Anda di halaman 1dari 26

Kabinet Parlementer Indonesia 1950 1957

1. kabinet Natsir (September 1950 Maret 1951)

1. Perdana menteri : Mohammad Natsir

2. Pendukung kabinet : masyumi dan PSI

3. Program Kabinet : 1. menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman

negara.

2. mencapai konsolidasi dan menyempurnakan susunan

pemerintahan.

3. menyempurnakan organisasi angkatan perang dan

pemulihan para mantan anggota tentara dan gerilya yang

ada di dalam masyarakat.

4. menyelesaikan masalah irian barat.

5. mengembangkan dan menguatkan kekuatan ekonomi

rakyat sebagai dasar bagi pelaksanaan ekonomi nasional

yang sehat.

4. Kejayaan kabinet : adanya kenaikan harga komoditi, yang berdampak pada

peningkatan pendapatan ekspor dan biaya ekspor pemerintah sampai

pertengahan tahun 1951, indonesia bergabung dg PBB (1950)

5. Keruntuhan kabinet : kabinet dianggap gagal karena ketidak mampuannya

menghadapi pemberontakan kartosuwiryo dan penyelesaian masalah irian

barat.

2. kabinet Sukiman (April 1951 februari 1952)

1. Perdana menteri : sukiman

2. Pendukung kabinet : masyumi dan PNI


3. Program Kabinet : 1. Menjalankan berbagai tindakan tegas sebagai negara

hukum untuk menjamin keamanan dan ketenteraman serta menyempurnakan

organisai alat-alat kekuasaan negara.

2. Membuat dan melaksanakan rencana kemakmuran

nasional dalam jangkapendek untuk mempertinggi

kehidupan sosial ekonomi rakyat dan mempercepat

usaha penempatan bekas pejuang dalam pembangunan.

3. Menyelesaikan persiapan pemilu untuk membentuk

Dewan Konstituante dan menyelenggarakan pemilu

dalam waktu singkat serta mempercepat terlaksananya

otonomi daerah.

4. Meyiapkan undang-undang (UU) pengakuan serikat

buruh, perjanjian kerja sama, penetapan upah minimum,

dan penyelesaian pertikaian buruh. Menjalankan politik

luar negeri bebas aktif.

5. Memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah Republik

Indonesia secepatnya.

4. Kejayaan kabinet : melakukan usaha serius untuk menangani PKI.

5. Keruntuhan kabinet : gagal menghadapi pemberontakan kahar muzakkar dan

kartosuwiryo.

3. kabinet Wilopo ( april 1952 juni1953)

1. Perdana menteri : wilopo

2. Pendukung kabinet : masyumi dan PNI

3. Program Kabinet : 1. Persiapan pemilu utuk membentuk dewan

konstituante, DPR, dan DPRD.


2meningkatkan kemakmuran, pedidikan, dn keamanan

rakyat.

4. Kejayaan kabinet : mengambil alih kepemilikn javasche bank, dan

merubahnya menjadi Bank Indonesia. Menasionalisasi perusahaan listrik

swasta milik belanda. Hubungan pemerintah dan tentara lebih professional,

5. Keruntuhan kabinet : perekonomian negara mengalami krisis, karena jatuhnya

harga ekspor dan penurunan jumlah kpor hingga 71% sehingga berdampak

pada merosotnya pendapatan pemerintah. Muncul gerakan separatisme di

beberapa daerah karna ketidak seimbangan alokasi dana yang diberikn

pemerintah pusat ke daerah. Tidak berhasil melakukan demobilisasi.

4. kabinet Ali Sostro Amijoyo (juli 1953 juli 1955)

1. Perdana menteri : Ali Sostro Amijoyo

2. Pendukung kabinet : PNI, NU dan partai kecil lainnya.

3. Program Kabinet : 1. Menjaga keamanan

2. menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

3. segera melaksanakan pemilu.

4. menyelesaikan pertikaian politik.

5. membebaskan irian barat.

6. melaksanakan politik bebas aktif

4. Kejayaan kabinet : terbentuknya panitia pemilu pusat yang diketuai oleh

Hadikusumo, adanya kebijakan ekonomi ali baba, terselenggaranya KAA di

bandung.

5. Keruntuhan kabinet : persoalan irian barat belum terselesaikan, masalah

keamanan masih harus diperbaiki, dengan adanya pemberontakan DI/TII,


5. kabinet Ali Sostro Amijoyo II (juli 1953 juli 1955)

1. Perdana menteri : Ali Sostro Amijoyo.

2. Pendukung kabinet : PNI, NU dan Masyumi.

3. Program Kabinet : 1. Perjuangan merebut irian jaya ke indonesa.

2. Pembatlan KMB.

3. pemulihan keamanan dan ketertiban, pembangunn di

segala bidang.

4. melaksanakan keputusan KAA.

4. Kejayaan kabinet : melakukan pembatalan seluruh perjanjian KMB,

mewujudkan kekuasaan de facto indonesia atas irian barat.

5. Keruntuhan kabinet : hubungan dengan belanda semakin memburuk,korupsi

dan penyeludupan meningkat, banyak pembeontakan yg terjadi, teruama oleh

mantan tentara yang tidak mau di demobilisasi.


1. Kabinet Natsir

Kabinet Natsir merupakan kabinet koalisi yang dipimpin oleh Masyumi. Perdana

menteri kabinet ini adal Moh. Natsir. Kabinet Natsir mendapat dukungan dari

tokoh-tokoh terkenal yang memiliki keahlian dan reputasi tinggi seperti Sri Sultan

Hamengku Buwono IX, Mr. Asaat, Mr. Moh. Roem, Ir. Juanda, dan Dr. Sumitro

Joyohadikusumo.

Kabinet Natsir sendiri mulai memerintah pada tanggal 6 September 1950 dan

berakhir pada tanggal 21 Maret 1951. Kabinet Natsir adalah kabinet yang

dibangun atas dasar koalisi yang beranggotakan inti dari Partai Masyumi. Dalam

Kabinet Natsir, PNI tidak mendapatkan jatah jabatan sama sekali, yang paling

banyak adalah dari orang-orang partai Masyumi meskipun di dalam kabinet

terdapat juga orang-orang non partai. Sebenarnya impian dari Natsir sendiri untuk

kabinet nya adalah kabinet yang nasionalis yang berkoalisi dengan beberapa

partai. Namun hal ini tidak bisa diwujudkan karena terjadi perebutan jabatan

antara PNI dan Masyumi. Sehingga, dengan sendirinya pihak dari partai PNI tidak

senang dengan keadaan seperti ini dan menjadikan sulit merekrut PNI untuk

masuk ke dalam Kabinet Natsir.

Pendapat yang bersebrangan diantara kedua partai adalah terkait pembagian

jatah jabatan menteri. Natsir berpendapat bahwa partainya mempunyai lebih

banyak hak dari pada partai lainnya. Pendapat tersebut kemudian tidak disetujui

oleh PNI, karena PNI menganggap bahwa semua partai juga memiliki hak yang

sama atas jabatan di Pemerintahan. PNI sendiri dari tuntutannya adalah agar

orang-orang yang menduduki jabatan menteri dalam negeri, menteri luar negeri

dan menteri pendidikan. Namun kemudian dari hasil perundingan PNI bersedia
melepas jabatan menteri luar negeri dan diisi oleh orang Masyumi dan menteri

pendidikan untuk partai lain. Keinginan PNI mendapatkan jatah menteri dalam

negeri kemudian tidak terlaksana karena pos menteri dalam negeri diisi oleh orang

Masyumi. Dan ini lah yang menimbulkan konflik karena PNI beranggapan bahwa

yang dilakukan ini tidak adil, karena Perdana Menteri sudah berasal dari Masyumi

maksud dari keputusan itu adalah adanya pengkonsolidasian partai yang

kemudian diubah oleh Dewan Partai di Bogor pada tanggal 3 sampai 6 Juni 1960

yang isinya adalah bahwa sistem federal tidak bisa dipertahankan lagi. Kemudian

agar keputusan ini tidak terlalu dilanggar, maka Natsir yang kala itu sebagai ketua

umum Masyumi, dinonaktifkan dari ketua partai dan kemudian digantikan oleh

Jusuf Wibisono.

Program kerja kabinet natsir :

a. Melakukan Persiapan dan penyelenggaraan pemilihan umum untuk

Konstituante

b. Melakukan konsolidasi dan penyempurnaan susunan pemerintahan serta

membentuk peralatan negara yang kuat dan berdaulat

c. Menggiatkan usaha untuk memenuhi dan menjaga keamanan dan

ketentraman

d. Melakukan penyempurnaan terhadap organisasi Angkatan perang

e. Sebisa mungkin memperjuangkan penyelesaian soal Irian Barat secepatnya

f. Mengembangkan dan memperkokoh kesatuan ekonomi rakyat sebagai dasar

bagi pelaksanaan ekonomi nasional yang sehat


g. Membantu pembangunan perumahan rakyat serta memperluas usaha

usaha meninggikan derajat kesehatan dan kecerdasan rakyat

h. Penerapan program benteng, yaitu pengusaha nasional golongan ekonomi

lemah diberi bantuan kredit

i. Pelaksanaan program industrialisasi (Rencana Sumitro)

j. Pembentukan DPRD

k. Pemulihan bekas bekas anggota tentara dan gerilya dalam masyarakat

pencapaian kabinet Natsir

Dalam menjalankan tugas pemerintahan, pasti sebuah kabinet bisa meraih

pencapaian-pencapaian tertentu. Meski secara keseluruhan mungkin ada yang

menilai gagal, setidaknya tetao ada satu atau dua program atau agenda yang

bisa dilakukan atau mencapai target. Atau setidaknya bisa memperbaiki suatu

kondisi menjadi lebih baik. Begitu halnya dengan Kabinet Natsir, tentu dalam

kurun masa kekuasaannya memiliki pencapaian prestasi dan keberhasilan

yang berhasil didapatkan. Di bawah ini adalah beberapa pencapaian Kabinet

Natsir dalam masa kekuasaannya.

Keberhasilan yang dicapai Kabinet Natsir yang menonjol diantaranya adalah di

bidang ekonomi yang di situ ada Sumitro Plan yang berhasil mengubah

ekonomi yang pada awalnya adalah ekonomi kolonial menjadi ekonomi

nasional. Selain itu, Indonesia juga berhasil masuk PBB dan terjadi

perundingan antara Belanda dan Indonesia mengenai masalah Irian Barat

untuk pertama kalinya. Meski memiliki beberaa keberhasilan, namun program

kerja Kabinet Natsir bukan tanpa kendala atau masalah. Ada beberapa kendala
dan masalah yang harus dihadapi oleh Kabinet Natsir untuk menjalankan dan

mensukseskan program kerjanya.

Pada program di bidang ekonomi, dalam penerapan Sumitro Plan, tidak bisa

berjalan dengan maksimal. Hal ini karena para pengusaha yang diberikan

bantuan banyak diselewengkan sehingga banyak yang tidak mencapai

sasaran. Kemudian upaya perjuangan dan diplomasi mengenai masalah Irian

Barat mengalami kebuntuan alias mengalami kegagalan. Selain itu, Kabinet

Natsir nampaknya belum bisa terlepas dari masalah keamanan yang berupa

masih adanya pemberontakan yang hampir menyerang seluruh wilayah

Indonesia. Banyak gerakan kedaerahan yang berusaha melakukan

pemberontakan kepada pemerintah, seperti misalnya Gerakan DI/TII, Gerakan

Andi Azis, Gerakan APRA, Gerakan RMS. Selain itu, seringnya mengeluarkan

Undang Undang darurat juga menjadi kendala Kabinet Natsir yang kemudian

sering mendapatkan kritik dari oposisi.

Keruntuhan kabinet Natsir

Pada akhirnya, kekuasaan Kabinet Natsir ini pun juga mengalami kemunduran

yang pada akhirnya membawa kepada keruntuhan kekuasaan. Ada beberapa

penyebab yang membuat Kabinet Natsir runtuh dan kehilangan kekuasaan.

Penyebab utama dari keruntuhan kabinet Natsir ini adalah kegagalan dalam

kabinet tersebut dalam menyelesaikan masalah Irian Barat. Kemudian

ditambah lagi adanya mosi tidak percaya dari PNI terkait dengan pencabutan

Peraturan Pemerintah mengenai DPRD dan DPRDS. Peraturan pemerintah

tersebut dianggap PNI terlalu menguntungkan Masyumi, dan mosi dari PNI ini
pun diterima oleh parlemen sehingga Natsir harus mengembalikan mandatnya

kepada Presiden.

Selain mosi tidak percaya dari PNI yang disetujui parlemen, ada mosi tidak

percaya dari parlemen terkait kegagalan Kabinet Natsir dalam perundingan

antara Indonesia dengan Belanda terkait Irian Barat. Tekanan yang bertubi-tubi

ini kemudian sampai pada puncaknya yaitu kejatuhan Kabinet Natsir pada

tanggal 21 Maret 1951 dan kemudian Natsir pun mengembalikan mandatnya

kepada Presiden Soekarno.

2. Kabinet wilopo
Kabinet Wilopo

Setelah digelar Pemilu dan kemudian masing-masing partai yang mendapatkan suara

dan mendapatkan kursi di parlemen, namun keadaan ini belum cukup menjadikan

Indonesia stabil. Pertikaian masih sering terjadi, mulai dari para elit yang berebut

kekuasaan sampai pada pemberontakan yang terjadi di beberapa pelosok daerah.

Bahkan, meski sudah dibentuk Kabinet, namun tetap saja kabinet belum bisa

menjalankan program kerjanya dengan maksimal karena ada nya masalah atau

konflik baik dari luar maupun dari dalam kabinet sendiri. Kebinet pun sering berganti-

ganti, ada Kabinet Natsir, ada Kabinet Ali Sosroamidjojo I dan ada juga Kabinet

Djuanda. Selain itu, ada juga Kabinet Wilopo yang masa kerjanya adalah mulai dari

1955 sampai 1959.

1. Pembentukan Kabinet Wilopo

Pada awal pembentukan Kabinet Wilopo ini, pada awalanya adalah Presiden

Soekarno menunjuk dua orang untuk menjadi formatur dalam membentuk Kabinet.

Kedua orang tersebut adalah Sidik Joyosukarto dari Partai PNI dan Prawoto

Mangkusasmito dari Partai Masyumi. Soekarno meminta kepada kedua orang

tersebut untuk membentuk dan menyususn sebuah kabinet yang kuat dan

mendapatkan dukungan yang cukup dari parlemen. Namun sayang, usaha ini

menemui jalan buntu karena tidak ditemukan kesepakatan siapa saja yang akan

didudukkan dalam kabinet pengganti Kabinet Sukiman ini. Kabinet Sukiman sendiri

dianggap sebagai kabinet yang gagal dalam menjalankan amanatnya.


terjadi banyak sekali masalah seperti krisis moral yang bisa dilihat dari maraknya

kosupsi yang terajadi di setiap lembaga pemerintahan. Selain korupsi, gaya hidup

yang hedonis juga menjadi masalah yang menyebabkan Kabinet Sukiman ini gagal.

Ditambah lagi masalah Irian Barat yang tak kunjung selesai semenjak dari Kabinet

Natsir semakin memperburuk kondisi Kabinet Sukiman. Belum lagi hubungan buruk

antara Sukiman dengan militer. Hal ini tercermin dari kurang tegasnya Pemerintah

dalam menindak dan menghadapi pemberontakan yang terjadi di Jawa Tengah,

Sulawesi Selatan dan juga Jawa Barat.

Dan yang kemudian membuat Kabinet Sukiman jatuh adalah karena

penandatanganan bantuan ekonomi dari Amerika Serikat kepada Indonesia yang

didasarkan atas Mutual Security Act ( MSA ). Kesepakatan ini kemudian menimbulkan

tafsir bahwa Indoenseia telah masuk pada Blok Barat yang tentunya hal ini

bertentangan dengan prinsipdasar politik Indonesia yang bebas aktif. Bebas aktif

artinya bebas dari blok Barat maupun Blok Timur, tapi meski tidak masuk blok

manapun, Indonesia tetap aktif di dunia internasional dengan menyalurkan

aspirasinya. Tindakan kesepakatan yang diambil Sukiman ini kemudian membuat

Masyumi dan PNI menarik dukungannya kepada kabinet tersebut. Kemudian terpaksa

Sukiman harus mengembalikan mandatnya kepada Presiden dan sama dengan

Kabinet Sukiman berakhir.

Akhirnya, karena kedua formatur menemui jalan buntu dalam membentuk kabinet,

maka pada tanggal 19 Maret, kedua formatur mengembalikan mandat kepada

Presiden Soekarno yang kemudian menunjuk Mr. Wilopo dari PNI sebagai formatur
baru. Dan tidak lama kemudian pada tanggal 30 Maret, Mr. Wilopo mengajukan

susunan daftar kabinetnya yang baru yang tersusun atas PNI dan Masyumi masing-

masing mendapat jatah 4 orang, PSI 2 orang, PKRI (Partai Katholik Republik

Indonesia), Parkindo (Partai Kristen Indonesia), Parindra (Partai Indonesia Raya).

Kemudian disusul dengan Partai Buruh dan PSII masing-masing 1orang dan golongan

orang tak berpartai 3 orang. Dalam menyusun kabinetnya kala itu, Wilopo membentuk

tim kabinetnya dengan mengusahakan adanya satu tim yang dianggap sebagai Zaken

Kabinet atau kabinet yang ahli pada bidangnya yang bukan tunjukan atau

representative dari Partai Politiknya. Dalam iklim politik saat itu, partai-partai kecil

tetap diperhitungkan kehadirannya untuk bisa mencapai mayoritas di dalam parlemen.

2. Program Kerja Kabinet Wilopo

Dalam menjalankan pemerintahan, tentunya setiap Kabinet memiliki program kerja

masing-masing yang berbeda. Program kerjaKabinet Ali Sastroamijoyo I misalnya,

tentu tidak sama dengan program kerja Kabinet Djuanda. Hal ini bisa terjadi karena

situasi dan kondisi yang dihadapi dalam setiap kabinet berbeda-beda, sehingga

masalah juga berbeda dan tentunya prioritas utama yang dikerjakan juga berbeda.

Nah, sama halnya dengan Kabinet Wilopo, kabinet ini juga mempunyai prioritas utama

yang akan dikerjakan dalam masa tugasnya. Ada beberapa hal pokok yang menjadi

program kerja dari Kabinet Wilopo, seperti persiapan penyelenggaraan Pemilu,

kemakmuran, pendidikan rakyat, dan masih banyak lagi yang lainnya, selengkapnya

seperti di bawah ini.


a. Organisasi Negara

- Melaksanakan pemilu untuk konstituante dan dewan dewan daerah

- Menyelesaikan penyelenggaraan dan mengisi otonomi daerah

- Menyederhanakan organisasi pemerintah pusat

b. Kemakmuran

- Memajukan tingkat penghidupan rakyat dengan mempertinggi produksi nasional,

terutama bahan makanan rakyat

- Menyelesaikan penyelenggaraan dan mengisi otonomi daerah

- Usaha memperbaiki bidang pendidikan

c. Keamanan

- Menjalankan segala sesuatu untuk mengatasi masalah keamanan dengan

kebijaksanaan sebagai Negara hukum dan menyempurnakan organisasi alat-alat

kekuasaan Negara

- Memperkembangkan tenaga masyarakat untuk menjamin keamanan dan

ketentraman

d. Perburuhan
Melengkapi perundang-undangan perburuhan untuk meninggikan derajat kaum buruh

guna menjamin proses nasional

e. Pendidikan dan Pengajaran

Mempercepat usaha-usaha perbaikan untuk pembaharuan pendidikan dan

pengajaran

f. Luar Negeri

- Mengisi politik luar negeri yang bebas dengan aktivitas yang sesuai dengan

kewajiban kita dalam kekeluargaan bangsa-bangsa dan dengan kepentingan nasional

menuju perdamian dunia

- Menyelesaikan penyelenggaraan hubungan Indonesia dengan Nederland ( Belanda)

- meneruskan perjuangan menggabungkan Irian Barat dalam wilayah kekuasaan

Indonesia secepatnya

Kejatuhan kabinet wilopo

Dalam menjalankan tugas dan program kerjanya, kabinet Wilopo mengalami banyak

kendala dan kesulitan yang tak kunjung bisa diselesaikan. Terutama kesulitan yang

terkait dengan penyelesaian masalah-masalah gerakan kedaerahan dan benih-benih

perpecahan yang kemudian mengganggu kestabilan politik dan ekonomi Indonesia.

Puncak dari berbagai masalah yang kemudian mengantar kepada kejatuhan Kabinet

Wilopo adalah ketika Kabinet Wilopo berusaha menyelesaikan sengketa tanah


perusahaan asing yang berada di Sumatera Utara. Kebijakan yang diambil Kabinet

Wilopo saat itu ternyata mendapatkan tentangan dari wakil-wakil partai oposisi.

Tentangan dari wakil partai oposisi di DPR itulah yang kemudian mengantar kabinet

Wilopo jatuh pada tanggal 2 Juni 1953 dalam usia yang masih sangat muda yaitu 14

bulan.

Ali Sosro Amijojo

Krisis pemerintahan yang terjadi di Indonesia menyebabkan ketidakstabilan

pemerintahan. Indonesia mengalami jatuh bangun dalam kabinet. Pada tanggal 3 Juni

1953, Perdana Menteri Wilopo mengembalikan mandatnya kepada Presiden sebagai

akibat dari Peristiwa Tanjung Morawa. Dengan demikian kabinet dinyatakan

demisioner. Kabinet Ali Sastroamijdojo merupakan kabinet pengganti dari Kabinet

Wilopo. Kabinet Ali mengisi krisis pemerintahan di Indonesia pasca kekosongan

selama 58 hari (sepeninggalan Kabinet Wilopo).

Untuk mengisi jabatan Perdana Menteri ditunjuk Ali Sastroamidjojo yang saat

itu menjabat Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat. Ali Sastroamidjojo sempat

ragu, karena selama ini belum pernah diajak bicara oleh partainya mengenai

pembentukkan kabinet. Tetapi setelah didesak oleh Ketua Umum PNI Sidik

Joyosukarto, akhirnya Ali Sastroamidjojo mau menduduki jabatan perdana menteri.

Akhirnya pada tanggal 30 Juli 1953, Presiden mengumumkan pembentukan Kabinet

Ali Sastroamidjojo yang kemudian disahkan dengan Keputusan Presiden RI No. 132

Tahun 1953 tertanggal 30 Juli 1953. Pelantikan Ali Sastroamidjojo sebagai Perdana

Menteri dilangsungkan di Istana Negara pada tanggal 12 Agustus 1953.

Dalam Kabinet Ali, Masyumi merupakan partai terbesar kedua dalam parlemen

tidak turut serta, dalam hal ini NU (Nahdatul Ulama) kemudian mengambil alih sebagai

kekuatan politik baru. Selain itu terdapat tokoh yang bersimpati kepada PKI
dimasukkan dalam kabinet ini dan Muh Yamin yang dianggap sayap kiri dijadikan

sebagai Menteri Pendidikan. Politik kebijakan yang diterapkan tersebut terlihat lebih

mengutamakan mengenai pertahanan kekuasaan serta membagi hasil hasilnya atas

penguasaan.

C. Program Kerja Kabinet Ali

Dalam menjalankan roda pemerintahan, berikut adalah program kerja dari

Kabinet Ali Sastroamidjojo I :

1. Menjaga Keamanan

Menjaga keamanan merupakan bagian dari program kerja Kabinet Ali I. Hal ini

karena Kabinet Ali berani mengambil alih pemerintahan setelah kabinet sebelumnya

runtuh. Adanya tanggungjawab kabinet ini yang kemudian akan dilaporkan terhadap

DPR tentunya akan memuat suatu solusi untuk meredam ketidakstabilan Negara saat

itu. Pada masa kabinet sebelumnya telah terjadi berbagai goncangan keamanan.

Misalnya saja perpecahan yang terjadi di Jawa Tengah dan Jawa Timur, perselisihan

yang terjadi dikalangan militer, Bahkan pembunuhan yang dilakukan kepolisian

terhadap lima petani di dekat Medan. Saat itu Kabinet Ali mengerahkan pasukan

untuk meredam pemberontakan dari kota kota yang penting. Adapun keadaan ini

membuat stabilitas yang dijalankan pemerintahan terganggu, selain itu juga terdapat

berbagai pemberontakan di daerah-daerah. Sehingga kabinet Ali mempunyai tugas

untuk menjaga keamanan di Indonesia.

2. Menciptakan Kemakmuran dan Kesejahteraan Rakyat.

Adanya Perang Korea antara Februari 1952-Maret 1952 memberikan dampak

turunnya perekonomian Indonesia. Adanya upaya untuk memperbaiki neraca

perdagangan pada kabinet sebelum Kabinet Ali tidak berhasil. Apalagi solusi ekonomi
yang dilakukan pemerintahan sebelumnya justru berdampak memperkeruh

ketidakstabilan politik dan keamanan. Pada tahun 1952-1953 terjadi inflasi di

Indonesia. Sehingga nilai tukar rupiah turun menjadi 44,7 % dari nilai resmi menjadi

24,6 %. Hal ini akhirnya menyebabkan eksportir diluar Pulau Jawa yang terdiri atas

orang-orang Masyumi terkena imbas dan mengalami dampak buruk pada kegiatan

ekonominya (kerugian). Dari adanya situasi ini menyebabkan penyelundupan

semakin meningkat. Keadaan ini semakin menambah kemiskinan bangsa Indonesia.

Rakyat hidup dalam kelaparan dan jauh dari kesejahteraan. Maka Kabinet Ali

berupaya untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan. Upaya yang dilakukan

dengan menekan terhadap perekonomian dan memberi dorongan kepada pengusaha

pribumi.

3. Menyelenggarakan Pemilu.

Sebagai kabinet yang memimpin pemerintahan, maka Kabinet Ali

menyanggupi inti dari pemerintahan Indonesia yang bersifat parlementer. Oleh karena

itu, Kabinet Ali menyanggupi penyelenggaraan Pemilu. Pada tanggal 31 Mei 1954

Kabinet Ali membentuk Panitia Pemilu Pusat yang diketuai oleh Hadikusumo (PNI).

Selanjutnya Pada 16 April 1955 Hadikusumo mengumumkan bahwa pemilu akan

diadakan pada tanggal 29 September 1955. Hal ini yang membuat berbagai

kampanye yang diadakan menjadi meningkat. Sedangkan pemilu merupakan

program kerja yang utama dalam kabinet ini.

4. Pembebasan Irian Barat secepatnya.

Kemerdekaan Indonesia, menuntut kabinet ini untuk tidak menyetujui adanya

RIS. Hal ini karena pemerintahan yang ada saat itu ingin berdaulat dalam menjalankan

kehidupan bernegara. Oleh karena itu, pada tanggal Agustus 1954 Kabinet Ali

memuat usul mengenai penghapusan Uni Belanda- Indonesia dan beberapa


penyesuaian atas hasil KMB, namun hal ini tidak mencapai kemajuan. Adanya

masalah pembebasan Irian yang tidak memuat hasil membuat Kabinet Ali saat itu

mengajukan masalah ini ke PBB, dan dalam bulan yang sama pengaduan tersebut

tidak diterima.

5. Melaksanaan politik bebas-aktif

Adanya bipolarisasi dan politik konstelasi dunia membuat Indonesia tidak ingin

terlibat didalamnya. Apalagi Indonesia sendiri merupakan Negara yang baru merdeka,

bahkan dalam menata negaranya, Indonesia masih belum tentu arah. Apalagi

kemerdekaan Indonesia masih belum diakui oleh Belanda. Adanya ancaman

kedatangan Belanda maupun Jepang bisa kapan saja menghampiri Indonesia. Maka

dari itu pada masa Kabinet Ali ini menetapkan Indonesia untuk menjalankan Politik

Bebas-Aktif. Adapun bebas disini terwujud dengan sifat tidak memihak Indonesia

terhadap pertikaian dunia. Misalnya pada ketegangan antara Amerika dan RRC saat

itu. Sedangkan aktif disini ditujukan pada perjuangan untuk membebaskan Irian dari

Belanda. Indonesia ingin berperan aktif dalam menyuarakan anspirasinya pada dunia.

Hal ini yang kemudian akan diwujudkan dengan pelaksanaan KAA 1955 yang

mengikutsertakan Indonesia dalam menggalang perdamaian Asia-Afro. Program ini

sangat didukung Soekarno.

6. Menyelesaikan Pertikaian politik

Pada tahun 1950-1959, keadaan politik di Indonesia sangat tidak

stabil. Perpecahan terjadi dikalangan elite politik. Tahta, jabatan, dan kekuasaan

membuat Indonesia semakin terpuruk dalam kehidupan bernegara. Salah satu

perpecahan yang ada terlihat dengan keluarnya NU dari Masyumi, dan NU nantinya

membentuk partai sendiri. Adapun hal ini dikarenakan adanya kesenjangan dalam

perebutan jabatan Menteri Agama. Selain itu ketidakharmonisan juga terlihat dalam
hubungan PNI dan PSI. adanya aksi tuding menuding semakin gencar diarahkan satu

sama lain. Tidak hanya pada dunia politii, tapi juga dikalangan militer dan sebagainya

terjadi kesenjagan yang tidak layak. Dan pada bulan Januari Hamengkubuwana IX

mengundurkan diri dari Jabatan Menteri Pertahanan. Hal ini adalah wujud dari adanya

pertikaian politik. Pada masa Kabinet Ali, masalah demikian merupakan bagian dari

kegiatan kerja kabinet.

D. Masalah yang Dihadapi Pada Kabinet Ali Sastroamidjojo

Dalam menjalankan pemerintahannya, Kabinet Ali menghadapi beberapa masalah

seperti :

1. Keamanan dibeberapa daerah tidak stabil, diantaranya :

a. DI/TII Kartosuwirjo di Jawa Barat

Di Jawa Barat kegiatan Darul Islam semakin memuncak, bahkan aktivitas yang

dilakukan meningkat. Selain itu Darul Islam/Tentara Islam Indonesia di (DI/TII) ini

disebut berasal dari Jawa Barat dan kemudian menyebar ke daerah lain. Adapun

pemimpinnya adalah Kartosuwirjo.

b. Daud Beureh di Aceh

Kaum muslim di Aceh mulai merasakan politik Jakarta hidup dalam keadaan,

tidak beriman, dan tidak cakap. Pada tahun 1949 Aceh menjadi Propinsi Republik

yang otonom. Selanjutnya pada tahun 1950 Aceh digabungkan dengan Propinsi

Sumatera Utara. Daud Beureueh, sebagai orang kuat Aceh dan benteng Republik

Revolusi menolak untuk menerima pekerjaan di Jakarta dan lebih memilih untuk

bermukim di Aceh dan memperhatikan perkembangan-perkembangannya. Adapun

hal ini karena adanya isi kabinet terdiri atas tokoh-tokoh Masyumi. Pada masa Kabinet

Ali. Bahkan Darul Islam berhasil memperluas wilayahnya dengan meliputi Aceh, Jawa
Barat , dan Sulawesi. Pada Mei 1953, terdapat bukti bahwa ia menjalin hubungan

dengan Kartosuwirjo dari Darul Islam. Daud merasa keberadaan Kabinet Ali

bermaksud menangkapi orang-orang Aceh yang terkemuka. Sampai tahun 1959

Daud mundur keatas bukit. Kemudian pada tanggal 19 September 1953 Daud dan

PUSA terangan-terangan melakukan pemberontakan terhadap Jakarta. Ini mendapat

dukungan orang-orang Aceh yang menjadi pegawai dan tentara. Saat itu Daud

menyatakan bahwa Aceh merupakan bagian dari Darul Islam bukan Pemerintah

Pancasila. Ketika Kabinet Ali gerakan ini dianggap sebagai hambatan yang

berpengaruh terhadap ketidakstabilan Negara. Apalagi Hal ini merupakan tantangan

bagi pemerintahan Kabinet Ali dan menjadi penguras utama dana.

c. DI/TII Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan

Pada Januari 1952 Kahar Muzakar menyatakan Sulawesi Selatan merupakan

wilayah dari kepemimpinan Kartosuwirjo. Namun pada akhirnya Kahar Muzakar ini

berhasil ditembak oleh Tentara dari Divisi Siliwangi.

d. DI/TII di Jawa Tengah

Pemberontakan ini dipimpin oleh Amir Fatah dan Mahfud Abdur Rahman. Pada

tahun 1954 pemberontakan ini berhasil ditundukan oleh TNI.

e. Persoalan dalam negeri dan luar negeri misalnya persiapan pemilihan umum yang

saat itu direncanakan pada pertengahan Mei 1955 mengalami kegagalan.

f. Konflik dengan TNI-AD dalam persoalan pengangkatan seorang kepala staf.

Ketegangan yang terjadi dilingkungan TNI-AD sejak peristiwa 17 Oktober 1952

(Pada waktu itu Nasution mendapat skors atau dinonaktifkan selama tiga tahun)

kemudian berlanjut. (Ricklefs: 1998, 369). Adapun peristiwa disebabkan Kepala Staf

TNI-AD Bambang Sugeng mengajukan permohonan. Dalam hal ini keinginan

tersebut disetujui oleh kabinet. Tindak lanjut dari hal tersebut ialah pengangkatan
Kolonel Bambang Utoyo oleh Mentri Pertahanan. menurut Panglima TNI-AD hal

tersebut sangat tidak menghormati norma-norma yang ada di dalam lingkungan TNI-

AD. Kabinet yang ada saat itu dipersalahkan, bahkan dalam Upacara Pelantikan dan

Serah Terima Panglima tinggi TNI-AD tidak ada yang hadir.

Selain dari masalah diatas, hambatan pada kabinet ini juga meliputi masalah

ekonomi. Pada program kerjanya Kabinet Ali menekankan pengindonesiasian

terhadap perekonomian dan memberi dorongan kepada pengusaha pribumi. Namun

pada kenyataannya tidak demikian, karena banyak perusahaan-perusahaan baru

yang berkedok palsu bagi persetujuan antara pendukung pemerintah dan orang-orang

Cina/Perusahaan Ali Baba. Maka dari itu Kabinet ini dikenal juga dengan Kabinet Ali

Baba. Ali Baba artinya seorang pengusaha pribumi yang mewakili pengusaha Cina

yang memiliki perusahaan. Dalam praktiknya duta besar Cina akan menekan orang-

orang Cina untuk bekerja sama dengan pribumi, tapi keadaannya tidak demikian.

Sedangkan pada saat itu Indonesia sedang mengalami krisis ekonomi, pergolakan

ditanah air yang menguras dana semakin membuat kemiskinan. Apalagi pada 1955

PSI melakukan pemogokan dan untuknya diredam oleh SOBSI.

E. Prestasi Yang Dicapai oleh Kabinet Ali Sastroamidjojo I

Kabinet Ali Sastroamidjojo ini tidak mampu mencapai semua program kerjanya.

Walaupun digolongkan sebagai kabinet yang bertahan lama, tapi tidak semua hasil

diperoleh secara maksimal. Akan tetapi, kabinet ini telah berhasil memberi

sumbangan bagi Indonesia, maupun benua Asia-Afrika. Adanya peristiwa diplomari

pada 18 April-24 April 1955 itu disaksikan oleh Gedung Merdeka, Bandung. Saat itu

Indonesia dengan tujuan mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia-

Afrika. Merangkul saudara Asia-Afrika untuk melawan kolonialisme atau


neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, atau negara imperialis lainnya. Pada

April-Mei-1954 terdapat pertemuan antara Perdana Menteri India, Pakistan, Sri Lanka,

Birma, dan Indonesia (diselenggarakan di Colombo). Sebenarnya situai politik yang

tidak stabil di Indonesia dialihkan Ali pada suatu peristiwa yang bisa dikatakan mampu

mengangkat nama Indonesia. Disana Ali mengusulkan KAA, hal ini didukung Negara

lain. Adapun KAA telah menunjukan kemenangan bagi pemerintahan Ali, ketika itu

terdapat 29 negara yang hadir (Negara-negara besar Afrika, Asia hanya kedua Korea,

Israel, Afrika Selatan, dan Mongolia luar yang tidak diundang).

Adapun Pemimpin Asia yang hadir, yaitu : Zhou Enlai (Cou En-Lai),

Nehru, Sihanouk, Pham Va Dong, Unu, Mohammad Ali, Nasser, dan Sukarno.

Dengan adanya KAA membuat terjalinnya hubungan antara Amerika dan RRC.

Pada saat itu RRC melupakan permusuhan dengan Negara-negara Asia yang

nonkomunis, netral. Pada tahun 1953 Republik Indonesia mengirim 2 duta besarnya

ke Cina. Dimana pada Desember Ali menandatangani persetujuan perdagangan

antara Cina dan Indonesia yang pertama. Pada tahun 1955 terdapat persetujuan

ganda yang mengharuskan orang-orang Cina Indonesia untuk memilih

kewarganegaran Cina atau Indonesia. (hal ini dianggap orang-orang Cina menyulitkan

karena sebelumnya tidak pernah dipermasalahkan).

Ali Sastroamidjojo sangat puas karena dipandang sebagai pemimpin Asia-

Afrika. Pelaksanaan konferensi ini merupakan wujud perjuangan RI untuk

mempromosikan hak Indonesia dalam pertentangan dengan Belanda mengenai Irian

Barat. Adapun hasil dari konfrensi ini mendukung tuntutan Indonesia atas Irian Jaya.

Dari sini kemungkinan bagi Indonesia untuk memainkan peranan penting dunia, hal

ini dijadikan Soekarno sebagai tanggung jawabnya pribadi. Ketika itu Ali mengatakan

dan meluluskan Dasasila atau Sepuluh Prinsip Bandung, sebagai upaya untuk
mengubah dominasi dua negara adikuasa terhadap hubungan internasional pasca

Perang Dunia II. Serta menilai kembali arti penting Konferensi Bandung serta

membahas perubahan baru dalam hubungan internasional dan tantangan baru yang

dihadapi dunia mempunyai arti penting.

Pencapaian kabinet Ali sastroamijoyo I

Meski Kabinet Ali Sastroamijoyo I berada pada kondisi yang serba sulit, namun ada

beberapa prestasi atau pencapaian yang bisa dibanggakan. Meski mungkin tidak

semua program kerja yang suda disusun tidak bisa tercapai secara keseluruhan,

namun tetap saja ada beberapa prestasi yang berhasil diraiah. Kabinet Ali

Sastroamijoyo I ini termasuk kabinet yang bertahan lama dalam menjalankan

pemerintahan. Kabinet Ali Sastroamijoyo I dinilai telah memberikan sumbangsih

kepada negara dan bahkan kepada bangsa Asia-Afrika. Hal ini didasarkan pada

peristiwa yang terjadi di Bandung pada 18 April-24 April 1955. Saat itu Indonesia

berhasil merangkul saudara-saudara Afrika dan Asia untuk melawan kolonialisme dan

neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet atau negara imperialis yang lain.

Kemudian peristiwa pada April-Mei-1954 yang merupakan pertemuan antara Perdana

Menteri India, Pakistan, Sri Lanka, Birma, dan Indonesia (diselenggarakan di

Colombo). Hal ini menunjukkan bahwa Ali berhasil mengalihkan situasi politik di

Indonesia yang tidak stabil kala itu dan bahkan mampu mengangkat nama Indonesia

di dunia internasional. Di situ, Ali mengusulkan KAA yang kemudian disetujui oleh

negara lainnya. Adanya KAA ini menunjukkan bahwa pemerintahan Ali telah

mendapatkan kemenangan. Ketika itu, ada sekitar 29 negara yang hadir.


Kemunduran Kabinet Ali Sastroamijoyo I

Sama seperti nasib dari kabinet-kabinet sebelumnya, pada akhirnya Kabinet Ali

Satroamijoyo I pun kemudian berakhir dengan mengundurkan diri. Alasan

pengunduran ini adalah karena banyak sekali masalah yang tidak bisa diatasi dengan

baik. Memang pada saat itu banyak sekali terutama masalah seperti pemberontakan

yang terjadi di daerah-daerah. Selain itu, masalah korupsi yang semakin meningkat

dan kemunduran ekonomi sehingga menurunkan tingkat kepercayaan dari

masyarakat juga semakin memperkeruh keadaan. Berbagai masalah lainnya juga

menjadi alasan utama, seperti masalah Irian Barat, Pemilu bahkan juga skandal

korupsi di tubuh PNI sendiri juga menjadi alasan utama.

NU, tidak puas terhadap kinerja kabinet di segala lini, baik secara personel, di bidang

ekonomi dan keamanan yang didalamnya terdapat konflik antara NU dan PNI.

Sehingga pada puncaknya pada tanggal 20 Juli NU mengutus para menteri yang ada

di dalam kabinet untuk mengundurkan diri dan keluar dari Kabinet. Tindakan NU ini

kemudian diikuti oleh parta-partai lainnya. Keadaan lemahnya Kabinet Ali

Sastroamijoyo I ini kemudian mendorong Masyumi untuk menggulirkan mosi tidak

percaya pada bulan Desember mengenai ketidakpercayaan pada kebijakan

Pemerintah. Melihat keadaan kabinet yang tak kondusif ini, PKI kemudian meredam

kecaman-kecaman terhadap korupsi dan masalah ekonomi sebagai imbalan atas

perlindungan PNI. Ali Sastroamijoyo sendiri kemudian mengembalikan mandatnya

pada tanggal 18 Juni. Kemudian karena dukungan dari DPR tidak mencukupi, empat
hari kemudian Ali pun mengunfurkan diri dan Kabinet Ali Sastroamijoyo I ini

mengembalikan mandatnya pada tanggal 24 Juli 1955.

Program kerja kabinet sukiman

1. Menjalankan berbagai tindakan tegas sebagai negara hukum untuk menjamin


keamanan dan ketenteraman serta menyempurnakan organisai alat-alat
kekuasaan negara.
2. Membuat dan melaksanakan rencana kemakmuran nasional dalam
jangkapendek untuk mempertinggi kehidupan sosial ekonomi rakyat dan
mempercepat usaha penempatan bekas pejuang dalam pembangunan.
3. Menyelesaikan persiapan pemilu untuk membentuk Dewan Konstituante dan
menyelenggarakan pemilu dalam waktu singkat serta mempercepat
terlaksananya otonomi daerah.
4. Meyiapkan undang-undang (UU) pengakuan serikat buruh, perjanjian kerja
sama, penetapan upah minimum, dan penyelesaian pertikaian buruh.
5. Menjalankan politik luar negeri bebas aktif.
6. Memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah Republik Indonesia secepatnya.
Penyebab Jatuhnya kabinet Sukiman

Seperti yang sudah saya jelaskan tadi, kabinet ini hanya berlangsung seumur jagung,
kurang dari satu tahun kabinet ini sudah jatuh. Penyebabnya karena
masalahpertukaran nota antara Menteri Luar Negeri Achmad
Soebardjo dan Duta Besar Amerika Merle Cochran. Isi nota tersebut adalah
bantuan ekonomi dan militer yang diberikan oleh Amerika Serikat kepada Indonesia
berdasarkan Mutual Security Act(MSA) atau lebih dikenal dengan nama undang-
undang kerja sama keamanan.

Hal tersebut dinilai menciderai konsep politik luar negeri bebas aktif yang selama ini
dianut oleh Indonesia. Kabinet Sukiman dituduh telah menjadikan Indonesia masuk
ke dalam Blok Barat. Hal itulah yang membuat DPR menggugat kebijakan kabinet
tersebut dan akhirnya kabinet tersebut jatuh.
Ali sastroamijoyo 2

Anda mungkin juga menyukai