Anda di halaman 1dari 12

SEJARAH DAN DINAMIKA TANTANGAN PANCASILA DI ERA ORDE LAMA,

ORDE BARU ERA REFORMASI DAN PASCA REFORMASI

MATA KULIAH PANCASILA

PROGRAM STUDI TEKNIK PEMASYARAKATAN

Disusun Oleh:

Nama : Lathif Nur Fauzan

STB : 4608

Prodi : Teknik Pemasyarakatan C


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada allah SWT, Tuhan Yang Kuasa karena atas
limpahan Rahmat dan Hidayahnya sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah “Pancasila”.
Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan sumber-sumber yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini. Dengan memberikan materi maupun pemikirannya
yang dapat kami kembangkan, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan, Pengalaman


pembaca, dan dapat membantu permasalahan yang muncul. Untuk kedapannya lebih baik lagi
dalam membuat makalah tersebut.

Karena keterbatasan pengetahuan, Pengalaman dan pemikiran kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami mengaharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesemurnaan makalah ini.

Cilacap, 31 September 2022

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................................. i

Daftar Isi............................................................................................................................ ii

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang............................................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................... 5

BAB II Pembahasan

2.1 Sejarah Dan Dinamika Tantangan Pancasila Di Era Orde Lama.................................. 6

2.2 Sejarah Dan Dinamika Tantangan Pancasila Di Era Orde Baru.................................... 6

2.3 Sejarah Dan Dinamika Tantangan Pancasila Di Era Reformasi.................................... 7

2.4 Sejarah Dan Dinamika Tantangan Pancasila Di Era Pasca Reformasi.......................... 9

BAB III Penutup

3.1 Keimpulan..................................................................................................................... 11

3.2 Saran.............................................................................................................................. 11

Daftar Pustaka...................................................................................................................... 12

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap bangsa mana pun di dunia ini pasti memiliki identitas yang sesuai
dengan latar belakang budaya masing-masing. Budaya merupakan proses cipta,
rasa, dan karsa yang perlu dikelola dan dikembangkan secara terusmenerus.
Budaya dapat membentuk identitas suatu bangsa melalui proses inkulturasi dan
akulturasi. Pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia merupakan konsekuensi
dari proses inkulturasi dan akulturasi tersebut. Kebudayaan bangsa Indonesia
merupakan hasil inkulturasi, yaitu proses perpaduan berbagai elemen budaya
dalam kehidupan masyarakat sehingga menjadikan masyarakat berkembang secara
dinamis. Kebudayaan bangsa Indonesia juga merupakan hasil akulturasi. akulturasi
adalah perubahan besar yang terjadi sebagai akibat dari kontak antarkebudayaan
yang berlangsung lama.
Dalam perkembanganya pancasila mengalami empat era yaitu era orde lama,
era orde baru, era reformasi, dan era pasca ferormasi. Setelah Jepang terhimpit
akibat kekalahannya pada Perang Dunia ke-2, kita tahu Jepang membentuk
BPUPKI, atau Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Dalam
sebuah sidang yang berlangsung sejak 29 Mei hingga 1 Juni 1945, pertanyaan
besar yang muncul ke permukaan dalam sidang adalah, "Bila Indonesia merdeka,
apa yang akan menjadi dasar negara?" Mr. Muhammad Yamin, pada sidang
tanggal 29 Mei 1945 mengemukakan lima dasar negara, yaitu: Peri Kebangsaan,
Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat.
Dua hari berikutnya, 31 Mei 1945, Dr. Supomo mengajukan lima dasar lain yang
mirip, yaitu Persatuan, Kekeluargaan, Mufakat dan Demokrasi, Musyawarah, dan
Keadilan Sosial. Segenap peserta sidang kemudian mendapat pencerahan setelah Ir.
Soekarno maju untuk berpidato tentang dasar negara yang digagasnya pada tanggal
1 Juni 1945. Lima dasar yang dikemukan oleh Sukarno adalah Kebangsaan,
Kemanusiaan, Kerakyatan, Keadilan Sosial, dan Ketuhanan. Dasar-dasar itu diberi
istilah Pancasila. Soekarno kemudian juga meringkas lagi lima hal itu menjadi tiga,
atau disebut Trisila, yaitu Sosio-Nasionalisme, Sosio-Demokrasi, dan Ketuhanan.
Terakhir, ia memaktubkan kelima hal itu dalam Ekasila, yaitu Gotong Royong.
Apa yang Soekarno sampaikan dalam pidatonya sebenarnya merupakan kristalisasi
4
pemikirannya sejak tahun 1926 ketika ia menulis buku bertajuk Nasionalisme,
Islam dan Marxisme. Pidato Soekarno disambut baik, dikenang amat bersejarah;
bahkan sempat tercatat bahwa pidatonya itu disambut dengan tepukan dan sorakan
hadirin yang riuh-rendah. Setelah Indonesia merdeka, yang menjadi tantangan
berikutnya adalah ideologi yang memang sejak awal telah disinyalir oleh Soekarno
sebagai kekuatan yang cukup besar dalam pidatonya, yaitu Islamisme. Bahkan
antara tahun 1957 hingga 1959 ada pemikiran yang berkembang di Dewan
Konstituante untuk merumuskan kembali dasar negara. Pilihannya ada tiga:
Pancasila, Islam, atau Sosio-Demokrasi. Namun Indonesia tetap menjunjung
Pancasila sebagai dasar negara.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah dan dinamika tantangan pancasila di era Orde Lama?
2. Bagaimana sejarah dan dinamika tantangan pancasila di era Orde Baru?
3. Bagaimana sejarah dan dinamika tantangan pancasila di era Reformasi?
4. Bagaimana sejarah dan dinamika tantangan pancasila di era Pasca Reformasi?

5
BAB II

PEMBAHASAN

1. Sejarah Dan Dinamika Tantangan Pancasila Di Era Orde Lama


Masa orde lama terjadi selama 20 Tahun lamanya, dimulai sejak
proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 hingga berakhir pada tahun
1966. Orde lama terjadi pada tiga periode berbeda yaitu periode 1945-1950,
periode 1950-1959, serta periode 1959-1966. Pada tahun 1945-1950, Indonesia
sebagai Negara peralihan dari bangsa yang terjajah ke bangsa yang merdeka
menjalani proses adaptasi penerapan ideology bangsa, yaitu pancasila beberapa
masyarakat ada yang setuju dan sebagian merasa keberatan. Kemudian di tahun
1950-1959, sistem demokrasi berhasil diterapkan melalui pemilu 1955 yang
dilakukan untuk memilih anggota konstituate. Akan tetapi, para anggota yang
terpilih tidak dapat menyusun UUD seperti yang diharapkan. Sehingga, pada
tanggal 5 Juli 1959, presiden soekarno mengeluarkan dekrit presiden 1959
untuk membubarkan konstituate dan membatalkan UUDS 1950 menjadi UUD
1945.
Pada periode 1959-1966, Soekarno selakupresiden mengubah sistem
pemerintahan menjadi sistem Demokrasi Terpimpin. Selain itu, presiden
soekarno memperluas peranan militer dalam unsure politik dengan
menggabungkan POLRI dan TNI menjadi ABRI. Pada masa orde lama terdapat
dua pandangan besar terhadap Dasar Negara yang berpengaruh terhadap
munculnya dekrit presiden. Pandangan tersebut yaitu mereka yang memenuhi
“anjuran” presiden untuk kembali ke UUD 1945 atas kejadian tersebut
menyebabkan presiden soekarno turun tangan dengan sebuah dekrit presiden
yang disetujui oleh cabinet pada tanggal 3 Juli 1959.

2. Sejarah Dan Dinamika Tantangan Pancasila di Era Orde Baru


Masa Orde Baru dimulai setelah Soeharto menjabat sebagai Presiden
Indonesia menggantikan Soekarno melalui Tap MPR No. XXXIII/MPRS/1967. 
Yang menjadi pemeran utama dalam era Orde Baru adalah Angkatan Darat. 
Terdapat landasan konstitusional mengenai masuknya militer ke dalam politik,

6
yaitu Undang-Undang Dasar 1945 yang menyebutkan adanya golongan ABRI
dalam MPR.  Pada awal Orde Baru dimulai, langkah pemerintahan yang
dilakukan adalah langgam libertarian.  Orde Baru sudah menggeser sistem
politik Indonesia dari titik ekstrim otoriter pada zaman demokrasi terpimpin
menjadi demokrasi liberal.  Akan tetapi, liberalisme di awal kepemimpinannya
tidak berlangsung lama. Sistem ini hanya ditolerir selama pemerintah mencari
format baru untuk politik Indonesia.  Setelah format terbentuk, sistem liberal
pun bergeser lagi ke sistem otoriter. Setelah itu, format baru politik
dicantumkan dalam UUD Nomor 15 tahun 1969 dan UU Nomor 16 Tahun 1969
yang memberi landasan bagi pemerintah untuk mengangkat 1/3 anggota MPR
dan lebih dari 1/5 anggota DPR.  Pasca kedua UU tersebut dikeluarkan,
langgam sistem politik kembali bergeser ke sistem otoritarian.  Pada masa itu,
gagasan demokrasi liberal dianggap sebagai gagasan yang bertentangan dengan
demokrasi Pancasila, sehingga ditolak.

3. Sejarah Dan Dinamika Tantangan Pancasila di Era Orde Reformasi


Ketika berakhirnya era Orde Baru, terjadi perubahan sistem politik dari
otoritarian ke sistem politik demokratik, Indonesia memasuki apa yang dikenal
sebagai era reformasi. Fase ini terjadi perubahan signifikan dalam
penyelenggaraan pemerintahan yang sangat jauh berbeda karakternya dari fase
pemerintahan sebelumnya. Negara tidak tampil begitu perkasa seperti pada era
Orde Baru, tetapi mengalami pelemahan terhadap berbagai kekuatan yang
berkembang dalam masyarakat. Dengan kata lain, negara tidak lagi memiliki
otonomi relatif terhadap kekuatan di luar pemerintahan, termasuk media massa,
sehingga kontrol negara sangat lemah dan bahkan tidak berdaya. Sebaliknya,
kekuatan masyarakat semakin menguat, baik melalui organisasi maupun
kekuatan sporadis yang terekspresi dalam berbagai bentuk aksi unjuk rasa.
Tindakan anarkisme massa pun sering terjadi, dan konflik antarsuku,
antaragama, dan antargolongan terjadi secara susul-menyusul. Berbagai
penjarahan terhadap aset negara seperti hutan dan sektor pertambangan oleh
kekuatan sporadis massa sering terjadi. Simbol-simbol negara seperti kantor
pemerintahan, kantor kepolisian, dan kantor legislatif sering menjadi sasaran
amuk massa. Uraian di atas menunjukkan bahwa saat ini terjadi perubahan
wacana dan paradigma mengenai keberadaan Pancasila. Pancasila telah
7
dijadikan sebagai arena kontestasi di satu sisi, dan sebagai arena negosiasi di sisi
lain. Bahkan, terdapat pula upaya yang dengan berbagai cara meminggirkan
Pancasila sehingga mengalami perubahanperubahan yang mengancam keutuhan
bangsa
Puncak dari Rezim Orde Baru ditandai dengan hancurnya ekonomi
nasional, yang kemudian melahirkan Gerakan Reformasi di segala bidang pada
tahun 1998. Era Reformasi memunculkan fobia terhadap Pancasila. Segala hal
yang berbau Pancasila seolah harus dihindari karena merepresentasikan Orde
Baru. Adanya fobia terhadap Pancasila sebagai jiwa bangsa melahirkan berbagai
konflik yang mengancam disintegrasi bangsa pada masa awal Reformasi . Misal
konflik Ambon, Poso, Sambas dan Sampit, GAM, dll
1. Kerusuhan Sampit
Tiga tahun setelah kerusuhan Mei 1998, sebuah kerusuhan baru hadir. Di
Kalimantan Tengah terutama Kota Sampit, kerusuhan antara dua kubu etnis
berakhir dengan mengerikan. Setidaknya ratusan warga meninggal.
Penyebab dari kerusuhan antara etnis Madura dan Dayak ini masih simpang
siur.
2. Konflik Sambas
di Kabupaten Sambas, Kalimatan Barat sempat terjadi kerusuhan berdarah.
Bahkan disini korban yang jatuh pun memasuki angka ribuan. Hampir sama
dengan kerusuhan di Sampit, kerusuhan Sambas yang terjadi pada tahun
1999 ini disebabkan oleh pergesekan antara suku pendatang dengan suku
pribumi yaitu antara Suku Melaku dan Dayak dengan suku Madura.
3. Konflik Aceh
Konflik etnisitas di Aceh masa reformasi itu lebih dipengaruhi oleh
euphoria reformasi dan menguatnya semangat otonomi daerah yang
direpresentasi sebagai ‘kekuasaan’ yang harus ditangan orang daerah-etnik
local dan merupakan konflik harisontal sesama warga bangsa dengan latar
etnik yang berbeda. Dalam konflik horisontal ini yang cukup menonjol
terjadi antara etnik lokal dengan etnik pendatang terutama etnik Jawa yang
dianggap telah menguasai etnik local terutama secara ekonomi dan
sosiokultural. Sebagai etnik pendatang, orang-orang Jawa di Aceh secara
ekonomi lebih maju dibandingkan penduduk local yang notabene berasal
dari etnik setempat. Selain itu, secara sosiokultural orang Jawa di Aceh juga
8
menempati posisi social yang penting dan lebih baik dibandingkan dengan
penduduk Aceh.

4. Sejarah Dan Dinamika Tantangan Pancasila di Era Orde Pasca Reformasi


Dinamika pancasila pada saat ini dapat kita lihat dengan adanya
globalisasi dan interaksi antara belahan dunia yang tidak serta merta
meningkatkan kesamaan pandangan dan kebersamaan pada pidatonya jakarta, 1
juni 2021 tepat pada peringatan hari kesaktian pancasila bapak presiden Jokowi
memberikan amanat dan pesan kepada masyarakat Indonesia untuk selalu
mewaspadai atas meningkatnya rivalitas dan kompetensi termasuk rivalitas atas
antara pandangan, nilai nilai, dan antar ideologi. Bahkan ideologi transnasional
juga cenderung semakin meningkat memasuki berbagai lini kehidupan
masyarakat dengan berbagai cara dan strategi. Selain itu perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi juga mempengaruhi kontestasi ideologi.
Pancasila harus mampu menghadapi apapun pengaruh budaya asing,
khususnya ilmu dan teknologi modern dan latar belakang filsafatnya yang
berasal dari luar. Prof. Notonagoro telah menemukan cara untuk memanfaatkan
pengaruh dari luar tersebut, yaitu secara eklektif mengambil ilmu pengetahuan
dan ajaran kefilsafatan dari luar tersebut, tetapi dengan melepaskan diri dari
sistem filsafat yang bersangkutan dan selanjutnya diinkorporasikan dalam
struktur filsafat Pancasila.
Dengan demikian, terhadap pengaruh baru dari luar, maka Pancasila
bersifat terbuka dengan syarat dilepaskan dari sistem filsafatnya, kemudian
dijadikan unsur yang serangkai dan memperkaya struktur filsafat Pancasila
Dinamika Pancasila dimungkinkan apabila ada daya refleksi yang
mendalam dan keterbukaan yang matang untuk menyerap, menghargai, dan
memilih nilai-nilai hidup yang tepat dan baik untuk menjadi pandangan hidup
bangsa bagi kelestarian hidupnya di masa mendatang sedangkan penerapan atau
penolakan terhadap nilai-nilai budaya luar tersebut berdasar pada relevansinya.
Dalam konteks hubungan internasional dan pengembangan ideologi,
bukan hanya Pancasila yang menyerap atau dipengaruhi oleh nilai-nilai asing,
namun nilai-nilai Pancasila bisa ditawarkan dan berpengaruh, serta menyokong
kepada kebudayaan atau ideologi lain. Oleh karena itu, Pancasila perlu
dijabarkan secara rasional dan kritis agar membuka iklim hidup yang bebas dan
9
rasional pula. Konsekuensinya, bahwa Pancasila harus bersifat terbuka. Artinya,
peka terhadap perubahan yang terjadi dalam kehidupan manusia dan tidak
menutup diri.

10
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Pancasila adalah dasar falsafah, ideologi, sumber hukum negara Indonesia
yang menjadi pandangan serta tujuan hidup masyarakat Indonesia untuk berbangsa
dan bernegara. Selain itu pancasila dapat menjadi pemersatu dan pertahanan bangsa
dengan latar belakang keanekaragaman.
Pancasila lahir tidak semata-mata ada begitu saja, Pancasila lahir dan ada
sampai saat ini melalui tahapan, proses dan dinamikanya mulai dari pancasila era
pra kemerdekaan, kemerdekaan, piagam jakarta, orde lama, orde baru, dan
reformasi. Banyak sekali perjuangan para tokoh-tokoh terdahulu untuk melahirkan
Pancasila. Serta dinamika yang dimiliki dalam proses Pancasila memiliki pasang
surut di dalamnya dalam merealisasikan nilai-nilai yang terkandung pada Pancasila
Pancasila sebagai dasar negara membuktikan bahwa bahwa semuanya telah
terangkum di dalamnya tak ada satu pun yang menghapuskan perbedaan semua
menjadi satu di dalamnya seperti semboyan ``Bhineka Tunggal Ika``
2. Saran
Pancasila merupakan kepribadian bangsa Indonesia yang mana setiap warga
negara Indonesia harus menjunjung tinggi dan mengamalkan sila-sila dari Pancasila
tersebut dengan setulus hati dan penuh rasa tanggung jawab agar Pancasila tidak
terbatas ada coretan tinta belaka tanpa makna. Dari generasi ke generasi harus
memahami makna Pancasila sebagai tujuan dan pandangan hidup untuk
bermasyarakat yang dilator belakangi berbagai macam perbedaan.
Kepada para pemuda-pemuda Indonesia lebih meningkatkan kesadaran akan
menerapkan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila untuk bersikap dan
berperilaku agar menciptakan manusia yang berjiwa Pancasila dan senantiasa
menjadi pemuda-pemuda yang berguna bagi bangsa dan negara Indonesia.
Dinamika dalam mengaktualisasikan nilai Pancasila ke dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara keniscayaan, agar dalam fungsinya adalah
suatu Pancasila selalu relevan agar dapat memberikan pedoman bagi pengambilan
kebijaksanaan dan pemecahan masalah baik dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Agar loyalitas dan rasa nasionalisme warga masyarakat dan warga
Negara terhadap Pancasila tetap tinggi dan selalu dalam jiwa masyarakat itu sendiri.

11
DAFTAR PUSTAKA

Heriawan, Teguh. (2020). Dinamika Pancasila Dalam Kajian Sejarah Bangsa


Indonesia. Modul Pendidikan pancasila Universitas Esa Unggul
Munandiyan, AE. (2018). Buku Mata Kuliah Pendidikan Jakarta.
Runsiman David. 2012. Politik Muka Dua. Jogyakarta
Surip, Syarbini, Rahman P.J. (2015). Pancasila Dalam Makna dan Aktualisasi.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Syarbaini, Syahrial. (2014). Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi Implementasi
Nilai-Nilai Karakter Bangsa. Ghalia Indonesia: Bogor.

12

Anda mungkin juga menyukai