Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH SEJARAH

SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK DAN EKONOMI INDONESIA


MASA DEMOKRASI TERPIMPIN (1959-1965)

OLEH:

 ARMILA
 NUR KAMILAH
 NURMILA
 ANDI AMISYA PUTRI
 SITTI NUR INSANI

SMA NEGERI 8 MAROS

TAHUN PELAJARAN 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Alloh SWT. bahwa kami telah menyelesaikan
tugas mata pelajaran fisika dengan membuat makalah sejarah tentang “ Sistem dan Struktur
Politik dan Ekonomi Indonesia Masa Demokrasi Terpimpin”.
Dalam penyusunan tugas atau makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan dan bimbingan ibu guru, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi
teratasi.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak
yang membutuhkan, khususnya bagi kami sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai,
Amiin.

Penyusun

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................

A. LATAR BELAKANG...........................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................
C. TUJUAN...............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................

BAB III PENUTUP................................................................................................................

A. KESIMPULAN....................................................................................................
B. SARAN................................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gagalnya usaha untuk kembali ke UUD 1945 dengan melalui Konstituante danrentetan peristiwa-
peristiwa politik yang mencapai klimaksnya dalam bulan Juni 1959, akhirnya mendorong Presiden Soekarno
untuk sampai kepada kesimpulan bahwa telah muncul suatu keadaan kacau yang membahayakan kehidupan
negara. Atas kesimpulannya tersebut, Presiden Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959, dalam suatu acara resmi di
Istana Merdeka, mengumumkan Dekrit Presiden mengenai pembubaran Konstituante dan berlakunya kembali
UUD 1945 dalam kerangka sebuah sistem demokrasi yakni Demokrasi Terpimpin.

Dekrit yang dilontarkan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959 mendapatkan sambutan dari
masyarakat Republik Indonesia yang pada waktu itu sangat menantikan kehidupan negara yang stabil. Namun
kekuatan dekrit tersebut bukan hanya berasal dari sambutan yang hangat dari sebagian besar rakyat Indonesia,
tetapi terletak dalam dukungan yang diberikan oleh unsur-unsur penting negara lainnya, seperti Mahkamah
Agung dan KSAD.1 Dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden, Kabinet Djuanda dibubarkan dan pada tanggal 9
Juli 1959, diganti dengan Kabinet Kerja. Dalam kabinet tersebut Presiden Soekarno bertindak sebagai perdana
menteri, sedangkan Ir. Djuanda bertindak sebagai menteri pertama.

PKI menyambut "Demokrasi Terpimpin" Sukarno dengan hangat dan anggapan bahwa PKI mempunyai
mandat untuk persekutuan Konsepsi yaitu antara nasionalisme, agama (Islam) dankomunisme yang
dinamakan NASAKOM.

Antara tahun 1959 dan tahun1965, Amerika Serikat memberikan 64 juta dollar dalam bentuk bantuan
militer untuk jendral-jendral militer Indonesia. Menurut laporan di "Suara Pemuda Indonesia": Sebelum akhir
tahun 1960, Amerika Serikat telah melengkapi 43 batalyon angkatan bersenjata. Tiap tahun AS melatih
perwira-perwira militer sayap kanan. Di antara tahun 1956 dan 1959, lebih dari 200 perwira tingkatan tinggi
telah dilatih di AS, dan ratusan perwira angkatan rendah terlatih setiap tahun. Kepala Badan untuk
Pembangunan Internasional di Amerika pernah sekali mengatakan bahwa bantuan AS, tentu saja, bukan untuk
mendukung Sukarno dan bahwa AS telah melatih sejumlah besar perwira-perwira angkatan bersenjata dan
orang sipil yang mau membentuk kesatuan militer untuk membuat Indonesia sebuah "Negara bebas".

Di tahun 1962, perebutan Irian Barat secara militer oleh Indonesia mendapat dukungan penuh dari
kepemimpinan PKI, mereka juga mendukung penekanan terhadap perlawanan penduduk adat.

Era "Demokrasi Terpimpin", yaitu kolaborasi antara kepemimpinan PKI dan kaum borjuis nasional dalam
menekan pergerakan-pergerakan independen kaum buruh dan petani, gagal memecahkan masalah-masalah
politis dan ekonomi yang mendesak. Pendapatan ekspor menurun, cadangan devisa menurun, inflasi terus
menaik dan korupsi birokrat dan militer menjadi wabah.

Kata “Demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos atau cratein yang berarti
pemerintahan. Demokrasi adalah suatu bentuk atau mekanisme sistem penerintahan suatu negara sebagai
upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah
negara tersebut.

Menurut UUD’45 demokrasi terpimpin adalah suatu system demokrasi yang di pimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Artinya Negara didasarkan oleh pancasila.

B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan dinamika masa awal Demokrasi Terpimpin!
2. Menganalisis sebab dan bentuk persaingan yang terjadi diantara kekuatan-kekuatan politik pada
masa Demokrasi Terpimpin!
3. Menjelaskan peta kekuatan plitik nasional yang berlangsung pada masa Demokrasi Terpimpin.
4. Menjelaskan kronologis persitiwa perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kembali Irian dari
tangan Belanda, mulai dari cara-cara diplomasi hingga tegas operasi militer!

4
5. Menganalisis pentingnya konferensi Asia Afrika bagi perjuangan RI merebut Irian!
6. Menjelaskan perjuangan bangsa Indonesia dalam upaya merebut kembali Irian!
7. Menjelaskan latar belakang timbulnya konfrontasi Indonesia terhadap Malaysia!
8. Menjelaskan upaya-upaya damai yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia menjelang Dwikora
dikumandangkan!
9. Menganalisis sebab-sebab Indonesia keluar dari PBB!
10. Menjelaskan konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia!
11. Menganalisis langkah-langkah dibidang ekonomi yang dilakukan pada masa Demokrasi
Terpimpin!
C. Tujuan
1. Mengetahui dinamika masa awal Demokrasi Terpimpin!
2. Mengetahui sebab dan bentuk persaingan yang terjadi diantara kekuatan-kekuatan politik pada
masa Demokrasi Terpimpin!
3. Mengetahui peta kekuatan plitik nasional yang berlangsung pada masa Demokrasi Terpimpin.
4. Mengetahui kronologis persitiwa perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kembali Irian dari
tangan Belanda, mulai dari cara-cara diplomasi hingga tegas operasi militer!
5. Mengetahui pentingnya konferensi Asia Afrika bagi perjuangan RI merebut Irian!
6. Mengetahui perjuangan bangsa Indonesia dalam upaya merebut kembali Irian!
7. Mengetahui latar belakang timbulnya konfrontasi Indonesia terhadap Malaysia!
8. Mengetahui upaya-upaya damai yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia menjelang Dwikora
dikumandangkan!
9. Mengetahui sebab-sebab Indonesia keluar dari PBB!
10. Mengetahui konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia!
11. Mengetahui langkah-langkah dibidang ekonomi yang dilakukan pada masa Demokrasi
Terpimpin!

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dinamika Masa Awal Demokrasi Terpimpin


1.Menuju Demokrasi Terpimpin
Kehidupan sosial politik Indonesia pada masa Demokrasi Liberal (1950 hingga 1959) belum pernah
mencapai kestabilan secara nasional. Kabinet yang silih berganti membuat program kerja kabinet
tidak dapat dijalankan sebagaimana mestinya. Partai-partai politik saling bersaing dan saling
menjatuhkan. Mereka lebih mengutamakan kepentingan kelompok masing-masing. Di sisi lain,
Dewan Konstituante yang dibentuk melalui Pemilihan Umum 1955 tidak berhasil menyelesaikan
tugasnya menyusun UUD baru bagi Republik Indonesia. Padahal Presiden Soekarno menaruh harapan
besar terhadap Pemilu 1955, karena bisa dijadikan sarana untuk membangun demokrasi yang lebih
baik. Hal ini seperti yang diungkapkan Presiden Soekarno bahwa “era ‘demokrasi raba-raba’ telah
ditutup”. Namun pada kenyataanya, hal itu hanya sebuah angan dan harapan Presiden Soekarno

semata.
Kondisi tersebut membuat Presiden Soekarno berkeinginan untuk mengubur partai-partai politik yang
ada, setidaknya menyederhanakan partai-partai politik yang ada dan membentuk kabinet yang
berintikan 4 partai yang menang dalam pemilihan umum 1955. Untuk mewujudkan keinginannya
tersebut, pada tanggal 21 Februari 1957, di hadapan para tokoh politik dan tokoh militer menawarkan
konsepsinya untuk menyelesaikan dan mengatasi krisis-krisis kewibawaan pemerintah yang terlihat
dari jatuh bangunnya kabinet.
Presiden juga menekankan bahwa Demokrasi Liberal yang dipakai saat itu merupakan demokrasi
impor yang tidak sesuai dengan jiwa dan semangat bangsa Indonesia. Untuk itu ia ingin mengganti
dengan suatu demokrasi yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia, yaitu Demokrasi
Terpimpin.
Demokrasi Terpimpin sendiri merupakan suatu sistem pemerintahan yang ditawarkan Presiden
Soekarno pada Februari 1957. Demokrasi Terpimpin juga merupakan suatu gagasan pembaruan
kehidupan politik, kehidupan sosial dan kehidupan ekonomi. Gagasan Presiden Soekarno ini dikenal
sebagai Konsepsi Presiden 1957. Pokok-pokok pemikiran yang terkandung dalam konsepsi tersebut,
pertama, dalam pembaruan struktur politik harus diberlakukan sistem demokrasi terpimpin yang
didukung oleh kekuatan-kekuatan yang mencerminkan aspirasi masyarakat secara seimbang. Kedua,
pembentukan kabinet gotong royong berdasarkan imbangan kekuatan masyarakat yang terdiri atas
wakil partai-partai politik dan kekuatan golongan politik baru yang diberi nama oleh Presiden
Soekarno golongan fungsional atau golongan karya.
Upaya untuk menuju Demokrasi Terpimpin telah dirintis oleh Presiden Soekarno sebelum
dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Langkah pertama adalah pembentukan Dewan Nasional
pada 6 Mei 1957. Sejak saat itu Presiden Soekarno mencoba mengganti sistem demokrasi parlementer
yang membuat pemerintahan tidak stabil dengan demokrasi terpimpin. Melalui panitia perumus
Dewan Nasional, dibahas mengenai usulan kembali ke UUD 1945.
Presiden Soekarno
mengumumkan dekrit yang memuat tiga hal pokok yaitu :
1. Menetapkan pembubaran Konstituante.
2. Menetapkan UUD 1945 berlaku bagi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, terhitung mulai tanggal penetapan
dekrit dan tidak berlakunya lagi UUD Sementara (UUDS).
3.Pembentukan MPRS, yang terdiri atas anggota DPR ditambah
dengan utusan-utusan dan golongan, serta pembentukan Dewan
Pertimbangan Agung Sementara (DPAS).
B. Sebab dan Bentuk Persaingan Yang Terjadi diantara Kekuatan-Kekuatan Politik Pada Masa
Demokrasi Terpimpin

Setelah mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Soekarno menyadari betul sengitnya persaingan
kekuatan-kekuatan golongan politik di Indonesia kala itu. Meskipun Demokrasi Terpimpin menampakkan

6
dari Soekarno sebagai sosok yang otoriter, namun tindakannya didasari atas kesadaran untuk menyatukan
perbedaan golongan-golongan.

Dekrit dikeluarkan dikarenakan Soekarno kecewa dan tidak puas dengan intriks partai-partai yang terjadi
di parlemen pada masa sebelumnya (terakhir Parlemen Djuanda). Untuk menggantikan pertentangan di
parlemen, dimana dia menawarkan suatu sistem yang lebih otoriter.Namundalam hal ini Soekarno ingin
memainkan peran utama. Lantas ia memberlakukan kembali konstitusi presidensial tahun 1945 pada 1959
dengan dukungan dari angkatan darat. Namun Soekarno sadar betul keterikatannya dengan tentara dapat
membahayakan kedudukannya.

Akhirnya Soekarno mendorong kegiatan-kegiatan dari kelompok-kelompok sipil sebagai penyeimbang.


Yang paling utama adalah Partai Komunis Indonesia (PKI) dan golongan agama seperti NU. Meskipun
pemimpin PKI maupun Angkatan Darat mengaku setia kepada oekarno, namun antara kedua belah pihak
tersebut sama-sama terjebak dalam pertentangan yang tak terdamaikan dan memuncak pada tragedi 1965.

DEKRIT PRESIDEN
Pelaksanaan demokrasi terpimpin dimulai dengan berlakunya Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Latar Belakang dikeluarkan dekrit Presiden :
Undang-undang Dasar yang menjadi pelaksanaan pemerintahan negara belum berhasil dibuat
sedangkan Undang-undang Dasar Sementara (UUDS 1950) dengan sistem pemerintahan demokrasi
liberal dianggap tidak sesuai dengan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia.
Dekrit Presiden 1959
Dekrit Presiden 1959 - Dimulainya Masa Demokrasi Terpimpin
Kegagalan konstituante dalam menetapkan undang-undang dasar sehingga membawa Indonesia ke
jurang kehancuran sebab Indonesia tidak mempunyai pijakan hukum yang mantap.
Situasi politik yang kacau dan semakin buruk.
Terjadinya sejumlah pemberontakan di dalam negeri yang semakin bertambah gawat bahkan
menjurus menuju gerakan sparatisme.
Konflik antar partai politik yang mengganggu stabilitas nasional
Banyaknya partai dalam parlemen yang saling berbeda pendapat sementara sulit sekali untuk
mempertemukannya.
Masing-masing partai politik selalu berusaha untuk menghalalkan segala cara agar tujuan partainya
tercapai.
Demi menyelamatkan negara maka presiden melakukan tindakan mengeluarkan keputusan Presiden
RI No. 75/1959 sebuah dekrit yang selanjutnya dikenal dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Tujuan dikeluarkan dekrit adalah untuk menyelesaikan masalah negara yang semakin tidak menentu
dan untuk menyelamatkan negara.
Isi Dekrit Presiden adalah sebagai berikut.
a. Pembubaran konstituante
b. Tidak berlakunya UUDS 1950 dan berlakunya kembali UUD 1945.
c. Pembentukan MPRS dan DPAS
Reaksi dengan adanya Dekrit Presiden:
Rakyat menyambut baik sebab mereka telah mendambakan adanya stabilitas politik yang telah goyah
selama masa Liberal.
Mahkamah Agung membenarkan dan mendukung pelaksanaan Dekrit Presiden.
KSAD meminta kepada seluruh anggota TNI-AD untuk melaksanakan pengamanan Dekrit Presiden.
DPR pada tanggal 22 Juli 1945 secara aklamasi menyatakan kesediaannya untuk melakanakan UUD
1945.
Dampak positif diberlakukannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, adalah sebagai berikut.
Menyelamatkan negara dari perpecahan dan krisis politik berkepanjangan.
Memberikan pedoman yang jelas, yaitu UUD 1945 bagi kelangsungan negara.
Merintis pembentukan lembaga tertinggi negara, yaitu MPRS dan lembaga tinggi negara berupa
DPAS yang selama masa Demokrasi Parlemen tertertunda pembentukannya.

Dampak negatif diberlakukannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, adalah sebagai berikut.

7
Ternyata UUD 1945 tidak dilaksanakan secara murni dan konsekuen. UUD 45 yang harusnya menjadi
dasar hukum konstitusional penyelenggaraan pemerintahan pelaksanaannya hanya menjadi slogan-
slogan kosong belaka.
Memberi kekeuasaan yang besar pada presiden, MPR,dan lembaga tinggi negara. Hal itu terlihat pada
masa Demokrasi terpimpin dan berlanjut sampai Orde Baru.
Memberi peluang bagi militer untuk terjun dalam bidang politik. Sejak Dekrit, militer terutama
Angkatan Darat menjadi kekuatan politik yang disegani. Hal itu semakin terlihat pada masa Orde
Baru dan tetap terasa sampai sekarang.
C. Peta Kekuatan Politik Nasional Demokrasi Terpimpin

Demokrasi Terpimpin diawali sejak dikeluarkannnya Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 yang ditandai
oleh kekuasaan Soekarno yang hampir tidak terbatas. Era Demokrasi Terpimpin ditandai dengan hadirnya
Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai partai politik yang paling dominan dan TNI AD sebagai kekuatan
Hankam dan sosial politik. Demokrasi terpimpin merupakan penyeimbangan kekuasaan antara kekuatan
politik militer Angkatan Darat dan Partai Komunis Indonesia, dan Presiden Soekarno sebagai
penyeimbang diantara keduanya. Ada tiga kekuatan politik pada masa demokrasi terpimpin yaitu Presiden
Soekarno, Partai Komunis Indonesia (PKI), dan TNI AD.

Hubungan antara PKI dan Soekarno pada masa Demokrasi terpimpin merupakan hubungan timbal balik.
PKI memanfaatkan popularitas Soekarno untuk mendapatkan massa. Ketika MPRS mengangkat Soekarno
menjadi presiden seumur hidup PKI memberikan dukungannya. Sementara itu TNI-Angkatan Darat,
melihat perkembangan yang terjadi antara PKI dan Soekarno, dengan curiga. Apalagi setelah TNI-
Angkatan Udara, mendapatkan dukungan dari Soekarno. Hal ini dianggap sebagai sebuah upaya untuk
menyaingi kekuatan TNI-Angkatan Darat dan memecah belah militer untuk dapat ditunggangi.

Sejak kabinet Djuanda diberlakukan S.O.B, pemberontakan PRRI dan Permesta pada tahun 1958, TNI
mulai memainkan peranan penting dalam bidang politik. Dihidupkannya UUD 1945 merupakan usulan
dari TNI dan didukung penuh dalam pelaksanaannya. Menguatnya pengaruh TNI AD, membuat Presiden
Soekarno berusaha menekan pengaruh TNI AD, terutama Nasution dengan dua taktik, yaitu Soekarno
berusaha mendapat dukungan partai-partai politik yang berpusat di Jawa terutama PKI dan merangkul
angkatan-angkatan bersenjata lainnya terutama angkatan udara.

Keadaan ini dimanfaatkan PKI untuk mencapai tujuan politiknya. Dengan menyokong gagasan Nasakom
dari Presiden Soekarno, PKI dapat memperkuat kedudukannya. Sejak saat itu PKI berusaha menyaingi
TNI. PKI berusaha memperoleh citra sebagai Pancasilais dan pedukung kebijakan-kebijakan Presiden
Soekarno yang menguntungkannya.

PKI pun melakukan berbagai upaya untuk memperoleh dukungan politik dari masyarakat. Berbagai
slogan disampaikan oleh pemimpin PKI. Ketika Presiden Soekarno gagal membentuk kabinet Gotong
Royong (Nasakom) pada tahun 1960 karena mendapat tentangan dari kalangan Islam dan TNI AD, PKI
mendapat kompensasi tersendiri dengan memperoleh kedudukan dalam MPRS, DPRGR, DPA dan
Pengurus Besar Front Nasional serta dalam Musyawarah Pembantu Pimpinan Revolusi (MPPR).

Ketika TNI AD mensinyalir adanya upaya dari PKI melakukan tindakan pengacauan di Jawa Tengah,
Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan, pimpinan TNI AD mengambil tindakan
berdasarkan UU Keadaan Bahaya mengambil tindakan terhadap PKI dengan melarang terbitnya Harian
Rakyat dan dikeluarkan perintah penangkapan Aidit dan kawan-kawan, namun mereka berhasil lolos.
Tindakan TNI AD tidak disetujui oleh Presiden Soekarno dan memerintahkan segala keputusan dicabut
kembali.

Pada akhir tahun 1964, PKI disudutkan dengan berita ditemukannya dokumen rahasia milik PKI tentang
Resume Program Kegiatan PKI Dewasa ini. Namun pimpinan PKI, Aidit, menyangkal dan menyebutnya
sebagai dokumen palsu. Presiden Soekarno menyelesiakan masalah ini dengan membuat kesepakatan
untuk menyelesaikan permasalahan secara musyawarah karena sedang menjalankan proyek Nekolim,
konfrontasi dengan Malaysia. Kesepakatan tokoh-tokoh partai politik ini dikenal sebagai Deklarasi Bogor.

8
Merasa kedudukannya yang semakin kuat PKI berusaha untuk memperoleh kedudukan dalam kabinet.
Berbagai upaya dilakukan PKI mulai dari aksi corat-coret, pidato-pidato dan petisi-petisi yang
menyerukan pembentukan kabinet Nasakom. Mereka juga menuntut penggantian pembantu-pembantu
Presiden yang tidak mampu merealisasikan Tri Program Pemerintah, serta mendesak supaya segera
dibentuk Kabinet Gotong-Royong yang berporoskan Nasakom.

Terhadap TNI AD pun, PKI melakukan berbagai upaya dalam rangka mematahkan pembinaan teritorial
yang sudah dilakukan oleh TNI AD. Seperti peristiwa Bandar Betsy (Sumatera Utara), Peristiwa Jengkol.
Upaya merongrong ini dilakukan melalui radio, pers, dan poster yang menggambarkan setan desa yang
harus dibunuh dan dibasmi. Tujuan politik PKI disini adalah menguasai desa untuk mengepung kota.

Soekarno tetap bertahan terhadap ide Nasakom (Nasionalis, Agamis dan Komunis) yang mengatakan
bahwa kekuatan politik di Indonesia pada saat itu terdiri dari tiga golongan ideologi besar yaitu golongan
yang berideologi nasionalis; golongan yang berideologi dengan latar belakang agama; serta golongan
yang berideologi komunis. Tiga-tiganya merupakan kekuatan yang diharapkan tetap bersatu untuk
menyelesaikan masalah bangsa secara bersama-sama. Namun dalam pelaksanaanya demokrasi terpimpin
terdapat beberapa penyimpangan yang terlihat antara lain sebagai berikut :

 Berdasarkan UUD 1945, kedudukan Presiden berada di bawah MPR. Namun, kenyataannya
MPRS tunduk kepada Presiden. Presiden menentukan apa yang harus diputuskan oleh MPRS.
 Presiden juga membentuk MPRS berdasarkan Penetapan Presiden No. 2 Tahun 1959. Tindakan
tersebut bertentangan dengan UUD 1945, seharusnya pengangkatan anggota MPRS sebagai
lembaga tertinggi negara dilakukan melalui pemilihan umum.
 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) hasil pemilu tahun 1955 dibubarkan karena pada tahun 1960
DPR menolak RAPBN yang diajukan pemerintah. Sebagai gantinya presiden membentuk Dewan
Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR), dimana semua anggotanya ditunjuk oleh presiden.
 Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) dibentuk berdasarkan Penetapan Presiden No.3
tahun 1959. Lembaga ini diketuai oleh presiden. Kedudukan DPAS juga berada di bawah
pemerintah (presiden) sebab presiden adalah ketuanya.
 Front Nasional dibentuk berdasarkan Penetapan Presiden No.13 Tahun 1959. Front Nasional
merupakan sebuah organisasi massa yang memperjuangkan cita-cita proklamasi dan cita-cita yang
terkandung dalam UUD 1945. Front Nasional dipimpin oleh Presiden Soekarno.
 Pada tanggal 9 Juli 1959, presiden membentuk Kabinet Kerja. Program kabinet antara lain:
mencukupi kebutuhan sandang pangan; menciptakan keamanan negara; serta mengembalikan
Irian Barat
 Upaya penyebarluasan ajaran Nasakom dimanfaatkan oleh PKI dengan mengemukakan bahwa
PKI merupakan barisan terdepan pembela NASAKOM. Keterlibatan PKI tersebut menyebabkan
ajaran Nasakom menyimpang dari ajaran kehidupan berbangsa dan bernegara serta menggeser
kedudukan Pancasila dan UUD 1945 menjadi Komunis.
 TNI dan Polri disatukan menjadi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) yang terdiri
atas 4 angkatan. Masing-masing angkatan dipimpin oleh Menteri Panglima Angkatan yang
kedudukannya langsung berada di bawah presiden.
 Pada masa demokrasi terpimpin, kedudukan partai dibatasi oleh penetapan presiden No. 7 tahun
1959. Pembatasan gerak-gerik partai semakin memperkuat kedudukan pemerintah terutama
presiden.
 Pada awalnya, politik luar negeri Indonesia adalah politik bebas aktif yang mengabdi pada
kepentingan nasional. Pada masa demokrasi terpimpin, pelaksanaan politik luar negeri cenderung
mendekati negara-negara blok Timur dan konfrontasi terhadap negara-negara blok Barat.

Otoritas dan kedudukan Soekarno sebagai penentu kebijakan-kebijakan politik menjadikannya sebagai
ajang perebutan dua kekuatan politik antara TNI dan PKI untuk saling mendekati dan mempengaruhi
presiden. Tentara sangat mewaspadai kedekatan Soekarno dengan PKI yang digunakan PKI sebagai
sarana pendukung demi gagasan Nasakomisasi sistem Demokrasi Terpimpin. Namun sebaliknya PKI
senantiasa memanfaatkan proyek nasakomisasi untuk masuk kedalam pemerintahan dan lembaga
nonstruktural yang dianggap penting sekali.

9
Singkatnya :Antara tahun 1960-1965, kekuatan politik pada waktu itu terpusat di tangan Presiden Soekarno.
Presiden Soekarno memegang seluruh kekuasaan negara dengan TNI AD dan PKI di sampingnya. TNI, yang
sejak kabinet Djuanda diberlakukan S.O.B. kemudian pemberontakan PRRI dan Permesta pada tahun 1958,
mulai memainkan peranan penting dalam bidang politik.

Dihidupkannya UUD 1945 merupakan usulan dari TNI dan didukung penuh dalam pelaksanaannya.
Menguatnya pengaruh TNI AD, membuat Presiden Soekarno berusaha menekan pengaruh TNI AD, terutama
Nasution dengan dua taktik, yaitu Soekarno berusaha mendapat dukungan partai-partai politik yang berpusat
di Jawa terutama PKI dan merangkul angkatan-angkatan bersenjata lainnya terutama angkatan udara.

Kekuatan politik baru lainnya adalah PKI. PKI sebagai partai yang bangkit kembali pada tahun 1952 dari
puing-puing pemberontakan Madiun 1948. PKI kemudian muncul menjadi kekuatan baru pada pemilihan
umum 1955. Dengan menerima Penetapan Presiden No. 7 1959, partai ini mendapat tempat dalam konstelasi
politik baru. Kemudian dengan menyokong gagasan Nasakom dari Presiden Soekarno, PKI dapat
memperkuat kedudukannya. Sejak saat itu PKI berusaha menyaingi TNI dengan memanfaatkan dukungan
yang diberikan oleh Soekarno untuk menekan pengaruh TNI AD.

D. Kronologis Peristiwa Perjuangan Bangsa Indonesia Dalam merebut Kembali Irian dari Tangan
Belanda, Mulai dari cara-cara diplomasi hingga tindakan tegas operasi militer

Seringkali di masyarakat terjadi kasus persengketaan antarsaudara atau dengan tetangga disebabkan rebutan
batas tanah. Persengkataan mi seringkali meretakkan hubungan bersaudara maupun bertetangga. Sebab dalam
masalah hak tanah seringkali orang mempertahankan mati-matian, bahkan orang Jawa mengatakan “Sedumuk
Bathuk Senyari Bumi”. Maksudnya, dalam mempertahankan hak tanah mereka mempejuangkan walaupun
sampai titik darah penghabisan.

Begitu juga bangsa Indonesia dalam upaya mempertahankan wilayah Irian Barat (sekarang Papua) ketika
hendak diduduki Belanda setelah diakuinya kedaulatan RI pada tanggal 27 Desember 1949. Bangsa Indonesia
harus berjuang dengan berbagai macam cara untuk merebut kembali Irian Barat. Bagaimana perjuangan
bangsa untuk memperoleh haknya kembali atas Irian Barat akan kita pelajarinya

Dengan mempelajari perjuangan-perjuangan Indonesia terutama perjuangan mengembalikan irian barat agar
kita dapat meneladani para pejuang kita yang berjiwa ksatria dalam mempertahankan haknya sebagai bangsa
yang utuh dan Sabang sampai Merauke. Mari kita lihat Perjuangan Indonesia Mengembalikan Irian Barat
yang dimulai dengan :

a. Latar belakang Terjadinya perjuangan mengembalikan Irian Barat

b. Perjuangan mengembalikan irian barat melalui Perjuangan Diplomasi : Pendekatan Diplomasi

c. Perjuangan mengembalikan Irian Barat melalui Perjuangan dengan Konfrontasi politik dan Ekonomi

10
d. Perjuangan Melalui Tri Komando Rakyat ( Trikora)

e. Persetujuan New York

f. Perjuangan Mengembalikan Irian Barat melalui Pepera atau Penentuan Pendapat Rakyat

Berikut Urain dari point-poin diatas tentang Perjuangan Bangsa Indonesia Merebut Irian Barat Sebagai
berikut…

A. Latar Belakang Terjadinya Perjuangan Mengembalikan Irian Barat

Masih ingatkah kalian tentang Konferensi Meja Bundar (KMB) yang diselenggarakan di Den Haag Belanda
pada tanggal 23 Agustus sampai 2 September 1949? Salah satu keputusan dalam konferensi tersebut antara
lain bahwa masalah Irian Barat akan dibicarakan antara Indonesia dengan Belanda satu tahun setelah
Pengakuan Kedaulatan. Dan keputusan ini terjadi perbedaan penafsiran antara Indonesia dengan Belanda.
Pihak Indonesia menafsirkan bahwa Belanda akan menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia. Tetapi pihak
Belanda menafsirkan hanya akan merundingkan saja masalah Irian Barat. Dalam penjalanan waktu, Belanda
tidak mau membicarakan masalah Irian Barat dengan Indonesia. Untuk menghadapi sikap Belanda tersebut
maka Indonesia melakukan berbagai upaya sebagai berikut.

B Perjuangan Diplomasi: Pendekatan DipIomasi

Dalam menghadapi masalah Irian Barat tersebut Indonesia mula-mula melakukan upaya damai, yakni melalui
diplomasi bilateral dalam lingkungan ikatan Uni Indonesia-Belanda. Akan tetapi usaha usaha melalui meja
perundingan secara bilateral ini selalu mengalami kegagalan. Setelah upaya-upaya tersebut tidak mambawa
hasil maka sejak tahun 1953 perjuangan pembebasan Irian Barat mulai dilakukan di forum- forum
internasional, terutama PBB dan forum-forum solidaritas Asia-Afrika seperti Konferensi Asia-Afrika.

Sejak tahun 1954 masalah Irian Barat mi selalu dibawa dalam acara Sidang Majelis Umum PBB, namun
upaya ini pun tidak memperoleh tanggapan yang positif. Setelah upaya-upaya diplomasi tidak mencapai hasil
maka pemerintah mengambil sikap yang lebih keras yakni membatalkan Uni Indonesia-Belanda dan diikuti
pembatalan secara sepihak persetujuan KMB oleh Indonesia pada tahun 1956.

Partai-partai politik dan semua golongan mendukung terhadap upaya pembebasan Irian Barat ini Selain itu
perjuangan merebut Irian Barat diresmikan pemerintah maka ditetapkanlah Soa-Siu di Tidore sebagai ibu kota
provinsi Irian Barat dan Zainal Abidin Syah ditetapkan menjadi Gubernur pada tanggal 23 September 1956.

C. Pêrjuangan dengan Konfrontasi Politik dan Ekonomi

Berbagai upaya yang dilakukan Indonesia tersebut sampai tahun 1957 ternyata belum membawa hasil
sehingga Belanda tétap menduduki Irian Barat. Karena jalan damai yang ditempuh belum membawa hasil
maka sejak itu perjuangan ditingkatkan dengan melakukan aksi-aksi pembebasan Irian Barat di seluruh tanah
air Indonesia yang dimulai dengan pengambilalihan perusahaan milik Belanda. Perusahaan-perusahaan milik
Belanda yang diambilalih oleh bangsa Indonesia pada bulan Desember 1957 tersebut antara lain
Nederlandsche Handel Maatschappij N.y. (sekarang menjadi Bank Dagang Negara), bank Escompto di Jakarta
serta Perusahaan Philips dan KLM.

Pada tanggal 17 Agustus 1960 Republik Indonesia secara resmi memutuskan hubungan diplomatik dengan
Pemerintah Kerajaan Belanda. Meithat hubungan yang tegang antara Indonesia dengan Belanda ini maka
dalam Sidang Umüm PBB tahun 1961 kembali masalah ini diperdebatkan.

Pada waktu terjadi ketegangan Indonesia dengan Belanda, Sekretaris Jenderal PBB U Thant menganjurkan
kepada salah seorang diplomat Amerika Serikat Ellsworth Bunker untuk mengajukan usul penyelesaian
masalah Irian Barat. Pada bulan Maret 1962 Ellsworth Bunker mengusulkan agar pihak Belanda menyerahkan
kedaulatan Irian Barat kepada Republik Indonesia yang dilakukan melalui PBB dalam waktu dua tahun.
Akhirnya Indonesia menyetujui usul Bunker tersebut dengan catatan agar waktu dua tahun itu diperpendek.
Sebaliknya Pemerintah Kerajaan

11
Belanda tidak mau melepaskan Irian bahkan membentuk negara “Boneka” Papua. Dengan sikap Belanda
tersebut maka tindakan bangsa Indonesia dan politik konfrontasi ekonomi ditingkatkan menjadi konfrontasi
segala bidang.

D. Tri Komando Rakyat (Trikora)

Tindakan Belanda dengan mendirikan negara “Boneka” Papua itu merupakan sikap yang menantang kepada
bangsa Indonesia untuk bertindak cepat. Oleh karena itu pemerintah segera mengambil tindakan guna
membebaskan Irian Barat. Pada tanggal 19 Desember 1961, Presiden Soekarno dalam suatu rapat raksasa di
Yogyakarta mengeluarkan komando yang terkenal sebagai Tri Komando Rakyat (Trikora) yang isinya sebagai
berikut.

1) Gagalkan pembentukañ “Negara Papua” bikinan Belanda kolonial.

2) Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat tanah air Indonesia.

3) Bersiaplah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan bangsa.

Dengan dikeluarkannya Trikora maka mulailah konfrontasi total terhadap Belanda dan pada bulan Januari
1962 pemerintah membentuk Komando Mandala Pembebasan Irian Barat yang berkedudukan di Makasar.
Adapun tugas pokok dan Komando Mandala Pembebasan Irian Barat ini adalah pengembangan operasi-
operasi militer dengan tujuan pengembangan wilayah Irian Barat ke dalam kekuasaan negara Republik
Indonesia. Sebagai Panglima Komando Mandala adalah Mayor Jenderal Soeharto.

Sebelum Komando Mandala melakukan operasi sudah dilakukan penyusupan ke Irian Barat. ada tanggal 15
Januari 1962 ketika waktu menunjukkan pukul 21.15 di angkasa terlihat dua buah pesawat terbang pada
ketinggian 3000 kaki melintasi formasi patroli ALRI. Diperkirakan pesawat tersebut adalah milik Belanda
jenis Neptune dam Firefly. Waktu itu terlihat juga dua buah kapal perusak yang sedang melepaskan tembakan
ke arah kapal Motor Torpedo Boat (MTB) yang di situ turut pula para pejabat tinggi dan Markas Besar
Angkatan Laut yaitu Komodor Yos Sudarso. Dalam insiden di Laut Aru tersebut Kepala Staf Angkatan Laut,
Laksamana Pertama (Komodor) Yos Sudarso, bersama Komandan KRI Macan Tutul, Kapten (Laut) Wiratno,
dan beberapa prajurit TNI-AL gugur sebagai pahlawan. Sebelum gugur Komodor Yos Sudarso sempat
mengucapkan pesan terakhir “Kobarkan Semangat Pertempuran.” Adapun operasi-operasi yang direncanakan
Komando Mandala di Irian Barat dibagi dalam tiga fase, yakni sebagai berikut.

1) Fase Infiltrasi (sampai akhir 1962)

Memasukkan 10 kompi ke sekitar sasaran- sasaran tertentu untuk menciptakan daerah bebas de facto.
Kesatuan-kesatuan mi harus dapat mengembangkan penguasaan wilayah dengan membawa serta rakyat Irian
Barat dalam perjuangan fisik untuk membebaskan wilayah tersebut.

(2) Fase Eksploitasi (mulai awal 1963)

Mengadakan serangan terbuka terhadap induk militer lawan, menduduki semua pos pertahanan musuh yang
penting.

(3) Fase Konsolidasi (awal 1964)

Menegakkan kekuasaan Republik Indonesia secara mutlak di seluruh Irian Barat. Selanjutnya antara bulan
Maret sampai Agustus 1962 Komando Mandala melakukan operasi-operasi pendaratan baik melalui laut
maupun udara.

Beberapa operasi tersebut adaah Qperasi Banteng di Pak-Fak dan Kaimana. OperasI Srigala di sekitar
Sorong dan Teminabuan, Operasi Naga di Merauke, serta Operasi Jatayu di Sorong, Kaimana, dan Merauke.
Selain itu juga direncanakan serangan terbuka merebut Irian Barat dengan Operasi Jayawijaya.

E Persetujuan New York

12
Pada awalnya Belanda tidak yakin pasukan Indonesia dapat masuk ke wilayah Irian. Akan tetapi operasi-
operasi yang dilakukan Pasukan Komando Mandala ternyata berhasil terhukti dengan jatuhnya Teminabuan
ke tangan pasukan Indonesia. Sementara itu Pemerintah Kerajaan Belanda sedikit banyak mendapat tekanan
dan pihak Amerika Serikat untuk berunding karena untuk mencegah terseretnya Uni Soviet dan Ameriksa
Serikat ke dalam konfrontasi. Dengan adanya rencana Bunker di atas maka sikap Indonesia adalah
menerimanya. Hal ini ternyata menambah simpati dunia terhadap RI, sebaliknya Belanda bersikukuh
mempertahankan Irian Barat. Oleh karena itu pada tanggal 14 Agustus 1962 RI melakukan operasi besar-
besaran yang terkenal sebagai operasi Jayawijaya. Tanggal penyerbuan ini ditetapkan sebagai “Han H” atau
“Hari Penyerbuan.”

Pada tanggal 15 Agustus 1962 ditandatangani suatu perjanjian antara Indonesia dengan Pemerintah
Belanda di New York, bertempat di Markas Besar PBB. Perjanjian ini terkenal dengan Perjanjian New York.
Adapun isi Perjanjian New York adalah sebagai berikut.

1. Pemerintah Belanda akan menyerahkan Irian Barat kepada Penguasa Pelaksana Sementara PBB
(UNTEA = United Nations Temporary Executive Authority) pada tanggal 1 Oktober 1962.

2. Pada tanggal 1 Oktober 1962 bendera PBB akan berkibar di Irian Barat berdampingan dengan / bendera
Belanda, yang selanjutnya akan diturunkan pada tanggal 31 Desember untuk digantikan oleh bendera
Indonesia mendampingi bendera PBB.

3. Pemerintah UNTEA berakhir pada tanggal 1 Mei 1963, pemerintahan selanjutnya diserahkan kepada
pihak Indonesia.

4. Pemulangan orang-orang sipil dan militer Belanda harus sudah selesai pada tanggal 1 Mei 1963.

5. Pada tahun 1969 rakyat Irian Barat diberi kesempatan untuk menyatakan pendapatnya tetap dalam
wilayah RI atau memisahkan diri dan RI melalui Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera).

Selanjutnya untuk menjamin keamanan di Irian Barat maka dibentuk suatu pàsukan keamanan PBB yang
dinamakan United Nations Security Forces (UNSF) di bawah pimpinan Brigadir Jenderal Said Uddin Khan
dan Pakistan. Pekerjaan UNTEA di bawah pimpinan Jalal Abdoh dan Iran juga berjalan lancar sehingga tepat
pada tanggal 1 Mei 1963 roda pemerintahan RI sudah berjalan Sebagai Gubernur Irian Barat pertama maka
diangkatlah E. J. Bonay, seorang putera asli Irian Barat.

Di samping nama-nama Soeharto, Sudarso dan lain-lain yang berjasa dalam pembebasan Irian Barat juga
tercatat dalam sejarah nama-nama seperti Kolonel Sudomo, Kolonel Udara Leo Watimena, dan Mayor L. B.
Moerdani. Pantas pula untuk dikenang adalah, sukarelawati yang gigih berjuang dalam pembebasan Irian
Barat yakni Herlina. Ia memenangkan hadiah Pending Emas karena ikut sertanya dalam pembebasan Irian
Barat secara heroik. Pengalamannya dibukukan dalam karya tulis yang berjudul Pending Emas. Dengan
ditandatangani Perjanjian New York maka pada tanggal 1 Mei 1963 Irian Barat diserahkan kepada Indonesia.
Hubungan diplomatik dengan Belanda pun segera dibuka kembali. Dengan kembalinya Irian Barat kepada
Indonesia maka Komando Mandala dibubarkan dan sebagai operasi terakhir adalah Operasi Wisnumurti yang
bertugas menjaga keamanan dalam penyerahan kekuasaan pemerintahan di Irian Barat dari UNTEA kepada
Indonesia.

F. Arti Penting Penentuan Pe dapat Rakyat (Pepera) di Irian Barat

Sebagai bagian dan Persetujuan New York bahwa Indonesia berkewajiban untuk mengadakan “Penentuan
Pendapat Rakyat” (Ascertainment of the wishes of the people) di Irian Barat sebelum akhir tahun 1969 dengan
ketentuan bahwa kedua belah pihak, Indonesia dan Belanda, akan menghormati keputusan hasil Penentuan
Pendapat Rakyat Irian Barat tersebut. Pada tahun 1969 diselenggarakanlah Penentuan Pendapat Rakyat
(Pepera) di Irian Barat dan hasilnya adalah bahwa rakyat Irian Barat tetap menghendaki sebagai bagian dan
wilayah Republik Indonesia. Selanjutnya hasil dari Pepera tersebut dibawa ke New York oleh utusan Sekjen
PBB Ortizs Sanz untuk dilaporkan dalam Sidang Umum PBB ke- 24 pada bulan November 1969.
Penyelesaian sengketa masalah Irian - Barat antara Indonesia dengan Belanda melalui Persetujan New York
dilanjutkan dengan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) merupakan cara yang adil. Dalam persoalan Pepera

13
(Pénentuan Pendapat Rakyat = plebisit) menurut Persetujuan New York, pihak Belanda juga menunjukkan
sikapnya yang baik, Kedua belah pihak menghormati hasil dan pendapat rakyat Irian Barat dalam menentukan
pilihannya.

Hasil dan Pepera yang memutuskan secara bulat bahwa Irian Barat tetap merupakan bagian dan Republik
Indonesia. Hasil Pepera ini membuka jalan bagi persahabatan RI-Belanda, Lebih-lebih setelah tahun 1965,
hubungan RI-Belanda sangat akrab dan banyak sekali bantuan dari Belanda kepada Indonesia baik melalui
IGGI (Inter Governmental Group for Indonesia) atau di luarnya.

Akhirnya Sidang Umum PBB tanggal 19 November 1969 menyetujui hasil- hasil Pepera tersebut sehingga
Irian Barat tetap merupakan bagian dan wilayah Republik Indonesia.

Singkatnya :Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia Merebut Irian Barat | Salah satu keputusan dalam
Konferensi Meja Bundar (KMB) yang diselenggarakan di Den Haag pada tanggaf 23 Agustus sampai 2
September 1949 adalah kedudukan Irian Barat akan ditentukan selambat-lambatnya satu tahun setelah
Pengakuan Kedaulatan. Setelah bertahun-tahun Belanda tidak mau membicarakan masalah Irian Barat maka
bangsa Indonesia berjuang merebutnya.

Dalam berjuang merebut kembali Irian Barat bangsa Indonesia menggunakan berbagai upaya, yakni melalui
diplomasi maupun konfrontasi. Perjuangan melalui konfrontasi dilakukan dengan cara kônfrontasi politik,
ekonomi, sampai konfrontasi militer.

Dalam konfrontasi militer diawali dengan’dikeluarkannya Trikora (Tn Komando Rakyat) pada tanggal 19
Desemberlg6l. Untuk melaksanakan Trikora mi dibentuklah Komando Mandala Pembebasan Irian Barat.
Operasi pembebasan yang dilakukan Komando Mandala Pembebasan Irian Barat ini melalu fase infiltrasi,
fase eksploitasi, dan fase konsolidasi.

Dengan adanya kesungguhan Indonesia dalam merebut Irian Barat ml mengundang simpati diplomat AS
Ellsworth Bunker untuk mengusulkan rencana penyelesaian masalah Irian Barat. Indonesia menerima usul
Bunker sedangkan Belanda menolaknya. Oleh karena itu Amerika Serikat mendesak Belanda untuk menerima
Rencana Bunker. Atas desakan Amerika Serikat maka Belanda menerimanya dan menandatangani
Persetujuan New York pada tanggal 15 Agustus 1962. Berdasar Persetujuan New York maka Irian Barat
selambat-lambatnya pada tanggal 1 Oktober 1962 akan dilaksanakan serah terima Irian Barat dan tangan
Belanda kepada Pemerintah Sementara PBB UNTEA (United Nations Temporat’j Executive Authorit.

Selanjutnya sebagai wujud pelaksanaan Persetujuan New York maka diselenggarakanlah Penentuan Pendapat
Rakyat Irian Barat (Pepera) pada tahun 1969. Hasil Pepera membuktikan secara bulat bahwa Irian Baralletap
merupakan bagman dan Republik Indonesia. Hasil Pepera ini disetujui PBB pada tanggal l9 November 1969.

E. Pentingnya Konferensi Asia Afrika Bagi perjuangan RI merebut Irian

Arti Penting Konferensi Asia-Afrika KAA yang dilaksanakan dibandung pada tanggal 18 – 24 april 1955
mempunyai pengaruh yang besar bagi bangsa Indonesia khususnya dan bagi dunia pada umumnya. KAA
berpengaruh sangat besar dalam upaya menciptakan perdamaian dunia dan mengakhiri penjajahan di
seluruh dunia secara damai, khususnya di Asia dan Afrika.

Pengaruh KAA bagi Indonesia:

 Ditandatanganinya persetujuan dwi kewarganegaraan antara Indonesia dan RRC (seseorang yang
memegang dwi kewarganegaraan harus memilih salah satu dan tidak memilih dapat mengikuti
kewarganegaraan).
 Adanya dukungan yang diperoleh , yaitu berupa keputusan KAA mengenai perjuangan merebut
irian barat dalam forum PBB.

Pengaruh KAA bagi Negara-Negara Asia-Afrika:

14
 KAA berpengaruh besar terhadap perjuangan kemerdekaan bangsa-bangsa Asia-Afrika yang
belum merdeka. Bangsa-bangsa Asia-Afrika yang merdeka sesudah diadakannya KAA, antara
lain : Maroko, Tunisia dan Sudan (1956), Ghana (1957), Guyana (1958), Mauritania, Mali,
Niger, Tugo, Dahomei, Chad, Senegal, Pantai Gading dan beberapa negara Afrika lainnya (
1960 ).

Pengaruh KAA bagi Dunia:

 Berkurangnya ketegangan dunia


 Amerika Serikat dan Australia mulai berusaha menghapuskan ras diskriminasi di negaranya.
 Munculnya organisasi Gerakan Non-Blok (GNB) yang bertujuan meredakan perselisihan
paham dari Blok Barat dan Blok Timur.
 Belanda mulai kebingungan menghadapi Blok Afro-Asia di PBB.

Berikut ini makna dan arti penting terselenggaranya KAA:

 Merupakan pendorong kemerdekaan bangsa-bangsa Asia-Afrika untuk lepas dari cengkraman


imperialism dan kolonialisme barat.
 Menjadi pendorong lahirnya Gerakan Nonblok.
 Merupakan pencetus semangat solidaritas dan kebangkitan negara Asia-Afrika dalam menggalang
persatuan.
 Memberikan harapan baru bagi bangsa-bangsa yang sudah maupun belum merdeka.
 Mulai diikutinya politik luar negeri bebas dan aktif yang dijalankan oleh Indonesia, India,
Myanmar, dan Sri Lanka.
 Kembali bangkit dan sadarnya bangsa-bangsa Asia-Afrika akan potensi yang dimiliki.
 Diakuinya nilai-nilai Dasasila Bandung oleh negara-negara maju karena terbukti memiliki
kemampuan dalam meredakan ketegangan dunia.

Konferensi Asia Afrika membawa pengaruh yang besar bagi solidaritas dan perjuangan kemerdekaan
bangsa di Asia dan Afrika. Pengaruh Konferensi Asia Afrika adalah sebagai berikut

 Perintis dalam membina solidaritas bangsa-bangsa dan merupakan titik tolak untuk mengakui
kenyataan bahwa semua bangsa di dunia harus dapat hidup berdampingan secara damai.
 Cetusan rasa setia kawan dan kebangsaan bangsa-bangsa Asia Afrika untuk menggalang
persatuan.
 Penjelmaan kebangkitan kembali bangsa-bangsa di Asia dan Afrika.
 Pendorong bagi perjuangan kemerdekaan bangsa di dunia pada umumnya serta di Asia dan Afrika
khususnya.
 Memberikan pengaruh yang besar terhadap perjuangan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika dalam
mencapai kemerdekaannya.
 Banyak negara-negara Asia-Afrika yang merdeka kemudian masuk menjadi anggota PBB.

Selain membawa pengaruh bagi solidaritas dan perjuangan kemerdekaan bangsa di Asia dan Afrika,
Konferensi Asia Afrika juga menimbulkan dampak yang penting dalam perkembangan dunia pada
umumnya. Pengaruh atau dampak itu, antara lain sebagai berikut.

 Konferensi Asia Afrika mampu menjadi penengah dua blok yang saling berseteru sehingga dapat
mengurangi ketegangan/détente akibat Perang Dingin dan mencegah terjadinya perang terbuka.
 Gagasan Konferensi Asia Afrika berkembang lebih luas lagi dan diwujudkan dalam Gerakan Non
Blok.
 Politik bebas aktif yang dijalankan Indonesia, India, Burma (Myanmar), dan Sri Lanka tampak
mulai diikuti oleh negara-negara yang tidak bersedia masuk Blok Timur ataupun Blok Barat.
 Belanda cemas dalam menghadapi kelompok Asia Afrika di PBB sebab dalam Sidang Umum
PBB, kelompok tersebut mendukung tuntutan Indonesia atas kembalinya Irian Barat ke pangkuan
RI.

15
 Australia dan Amerika Serikat mulai berusaha menghapuskan diskriminasi ras di negaranya.

Konferensi Asia Afrika dan pengaruhnya terhadap solidaritas antar bangsa tidak hanya berdampak pada
negara-negara di Asia dan Afrika, tetapi juga bergema ke seluruh dunia.

F. Perjuangan Bangsa Indonesia dalam Upaya merebut kembali Irian Barat

Adanya salah satu keputusan dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) ialah bahwa masalah irian barat
akan dibicarakan antara indoneia dengan Belanda satu tahun setelah pengakuan kedaulatan. Setelah
bertahun-tahun Belanda tidak mau membicarakan masalah Irian Barat dengan Indonesia. Oleh karena itu
Indonesia melakukan berbagai upaya untuk merebut Irian Barat kembali.

Upaya diplomasi untuk merebut kembali irian barat dilakukan baik secara bilateral, multilateral, maupun
internasional. Diplomasi secara bilateral dilakukan langsung dengan pihak Belanda mulai tahun 1950
namun melaluijalan buntu.Setelah diplomasi secara bilateral gagal, Kabinet Ali Sastroamijoyo 1
menempuh jalur diplomasi multilateral, yakni melalui Konf Karena jalan diplomasi tidak menuai hasil,
pemerintah menggunakan jalan lain, yakni mengambil sikap keras terhadap Belada

A. Tanggal 13 februari 1956, Indonesia membatalkan ikatan uni Indonesia-Belanda.

B. Tanggal 3 Mei 1956, Indonesia membatalkan persetujuan KMB

C. Tanggal 17 Agustus 1956, Indonesia membentuk Provinsi Irian Barat dengan ibu kota Soasiu; Sulta
Tidore, Zainal Abidin Syah diangkat sebagai gubernurnya.

Tindakan pemerintah Indonesia dalam upaya pembebasan Irian Barat ini menimbulkan hubungan yang
tegang dengan pihak Belanda. Ketegangan ini memucak dengan pemutusan hubungan diplomatic antara
Pemerintah RI dan Pemerintah Kerajaan Belanda pada tanggal 17 Agustus 1960. rensi Asia-Afrika dan
PBB.

Dalam konfrontasi militer dawali dengan dikeluarkannya Trikora pada tanggal 19 Desember 1961 yang
berisi :

1. Gagalkan Pembentukan “Negara Papua” bikinan Belanda kolonial

2. Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat tanah air Indonesia

3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan
bangsa.

Untuk melaksanakan Trikora ini dibentuklah komando mandala Pembebasan Irian Barat yang melalui 3
fase, yakni antara lain :

1. Fase Infiltrasi : Pada tahap ini direncanakan penyusupan pasukan ke daerah tertentu untuk
menciptakan daerah babas de facto.

2. Fase Eksploitasi : Pada tahap ini direncanakan mengadakan serangan terbuka terhadap induk militer
lawan dan menduduki semua pos pertahanan musuh yang penting

3. Fase konsolidasi : Pada tahap ini direncanakan penegakan kekuasaan RI secara mutlak di seluruh
Irian Barat .

Dengan adanya kesungguhan Indonesia dalam merebut Irian Barat ini mengundang simpati diplomat AS
Elisworth Bunker untuk mengusulkan rencana penyelesaian masalah Irian Barat. Indonesia menerima usul
Bunker sedangkan Belanda menolaknya. Oleh karena itu AS mendesak Belanda untuk menerima rencana
Bunker. Atas desakan AS maka Belanda menerimanya dan menandatanganni Persetujuan New York pada
tanggal 15 Agustus 1962, yang isinya :

16
1. Belanda akan menyerahkan Irian Barat kepada UNTEA paling lambat 1 Oktober 1962.

2. Bendera Indonesia mulai dikibarkan di Irian Barat tanggal 31 Desember 1962 di samping bendera PBB.

3. Pemerintah RI secara resmi akan menerima pemerintahan atas Irian Barat dari UNTEA paling lambat
tanggal 1 mei 1963

4. Pemerintah RI wajib menyelenggarakan penentuan pendapat rakyat (pepera) paling lambat akhir tahun
1969.

Sebagai wujud pelaksanakan Persetuuan New York maka diselenggarakanlah Penentuan Pendapat Rakyat
Irian Barat (Pepera)pada tahun 1969. Hasil Pepera membuktikan secara bulat bahwa Irian Barat tetap
merupakan bagian dari Republik Indonesia. Hasil Pepera itu disetujui PBB pada tanggal 19 November
1969.

G. Latar Belakang Timbulnya Konfrontasi Indonesia Terhadap Malaysia

Konfrontasi Indonesia-Malaysia adalah sebuah perang mengenai masa depan Malaya, Brunei, Sabah dan
Sarawak yang terjadi antara Federasi Malaysia dan Indonesia pada tahun 1962 hingga 1966.

Perang ini berawal dari keinginan Federasi Malaya lebih dikenali sebagai Persekutuan Tanah Melayu
pada tahun 1961 untuk menggabungkan Brunei, Sabah dan Sarawak kedalam Federasi Malaysia yang
tidak sesuai dengan Persetujuan Manila oleh karena itu keinginan tersebut ditentang oleh Presiden
Soekarno yang menganggap pembentukan Federasi Malaysia sebagai "boneka Inggris" merupakan
kolonialisme dan imperialisme dalam bentuk baru, serta dukungan terhadap berbagai gangguan keamanan
dalam negeri dan pemberontakan di Indonesia.

Pelanggaran perjanjian internasional konsep THE MACAPAGAL PLAN antara lain melalui perjanjian
Persetujuan Manila mengenai dekolonialisasi yang harus mengikut sertakan rakyat Sarawak dan Sabah.

Pada 1961, Kalimantan dibagi menjadi empat administrasi:

Kalimantan : Sebuah provinsi di Indonesia

Brunei

Koloni Inggris : Sarawak & Borneo Utara(Sabah)

Sebagai bagian dari penarikan koloninya di Asia Tenggara, Inggris mencoba menggabungkan koloninya
di Kalimantan dengan Federasi Malaya dan membentuk Federasi Malaysia.

17
Rencana ini ditentang oleh Pemerintahan Indonesia; Presiden Soekarno berpendapat bahwa Malaysia
hanya sebuah boneka Inggris, dan konsolidasi Malaysia hanya akan menambah kontrol Inggris di kawasan
ini, sehingga mengancam kemerdekaan Indonesia. Filipina juga membuat klaim atas Sabah, dengan alasan
daerah itu memiliki hubungan sejarah dengan Filipina melalui Kesultanan Sulu.

Filipina dan Indonesia resminya setuju untuk menerima pembentukan Federasi Malaysia apabila
mayoritas di daerah yang hendak dilakukan dekolonial memilihnya dalam sebuah referendum yang
diorganisasi oleh PBB.Tetapi, pada 16 September, sebelum hasil dari pemilihan dilaporkan.Malaysia
melihat pembentukan federasi ini sebagai masalah dalam negeri, tanpa tempat untuk turut campur orang
luar, tetapi pemimpin Indonesia melihat hal ini sebagai Persetujuan Manila yang dilanggar dan sebagai
bukti kolonialisme dan imperialisme Inggris.

8 Desember 1962 : Di Brunei, Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU) memberontak. Mereka
mencoba menangkap Sultan Brunei, ladang minyak dan sandera orang Eropa.Sultan lolos dan meminta
pertolongan Inggris.Dia menerima pasukan Inggris dan Gurkha dari Singapura.

16 Desember 1962: Komando Timur Jauh Inggris (British Far Eastern Command) mengklaim bahwa
seluruh pusat pemberontakan utama telah diatasi.

20 Januari 1963 : Menteri Luar Negeri Indonesia, Soebandrio mengumumkan sikap bermusuhan dengan
Malaysia.

17 April 1963 : Pemimpin pemberontakan ditangkap dan pemberontakan berakhir.

27 Juli 1963 : Presiden Soekarno memproklamirkan Ganyang Malaysia.

16 September 1963 : Federasi Malaysia resmi dibentuk. Brunei menolak bergabung & Singapura keluar di
kemudian hari.

17 September 1963 : Demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur.

3 Mei 1964 : Presiden Soekarno mengumumkan Dwikora.

Mei 1964 : Pasukan Indonesia mulai menyerang wilayah di Semenanjung Malaya. Dibentuk Komando
Siaga yang bertugas untuk mengkoordinir kegiatan perang terhadap Malaysia (Operasi
Dwikora).Komando ini kemudian berubah menjadi Komando Mandala Siaga (Kolaga).

Agustus 1964: Enam belas agen bersenjata Indonesia ditangkap di Johor. Aktivitas Angkatan Bersenjata
Indonesia di perbatasan juga meningkat.Tentera Laut DiRaja Malaysia mengerahkan pasukannya untuk
mempertahankan Malaysia.Hanya sedikit saja yang diturunkan dan harus bergantung pada pos perbatasan
dan pengawasan unit komando.Misi utama mereka adalah untuk mencegah masuknya pasukan Indonesia
ke Malaysia. Sebagian besar pihak yang terlibat konflik senjata dengan Indonesia adalah Inggris dan
Australia, terutama pasukan khusus mereka yaitu Special Air Service(SAS).

16 Agustus 1964 : Pasukan dari Rejimen Askar Melayu Diraja berhadapan dengan lima puluh gerilyawan
Indonesia.

17 Agustus 1964 : Pasukan terjun payung mendarat di pantai barat daya Johor dan mencoba membentuk
pasukan gerilya.

2 September 1964 : Pasukan terjun payung didaratkan di Labis, Johor.

29 Oktober 1964 : 52 tentara mendarat di Pontian di perbatasan Johor-Malaka dan membunuh pasukan
Resimen Askar Melayu DiRaja & Selandia Baru dan menumpas juga Pasukan Gerak Umum Kepolisian
Kerajaan Malaysia di Batu 20, Muar, Johor.

20 Januari 1965 : Indonesia menarik diri dari PBB.

18
Januari 1965 : Australia setuju untuk mengirimkan pasukan ke Kalimantan setelah menerima banyak
permintaan dari Malaysia. Pasukan Australia menurunkan 3 Resimen Kerajaan Australia dan Resimen
Australian Special Air Service.

28 Juni 1965 : Militer Indonesia menyeberangi perbatasan masuk ke timur Pulau Sebatik dekat Tawau,
Sabah dan berhadapan dengan Resimen Askar Melayu Di Raja dan Kepolisian North Borneo Armed
Constabulary.

1 Juli 1965: Militer Indonesia yang berkekuatan kurang lebih 5000 orang melabrak pangkalan Angkatan
Laut Malaysia di Semporna. Serangan dan pengepungan terus dilakukan hingga 8 September namun
gagal.Peristiwa ini dikenal dengan "Pengepungan 68 Hari" oleh warga Malaysia.

Akhir 1965 : Jendral Soeharto memegang kekuasaan di Indonesia setelah berlangsungnya G30S/PKI.
Oleh karena konflik domestik ini, keinginan Indonesia untuk meneruskan perang dengan Malaysia
menjadi berkurang dan peperangan pun mereda.

28 Mei 1966 : Di sebuah konferensi di Bangkok, Kerajaan Malaysia dan pemerintah Indonesia
mengumumkan penyelesaian konflik. Kekerasan berakhir bulan Juni, dan perjanjian perdamaian
ditandatangani pada 11 Agustus dan diresmikan dua hari kemudian.

Singkatnya : keinginan federasi Malaya atau Persekutuan Tanah Melayu untuk menggabungkan Brunei,
Sarawak, dan Sabah ke dalam Federasi Malasyia, yang mana tindakan tersebut merupakan pelanggaran
atas Persetujuan Manila yang ditandatangani oleh Indonesia, Filipina dan Federasi Malasyia.

Situasi tersebut membuat Indonesia melalui Presiden Soekarno berang dan menuduh Malaysia sebagai
boneka imperialis Inggris untuk melakukan penjajahan di wilayah nusantara sehingga berpotensi
membahayakan revolusi Indonesia.

Konfrontasi dengan Malasyia kemudian diumumkan Presiden Sukarno dengan mengumumkan Dwi
Komando Rakyat (Dwikora) pada tanggal 3 Mei 1964 di Jakarta dan diikuti dengan pembentukan
komando penyerangan atas Malasyiayang bernama Komando Mandala Siaga (Kolaga) di bawah pimpinan
Marsekal Madya Oemar Dhani.

Perintah Dwi Komando Rakyat (Dwikora) yang yang dikeluarkannya

Presiden Soekarno berisi:

1. Pertinggi ketahanan revolusi Indonesia

2. Bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya,

Singapura, Sarawak dan Sabah, untuk menghancurkan Malaysia

Pembahasan:

Sejarah mencatat

bahwa konfrontasi dengan Indonesia dengan Malasyia merupakan salah satu

penyimpangan kebijakan politik luar negeri yang bebas dan aktif selama

pemerintahan demokrasi terpimpin.

Berikut ini adalah beberapa penyimpangan kebijakan politik

luar negeri bebas dan aktif selama pemerintahan demokrasi terpimpin:

1. Pemerintahan

19
orde lama membagi kekuatan politik dunia menjadi dua, yakni New Emerging Forces

(NEFO) dan Old Established Forces (OLDEFO).

2. Melakukan konfrontasi dengan

Malaysia dengan alasan bahwa Federasi Malaysia merupakan boneka Inggris

untuk melakukan penjajahan yang membahayakan revolusi Indonesia.

3. Penarikan diri Indonesia darikeanggotaan Perserikatan Bangsa Bangsadengan alasan diterimanya


Malaysiasebagai anggota dewan keamanan tidak tetap PBB sehingga Indonesia terkucilkandari dunia
pergaulan internasional.

4. Indonesiamembentuk poros Jakarta – Beijing pada masa orde lama sehingga membuatIndonesia
seolah – olah pro komunis.

5. Indonesia melaksanakan politik mercusuar, yakni suatu politikyang mengagungkan kebesaran


Indonesia di mata dunia pergaulan internasionaldengan membangun Stadion Senayan (gelora bung Karno)
dan menyelenggarakan pestaolahraga negara - negara anggota NEFO di Jakarta.

H. Upaya - upaya damai yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia menjelang dwokora
dikumandangkan

Konfrontasi Malaysia terjadi sebagai akibat diproklamasikannya Federasi Malaysia yang terdiri dari Malaya,
Singapura, Brunai, Sabah dan Serawak pada tanggal 16 September 1963.Proklamasi tesebut menurut
pandangan Indonesia merupakan bentuk baru dari kolonialisme/Inggris di wilayah bekas jajahannya dan hal
ini bertentangan dengan Indonesia yang anti kolonialisme dan imperalisme.Sebelum Malaysia
diproklamasikan, telah dibuat suatu perjanjian antara Perdana Menteri Tanah Malaya Tengku Abdul Rahman
dengan Perdana Menteri Inggris Malcolm Mac Donald yang mengijinkan pangkalan Malaysia dijadikan
sebagai pangkalan Militer Inggris.Isi perjanjian ini bagi Indonesia membahayakan Revolusi Indonesia, karena
menjadi ancaman bagi keberadaan Indonesia.Indonesia masih ingat sewaktu Daud Beureuh di Aceh
memberontak dibantu rakyat Malaya yang mengaku sebagai saudaranya.Sewaktu Westerling melakukan
pemberontakan APRA dapat meloloskan diri dengan pesawat Belanda yang berpangkalan di
Singapura.Sewaktu PRRI/Permesta bergejolak dibantu oleh pesawat-pesawat asing yang memberikan bantuan
senjata dan logistik yang berpangkalan di Singapura, juga tokoh-tokoh PRRI/Permesta bersembunyi di
Malaya dan Singapura sewaktu dilakukan operasi militer.Indonesia berpengalaman bahwa Singapura dan
Malaya telah dijadikan pangkalan militer asing yang membantu pemberontakan di Indonesia.

Alasan lain karena pembentukan Federasi Malaysia bertentangan dengan salah satu Piagam PBB tentang
Dekolonisasi dan Dasa Sila Bandung yang telah disepakati oleh Bangsa-bangsa Asia dan Afrika tahun 1955
juga adanya kenyataan bahwa sebagian besar rakyat Kalimantan Utara menolak federasi tersebut terbukti
adanya pemberontakan oleh TNKU pimpinan Dr. Azhari yang telah memproklamasikan berdirinya Negara
Kesatuan Kalimantan Utara (NKKU).

Sebelum Federasi Malaysia diproklamasikan sebetulnya sudah dilakukan pendekatan antara Malaya, Philipina
dan Indonesia melalui ”Deklarasi Manila”, “Manila Accord” dan “Pernyataan Bersama Manila” yang pada
prinsipnya menyatakan bahwa masalah Asia harus diselesaikan oleh bangsa Asia dengan cara Asia. Apa yang
telah disepakati di Manila telah dilanggar sendiri oleh Perdana Menteri Melayu Tengku Abdul Rahman,
sehingga membuat ketersinggungan Presiden RI Sukarno dan Presiden Philipina Dias Dado Macapagal.

Sewaktu Azhari memproklamasikan berdirinya Negara Kesatuan Kalimantan Utara, Indonesia membantu
dengan mengirimkan tenaga sukarelawan, gerilyawan dan bantuan logistik. Hal ini dilakukan sebagai balas
budi kepada rakyat Kalimantan Utara yang telah membantu perjuangan rakyat Indonesia sewaktu melawan
Belanda tahun 1946-1948 khususnya Azhari telah bergabung dengan TKR di Yogya dengan pangkat Kapten
berjuang bersama rakyat Indonesia menghadapi Belanda pada Agresi Militer I dan II.

20
Atas bantuan Indonesia kepada perjuangan NKKU makin membuat marah Inggris dan Malaya.Inggris
meningkatkan pertahanannya di Malaysia.Proklamasi NKKU dihadapi oleh Inggris dengan pengerahan
pasukan ke Kalimantan Utara, akibatnya banyak rakyat dan pejuang Kalimantan Utara yang lari ke wilayah
perbatasan Indonesia.Dampak dari hal ini sewaktu dilakukan penyelidikan kehendak rakyat Sabah dan
Serawak oleh misi PBB dapat dimanipulasi bahwa sebagian besar rakyat setuju dengan penggabungan dan
hasil ini diterima oleh PBB.Akibatnya PBB menyetujui Proklamasi Malaysia dan diterima sebagai anggota
PBB.Menghadapi sikap PBB tersebut, Indonesia melakukan protes dengan keluar dari keanggotaan PBB sejak
tanggal 17 September 1963 ditunjukkan dengan pemutusan hubungan diplomatik dan hubungan dagang
dengan Malaysia.

Tindakan Indonesia ini didorong oleh PKI agar pemerintah Indonesia melakukan konfrontasi total dengan
Malaysia, sehingga Indonesia melakukan konfrontasi dengan Malaysia dalam bidang politik, ekonomi dan
militer.

Dibidang militer disamping pengiriman gerilyawan juga mempersiapkan operasi militer menghadapi operasi
militer yang dilakukan oleh Inggris dan Malaysia dibantu Australia dan Selandia Baru.

TNI AL dan TNI AU mengerahkan kekuatan kapal dan pesawat yang semula dipersiapkan untuk operasi
militer Trikora, sedangkan TNI AD hanya memperkuat pertahanan wilayah Kalimantan tidak mengerahkan
disposisi pasukan mengingat situasi di pulau jawa khususnya Jakarta saat itu tidak memungkinkan untuk
pengerahan pasukan.

Sebetulnya sudah diupayakan untuk penyelesaian damai antara Indonesia dengan Malaysia dengan
perantaraan

Thailand, namun menemui jalan buntu justru terjadi ketegangan yang makin memuncak.Malaysia mengajukan
persoalan ke PBB dan memanggil pemuda untuk ikut mobilisasi wajib militer sehingga terhimpun 500.000
orang.Tindakan ini dibalas oleh Presiden Sukarno dengan menyerukan kepada Pemuda Indonesia untuk
bergabung menjadi Sukarelawan sehingga terdaftar 21.000.000 orang. Dalam Apel Besar Sukarelawan
Indonesia di Jakarta tanggal 3 Mei 1964 Bung Karno menyerukan Dwi Komando Rakyat (Dwikora) yang
berisi :

- Perhebat Ketahanan Revolusi Indonesia.

- Bantu Perjuangan Revolusioner Rakyat-rakyat Malaya, Singapura, Sabah, Serawak dan Brunai untuk
membubarkan Negara Boneka Malaysia.

Setelah mengeluarkan Dwikora, Presiden membentuk Komando Siaga yang dipimpin oleh Panglima
Laksamana Madya Omar Dhani dan “Brigade Sukarelawan Tempur Dwikora” dipimpin Kolonel Sobirin
Muchtar, sehingga mulailah Indonesia menerjunkan Sukarelawan di Kalimantan Utara.

Untuk menyelesaikan ketegangan, Indonesia masih berupaya untuk berunding dengan Malaysia di Tokyo
tetapi gagal karena Malaysia masih berpendirian untuk penarikan mundur gerilyawan Indonesia dan justru
mengajukannya ke PBB, sehingga PBB bersidang dan memenangkan klaim Malaysia.

Pada bulan Januari 1965 Malaysia diterima sebagai anggauta Dewan Keamanan PBB menggantikan
Chekoslovakia, sehingga mengakibatkan keluarnya Indonesia dari keanggotaan PBB.

Dengan keluarnya Indonesia dari PBB makin memperuncing konfrontasi.PKI mendesak Presiden untuk
membentuk Angkatan kelima Brigade Sukarelawan yang dipersenjatai dengan senjata bantuan cina, namun
hal tersebut ditolak oleh Angkatan Darat.Sewaktu di Indonesia terjadi pemberontakan PKI dengan didahului
penculikan Jenderal, konfrontasi tetap berlangsung.

Setelah terjadi pemberontakan PKI, Malaysia menghubungi Indonesia menawarkan jasa baik untuk membantu
memberantas komunis dengan senjata dan obat-obatan tetapi bantuan tersebut ditolak.Sejak saat itu dimulai
lanjutan perundingan antara Malaysia dan Indonesia secara sembunyi-sembunyi di Bangkok Thailand.Dalam
perundingan tersebut disepakati bahwa penyelesaian berdasar pada landasan persetujuan Manila. Akhir

21
perundingan pada tanggal 11 Agustus 1966 ditandatanganinya persetujuan “Jakarta Accord” tentang
penghentian konfrontasi dan normalisasi hubungan Indonesia Malaysia di gedung Pancasila Deplu Jakarta.
Indonesia diwakili oleh Menlu Adam Malik dan Malaysia oleh Menlu Tun Abdul Razak disaksikan oleh
Presiden RI Suharto dan Perdana Menteri Tengku Abdul Rachman.Dengan Ditandatanganinya Jakarta
Accord, berakhirlah Konfrontasi dengan Malaysia dan pulihnya hubungan diplomatik Indonesia-Malaysia.

I. Sebab-sebab indonesia keluar dari PBB

Pada era kemerdekaan Indonesia, negara Indonesia masih terbayang-bayang atas kekuasaan
Belanda.Meskipun kemerdekaan sudah diproklamirkan, namun pengaruh dari Belanda masih ada sampai pada
tahun 1047.Dari situlah muncul pergerakan-pergerakan politik yang mambawa dampak positif Politik Etis
kepada masalah ini.

Karena masih khawatir mengenai pengaruh Belanda yang ada, dan juga negara Belanda yang tidak
mengindahkan proklamasi Indonesia, bangsa Indonesia masih dibayangi ketakutan yang mana tejadi pada
masa perjuangan Indonesia, yang dicontohkan dengan berbagai persitiwa seperti pada latar belakang perang
Banjar dan juga penyebab perang Padri pecah yang ikonik. Pada akhirnya, Indonesia sempat mendapat
bantuan dari Perserikatan Bangsa-bangsa untuk bisa mengatasi hal tersebut. Dan akhirnya Belanda pun mau
tidak mau menuruti apa yang organisasi dunia mau, karena juga berada pada keanggotaan organisasi tersebut.

PBB juga membantu Indonesia dalam berbagai hal, contohnya seperti dalam usaha pembebasan Irian Barat,
yang akhirnya berhasil dimenangkan oleh pihak Indonesia.Tentunya ada sebab-sebab lain yang menyebabkan
Indonesia menjadi negara yang potensial untuk masuk ke dalam organisasi tersebut.

Akhirnya, pada era setelah adanya demokrasi yang mempunyai perkembangan politik masa Demokrasi
Liberal yaitu pada sistem demokrasi perlementer yang mempunyai beberapa hal penting seperti pergantian
kabinet pada masa Demokrasi Liberal dan juga faktor-faktor kontroversial yang ada dalam kelemahan Sistem
Parlementer. Indonesia mulai masuk ke dalam PBB pada masa era kabinet Natsir, yang mana merupakan
kabinet awal dari sistem demorkasi tersebut.

Namun, beberapa saat kemudian, Indonesia memutuskan untuk keluar dari PBB. Lalu kenapa Indonesia tiba-
tiba ingin keluar dari organisasi dunia tersebut? Mari kita telusuri kenapa Indonesia keluar dari PBB di
bawah ini :

1. Markas PBB di Amerika Serikat

Salah satu penyebab keluarnya Indonesia dari oranisasi PBB adalah megenai markasnya yang berada pada
negara Amerika Serikat.Negara yang memiliki militer terkuat di Amerika Latin dan militer terkuat di Amerika
Selatan dianggap dapat mempengaruhi suara keseluruhan yang bisa berimbas pada adanya keberpihakan
terhadap negara Amerika Serikat sendiri.Dan tentunya hal ini ditentang oleh Indonesia, karena merasa bahwa
bila markas PBB berada di Amerika, maka hal tersebut merupakan keuntungan tersendiri bagi negara tersebut,
dan justru dapat memojokkan negara-negara yang lainnya.

Belum lagi soal Amerika Serikat yang memiliki image jelek di Indonesia karena sempat bermusuhan dengan
Islam, karenda adanya pengaruh dari negara tersebut pada konflik-konflik yang berada pada negara-negara
Islam seperti pada penyebab perang Suriah dan Amerika dan juga invasi Amerika Serikat ke Afghanistan yang
sangat mengundang keprihatinan Islam dunia, terutama Indonesia. Satu hal lagi yang ditakutkan apabila
markas organisasi tersebut berada pada negara Amerika Serikat, nantinya negara-negara lain akan kesusahan
dalam menyatakan kebenaran yang ada karena adanya negara-negara lain yang berusaha menutupi kebenaran
tersebut untuk membela Amerika Serikat.

2. Kesekretariatan yang selalu dipegang oleh Amerika

Satu hal lagi, terlepad dari adanya perkembangan Orde Baru alasan kenapa Indonesia keluar dari PBB ialah
karena kesekretariatan dipegang oleh negara adidaya tersebut juga.Bukan hal yang baru lagi bahwa Amerika
memiliki sahabat-sahabat lainnya yang tersebar di seluruh dunia, salah satunya ialah Israel.Gabungan antara
kaum liberal dengan kaum yahudi ini juga bukan merupakan sebuah hal yang baru lagi.

22
Dan contoh nyata dari efek buruk bila Amerika memegang kesekretariatan PBB ialah adanya dukungan
kepada Israel yang merupakan teman baik dari Amerika Serikat untuk bisa menyerang dan menindas.Baru-
baru juga nampak dukungan dari Presiden Amerika yang mengakui bahwa Yerusalem merupakan ibukota dari
negara Israel, yang mana belum tentu benar adanya.Itu hanyalah sebuah contoh dari banyak kejadian lainnya.

3. PBB secara sengaja mengabaikan negara China

Lalu, ada satu fakta lagi yang menyebabkan Indonesia sempat keluar dari PBB yaitu diabaikannya negara
China.Pendapat dari China tidak didengar dan kalah dengan suara dari pihak Amerika Serikta sendiri.Hal ini
berhubungan dengan ideologi yang dianut oleh keduanya.Amerika yang liberal bertentangan dengan China
dengan komunisme nya yang merupakan akar dari sejarah terbentuknya PKI. Komunisme sendiri juga dianut
oleh Korea Utara yang dipimpin oleh Kim Jong Un.

Adanya ketidak seimbangan ini menyebabkan Indonesia merasa tidak nyaman dengan keadaan itu, sehingga
keluar dari organisasi tersebut sepertinya hal yang masuk akal untuk dilakukan. Bukankah seharusnya
organisasi dunia ini menampung dan menganggap semua negara berada pada garis horizontal yang sama?
Pada realitanya yang terjadi justru kebalikannya.Tidak hanya Indonesia saja, namun beberapa negara juga
sempat berpikir untuk meninggalkan organisasi ini.

4. Organisasi PBB dianggap tidak adil

Dengan contoh yang disampaikan pada paragraf di atas, kita bisa menympulkan kondisi PBB saat itu
sangatlah buruk.Keretakan tersebut diperparah dengan PBB yang juga tidak adil pada semua negara.Ada
negara-negara yang ditanggapi serius oleh PBB, dan itu merupakan hal yang ironis, mengingat PBB
merupakan perkumpulan negara-negara di dunia untuk membentuk suatu kemajuan.

5. Diterimanya Malaysia menjadi anggota PBB

Awal terjadinya puncak dari ketidak sukaan Indonesia terjadi pada saat PBB ingin memasukkan Malaysia
untuk masuk ke dalam organisasi tersebut.Indonesia yang mempunyai militer terkuat di Asia Tenggara, yang
saat itu diwakili oleh Presiden Soekarno yang sangat tidak menyetujui hal tersebut.Hal ini dikarenakan,
Indonesia menganggap Malaysia masih sebagai negara bentukan atau negara boneka dari Inggris.

Meskipun hanya diangkat sebagai anggota tidak tetap PBB, hal itu bukanlah hal yang benar karena bisa saja
Inggris mempengaruhi negara Malaysia untuk mengambil suara yang sama dengan Inggris. Pada akhirnya,
tanggal 31 Desember 1965 Indonesia keluar dari organisasi PBB, kemudian kembali lagi pada 28 September
tahun berikutnya dengan status keanggotaan yang sama

6. Adanya campur tangan dari negara-negara kapitalis

Lalu, hal yang juga bukan merupakan solusi agar perang tidak terjadi adalah adanya campur tangan dan
pengaruh dari negara kapitalis pada PBB.Hal ini sangat bertentangan dengan Indonesia yang sangat
menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa.Indonesia tidak hanya berjuang untuk negaranya sendiri,
namun juga untuk bangsa Asia dan juga bangsa Afrika.

Itulah tadi beberapa sebab atau alasan kenapa Indonesia keluar dari PBB, yang berhasil kami rangkum dalam
artikel ini. Kehidupan Indoenesia dan PBB sudah bisa dibilang mulai harmonis sekarang ini, karena adanya
banyak kerja sama yang dilakukan Indonesia sendiri dengan negara lainnya yang merupakan anggota dari
PBB tersebut.

Namun sayangnya, hal ini berubah menjadi kontroversi ketika Donald Trump memutuskan untuk membuat
kebijakan yang sangat mengintimidasi umat Islam, yang mana merupakan umat terbanyak di Indonesia.Dan
hal itu pula yang akhirnya memicu kemarahan dari bangsa Indonesia sendiri.Semoga saja, hubungan yang
rusak tadi bisa diperbaiki dengan adanya understanding dan tolerance yang bisa dilakukan oleh kedua pihak.

23
J. Konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia

Konflik antara Indonesia-Malaysia merupakan suatu konflik saling hadap berhadapan atau dikenal dengan
konfrontasi, hal ini terjadi dalam satu kawasan (regional) yang sama yaitu Asia Tenggara. Konfrontasi
Indonesia-Malaysia atau yang lebih dikenal sebagai Konfrontasi saja adalah sebuah perang mengenai masa
depan Malaya, Brunei, Sabah dan Sarawak yang terjadi antara Federasi Malaysia dan Indonesia pada tahun
1962 hingga 1966.

Perang ini berawal dari keinginan Federasi Malaya lebih dikenali sebagai Persekutuan Tanah Melayu pada
tahun 1961 untuk menggabungkan Brunei, Sabah dan Sarawak ke dalam Federasi Malaysia yang tidak sesuai
dengan Persetujuan Manila.

Oleh karena itu, keinginan tersebut ditentang oleh Presiden Sukarno yang menganggap pembentukan Federasi
Malaysia yang sekarang dikenal sebagai Malaysia sebagai "boneka Inggris" merupakan kolonialisme dan
imperialisme dalam bentuk baru serta dukungan terhadap berbagai gangguan keamanan dalam negeri dan
pemberontakan di Indonesia.

Latar belakang Konfrontasi Indonesia dengan Malaysia.

Konfrontasi Indonesia terjadi ketika kerajaan Inggris berniat untuk menyatukan daerah jajahannya di asia
tenggara untuk membentuk sebuah negara pesemakmuran Inggris dengan nama Malaysia. Daerah yang akan
disatukan diantaranya daerah jajahannya di Borneo (Kalimantan) dan semenanjung malaya. Mendengar hal
tersebut, Soekarno menentang rencana Inggris tersebut. Soekarno berpendapat bahwa hal itu dapat menambah
kontrol inggris di asia tenggara sehingga dapat mengancam kemerdekaan Indonesia. oleh karena itu Malaysia
dianggap Soekarno sebagai boneka Inggris.

Pada 1961, Kalimantan dibagi menjadi empat administrasi. Kalimantan, sebuah provinsi di Indonesia, terletak
di selatan Kalimantan. Di utara adalah Kerajaan Brunei dan dua koloni Inggris; Sarawak dan Borneo Utara,
kemudian dinamakan Sabah.Sebagai bagian dari penarikannya dari koloninya di Asia Tenggara, Inggris
mencoba menggabungkan koloninya di Kalimantan dengan Semenanjung Malaya, Federasi Malaya dengan
membentuk Federasi Malaysia.Filipina juga membuat klaim atas Sabah, dengan alasan daerah itu memiliki
hubungan sejarah dengan Filipina melalui Kesultanan Sulu.

Di Brunei, Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU) memberontak pada 8 Desember 1962. Mereka
mencoba menangkap Sultan Brunei, ladang minyak dan sandera orang Eropa.Sultan lolos dan meminta
pertolongan Inggris.Dia menerima pasukan Inggris dan Gurkha dari Singapura. Pada 16 Desember, Komando
Timur Jauh Inggris (British Far Eastern Command) mengklaim bahwa seluruh pusat pemberontakan utama
telah diatasi, dan pada 17 April 1963, pemimpin pemberontakan ditangkap dan pemberontakan berakhir.

Filipina dan Indonesia resminya setuju untuk menerima pembentukan Federasi Malaysia apabila mayoritas di
daerah yang hendak dilakukan dekolonial memilihnya dalam sebuah referendum yang diorganisasi oleh
PBB.Tetapi, pada 16 September, sebelum hasil dari pemilihan dilaporkan.Malaysia melihat pembentukan
federasi ini sebagai masalah dalam negeri, tanpa tempat untuk turut campur orang luar, tetapi pemimpin
Indonesia melihat hal ini sebagai Persetujuan Manila yang dilanggar dan sebagai bukti kolonialisme dan
imperialisme Inggris.

“Sejak demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur, ketika para demonstran menyerbu gedung KBRI,
merobek-robek foto Sukarno, membawa lambang negara Garuda Pancasila ke hadapan Tunku Abdul
Rahman—Perdana Menteri Malaysia saat itu—dan memaksanya untuk menginjak Garuda, amarah Sukarno
terhadap Malaysia pun meledak. ”

Demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur yang berlangsung tanggal 17 September 1963, berlaku ketika
para demonstran yang sedang memuncak marah terhadap Presiden Sukarno yang melancarkan konfrontasi
terhadap Malaysia[3] dan juga karena serangan pasukan militer tidak resmi Indonesia terhadap Malaysia. Ini
mengikuti pengumuman Menteri Luar Negeri Indonesia Soebandrio bahwa Indonesia mengambil sikap
bermusuhan terhadap Malaysia pada 20 Januari 1963.Selain itu pencerobohan sukarelawan Indonesia

24
(sepertinya pasukan militer tidak resmi) mulai memasuki Sarawak dan Sabah untuk menyebar propaganda dan
melaksanakan penyerangan dan sabotase pada 12 April berikutnya.

Sukarno yang murka karena hal itu mengutuk tindakan demonstrasi anti-Indonesia yang menginjak-injak
lambang negara Indonesia[4] dan ingin melakukan balas dendam dengan melancarkan gerakan yang terkenal
dengan nama Ganyang Malaysia. Sukarno memproklamasikan gerakan Ganyang Malaysia melalui pidato dia
yang sangat bersejarah, berikut ini:

"Kalau kita lapar itu biasa

Kalau kita malu itu djuga biasa

Namun kalau kita lapar atau malu itu karena Malaysia, kurang adjar!

Kerahkan pasukan ke Kalimantan, kita hadjar tjetjunguk Malayan itu!

Pukul dan sikat djangan sampai tanah dan udara kita diindjak-indjak oleh Malaysian keparat itu

Doakan aku, aku bakal berangkat ke medan djuang sebagai patriot Bangsa, sebagai martir Bangsa dan
sebagai peluru Bangsa yang enggan diindjak-indjak harga dirinja

Serukan serukan keseluruh pelosok negeri bahwa kita akan bersatu untuk melawan kehinaan ini kita
akan membalas perlakuan ini dan kita tundjukkan bahwa kita masih memiliki gigi dan tulang jang kuat
dan kita djuga masih memiliki martabat

Yoo...ayoo... kita... Ganjang...

Ganjang... Malaysia

Ganjang... Malaysia

Bulatkan tekad

Semangat kita badja

Peluru kita banjak

Njawa kita banjak

Bila perlu satu-satu!

Faktor - Faktor Penyebab terjadinya Konfrontasi Indonesia dengan Malaysia.

Konfrontasi terjadi tanggal 26 September 1963 membuat perekonomian yang berada di sekitar perbatasan
menjadi lumpuh semua hubungan diplomatik terputus. Sehingga membuat kebutuhan pokok masyarakat
semakin sulit dan toko-toko perlahan-lahan tutup, Adapun faktor-faktor tersebut yang bisa penulis simpulkan
adanya dua faktor yang pertama faktor internal dan eksternal antar kedua negara :

Faktor Internal Indonesia

PKI mempunyai suara terbanyak mendukung politik konfrontasi dan ideologi NASAKOM yang dibuat oleh
Ir.Soekarno.

Presiden Soekarno ingin memasukkan Kalimantan Utara ke dalam wilayah NKRI.

Adanya dukungan TNI-AD untuk mengikuti politik konfrontasi sebagai strategi untuk mengimbangi PKI.

25
Soekarno marah dengan adanya tindakan demonstrasi anti-Indonesian di Malaysia dengan cara menginjak-
injak lambang negara Indonesia dan Soekarno melakukan balas dendam dengan melancarkan gerakan yang
terkenal dengan nama Ganyang Malaysia.

Presiden Soekarno memutuskan hubungan diplomatik dan hubungan ekonomi dengan Malaysia.

Adanya pemutusan ekonomi menyebabkan munculnya perdagangan ilegal karena adanya desakan untuk
memenuhi kebutuhan pokok.

Faktor Eksternal Indonesia

Berhubungan dengan usaha untuk menjadikan Malaysia sebagai anggota PBB yang kemudian hari Malaysia
diangkat sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.Hal inilah dikemudian hari membuat Indonesia
keluar dari forum PBB.

Malaysia telah melanggar kesepakatan Manila Accord yang telah disepakati oleh ketiga kawasan yaitu
Indonesia dan Fillipina.

Malaysia tidak mengundang Indonesia dalam pembentukan Federasi Malaysia.

Adanya kemauan Inggris dan Amerika dalam menentukan sikap politik di kawasan Asia Tenggara termasuk
politik domino.

Sedangkan di Malaysia sedang mengalami suatu pergolakan, masyarakat Malaysia ingin merdeka sendiri tapi
di balik itu Inggris memainkan peranan politik di Malaysia ditambah ikut sertanya Soekarno yang tidak
menyetujui dengan adanya penyatuan Federasi Malaysia.

Fakor Internal Malaysia

 Adanya keinginan masyarakat Malaysia untuk merdeka.


 Politik didalam negeri Malaysia, Inggris mencoba menggabungkan koloninya di Kalimantan dengan
Semenanjung Malaya dengan membentuk Federasi Malaysia.
 Ketika Federasi Malaysia terbentuk tanggal 16 September 1963 Brunei menolak bergabung dan
Singapura keluar beberapa hari setelah pembentukan Federasi Malaysia.

Faktor Eksternal Malaysia

 Filipina memutuskan hubungan diplomatik dengan Malaysia.


 Malaysia menangkap agen Indonesia dan massa menyerang kedutaan Indonesia di Kuala Lumpur.
 Malaysia dilantik oleh Inggris menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB
 Pemerintah Inggris memforsir kemerdekaan Malaysia dan melakukan kesalahan dalam pelaksanaan
Manila Agreement.
 Fillipina mengklaim atas Sabah yang terletak di Kalimantan pada masa itu oleh Inggris telah
dimasukkan dalam wilayah Federasi Malaya.

Adanya faktor - faktor yang terjadi merupakan suatu eskalasi (pertambahan/pengembangan) terhadap suatu
konflik terutama dalam hal konfrontasi antara Indonesia-Malaysia, kejadian awalnya adanya persetujuan
terhadap Manilla Accord yang telah disepakati oleh masing-masing negara yaitu Indonesia, Filipina dan
Malaysia.

Pelanggaran kesepakatan Manilla Accord yang dilakukan oleh Malaysia merupakan hal yang disengaja karena
di negara Malaysia sendiri masih ada yang mendukung Inggris dan disatu sisi Indonesia menganggap
Malaysia telah melanggar kesepakatan dan memandang Inggris membentuk Federasi Malaya sebagai bentuk
kolonial gaya baru (Neo-kolonialisme). Hal inilah menimbulkan konfrontasi sehingga memaksa Indonesia
memutuskan hubungan diplomatik dan ekonomi.Pemutusan hubungan diplomatik dan ekonomi inilah yang
menyulitkan masyarakat sekitar perbatasan antara Indonesia-Malaysia.

26
Perubahan ekonomi pada masa sebelum konfrontasi, saat konfrontasi dan pasca konfrontasi sangat berbeda,
sebelum konfrontasi keadaan masyarakat sangat berkecukupan bila ada barang kebutuhan tinggal beli
semuanya ada dari perangkat elektronik seperti radio dan televisi, tentu saja perangkat tersebut untuk kalangan
berada, jika masyarakat secara umum tentu tidak mengalami kesulitan, pada saat konfrontasi keadaan
perekonomian tentu saja sangat menyulitkan masyarakat sehingga menimbulkan masalah baru terutama
adanya perdagangan ilegal yang dikenal dengan istilah Semoukil yang dilakukan pertama kali oleh nelayan-
nelayan disekitar Kepulauan Riau dengan tujuan memenuhi kebutuhan pokok. Pasca konfrontasi keadaan
perekonomian masyarakat berangsur-angsur kembali normal semua bahan pokok mulai masuk dari berbagai
daerah dan ketergantungan dengan negara tetangga mulai berkurang.

Akhir dari konfrontasi yang terjadi selama 3 tahun diselesaikan dengan adanya Konferensi Bangkok tahun
1966 dengan tujuan mengembalikan kedaulatan masing-masing negara yang bertikai, Dunia Internasional
telah mengetahui adanya konfrontasi di kawasan Asia Tenggara selama pra konfrontasi negara-negara di Asia
Tenggara masih dalam proses pembentukan negara baru (merdeka) sedangkan kedua negara Filipina dan
Indonesia resminya setuju untuk menerima pembentukan Federasi Malaysia apabila mayoritas masyarakat di
wilayah Malaysia yang hendak dilakukan dekolonialisasi dengan Inggris memilih merdeka sendiri dalam
sebuah referendum yang dilaksanakan oleh organisasi internasional yang independen (PBB). Tanggal 16
September 1963 sebelum hasil dari pemilihan dilaporkan, Malaysia melihat pembentukan federasi ini sebagai
masalah dalam negeri, tanpa tempat untuk turut campur orang luar, tetapi pemimpin Indonesia melihat hal ini
sebagai Persetujuan Manila yang dilanggar oleh pihak Malaysia dan hal ini sebagai bukti kolonialisme dan
imperialisme Inggris sehingga memicu konfrontasi tersebut. Sebab konfrontasi tidak terjadi perang karena
masyarakat perbatasan tidak mengharapkan terjadinya perang selain itu antara masyarakat perbatasan dan
masyarakat di Malaysia merupakan bangsa yang serumpun.

”Persetujuan Manila yang dicapai tanggal 5 Agustus, oleh Presiden Soekarno dengan P.M Tengku Abdul
Rahman serta Presiden Filipina Macpagal. Persetujuan itu antara lain menyebutkan, bahwa Filipina dan
Indonesia akan mengakui Malaysia bilamana dukungan dari rakyat Serawak dan Sabah serta Brunei telah
dibuktikan oleh komisi internasional yang independen serta tidak memihak (PBB), dan bahwa ketiga negara
Melayu bersama-sama membentuk gabungan negara Maphilindo”.( Yahya A. Muahimin. 2005:162)

Proses Konfrontasi Indonesia dengan Malaysia.

Pada 20 Januari 1963, Menteri Luar Negeri Indonesia Soebandrio mengumumkan bahwa Indonesia
mengambil sikap bermusuhan terhadap Malaysia. Pada 12 April, sukarelawan Indonesia (sepertinya pasukan
militer tidak resmi) mulai memasuki Sarawak dan Sabah untuk menyebar propaganda dan melaksanakan
penyerangan dan sabotase. Tanggal 3 Mei 1964 di sebuah rapat raksasa yang digelar di Jakarta, Presiden
Sukarno mengumumkan perintah Dwi Komando Rakyat (Dwikora) yang isinya:

 Pertinggi ketahanan revolusi Indonesia.


 Bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Sarawak dan Sabah, untuk menghancurkan
Malaysia
 Pada 27 Juli, Sukarno mengumumkan bahwa dia akan meng-"ganyang Malaysia". Pada 16 Agustus,
pasukan dari Rejimen Askar Melayu DiRaja berhadapan dengan lima puluh gerilyawan Indonesia.
 Meskipun Filipina tidak turut serta dalam perang, mereka memutuskan hubungan diplomatik dengan
Malaysia.
 Federasi Malaysia resmi dibentuk pada 16 September 1963. Brunei menolak bergabung dan
Singapura keluar di kemudian hari.
 Ketegangan berkembang di kedua belah pihak Selat Malaka. Dua hari kemudian para perusuh
membakar kedutaan Britania di Jakarta. Beberapa ratus perusuh merebut kedutaan Singapura di
Jakarta dan juga rumah diplomat Singapura. Di Malaysia, agen Indonesia ditangkap dan massa
menyerang kedutaan Indonesia di Kuala Lumpur.
 Di sepanjang perbatasan di Kalimantan, terjadi peperangan perbatasan. Pasukan Indonesia dan
pasukan tidak resminya mencoba menduduki Sarawak dan Sabah, dengan tanpa hasil.

Komando Aksi Sukarelawan.

27
Pada 1964 pasukan Indonesia mulai menyerang wilayah di Semenanjung Malaya.Di bulan Mei dibentuk
Komando Siaga yang bertugas untuk mengoordinasi kegiatan perang terhadap Malaysia (Operasi
Dwikora).Komando ini kemudian berubah menjadi Komando Mandala Siaga (Kolaga).Kolaga dipimpin oleh
Laksdya Udara Omar Dani sebagai Pangkolaga. Kolaga sendiri terdiri dari tiga Komando, yaitu Komando
Tempur Satu (Kopurtu) berkedudukan di Sumatera yang terdiri dari 12 Batalyon TNI-AD, termasuk tiga
Batalyon Para dan satu batalyon KKO. Komando ini sasaran operasinya Semenanjung Malaya dan dipimpin
oleh Brigjen Kemal Idris sebagai Pangkopur-I.Komando Tempur Dua (Kopurda) berkedudukan di
Bengkayang, Kalimantan Barat dan terdiri dari 13 Batalyon yang berasal dari unsur KKO, AURI, dan
RPKAD.Komando ini dipimpin Brigjen Soepardjo sebagai Pangkopur-II.Komando ketiga adalah Komando
Armada Siaga yang terdiri dari unsur TNI-AL dan juga KKO.Komando ini dilengkapi dengan Brigade
Pendarat dan beroperasi di perbatasan Riau dan Kalimantan Timur.

Di bulan Agustus, enam belas agen bersenjata Indonesia ditangkap di Johor.Aktivitas Angkatan Bersenjata
Indonesia di perbatasan juga meningkat.Tentera Laut DiRaja Malaysia mengerahkan pasukannya untuk
mempertahankan Malaysia.Tentera Malaysia hanya sedikit saja yang diturunkan dan harus bergantung pada
pos perbatasan dan pengawasan unit komando.Misi utama mereka adalah untuk mencegah masuknya pasukan
Indonesia ke Malaysia.Sebagian besar pihak yang terlibat konflik senjata dengan Indonesia adalah Inggris dan
Australia, terutama pasukan khusus mereka yaitu Special Air Service (SAS). Tercatat sekitar 2000 pasukan
Indonesia tewas dan 200 pasukan Inggris/Australia (SAS) juga tewas setelah bertempur di belantara
kalimantan (Majalah Angkasa Edisi 2006).

Pada 17 Agustus pasukan terjun payung mendarat di pantai barat daya Johor dan mencoba membentuk
pasukan gerilya.Pada 2 September 1964 pasukan terjun payung didaratkan di Labis, Johor. Pada 29 Oktober,
52 tentara mendarat di Pontian di perbatasan Johor-Malaka dan membunuh pasukan Resimen Askar Melayu
DiRaja dan Selandia Baru dan menumpas juga Pasukan Gerak Umum Kepolisian Kerajaan Malaysia di Batu
20, Muar, Johor.

Ketika PBB menerima Malaysia sebagai anggota tidak tetap, Sukarno menarik Indonesia dari PBB pada
tanggal 20 Januari 1965 dan mencoba membentuk Konferensi Kekuatan Baru (Conference of New Emerging
Forces, Conefo) sebagai alternatif.

Sebagai tandingan Olimpiade, Sukarno bahkan menyelenggarakan GANEFO (Games of the New Emerging
Forces) yang diselenggarakan di Senayan, Jakarta pada 10-22 November 1963. Pesta olahraga ini diikuti oleh
2.250 atlet dari 48 negara di Asia, Afrika, Eropa dan Amerika Selatan, serta diliput sekitar 500 wartawan
asing.

Pada Januari 1965, Australia setuju untuk mengirimkan pasukan ke Kalimantan setelah menerima banyak
permintaan dari Malaysia.Pasukan Australia menurunkan 3 Resimen Kerajaan Australia dan Resimen
Australian Special Air Service.Ada sekitar empat belas ribu pasukan Inggris dan Persemakmuran di Australia
pada saat itu.Secara resmi, pasukan Inggris dan Australia tidak dapat mengikuti penyerang melalui perbatasan
Indonesia.Tetapi, unit seperti Special Air Service, baik Inggris maupun Australia, masuk secara rahasia (lihat
Operasi Claret).Australia mengakui penerobosan ini pada 1996.

Pada pertengahan 1965, Indonesia mulai menggunakan pasukan resminya. Pada 28 Juni, mereka
menyeberangi perbatasan masuk ke timur Pulau Sebatik dekat Tawau, Sabah dan berhadapan dengan Resimen
Askar Melayu Di Raja dan Kepolisian North Borneo Armed Constabulary.

Pada 1 Juli 1965, militer Indonesia yang berkekuatan kurang lebih 5000 orang melabrak pangkalan Angkatan
Laut Malaysia di Semporna. Serangan dan pengepungan terus dilakukan hingga 8 September namun
gagal.Peristiwa ini dikenal dengan "Pengepungan 68 Hari" oleh warga Malaysia.

Akhir Konfrontasi Indonesia.

Terjadinya pemberontakan PKI merupakan salah satu penyebab berakhirnya konfrontasi Indonesia - Malaysia,
karena pada tahun 1965 Indonesia disibukan dengan pembrontakan tersebut. Walaupun pemberontakan PKI
sudah ditangani, hal ini menyebabkan Indonesia meneruskan Konfrensi ke malaysia menjadi berkurang. pada
saat itu juga Ir. Soekarno menyerahkan jabatannya sebagai presiden Indonesia kepada Soeharto.

28
Menjelang akhir 1965, Jenderal Soeharto memegang kekuasaan di Indonesia setelah berlangsungnya Gerakan
30 September.Oleh karena konflik domestik ini, keinginan Indonesia untuk meneruskan perang dengan
Malaysia menjadi berkurang dan peperangan pun mereda.

Pada 28 Mei 1966 di sebuah konferensi di Bangkok, meski diwarnai dengan keberatan Sukarno (yang tidak
lagi memegang kendali pemerintahan secara efektif), Kerajaan Malaysia dan pemerintah Indonesia
mengumumkan penyelesaian konflik dan normalisasi hubungan antara kedua negara. Kekerasan berakhir
bulan Juni, dan perjanjian perdamaian ditandatangani pada 11 Agustus dan diresmikan dua hari kemudian.

K. Langkah-langkah dibidang ekonomi yang dilakukan pada masa demokrasi terpimpin

Kegagalan Badan Konstituante dalam melaksanakan tugas yang diemban menyebabkan pemerintah
mengeluarkan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 yang isinya adalah :

1. Pembubaran Badan Konstituante.

2. Berlakukunya kembali Undang-Undang Dasar 1945.

3. Tidak berlakunya Undang-Undang Dasar Sementara 1950.

perekonomian Indonesia masa demokrasi terpimpin

sumber gambar : sejarah-negara.com

4. Pembentukan MPRS dan DPAS.

Pemberlakuan Dekrit Presiden menyebabkan perubahan kedudukan menteri, sebelum itu menteri-menteri
cabinet bertanggung jawab kepada parlemen, setelah berlakunya dekrit, menteri bertanggungjawab kepada
Presiden dan kedudukan seperti itulah sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.

Pelaksaan Dekrit 5 Juli 1959 ternyata mengalami penyelewengan-penyelewengan antara lain sebagai berikut :

1. Ketua MPRS juga diangkat oleh Presiden.Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 kedudukan
Presidenberada dibawah MPR.Pasa saat itu MPRS lah yang tunduk kepada Presiden.

2. Pembentukan MPRS, Presiden Soekarno mengeluarkan Penetapan Presiden Nomor 2 Tahun 1959 tentang
Pembentukan MPRS padahal menurut Undang-Undang Dasar 1945 anggota MPR harus dipilih memalui
pemilihan umum.

3. Manifestasi Politik Republik Indonesia.

Manifestasi politik Republik Indonesia sebenarnya merupakan pidato Presiden Soekarno pada tanggal 17
Agustus 1959 yang berjudul Pertemuan kembali revolusi kita. DPA mengusulkan pidato itu dijadikan sebagai
Garis-Garis Besar Haluan Negara. Manifestasi itu berisi tentang Udnang-Undang Dasar 1945, sosionalisme
Indonesia, Demokrasi terpimpin, ekonomi terpimpin, dan kepribadian Indonesia (USDEK). Kebijaksanaan
ekonomi terpimpin dimaksudkan untuk memperbaiki keadaan perekonomian Indonesia yang memburuk.

Langkah-langkah yang ditempuh Presiden Soekarno sebagai berikut :

1. Melakukan Devaluasi Mata Uang Rupiah

Kebijakan Devaluasi mata uang dilakukan pada tanggal 24 Agustus 1959, nilai mata uang Rp.1.000 berubah
menjadi Rp.100 dan Rp.500berubah menjadi Rp.50. mata uang seratus rupiah kebawah tidak
didevaluasi.Devaluasi dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan nilai rupiah dan rakyat kecil tidak
dirugikan dan ternyata kebijakan ini tidak dapat mengatasi kemunduran ekonomi yang terjadi.

2. Menekan laju inflasi

29
Pemerintah mengeluarkan Peraraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1959 untuk
membendung laju inflasi tujuannya adalah mengurangi banyaknya uang yang beredar agar dapat memperbaiki
bidang keungan dan prekonomian.Akan tetapi kebijakan itu justru berakibat merosotnya penerimaan Negara
dan nilai mata uang rupiah dan akhirnya pemerintah melakukan likuiditas terhadap semua sector pemerintah
maupun swasta.

3. Deklarasi Ekonomi (Dekon)

Salah satu bentuk pelaksanaan kebijakan ekonomi terpimpin adalah dikeluarkannya Deklarasi Ekonomi.
Presiden Soekarno mengeluarkan Deklarasi Ekonomi pada tanggal 28 Maret 1963 tujuannya :

Menciptakan ekonomi yang bersifat nasional, demokratis dan bebas dari sisa-sisa imperealisme.

Mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin.

30
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan : sistem demokrasi terpimpin di indonesia mengalami perubahan dengan berjalannya waktu. Baik
dari segi politik maupun ekonomi dan perubahan itu membuat negara Indonesia semakin maju sesuai dengan
berjalannya zaman

Saran : kita sebagai penerus jaman harus menjaga apa yang telah di dapatkannya jangan sesekali merusaknya.
Kita hrus memajukan terus sistem ekonomi dan politik negara kita.

31
DAFTAR PUSTAKA

Buku sejarah Indonesia kelas 12

http:// sejarah indonesia blog. Spot

blog. Imanbrotoseno.com

https://id.m.wikipedia.org

32

Anda mungkin juga menyukai