Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SEJARAH ISLAM DI INDONESIA

DINAMIKA KEHIDUUPAN UMAT ISLAM


PADA MASA ORDE LAMA

Makalah Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Pengembangan Profesi Keguruan

Dosen Pengampu:
Ismail, S.Pd.i., M.Pd.i

Disusun Oleh
Kelompok 8 (Delapan)

Desy Fitriani 2002010146


Sahra Tunniza 2002010148
Harina Windi 2002010152

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI PALOPO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah swt karena atas limpahan rahmat

dan Hidayah-Nya yang berupa kesehatan, sehinggah makalah ini yang berjudul

“'Dinamika Kehidupan Umat Islam Pada Masa Orde Lama” dapat

terselesaikan. Makalah ini disusun sebagai tugas kelompok mata kuliah Sejarah

Islam Diindonesia, kami berusaha menyusun makalah ini dengan segala

kemampuan, namun kami menyadari bahwa makalah kami ini masih banyak

memiliki kekurangan baik dari segi penulisan meupun segi penyusunan, oleh

karena itu kritik dan saran yang bersifat membangunkan kami terima dengan

senang hati demi perbaikan makalah selanjutnya.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya, atas

perhatian dan kesempatan yang diberikan untuk membuat makalah kami ucapkan

terimakasih.

Palopo 6 Juni 2023


DAFTAR ISI

KATA

PENGANTAR……………………………………………………………...

DAFTAR

ISI………………………………………………………………………..

BAB 1

PENDAHULUAN………………………………………………………….

A. Latar Belakang……………………………………………………………...

B. Rumusan

Masalah…………………………………………………………...

C. Tujuan

Penulisan…………………………………………………………….

BAB 2 PEMBAHASAN…………………………………………………………...

A. Masa Orde Lama Yang Dipimpin Seokarno Berlangsung Dari 1945-1966

B. Dinamika Pendidikan Agama Islam Diindonesia

BAB 3

PENUTUP…………………………………………………………………..

A. Kesimpulan ………………………………………………………………

B. Saran………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berakhirnya era demokrasi liberal sejak keluarnya Dekret Presiden 1959

menandai bermulanya era baru politik indonesia yang disebut Demokrasi Terpimpin. Ada

beberapa alasan bagi Soekarno mengeluarkan dekritnya. Pertama, anjuran presiden dan

pemerintah untuk kembali ke UUD 1945 pada 22 Juni 1959 tidak memperoleh jawaban

dari konstituante; kedua, sebagian besar anggota konstituante menyatakan walk out dari

sidang, sehingga tugas-tugas mereka tak bisa terselesaikan; ketiga, keadaan demikian

menimbulkan bahaya bagi ketatanegaraan dan keselamatan Negara. Akhirnya pada 5 Juli

1959 Soekarno mengeluarkan dekrit presiden yang isinya adalah menetapkan

pembubaran konstituante, kembali kepada UUD 1945 sebagai konstitusi negara,

membentuk Majelis Permusyawaratan rakyat Sementara (MPRS) dan Dewan

Pertimbangan Agung Sementara (DPAS).

Era ini dapat dianggap sebagai masa-masa sulit bagi partai Islam. Setelah

mengeluarkan dekret, Soekarno yang sudah terobsesi untuk menjadi penguasa mutlak di

Indonesia, memaksa pembubaran partai Masyumi pada 17 Agustus 1960. Pemberlakuan


Demokrasi Terpimpin oleh Soekarno ternyata menimbulkan respon yang beragama dari

kalangan partai Islam. Ahmad syafi’i ma’arif membagi era Demmokrasi Terpimpin ini

menjadi periode kristalisasi (hingga Desember 1960) dan Periode Kolaborasi (hingga

Pecahnya pemberontakan G-30-S/PKI).Periode kristalisasi ditandai dengan pemilihan

kawan dan lawan, pendukung dan oposisi terhadap kebijakan Soekarno tersebut.

Sementara periode kolaborasi ditandai dengan kerja sama partai-partai Islam

yang ikut bersama demokrasi terpimpin, termasuk dengan komunis, yang merupakan

salah satu pilar penyangganya. Tujuan pokok dalam tulisan ini adalah mencoba melihat

realitas politik yang tercermin dalam tingkah laku politik praktis partai-partai Islam pada

demokrasi terpimpin (1959-1965), suatu periode singkat dalam sejarah modern indonesia,

tapi cukup penting dan genting bila di tempatkan dalam suatu perspektif sejarah

perjuangan partai-partai Islam di indonesia. Dalam perjalanan sejarah perpolitikan, umat

Islam yang dinyatakan sebagai mayoritas, namun posisi politik Islam sungguh sangat

lemah. Partai-partai Islam pada masa itu merupakan kelompok minoritas dalam lembaga-

lembaga kenegaraan. Sebagai kelompok minoritas mereka hanya mengambil peran-peran

pinggiran dalam memberikan corak Islam pada perkembangan politik Islam.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:

1. Seperti apa dinamika kehidupan pada masa orde lama?

2. Bagaimana perkembangan sejarah pada masa orde lama?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan pada makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaaimana dinamika kehidupan pada masa orde lama

2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan sejarah pada masa orde baru


BAB II

PEMBAHASAN

A. Masa Orde Lama yang dipimpin Soekarno berlangsung dari 1945


hingga 1966 atau sekitar 22 tahun.

Usai Indonesia menyatakan kemerdekaan, sistem pemerintahan pun mulai

dirombak dari presidensial menjadi parlementer.Di sepanjang tahun ini, meski

sudah merdeka Indonesia masih terus mengalami gejolak dan peperangan. Salah

satunya perang melawan Belanda untuk merebut Irian Barat.

Terlebih, kabinet presidensial yang berubah menjadi kabinet parlementer

memiliki sistem penerapan politik yang berbeda. Di antaranya menteri-menteri

kabinet bertanggung jawab kepada DPR, kekuasaan legislatif lebih kuat daripada

eksekutif, program kebijakan kabinet harus sesuai tujuan politik.Tak hanya itu, di

masa Orde Lama juga tidak terlalu banyak pembangunan untuk kepentingan

masyarakat bahkan jumlahnya dapat dihitung. Salah satunya sarana olahraga yang
berada di kawasan Senayan, Pabrik Baja Krakatau Steel, dan Bendungan

Jatiluhur.

Ketiga sarana tersebut diketahui tidak tuntas pembangunannya dan baru

rampung pada masa Orde Baru.

1. Demokrasi Liberal (1950-1959)

Sejarah singkat Orde Lama berlanjut ketika Indonesia menganut sistem

politik Demokrasi Liberal. Di tahun ini mulai diberlakukan Undang-Undang

Republik Indonesia Serikat serta UUDS 1950 yang menganut sistem parlementer.

Situasi politik pun dinilai belum stabil bahkan keamanan negara juga cukup

terancam lantaran masih banyak terjadi pemberontakan dan kehidupan rakyat

tidak sejahtera.

Di samping itu, kebijakan pemerintah diatur oleh perdana menteri dan

presiden hanya berhak bertindak selaku kepala negara dan mengatur pembentukan

kabinet.Pengangkatan perdana menteri dilakukan oleh presiden yang sekaligus

mempunyai hak membubarkan DPR. Di periode ini pun terjadi pergantian

perdana menteri sebanyak delapan kali dan turut berdampak pada sistem

pemerintahan.

Terhitung sejak 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959, Soekarno tetap

menggunakan Undang-Undang Dasar Sementara selama memerintah Indonesia.

Dewan Konstituante saat itu sempat diperintah untuk menyusun UU baru sesuai

amanat UUDS 1950. Akan tetapi prosesnya tidak kunjung dibuat sampai akhirnya
Soekarno merilis Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang menyatakan pembubaran

konstitusi.

2. Demokrasi Terpimpin (1959-1966)

Periode 1959-1966 disebut sebagai demokrasi terpimpin sesuai dengan

hasil Dekrit Presiden 1959, yang menyatakan bahwa semua sistem pemerintahan

dikendalikan presiden sepenuhnya.Selain itu, dalam isi dekrit dijelaskan bahwa

UUD 1945 kembali diterapkan dan UUDS 1950 dinyatakan sudah tidak berlaku.

Demokrasi terpimpin pertama kali diumumkan pada pembukaan Sidang

Konstituante 10 November 1956. Selama periode demokrasi liberal Soekarno

menilai perkembangan Indonesia terhambat karena banyak perbedaan ideologis

dalam lingkar kabinet.Dengan dimulainya demokrasi terpimpin, Soekarno mulai

menata kembali parlemen baru dan membubarkan parlemen lama.

Kemudian satuan tentara juga dilibatkan dalam perpolitikan negeri

sebagai kelompok fungsional, bersamaan dengan masuknya PKI untuk

menyeimbangkan. Meski menurut Soekarno adanya campur tangan PKI bisa jadi

penyeimbang, nyatanya pilihan itu banyak ditentang. Sayangnya, kehadiran PKI

tersebut justru menimbulkan konflik yang berujung pada puncak peristiwa G30S

PKI pada 30 September 1965.

3. Masa Akhir Kekuasaan Soekarno (1966)

Kedekatan Soekarno dengan para PKI membuat rakyat tidak senang,

Bahkan hal tersebut membuat reputasinya menurun dan sudah tidak dipercayai
lagi. Terlebih rakyat juga khawatir jika pemimpin negara terlalu dekat dengan PKI

akan menimbulkan munculnya paham komunisme.

Atas dasar itu, Soekarno menyerahkan jabatannya. Pada 23 Februari

1967 di Istana Negara, kekuasaan pemerintah resmi diserahkan ke pemegang

Supersemar Jenderal Soeharto.Lewat Sidang MPRS di bulan berikutnya,

pengunduran diri Soekarno dikukuhkan sekaligus diresmikannya Presiden

Soeharto sebagai pemimpin negara. Setelah kepemimpinan berada di tangan

Soeharto, masa Orde Lama beralih menjadi Orde Baru sebagai tanda pergantian

pemerintahan.

B. Dinamika pendidikan agama islam di Indonesia

1. Pendidikan Agama Islam Masa Orde Lama

Penyelenggara pendidikan agama setelah Indonesia merdeka mendapat

perhatian serius dari pemerintah, baik di sekolah negeri maupun swasta. Usaha

untuk itu dimulai dengan memberikan bantuan terhadap lembaga sebagaimana

yang dianjurkan oleh Badan Pekerja Komite Nasional Pusat (BPKNP) 27

desember 1945 menyebutkan bahwa:

“Madrasah dan pesantren yang pada hakikatnya adalah satu alat dan pencerdasan

rakyat jelata yang sudah berurat berakar dalam masyarakat Indonesia pada

umumnya, hendaklah pula mendapat perhatian dan bantuan nyata tututan dan

bantuan material dari pemerintah.” (Djaelani, 1980: 71)

Kenyataan yang demikian timbul karena kesadaran umat Islam yang

dalam, setelah sekian lama terpuruk di bawah kekuasaan penjajah. Pada zaman
penjajahan Belanda, pintu masuk pendidikan modern bagi umat Islam sangat

sempit.

Dalam hal ini, ada dua hal yang menjadi penyebabnya, yaitu: 1). Sikap

dan kebijaksanaan pemerintah kolonial Belanda yang sangat diskriminatif

terhadap kaum muslimin. 2). Politik non kooperatif para ulama terhadap Belanda

yang menfatwakan bahwa ikut serta dalam budaya Belanda, termasuk pendidikan

modernnya, adalah suatu bentuk penyelewengan agama.

Mereka berpegang teguh pada salah satu hadis Nabi Muhammad SAW.

Yang artinya, “Barang siapa menyerupai suatu golongan, maka ia termasuk ke

dalam golongan itu.” Hadis tersebut melandasi sikap para ulama pada waktu itu

(Saidi, 1984: 6)

Akan tetapi, keadaan berubah secara radikal setelah tercapainya

kemerdekaan Indonesia, seakan-akan merupakan ganjaran bagi para ulama atau

yang dijiwai oleh keIslaman, yaitu kemerdekaan membuahkan sesuatu yang luar

biasa besar manfaatnya bagi kaum muslimin, terutama di bidang pendidikan

modern. Kemerdekaan Indonesia merupakan hasil perjuangan yang

berkepanjangan, terutama melalui berbagai organisasi pergerakan, baik sosial,

agama maupun politik. Oleh karena itu, wujud kemerdekaan adalah cermin, cita-

cita perjuangan bersama dari bangsa Indonesia.

Dengan demikian, bentuk sistem dan tata cara pemerintahan disusun atas

dasar cita-cita dan kehendak bangsa Indonesia. Dasar Negara yang telah

disepakati bersama saat mendirikan Negara adalah Pancasila, yang tertuang dalam
pembukaan UUD 1945 dan merupakan kesatuan yang tak terpisahkan dengan

batang tubuh UUD 1945. Pancasila dan UUD 1945 inilah yang kemudian

dijadikan titik tolak pengelolaan Negara dalam membangun bangsa Indonesia.

(Mustafa & Abdullah, 1997: 128-129)

Meskipun Indonesia baru memproklamirkan kemerdekaannya dan tengah

menghadapi revolusi Fisik. Pemerintah Indonesia sudah bebenah terutama

memperhatikan masalah pendidikan yang dianggap cukup vital dan untuk itu

dibentuklah Kementrian Pendidikan dan Pengajaran dan Kebudayaan (PP dan K).

Dengan terbentuknya Kementrian PP dan K tersebut, maka diadakanlah berbagai

usaha terutama sistem pendidikan dan menyelesaikannya dengan keadaan yang

baru.Kementrian PP dan K pertama Ki Hajar Dewantara mengeluarkan Instruksi

Umum yang isinya memerintahkan pada semua kepala-kepala sekolah dan guru-

guru (Djumhur & Danasyaputra, 1979: 200), (Aly, 1998: 111), yaitu:

a) Mengibarkan Sang Merah Putih tiap-tiap di halaman sekolah.

b) Melagukan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

c) Menghentikan pengibaran bendera Jepang dan menghapuskan nyanyian

Kimigayo yang merupakan lagu kebangsaan Jepang.

d) Menghapuskan pelajaran Bahasa Jepang, serta segala ucapan yang berasal

dari pemerintah Bala Tentara Jepang.

e) Memberi semangat kebangsaan kepada semua murid-muridnya.


Pada periode Orde Lama ini, berbagai peristiwa dialami oleh bangsa

Indonesia dalam dunia pendidikan, yaitu:

a) Dari tahun 1945-1950 Landasan Idiil pendidikan ialah UUD 1945 dan

falsafah Pancasila.

b) Pada permulaan tahun 1949 dengan terbentuknya Negara Republik

Indonesia Serikat (RIS) di Negara bagian timur dianut suatu system

pendidikan yang diwarisi dari zaman pemerintahan Belanda.

c) Pada tanggal 17 Agustus 1950, dengan terbentuknya kembali Negara

Kesatuan RI, Landasan Idiil UUDS RI.

d) Pada tahun 1959 Presiden mendekritkan RI kembali ke UUD 1945 dan

menetapkan Manifesta Politik RI menjadi Haluan Negara. Dibidang

pendidikan ditetapkan Sapta Usaha Tama dan Pancawhardana.

e) Pada tahun dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. (Samsul, 2007:

246-348

2. Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum Masa Orde Lama

Khusus untuk mengelola pendidikan agama yang diberikan di sekolah-

sekolah umum tersebut, maka pada bulan Desember 1946 dikeluarkanlah Surat

Keputusan Bersama (SKB) antara Menteri PP dan K dengan Menteri Agama,

yang mengatur pelaksanaan pendidikan agama pada sekolah-sekolah umum

(negeri dan swasta), yang berada di bawah kementerian PP dan K.

Maka sejak itulah terjadi semacam dualisme pendidikan di Indonesia, yaitu

Pendidikan Agama dan Pendidikan Umum. Di satu pihak Depertemen Agama

mengelola semua jenis pendidikan agama baik di sekolah-sekolah agama maupun


di sekolah-sekolah umum. Dan di pihak lain Departemen Pendidikan Pengajaran

dan Kebudayaan mengelola pendidikan pada umumnya dan mendapatkan

kepercayaan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional. Keadaan seperti ini

sempat di pertentangkan oleh pihak-pihak tertentu yang tidak senang dengan

adanya pendidikan agama terutama golongan komunis, sehingga ada kesan

seakan-akan pendidikan agama khususnya Islam, terpisah dari pendidikan.

Selanjutnya pendidikan agama ini diatur secara khusus dalam UU Nomor

4 Tahun 1950 pada Bab XII pasal 20 (Hasbullah, 1999 77), yaitu: Dalam sekolah-

sekolah negeri diadakan pelajaran agama, orang tua murid menetapkan apakah

anaknya akan mengikuti pelajaran tersebut. Cara penyelenggaraan pengajaran

agama di sekolah-sekolah negeri diatur dalam peraturan yang ditetapkan oleh

Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan, bersama-sama dengan Menteri

Agama.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Orde lama tidak terlalu banyak pembangunan untuk kepentingan masyarakat

bahkan jumlahnya dapat dihitung. Salah satunya sarana olahraga yang berada dikawasan

senayaann, pabrik baja Krakatau steel, dan bendungan jatiluhur. Ketiga sarana terseut

diketahui tidak tuntas pembangunannya dan baru rampung pada masa orde baru.

1. Demokrasi Liberal (1950-1959)

2. Demokrasi Terpimpin 1959-1966)

Masa Akhir Kekuasaan Seokarno (1966) Penyelenggara pendidikan agama

setelah Indonesia merdeka mendapat perhatian serius dari pemerintah, baik di

sekolah negeri maupun swasta. Usaha untuk itu dimulai dengan memberikan
bantuan terhadap lembaga sebagaimana yang dianjurkan oleh Badan Pekerja

Komite Nasional Pusat (BPKNP) 27 desember 1945 menyebutkan bahwa:

“Madrasah dan pesantren yang pada hakikatnya adalah satu alat dan pencerdasan

rakyat jelata yang sudah berurat berakar dalam masyarakat Indonesia pada

umumnya, hendaklah pula mendapat perhatian dan bantuan nyata tututan dan

bantuan material dari pemerintah.” (Djaelani, 1980: 71)

Selanjutnya pendidikan agama ini diatur secara khusus dalam UU Nomor

4 Tahun 1950 pada Bab XII pasal 20 (Hasbullah, 1999 77), yaitu: Dalam sekolah-

sekolah negeri diadakan pelajaran agama, orang tua murid menetapkan apakah

anaknya akan mengikuti pelajaran tersebut. Cara penyelenggaraan pengajaran

agama di sekolah-sekolah negeri diatur dalam peraturan yang ditetapkan oleh

Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan, bersama-sama dengan Menteri

Agama.

B. Saran

Dalam makalah ini tentunya ada banyak sekali koreksi dari pada pembaca ,

karena kami menyadaari bahwa makalah ini jauh dari sempurna.

Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun daripara

pembaca yang dengan itu semua kami harapkan makalah ini akan menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai