang memiliki uang Rp. 2,50 ke
semua uang yang bernilai Rp. 2,50 ke atas atas hanya orang-orang kelas
hingga nilainya tinggal setengahnya. menengah dan kelas atas. Dengan
Kebijakan ini dilakukan oleh Menteri Keuangan kebijakan ini dapat mengurangi jumlah
Syafruddin Prawiranegara pada masa uang yang beredar dan pemerintah
pemerintahan RIS. Tindakan ini dilakukan mendapat kepercayaan dari pemerintah
pada tanggal 20 Maret 1950 berdasarkan SK Belanda dengan mendapat pinjaman
Menteri Nomor 1 PU tanggal 19 Maret 1950 sebesar Rp. 200 juta.
Gerakan Benteng
2. Sistem Ekonomi Gerakan Benteng Dampaknya program ini menjadi salah
satu sumber defisit keuangan. Beban
Sistem ekonomi Gerakan Benteng defisit anggaran Belanja pada 1952
merupakan usaha pemerintah Republik sebanyak 3 Miliar rupiah ditambah sisa
Indonesia untuk mengubah struktur ekonomi defisit anggaran tahun sebelumnya
yang berat sebelah yang dilakukan pada masa sebesar 1,7 miliar rupiah. Sehingga
Kabinet Natsir yang direncanakan oleh menteri keuangan Jusuf Wibisono
Sumitro Joyohadikusumo (menteri memberikan bantuan kredit khususnya
perdagangan). Program ini bertujuan untuk pada pengusaha dan pedagang nasional
mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi dari golongan ekonomi lemah sehingga
struktur ekonomi nasional (pembangunan masih terdapat para pengusaha pribumi
ekonomi Indonesia). sebagai produsen yang dapat menghemat
devisa dengan mengurangi volume impor.
3. Nasionalisasi De Javasche Bank
Tujuannya adalah untuk menaikkan
Seiring meningkatnya rasa pendapatan dan menurunkan biaya
nasionalisme maka pada akhir tahun 1951 ekspor, serta melakukan penghematan
pemerintah Indonesia melakukan secara drastis.
nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Perubahan mengenai nasionalisasi De
Indonesia. Awalnya terdapat peraturan Javasche Bank menjadi Bank Indonesia
bahwa mengenai pemberian kredi tharus sebagai bank sentral dan bank sirkulasi
dikonsultasikan pada pemerintah Belanda. Hal diumumkan pada tanggal 15 Desember
ini menghambat pemerintah dalam 1951 berdasarkan Undang-undang No. 24
menjalankan kebijakan ekonomi dan moneter. tahun 1951.
Sistem Ekonomi Ali Baba
▪Sistem ekonomi Ali-Baba (kabinet Ali Sastroamijoyo I) yang
diprakarsai Mr Iskak Cokrohadisuryo, yaitu penggalangan kerjasama
antara pengusaha cina dan pengusaha pribumi. Pengusaha non-
pribumi diwajibkan memberikan latihan-latihan pada pengusaha
pribumi, dan pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-
usaha swasta nasional. Program ini tidak berjalan dengan baik, karena
pengusaha pribumi kurang berpengalaman, sehingga hanya dijadikan
alat untuk mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah
5. Persaingan Finansial Ekonomi (Finek) Tujuannya untuk melepaskan diri dari
Misi ini dipimpin oleh Anak Agung Gede
keterikatan ekonomi dengan Belanda.
Agung. Pada tanggal 7 Januari 1956 dicapai kesepakatan Sehingga, tanggal 3 Mei 1956, akhirnya
rencana persetujuan Finek, yang berisi: Presiden Sukarno menandatangani
1. Persetujuan Finek hasil KMB dibubarkan. undang-undang pembatalan KMB.
2. Hubungan Finek Indonesia-Belanda didasarkan
atas hubungan bilateral.
3. Hubungan Finek didasarkan pada Undang-undang
Dampaknya banyak pengusaha Belanda
Nasional, tidak boleh diikat oleh perjanjian lain yang menjual perusahaannya, sedangkan
antara kedua belah pihak. pengusaha pribumi belum mampu
4. Hasilnya pemerintah Belanda tidak mau mengambil alih perusahaan Belanda
menandatangani, sehingga Indonesia mengambil tersebut.
langkah secara sepihak.
6. Rencana Pembangunan Lima Tahun
(RPLT) RPLT tidak dapat berjalan dengan baik disebabkan
Program yang dilaksanakan umumnya karena :
merupakan program jangka pendek, tetapi pada masa 1. Adanya depresi ekonomi di Amerika Serikat
kabinet Ali Sastroamijoyo II, pemerintahan membentuk dan Eropa Barat pada akhir tahun 1957 dan
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional yang disebut awal tahun 1958 mengakibatkan ekspor dan
Biro Perancang Negara. Tugas biro ini merancang pendapatan negara merosot.
pembangunan jangka panjang. Ir. Juanda diangkat 2. Perjuangan pembebasan Irian Barat dengan
sebagai menteri perancang nasional. Biro ini berhasil melakukan nasionalisasi perusahaan-
menyusun Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT) perusahaan Belanda di Indonesia
yang rencananya akan dilaksanakan antara tahun 1956- menimbulkan gejolak ekonomi.
1961 dan disetujui DPR pada tanggal 11 November 1958. 3. Adanya ketegangan antara pusat dan daerah
Tahun 1957 sasaran dan prioritas RPLT diubah melalui sehingga banyak daerah yang melaksanakan
Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap). kebijakan ekonominya masing-masing.
Pembiayaan RPLT diperkirakan 12,5 miliar rupiah.
7. Musyawarah Nasional Pembangunan
Tetapi tetap saja rencana pembangunan tersebut
(Munap) tidak dapat dilaksanakan dengan baik karena :
1. Adanya kesulitan dalam menentukan skala
Masa kabinet Juanda terjadi prioritas.
ketegangan hubungan antara pusat dan 2. Terjadi ketegangan politik yang tak dapat
daerah. Masalah tersebut untuk sementara diredakan.
3. Timbul pemberontakan PRRI/Permesta.
waktu dapat teratasi dengan Musayawaraah 4. Membutuhkan biaya besar untuk menumpas
Nasional Pembangunan (Munap). Tujuan pemberontakan PRRI/ Permesta sehingga
diadakan Munap adalah untuk mengubah meningkatkan defisit Indonesia.
rencana pembangunan agar dapat dihasilkan 5. Memuncaknya ketegangan politik Indonesia-
rencana pembangunan yang menyeluruh untuk Belanda menyangkut masalah Irian Barat
mencapai konfrontasi bersenjata.
jangka panjang.
3 Sosial pada
Demokrasi
Liberal
Kondisi Sosial
Masyarakat
Pada masa ini taraf hidup masyarakat semakin
naik daripada di masa revolusi. Indikatornya
adalah jumlah penduduk bertambah,
kesejahteraan meningkat, dan kota-kota
semakin berkembang. Adapun kondisi sosial
masyarakatnya sebagai berikut.
a. Kondisi Demografi
Salah satu indikator kemajuan pada masa demokrasi liberal adalah pertambahan penduduk.
➤Pertumbuhan penduduk nasional :
→Tahun 1950 : 77 juta jiwa
→Tahun 1955 : 85,4 juta jiwa
➤Pertumbuhan penduduk perkotaan (Jakarta)
→Tahun 1950 : 1.8 juta jiwa
→Tahun 1960 : 2.9 juta jiwa
➤Jumlah buta huruf
→Masa kolonial : 92,6 %
→Tahun 1960 : 24%

b. Antusiasme Rakyat dalam Politik


Sebelum pemilu tahun 1955, pemimpin negara seperti Presiden Soekarno dan Moh. Hatta sering memberikan
pematangan berpolitik kepada masyarakat. Menjelang pemilu, panitia terus memberikan pengetahuan pada
masyarakat bagaimana cara menyalurkan suara kepada masyarakat. Sosialisasi terus dilancarkan kepada
masyarakat baik itu melalui surat kabar dan mobil-mobil kampanye dan lain sebagainya. Partai politikpun
tidak saling menyerang, bahkan tokoh-tokoh politik bersedia menemui langsung masyarakat. Hingga pada
pelaksanaan pemilu berlangsung secara demokratis karena antusiasme masyarakat menyalurkan hak pilihnya
tanpa intervensi.
Kehidupan
Pendidikan
a. Sistem Pendidikan
Pada masa demokrasi liberal sistem pendidikan yang dilaksanakan adalah dengan sistem
desentralisasi yang mana SD dan SMP menjadi urusan pemerintah daerah (provinsi) dengan
supervisi dari pemerintah pusat. Sedangkan untuk SMA ditanggung oleh pemerintah baik
masalah keuangan maupun mata pelajaran. Namun, perhatian terhadap pendidikan dirasa masih
kuang karena anggaran yang diglontorkan dari APBN masih cukup sedikit yaitu 5,1% APBN pada
tahun 1950 dan masih kalah pada masa kolonial Belanda yang mencapai kisaran 9,3%.
b. Perguruan Tinggi
Pendidikan tinggi menjadi fokus utama pemerintah untuk membentuk generasi bangsa yang
kompeten. Atas dasar tersebut menteri pendidikan Abu Hanifah menetapkan bahwa setiap
provinsi memiliki satu universitas negeri. Sehingga pada tanggal 19 Desember 1949 didirikan
universitas Gajah Mada. Selanjutnya berdiri Universitas Indonesia, Universitas Airlangga,
Universitas Padjajaran, Universitas Hassanuddin, dan Universitas Sumatra Utara.
Kehidupan
Budaya
a. Penyempurnaan Ejaan Bahasa Indonesia
Pada tahun 1954 pemerintah mengeluarkan gagasan untuk menyemurnakan ejaan Bahasa Indonesia. Pada
tanggal 28 Oktober-2 November 1954 pemerintah mengadakan Kongres Bahasa Indonesia di Medan. Hasil
keputusannya adalah agar usaha penyelidikan dan penetapan dasar-dasar ejaan diserahkan kepada suatu badan
pemerintah yang bertugas menyusun ejaan praktis Indonesia. Hingga dibentuklah Panitia Pembahasan Ejaan
Bahasa Indonesia melalui surat keputusan menteri PP dan K No. 448/S tanggal 19 Juli 1956. Panitia tersebut
dipimpin oleh Prof. Dr. Prijono.
b. Perkembangan Sastra
Pada masa demorasi liberal, mulai muncul beberapa sastrawan lokal seperti Sitor Situmorang dan Pramoedya
Ananta Toer yang memengaruhi perkembangan karya di Indonesia. Peran mereka mampu menggeser peran
sastrawan asing yang digandrungi masyarakat. Para sastrawan pada saat itu menjalankan fungsinya dengan
menangkap berbagai masalah kemanusian dibalik peristiwa getir akibat perang.
Para sastrawan tidak hanya dipengaruhi oleh gaya eropa tetapi juga gaya melayu seperti Amir Hamzaah, gaya
Sunda seperti Ajip Rosidi, Rusman Sutiasumarga, dan Ramadhan K.H , dan gaya Jawa antara lain W.S. Rendra,
Kirdjomuljo, dan Soeripman.
Kehidupan
Pers
Pada masa demokrasi liberal Pers tumbuh dengan subur
menyuarakan realitas dalam masyrakat dan
pemerintahan. Selain sebagai sumber informasi pers
juga berperan sebagai kontrol sosial.
Selanjutnya bermunculanlah surat kabar-surat kabar
hingga ada tahun 1954 di Indonesia terdapat 105 surat
kabar. Selain surat kabar, sarana pers lainnya adalah
radio yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia.
TERIMA KASIH!

Wassalamualaikum wr. wb

Anda mungkin juga menyukai