Disusun Oleh:
STB : 4608
Puji syukur kami panjatkan kepada allah SWT, Tuhan Yang Kuasa karena atas
limpahan Rahmat dan Hidayahnya sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah “Pancasila”.
Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan sumber-sumber yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini. Dengan memberikan materi maupun pemikirannya
yang dapat kami kembangkan, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................. i
Daftar Isi............................................................................................................................ ii
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
3.1 Keimpulan..................................................................................................................... 11
3.2 Saran.............................................................................................................................. 11
Daftar Pustaka...................................................................................................................... 12
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap bangsa mana pun di dunia ini pasti memiliki identitas yang sesuai
dengan latar belakang budaya masing-masing. Budaya merupakan proses cipta,
rasa, dan karsa yang perlu dikelola dan dikembangkan secara terusmenerus.
Budaya dapat membentuk identitas suatu bangsa melalui proses inkulturasi dan
akulturasi. Pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia merupakan konsekuensi
dari proses inkulturasi dan akulturasi tersebut. Kebudayaan bangsa Indonesia
merupakan hasil inkulturasi, yaitu proses perpaduan berbagai elemen budaya
dalam kehidupan masyarakat sehingga menjadikan masyarakat berkembang secara
dinamis. Kebudayaan bangsa Indonesia juga merupakan hasil akulturasi. akulturasi
adalah perubahan besar yang terjadi sebagai akibat dari kontak antarkebudayaan
yang berlangsung lama.
Dalam perkembanganya pancasila mengalami empat era yaitu era orde lama,
era orde baru, era reformasi, dan era pasca ferormasi. Setelah Jepang terhimpit
akibat kekalahannya pada Perang Dunia ke-2, kita tahu Jepang membentuk
BPUPKI, atau Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Dalam
sebuah sidang yang berlangsung sejak 29 Mei hingga 1 Juni 1945, pertanyaan
besar yang muncul ke permukaan dalam sidang adalah, "Bila Indonesia merdeka,
apa yang akan menjadi dasar negara?" Mr. Muhammad Yamin, pada sidang
tanggal 29 Mei 1945 mengemukakan lima dasar negara, yaitu: Peri Kebangsaan,
Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat.
Dua hari berikutnya, 31 Mei 1945, Dr. Supomo mengajukan lima dasar lain yang
mirip, yaitu Persatuan, Kekeluargaan, Mufakat dan Demokrasi, Musyawarah, dan
Keadilan Sosial. Segenap peserta sidang kemudian mendapat pencerahan setelah Ir.
Soekarno maju untuk berpidato tentang dasar negara yang digagasnya pada tanggal
1 Juni 1945. Lima dasar yang dikemukan oleh Sukarno adalah Kebangsaan,
Kemanusiaan, Kerakyatan, Keadilan Sosial, dan Ketuhanan. Dasar-dasar itu diberi
istilah Pancasila. Soekarno kemudian juga meringkas lagi lima hal itu menjadi tiga,
atau disebut Trisila, yaitu Sosio-Nasionalisme, Sosio-Demokrasi, dan Ketuhanan.
Terakhir, ia memaktubkan kelima hal itu dalam Ekasila, yaitu Gotong Royong.
Apa yang Soekarno sampaikan dalam pidatonya sebenarnya merupakan kristalisasi
4
pemikirannya sejak tahun 1926 ketika ia menulis buku bertajuk Nasionalisme,
Islam dan Marxisme. Pidato Soekarno disambut baik, dikenang amat bersejarah;
bahkan sempat tercatat bahwa pidatonya itu disambut dengan tepukan dan sorakan
hadirin yang riuh-rendah. Setelah Indonesia merdeka, yang menjadi tantangan
berikutnya adalah ideologi yang memang sejak awal telah disinyalir oleh Soekarno
sebagai kekuatan yang cukup besar dalam pidatonya, yaitu Islamisme. Bahkan
antara tahun 1957 hingga 1959 ada pemikiran yang berkembang di Dewan
Konstituante untuk merumuskan kembali dasar negara. Pilihannya ada tiga:
Pancasila, Islam, atau Sosio-Demokrasi. Namun Indonesia tetap menjunjung
Pancasila sebagai dasar negara.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah dan dinamika tantangan pancasila di era Orde Lama?
2. Bagaimana sejarah dan dinamika tantangan pancasila di era Orde Baru?
3. Bagaimana sejarah dan dinamika tantangan pancasila di era Reformasi?
4. Bagaimana sejarah dan dinamika tantangan pancasila di era Pasca Reformasi?
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
yaitu Undang-Undang Dasar 1945 yang menyebutkan adanya golongan ABRI
dalam MPR. Pada awal Orde Baru dimulai, langkah pemerintahan yang
dilakukan adalah langgam libertarian. Orde Baru sudah menggeser sistem
politik Indonesia dari titik ekstrim otoriter pada zaman demokrasi terpimpin
menjadi demokrasi liberal. Akan tetapi, liberalisme di awal kepemimpinannya
tidak berlangsung lama. Sistem ini hanya ditolerir selama pemerintah mencari
format baru untuk politik Indonesia. Setelah format terbentuk, sistem liberal
pun bergeser lagi ke sistem otoriter. Setelah itu, format baru politik
dicantumkan dalam UUD Nomor 15 tahun 1969 dan UU Nomor 16 Tahun 1969
yang memberi landasan bagi pemerintah untuk mengangkat 1/3 anggota MPR
dan lebih dari 1/5 anggota DPR. Pasca kedua UU tersebut dikeluarkan,
langgam sistem politik kembali bergeser ke sistem otoritarian. Pada masa itu,
gagasan demokrasi liberal dianggap sebagai gagasan yang bertentangan dengan
demokrasi Pancasila, sehingga ditolak.
10
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pancasila adalah dasar falsafah, ideologi, sumber hukum negara Indonesia
yang menjadi pandangan serta tujuan hidup masyarakat Indonesia untuk berbangsa
dan bernegara. Selain itu pancasila dapat menjadi pemersatu dan pertahanan bangsa
dengan latar belakang keanekaragaman.
Pancasila lahir tidak semata-mata ada begitu saja, Pancasila lahir dan ada
sampai saat ini melalui tahapan, proses dan dinamikanya mulai dari pancasila era
pra kemerdekaan, kemerdekaan, piagam jakarta, orde lama, orde baru, dan
reformasi. Banyak sekali perjuangan para tokoh-tokoh terdahulu untuk melahirkan
Pancasila. Serta dinamika yang dimiliki dalam proses Pancasila memiliki pasang
surut di dalamnya dalam merealisasikan nilai-nilai yang terkandung pada Pancasila
Pancasila sebagai dasar negara membuktikan bahwa bahwa semuanya telah
terangkum di dalamnya tak ada satu pun yang menghapuskan perbedaan semua
menjadi satu di dalamnya seperti semboyan ``Bhineka Tunggal Ika``
2. Saran
Pancasila merupakan kepribadian bangsa Indonesia yang mana setiap warga
negara Indonesia harus menjunjung tinggi dan mengamalkan sila-sila dari Pancasila
tersebut dengan setulus hati dan penuh rasa tanggung jawab agar Pancasila tidak
terbatas ada coretan tinta belaka tanpa makna. Dari generasi ke generasi harus
memahami makna Pancasila sebagai tujuan dan pandangan hidup untuk
bermasyarakat yang dilator belakangi berbagai macam perbedaan.
Kepada para pemuda-pemuda Indonesia lebih meningkatkan kesadaran akan
menerapkan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila untuk bersikap dan
berperilaku agar menciptakan manusia yang berjiwa Pancasila dan senantiasa
menjadi pemuda-pemuda yang berguna bagi bangsa dan negara Indonesia.
Dinamika dalam mengaktualisasikan nilai Pancasila ke dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara keniscayaan, agar dalam fungsinya adalah
suatu Pancasila selalu relevan agar dapat memberikan pedoman bagi pengambilan
kebijaksanaan dan pemecahan masalah baik dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Agar loyalitas dan rasa nasionalisme warga masyarakat dan warga
Negara terhadap Pancasila tetap tinggi dan selalu dalam jiwa masyarakat itu sendiri.
11
DAFTAR PUSTAKA
12