Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KABINET KABINET DI INDONESIA PADA MASA DEMOKRASI LIBERAL


TAHUN 1950-1959

DISUSUN OLEH :
NAMA : DERA MADANI
KELAS : XII MIA

SMA NEGERI 1 BANDAR MATARAM


LAMPUNG TENGAH
TAHUN PELAJARAN 2020/2021
PERSEMBAHAN

Makalah ini saya persembahkan kepada :


1. Kepada orangtuaku yang selalu mendoakan, membimbing dan support dalam meraih
semua impian saya.
2. Kepada ibu RETI WIDIA ANGGRAINI, S.pd. selaku guru mata pelajaran sejarah
Indonesia
3. Kepada teman-temanku kelas XII IPA SMA N 1 Bandar Mataram.

ii
MOTTO

Keistimewaan dalam kehidupan adalah menjadi diri sendiri


(Joseph Campbell)

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Kabinet- kabinet di Indonesia pada
masa Demokrasi Liberal. "
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam
menyusun makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun karya tulis ini masih
banyak kesalahan dan jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
dari semua pihak demi terciptanya kesempurnaan. Penulis berharap semoga karya tulis ini
berguna dan bermanfaat bagi para pembaca.

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................... i
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................................... ii
HALAMAN MOTTO .................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR.................................................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah .............................................................................................. 1
Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
Tujuan dam Manfaat Penulisan ................................................................................... 1

BAB II ISI
A. Kabinet Natsir......................................................................................................... 2
B. Kabinet Sukiman.................................................................................................... 3
C. Kabinet Wilopo....................................................................................................... 4
D. Kabinet Ali Sastroamidjojo I (19............................................................................ 5
E. Burhanuddin Harahap (Masyumi 1955-1956......................................................... 6
F. Kabinet Ali Sastroamidjojo II (1956-1957............................................................. 7
G. Kabinet Djuanda (Zaken Kabinet 1957-1959) ...................................................... 8

BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 10


A. Kesimpulan ........................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 11

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada masa demokrasi liberal tahun 1950-1959, perkembangan ekonomi
menunjukkan produktivitas yang sangat rendah karena adanya kerusakan parah yang
terjadi masa pendudukan Jepang dan masa Revolusi Nasional. Adanya proses rehabilitas
pertama pada bidang perkebunan menunjukkan ada peningkatan pada produksi. Pada
masa ini terjadi banyak pergantian kabinet diakibatkan situasi politik yang tidak stabil.
Tercatat ada 7 kabinet pada masa ini. Kabinet jatuh bangun karena munculnya mosi tidak
percaya dari partai lawan. Di samping itu, terjadi perdebatan dalam Konstituante yang
sering menimbulkan konflik berkepanjangan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, makalah tentang sejarah perekonomian
Indonesia pada masa Demokrasi Liberal tahun 1950-1969, ini akan membahas persoalan-
persoalan sebagai berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan perekonomian Indonesia pada masa Demokrasi Liberal 1956-
1960?

C. Tujuan penulisan
Sesuai rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini adalah :
1. Mendeskripsikan dan menganalisis pelaksanaan perekonomian Indonesia pada masa
Demokrasi Liberal.

1
BAB II
ISI

A. Kabinet Natsir (Masyumi) (6 September 1950 - 21 Maret 1951)


Program kerja kabinet Natsir:
1. Mempersiapkan dan menyelenggarakan pemilihan umum untuk memilih Dewan
Konstituante
2. Menyempurnakan susunan pemerintahan dan membentuk kelengkapan negara
3. Menggiatkan usaha mencapai keamanan dan ketenteraman
4. Meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan mengembangkan dan memperkuat
ekonomi rakyat
5. Memperjuangkan penyelesaian soal Irian Barat
Hasil:
1. perundingan antara Indonesia-Belanda untuk pertama kalinya mengenai masalah Irian
Barat
Kendala atau masalah yang dihadapi:
1. Upaya memperjuangkan masalah Irian Barat dengan Belanda mengalami jalan buntu
(kegagalan)
2. Timbul masalah keamanan dalam negeri yaitu terjadi pemberontakan hampir di
seluruh wilayah Indonesia, seperti Gerakan DI/TII, Gerakan Andi Azis, Gerakan
APRA, Gerakan RM
Berakhirnya kekuasaan kabinet:
Belum sampai program tersebut terlaksana, kabinet ini sudah jatuh pada 21 Maret 1951
dalam usia 6.5 bulan. Jatuhnya kabinet ini karena adanya mosi tidak percaya dari PNI
menyangkut pencabutan Peraturan Pemerintah mengenai DPRD dan DPRDS. PNI
menganggap peraturan pemerintah No. 39 tahun 1950 mengenai DPRD terlalu
menguntungkan Masyumi. Mosi tersebut disetujui parlemen sehingga Natsir harus
mengembalikan mandatnya kepada Presiden.

Susunan Kabinet Natsir:


1. Perdana Menteri : Mohammad Natsir (Partai Masyumi)
2. Wakil Perdana Menteri : Hamengkubuwono IX (Non Partai)
3. Menteri Luar negeri : Mohammad Roem (Partai masyumi)

2
4. Menteri Dalam Negeri : Assaat (Non Partai)
5. Menteri Kehakiman : Wongsonegoro (Partai PIR)
6. Menteri Keamanan Rakyat : Abdul Halim (Non Partai)
7. Menteri Keuangan : Syafruddin Prawiranegara (Partai Masyumi)

Dalam program Kabinet Natsir, kemudian diterapkan Program Benteng yang didasari
oleh gagasan pentingnya mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional.
Program Benteng resmi berjalan selama tiga tahun (1950-1953) dengan tiga kabinet
berbeda (Natsir, Sukiman, dan Wilopo).

B. Kabinet Sukiman-Suwirjo (Masyumi) (26 April 1951 - 3 April 1952)


Kabinet Sukiman Suwirjo Kabinet ini merupakan kabinet kedua setelah
penghapusan RIS (Republik Indonesia Serikat). Kabinet ini bertugas pada masa bakti 27
April 1951 hingga 3 April 1952 Kabinet ini telah didemosioner sejak 23 Februari 1952.
ini merupakan kabinet koalisi antara Masyumi dan PNI.Masyumi adalah organisasi
yang dibentuk Jepang dalam upaya mereka untuk mengendalikan umat islam di
Indonesia. Tujuan partai ini adalah untuk menegakkan kedaulatan negara dan agama
islam.
Properti kabinet:
1. Perdana Menteri : Sukiman Wirjosandjojo
2. Wakil Perdana Menteri : Suwirjo
3. Menteri Luar Negeri : Achmad Subardjo
4. Menteri Dalam Negeri : Iskak Tjokroadisurjo
5. Menteri Pertahanan : Sewaka
6. Menteri Kehakiman : Mohammad Yamin
7. Menteri Penerangan : Arnold Mononutu
8. Menteri Kepercayaan kepada Tuhan : Wahid Hasjim
9. Menteri Kesehatan : J.Leimena
10. Menteri Negara : A. Pellaupessy (urusan umum), Pandji Suroso (urusan pegawai), dan
Gondokuspmp (urusan agraria)
Program kerja kabinet Sukiman:
1. Menjalankan tindakan-tindakan yang tegas sebagai negara hukum untuk menjamin
keamanan dan ketenteraman serta menyempurnakan organisasi alat-alat kekuasaan
negara
3
2. Mempercepat usaha penempatan mantan pejuang dalam lapangan pembangunan
3. Memasukkan wilayah Irian Barat ke dalam wilayah Republik Indonesia dalam waktu
sesingkat-singkatnya
Hasil dari program kerja ini tidak terlalu berarti sebab programnya melanjutkan program
Natsir, hanya saja terjadi perubahan skala prioritas dalam pelaksanaan programnya,
seperti awalnya program menggiatkan usaha keamanan dan ketenteraman namun
selanjutnya diprioritaskan untuk menjamin keamanan dan ketentraman.
Adapun beberapa kendala atau masalah yang dihadapi, diantaranya:
1. adanya Pertukaran Nota Keuangan antara Menteri Luar Negeri Indonesia Soebadjo
dengan Duta Besar Amerika Serikat Merle Cockran mengenai pemberian bantuan
ekonomi dan militer dari pemerintah Amerika Serikat kepada Indonesia berdasarkan
ikatan Mutual Security Act (MSA) . Dimana di dalam MSA terdapat pembatasan
kebebasan politik luar negeri RI karena RI diwajibkan untuk memperhatikan
kepentingan Amerika.
2. adanya krisis moral yang ditandai dengan munculnya korupsi yang terjadi pada setiap
lembaga pemerintahan dan kegemaran akan barang-barang mewah.
3. masalah Irian Barat belum juga teratasi

C. Kabinet Wilopo (PNI) (3 April 1952 - 3 Juni 1953)


Program kerja kabinet Wilopo:
1. Mempersiapkan dan melaksanakan pemilihan umum
2. Berupaya untuk mengembalikan Irian Barat agar kembali menjadi wilayah Republik
Indonesia.
3. Melaksanakan politik luar negeri bebas aktif

Susunan Kabinet:
1. Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri: Mr. Wilopo (PNI)
2. Wakil Perdana Menteri: Prawoto Mangkusasmito (Masyumi)
3. Menteri Dalam Negeri: Mr. Moh. Roem (Masyumi)
4. Menteri Pertahanan: Sri Sultan Hamengku Bowono IX
5. Menteri Kehakiman: Mr. Lukman Wiriadinata (PSI)
6. Menteri Penerangan: Mr. Arnold Mononutu (PNI)
7. Menteri Keuangan: Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo (PSI)

4
8. Menteri Petanian: Moh. Sardjan (Masyumi)
9. Menteri Perekonomian: Mr. Sumanang (PNI)
10. Menteri Perhubungan: Ir. Djuanda

Kabinet Wilopo banyak mengalami kesulitan, yaitu sebagai berikut:


1. Mengatasi gerakan separatisme yang terjadi di berbagai daerah
2. Penekanan Presiden Soekarno yang dilakukan oleh sejumlah perwira Angkatan Darat
pada tanggal 17 Oktober 1952 agar parlemen dibubarkan
3. Kabinet Wilopo harus mengakhiri masa tugas karena tidak berhasil menyelesaikan
masalah peristiwa 17 oktober 1952. Peristiwa itu dipicu oleh adanya gerakan yang
diprakarsai oleh sejumlah perwira angkatan darat yang tidak puas terhadap kebijakan
pemerintah. Mereka menghendaki agar Presiden Sukarno membubarkan parlemen.

D. Kabinet Ali Sastroamidjojo I (Koalisi PNI dan NU) (31 Juli 1953 - 12 Agustus 1955
Program kerja Kabinet Ali Sastroamidjojo I yang disebut juga Ali-Wongsonegoro:
1. Menumpas pemberontakan DI/TII di berbagai daerah
2. Meningkatkan keamanan dan kemakmuran serta melaksanakan pemilihan umum
3. Memperjuangkan kembalinya Irian Barat kepada RI
4. Menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika
5. Pelaksanaan politik bebas - aktif dan peninjauan kembali persetujuan KMB
6. Penyelesaian pertikaian politik
Pada masa kabinet Ali-Wongsonegoro, gangguan keamanan makin meningkat, antara lain
munculnya pemberontakan DI/TII di Jawa Barat, Daud Beureuh Aceh, dan Kahar
Muzakar di Sulawesi Selatan.
Pada masa pemerintahan Kabinet Ali Sastroamidjojo I, diselenggarakan Konferensi Asia-
Afrika di Bandung pada 18-25 April 1955. Konferensi ini dihadiri 29 negara Asia dan
Afrika yang kemudian membawa pengaruh penting bagi terbentuknya solidaritas dan
perjuangan kemerdekaan dari bangsa-bangsa Asia-Afrika. Pemilihan umum pertama yang
diselenggarakan pada 1955 juga merupakan rancangan kabinet ini, tetapi pelaksanaannya
kemudian dilanjutkan oleh kabinet berikutnya.
Menteri pada masa Kabinet Ali Sastroamidjojo :
1. K.H Zaenul Arifin, sebagai wakil perdana menteri
2. Iwa Kusuma Sumantri, sebagai Menteri Pertahanan

5
3. K.H Masjkur, sebagai Menteri Agama

E. Kabinet Burhanuddin Harahap 1955-1956


Kabinet Burhanuddin Harahap adalah kabinet koalisi dengan Masyumi, sedang
partai nasional Indonesia menjadi partai oposisi. Salah satu program kabinet Burhanuddin
Harahap adalah “mengembalikan kewibawaan” kepada pemerintah dan kepercayaan
Angkatan Darat (AD), kepercayaan angkatan darat dan masyarakat terhadap pemerintah.
Kabinet Burhanuddin Harahap didominasi oleh partai Masyumi walaupun selain itu, ada
pihak yang menyebut kabinet Burhanuddin Harahap ini sebagai kabinet Masyumi karena
itu Masyumi yang mendominasi kabinet ini. PNI tidak mendukung Kabinet ini, tetapi PNI
bersama-sama PIR Wongsonegoro dan bertindak sebagai oposisi. Seakan-akan kabinet
Burhanuddin Harahap sebagai pengganti kabinet Ali-Wongso-Arifin, karena pada masa
kabinet tersebut dan bertindak sebagai oposisi. Kabinet Burhanuddin Harahap bertugas
pada tanggal 12 Agustus 1955 sampai tanggal 3 Maret 1956.1 Burhanuddin Harahap
berasal dari Masyumi, sedangkan PNI membentuk oposisi.
Program pokok yang dilakukan oleh kabinet Burhanuddin Harahap yaitu
1. Mengembalikan kewibawaan pemerintah, yaitu mengembalikan kepercayaan
angkatan Darat dan masyarakat kepada pemerintah
2. Melaksanakan pemilihan umum menurut rencana yang sudah ditetapkan dan
mempercepat terbentuknya parlemen baru.
3. Masalah desentralisasi inflasi pemberantasan korupsi.
4. Perjuangan pengembalian Irian Barat.
5. Politik kerjasama Asia-Afrika berdasarkan politik luar negeri bebas aktif.
Hasil atau prestasi yang berhasil dicapai oleh kabinet Burhanuddin Harahap adalah ;
1. Menyelenggarakan pemilu pertama yang demokratis pada tanggal 29 september 1955
(memilih anggota DPR) dan tanggal 15 Desember 1955 (memilih konstituante)
terdapat 70 partai politik yang mendaftar tetapi hanya 27 partai yang lolos seleksi
menghasilkan 4 partai politik besar yang memperoleh suara terbanyak, yaitu PNI, NU,
Masyumi, dan PKI.
2. Perjuangan diplomasi menyelesaikan masalah Irian Barat dengan pembubaran Uni
Indonesia-Belanda.
3. Pemberantasan korupsi dengan menangkap para pejabat tinggi yang dilakukan oleh
polisi militer.

6
4. Terbinanya hubungan antara Angkatan Darat dengan kabinet Burhanuddin.
5. Menyelesaikan masalah peristiwa 27 Juni 1955, yang penyebabkan kepada kegagalan
kabinet Ali dengan mengangkat kolonel AH Nasional sebagai staf Angkatan Darat
pada tanggal 28 Oktober 1955.
Masalah yang dihadapi oleh kabinet Burhanuddin Harahap yaitu ;
1. kebanyakan mutasi dalam lingkungan pemerintahan dianggap menimbulkan ketidak
tendangan.
2. Dengan berakhirnya pemilu maka tugas kabinet Burhanuddin Harahap dianggap
selesai.

F. Ali Sastroamidjojo II (1956-1957)


Ali Sastroamidjojo kembali mendapatkan mandat untuk membentuk kabinet baru
pada tanggal 20 Maret 1956. Kabinet Ali Sastroamidjojo II merupakan hasil koalisi 3
partai yaitu PNI, Masyumi, dan NU.
Program pokok dari kabinet Ali Sastroamidjojo disebut Rencana Pembanguan Lima
Tahun yang memuat program jangka panjang sebagai berikut :
a. Perjuangan pengembalian Irian Barat.
b. daerah-daerah otonomi dan mempercepat terbentuknya anggota-anggota DPRD.
c. Mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai.
d. Menyehatkan perimbangan keuangan negera.
Masalah yang dihadapi oleh kabinet Ali Sastroamidjojo II sebagai berikut :
1. Berkobarnya semangat anti Cina di masyarakat.
2. Muncul pengolakan/kekacauan di daerah yang semakin menguat dan mengarah pada
gerakan separatisme dengan pembentuk dewan militer seperti dewan. Banteng di
Sumatera Tengah, dewan Gajah di Sumatera Utara, dan dewan Garuda di Sumatera
Selatan, dewan Lambung Mangkurat di Kalimantan Selatan dan Dewan Manguni di
Sulawesi utara.
3. Memuncaknya krisis di berbagai daerah karena pemerintah pusat dianggap
mengabaikan pembangunan di daerahnya.
4. Pembatalan KMB oleh presiden menimbulkan masalah khususnya mengenai nasib
modal penguasa Belanda di Indonesia banyak pengusaha Belanda yang menjual
perusahaannya pada orang Cina karena memang merekalah yang kuat ekonominya,
muncullah peraturan yang dapat melindungi pengusaha nasional.

7
G. Kabinet Djuanda 1957-1959
Kabinet Djuanda merupakan Zaken kabinet adalah kabinet yang terdiri dari para tokoh
yang ahli dalam bidangnya. Dibentuk karena kegagalan Konstituante dalam menyususn
UUD pengganti UUDS 1950, serta terjadinya perebutan kekuasaan antara partai politik,
dan dipimpin oleh Ir. Djuanda.
Program yang dilaksanakan oleh kabinet Djuanda yaitu :
1. Membentuk Dewan Nasional.
2. Normalisasi keadaan RI
3. Melancarkan pelaksanaan pembatalan KMB
4. Perjuangan pengembalian Irian Barat/Irian Jaya
5. Mempergiat/mempercepat proses pembangunan.Semua itu dilakukan untuk
menghadapi pergolakan yang terjadi didaerah, perjuangan pengembalian Irian Barat,
menghadapi masalah ekonomi serta keuangan yang sangat buruk.

Hasil atau prestasi yang berhasil dicapai oleh kabinet Djuanda adalah :
1. Mengatur kembali batas perairan nasional Indonesia melalui deklarasi Djuanda, yang
mengatur mengenai laut pendalaman dan laut territorial. Melalui deklarasi ini
menunjukkan telah terciptanya kesatuan yang utuh dan bulat.
2. Terbentuknya dewan Nasional sebagai badan yang bertujuan menampung dan
menyalurkan pertumbuhan kekuatan yang ada dalam masyarakat dengan presiden
sebagai ketuanya. Sebagai titik tolak untuk menegakkan sistem demokrasi terpimpin.
3. Mengadakan musyawarah Nasional (Munas) untuk meredakan pergolakan diberbagai
daerah. Mengadakan Musyawarah ini membahas masalah pembangunan nasional dan
daerah, pembangunan angkatan perang dan pembagian wilayah RI.

Masalah yang dihadapi oleh kabinet Djuanda sebagai berikut ;


1. Kegagalan mengahadapi pergolakan di daerah sebab pergolakan di daerah semakin
meningkat. Hal ini menyebabkan hubungan pusat dan daerah menjadi terhambat,
munculnya pemberontakan seperti PRRI/Permesta.
2. Keadaan ekonomi dan keuangan yang semakin buruk sehingga program pemerintah
sulit dilaksanakan. Krisis demokrasi liberal mencapai puncaknya.
3. Terjadi peristiwa Cikini, yaitu peristiwa percobaan pembunuhan terhadappresiden
Soekarno di sekolah pada tanggal 30 November 1957. Pristiwa ini menyebabkan
keadaan negara semakin memburuk karena mengacam kesatuan Negara.Kabinet

8
Djuanda berakhir saat Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit Presiden tanggal 5 Juli
1959 dan mulailah babak baru sejarah RI yaitu Demokrasi Terpimpin.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ketika Indonesia kembali ke NKRI maka mulai berlaku Demokrasi Liberal
(1950-1959) yang dimana 7 kali pergantian kabinet karena kurang stabil kinerja para
kabinet – kabinet. Kabinet yang memerintah saat itu adalah kabinet Natsir, Sukiman,
Wilopo, Ali I, Mr. Burhanuddin Harahap, Ali II, dan Juanda. Sebelum masa kabinet
Burhanuddin Harahap, ada beberapa masalah yang dihadapi oleh negara Indonesia,
diantaranya masalah politik, pertahanan, ekonomi, dan masalah Irian Jaya. Saat itu
sebelum masa Kabinet Burhanuddin Harahap, masalah masalah di Indonesia belum dapat
terselesaikan padahal sudah menjadi Program kerja setiap kabinet.

10
DAFTAR PUSTAKA

Buku :
Amirmachmud. H. (1986). Pembangunan Politik dalam Negeri Indonesia. Jakarta: Penerbit
Gramedia.
Ali Farcy. (1993). Komelut Demokrasi Liberal. Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia.
Bantarto Bandoro. (1995). Refleksi Setengah Abad Kemerdekaan Indonesia.Jakarta:
Perpustakaan Nasional.
Dumairy. (1996). Perekonomian Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Gazali Zulfikar. (1989). Sejarah Politik Indonesia. Jakarta

11

Anda mungkin juga menyukai