Anda di halaman 1dari 20

Dinamika Perwujudan Pancasila Sebagai Dasar Negara

Dan Pandangan Hidup Bangsa

Anggota :
1. Dhieva Mutiara
2. Kaisa Anandita
3. Mochammad Irfan
4. Muhammad Zaidan
5. Raihan Al Ghani
6. Ranti
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
memenuhi tugas kelompok untuk mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, dengan judul : “ Dinamika Perwujudan Pancasila Sebagai
Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa.”

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada guru mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang
telah memberikan tugas terhadap kami. Kami juga ingin mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah
ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan.
BAB 1 : Pendahuluan

A. Latar Belakang

Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa telah
disepakati oleh seluruh bangsa Indonesia. Akan tetapi, dalam perwujudannya
banyak sekali mengalami pasang surut. Bahkan sejarah bangsa kita telah
mencatat bahwa pernah ada upaya untuk mengganti Pancasila sebagai dasar
negara dan pandangan hidup bangsa dengan ideologi lainnya. Upaya ini dapat
digagalkan oleh bangsa Indonesia sendiri. Meskipun demikian, tidak berarti
ancaman terhadap Pancasila sebagai dasar negara sudah berakhir. Tantangan
masa kini dan masa depan yang terjadi dalam perkembangan masyarakat
Indonesia dan dunia internasional, dapat menjadi ancaman bagi nilai-nilai
Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup.

Pancasila bukanlah ideologi tertutup, yang tidak dapat menyesuaikan dengan


perkembangan dan bersifat kaku. Keterbukaan Pancasila sebagai ideologi,
merupakan salah satu keunggulan Pancasila sehingga tetap dipertahankan
oleh bangsa Indonesia. Tugas kita sebagai generasi muda untuk tetap
mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional. Upaya
mempertahankan tidak hanya dengan tetap menjadikan Pancasila sebagai
dasar negara dan tidak mengubahnya. Namun yang paling utama dengan
menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-
hari

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas
di dalam makalah tentang Dinamika Perwujudan Pancasila sebagai Dasar dan
Pandangan Hidup Bangsa ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan Pancasila dari masa ke masa?


2. Apa saja nilai-nilai Pancasila yang sesuai dengan perkembangan zaman?
3. Bagaimanakah perwujudan nilai-nilai Pancasila dalam berbagai bidang
kehidupan?
C. Tujuan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah tentang Dinamika Perwujudan


Pancasila sebagai Dasar dan Pandangan Hidup Bangsa ini adalah sebagai
berikut:

1. Untuk mengetahui penerapan Pancasila dari masa ke masa.


2. Untuk mengetahui nilai-nilai Pancasila sesuai dengan perkembangan
zaman.
3. Untuk mengetahui perwujudan nilai-nilai Pancasila dalam berbagai bidang
kehidupan.
BAB 2 : Pembahasan

1. Penerapan Pancasila dari Masa ke Masa

A. Masa Awal Kemerdekaan (1945 - 1959)

Pada periode Awal Kemerdekaan (1945-1959) penerapan Pancasila sebagai dasar


negara dan pandangan hidup menghadapi berbagai masalah. Ada upaya-upaya
untuk mengganti Pancasila sebagai dasar negara dan penyimpangan terhadap nilai-
nilai Pancasila yaitu :

1.Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun pada tanggal 18


September 1948 yang dipimpin oleh Muso. Tujuannya mendirikan Negara Soviet
Indonesia yang berideologi komunis atau mengganti Pancasila dengan paham
komunis, namun dapat digagalkan.

2.Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) dipimpin Sekarmaji


Marijan Kartosuwiryo, ditandai dengan didirikannya Negara Islam Indonesia (NII)
oleh Kartosuwiryo pada tanggal 7 Agustus 1949. Bertujuan mengganti Pancasila
sebagai dasar negara dengan syari’at Islam. Namun, gerakannya bertentangan
dengan ajaran Islam sebenarnya. Kartosuwiryo bersama para pengikutnya bisa
ditangkap pada 4 Juni 1962.

3.Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS), dipimpin oleh Christian Robert


Steven Soumokil, bertujuan membentuk negara sendiri, yang didirikan tanggal 25
April 1950. Pulau-pulau terbesarnya adalah Seram, Ambon, dan Buru. RMS di Ambon
dikalahkan oleh militer Indonesia pada bulan November 1950.

4.Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) atau Perjuangan Rakyat


Semesta (Permesta) dipimpin oleh Sjarifuddin Prawiranegara dan Ventje Sumual
(1957-1958) di Sumatra dan Sulawesi. Gerakan ini merupakan bentuk koreksi untuk
pemerintahan pusat pada waktu itu yang dipimpin oleh Presiden Soekarno.

5.APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) : melakukan pemberontakan pada tanggal 23


Januari 1950, dengan melakukan serangan dan menduduki kota Bandung, serta
menguasai markas Staf Divisi Siliwangi. Westerling merencanakan untuk menyerang
Jakarta, tetapi usahanya dapat digagalkan.

6.Perubahan bentuk negara dari Republik Indonesia Serikat menjadi Negara


Kesatuan Republik Indonesia, sedangkan konstitusi yang berlaku adalah Undang-
Undang Dasar Sementara 1950. Dalam perjalanannya berhasil melaksanakan pemilu
pertama di Indonesia pada tahun 1955 yang selama itu dianggap paling demokratis.
B. Masa Orde Lama (1959 - 1966)

Demokrasi Terpimpin atau Orde Lama (1959–1965) adalah masa ketika Presiden
Indonesia Soekarno berkuasa di bawah naungan Undang-Undang Dasar 1945 yang
asli. Demokrasi terpimpin sendiri adalah sebuah sistem demokrasi yang seluruh
keputusan serta pemikiran berpusat pada pemimpin negara.

Konsep sistem Demokrasi Terpimpin pertama kali diumumkan oleh Presiden


Soekarno dalam pembukaan sidang konstituante pada tanggal 10
November 1956. Demokrasi Terpimpin menurut ketetapan MPRS No.
VIII/MPRS/1965 yakni kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan yang berintikan musyawarah untuk mufakat secara
gotong royong di antara semua kekuatan nasional yang progresif revolusioner
dengan berporoskan pada Nasakom.

Masa Demokrasi Terpimpin yang dicetuskan oleh Presiden Soekarno diawali oleh
anjuran Soekarno agar Undang-Undang yang digunakan untuk menggantikan UUDS
1950 adalah UUD 1945. Namun usulan itu menimbulkan pro dan kontra di kalangan
anggota konstituante. Sebagai tindak lanjut usulannya, diadakan pemungutan
suara yang diikuti oleh seluruh anggota Konstituante. Pemungutan suara ini
dilakukan pada 30 Mei, 1 Juni, dan 2 Juni 1959 dalam rangka mengatasi konflik yang
timbul dari pro kontra akan usulan Presiden Soekarno tersebut.

Hasil pemungutan suara hari pertama menunjukan bahwa: 269 orang setuju untuk
kembali ke UUD 1945 dan 119 orang menolak untuk kembali ke UUD 1945.
Meskipun suara terbanyak menyetujui opsi kembali ke UUD 1945, suara tersebut
belum mencapai 2/3 dari jumlah suara, yaitu 312 suara sehingga pemungutuan suara
harus diulangi. Pemilihan hari kedua menunjukan bahwa: 264 setuju dan 204
menolak. Adapun pemilihan hari ketiga menunjukan bahwa: 263 setuju dan 203
menolak.
Melihat dari hasil voting, usulan untuk kembali ke UUD 1945 tidak dapat
direalisasikan. Hal ini disebabkan oleh jumlah anggota konstituante yang menyetujui
usulan tersebut tidak mencapai 2/3 bagian, seperti yang telah ditetapkan pada pasal
137 UUDS 1950.
Bertolak dari hal tersebut, Presiden Soekarno mengeluarkan sebuah dekret yang
disebut Dekret Presiden 5 Juli 1959. Isi Dekret Presiden 5 Juli 1959:

1. Tidak berlaku kembali UUDS 1950


2. Berlakunya kembali UUD 1945
3. Dibubarkannya konstituante
4. Pembentukan MPRS dan DPAS

Setelah diberlakukannya Dekrit Presiden diberlakukan, keterlibatan militer dalam


politik dan lembaga politik kian meluas. Pada 10 Juli 1959, Sukarno
mengumumkan Kabinet Kerja, sepertiganya menteri berasal dari militer
C. Masa Orde Baru

Orde Baru (sering kali disingkat Orba) adalah sebutan bagi masa pemerintahan
Presiden Jenderal Soeharto di Indonesia. Orde Baru menggantikan Orde Lama yang
merujuk kepada era pemerintahan Soekarno. Lahirnya Orde Baru diawali dengan
dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret 1966.[3] Orde Baru berlangsung dari tahun
1966 hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang
pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan praktik korupsi yang merajalela
dan pengekangan kebebasan berpendapat.
Latar Belakang Lahirnya Orde Baru
Lahirnya orde baru ditandai TRITURA atau Tri Tuntutan Rakyat yang merupakan ide
perjuangan Angkatan 66/KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia). TRITURA
terdiri dari tiga tuntutan yaitu pembubaran PKI, perombakan Kabinet Dwikora, dan
penurunan harga. TRITURA semakin panas karena sikap Presiden Soekarno yang
bertolak belakang dengan aksi-aksi mereka. Hingga terjadi peristiwa G30S/PKI yang
membuat rakyat Indonesia menurunkan kepercayaannya terhadap pemerintahan
Soekarno. Peristiwa G30S/PKI adalah salah satu penyebab menurunnya kredibilitas
Soekarno dan membuatnya mengeluarkan Surat Perintah kepada Letjen Soeharto
yang disebut Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar). Dalam Surat Perintah
tersebut Soekarno menunjuk Soeharto untuk melakukan segala tindakan demi
keamanan, ketenangan, dan stabilitas politik. Supersemar menjadi titik awal
berkembangnya kekuasaan Orde Baru.
Penyebab Jatuhnya Pemerintahan Orde Baru
Meski selama masa tersebut perekonomian Indonesia melaju pesat dan
pembangunan infrastruktur yang merata untuk masyarakat, namun perkembangan
tersebut diikuti dengan praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Hal ini menyebabkan
kurangnya kepercayaan terhadap Presiden Soeharto dan memicu aksi demo
mahasiswa dan masyarakat umum. Demonstrasi semakin gencar setelah pemerintah
menaikkan harga BBM di tanggal 4 Mei 1998. Belum lagi terjadi Tragedi Trisakti yaitu
tertembaknya 4 mahasiswa di depan Universitas Trisakti yang semakin mendorong
masyarakat menentang kebijakan pemerintah. Tahun 1997-1998 merupakan periode
orde baru yang menjadi masa kelam bagi rakyat Indonesia. Perekonomian yang
tadinya melesat langsung mengalami penurunan disusul dengan berakhirnya rezim
orde baru. Besarnya gelombang demonstrasi di berbagai daerah, membuat Presiden
Soeharto mundur pada 21 Mei 1998. Setelah tiga dasawarsa lebih menjabat, orde
baru ambruk akibat krisis ekonomi yang melanda negeri sejak tahun 1997.

D. Masa Reformasi

Era reformasi atau era pasca-Suharto di Indonesia dimulai pada tahun 1998,
tepatnya saat Kejatuhan Soeharto Presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21
Mei 1998 dan digantikan oleh wakil presiden saat itu, B.J. Habibie. Periode ini
didirikan oleh lingkungan sosial politik yang lebih terbuka.
Isu-isu selama periode ini di antaranya dorongan untuk menerapkan demokrasi dan
pemerintahan sipil yang lebih kuat, elemen militer yang mencoba untuk
mempertahankan pengaruhnya, Islamisme yang tumbuh dalam politik dan
masyarakat umum, serta tuntutan otonomi daerah yang lebih besar. Proses
reformasi menghasilkan tingkat kebebasan berbicara yang lebih tinggi, berbeda
dengan penyensoran yang meluas saat Orde Baru. Akibatnya, debat politik menjadi
lebih terbuka di media massa dan ekspresi seni makin meningkat. Peristiwa-peristiwa
yang telah membentuk Indonesia dalam periode ini di antaranya serangkaian
peristiwa terorisme (termasuk bom Bali 2002) serta gempa bumi dan tsunami
Samudra Hindia 2004.

Krisis finansial Asia yang menyebabkan ekonomi Indonesia melemah dan semakin
besarnya ketidakpuasan masyarakat Indonesia terhadap pemerintahan pimpinan
Soeharto saat itu menyebabkan terjadinya demonstrasi besar-besaran yang
dilakukan berbagai gerakan mahasiswa di berbagai wilayah Indonesia.

Pemerintahan Soeharto semakin disorot setelah Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998
yang menyebabkan empat mahasiswa tertembak mati dan kemudian memicu
Kerusuhan Mei 1998 sehari setelahnya. Gerakan mahasiswa pun meluas hampir di
seluruh Indonesia. Di bawah tekanan yang besar dari dalam maupun luar negeri,
Soeharto akhirnya memilih untuk mengundurkan diri dari jabatannya pada 21 Mei
1998.

Kepresidenan HJ Habibie (1998-1999)


Setelah pengunduran diri Soeharto, Wakil Presiden B.J. Habibie dilantik sebagai
presiden dan melakukan berbagai reformasi politik. Pada Februari 1999,
pemerintahan Habibie mengesahkan Undang-Undang Partai Politik[2] yang
mencabut pembatasan jumlah partai politik (parpol). Sebelumnya, pada masa
Soeharto, hanya tiga parpol yang diperbolehkan. Parpol juga tidak diwajibkan
berideologi Pancasila. Hal ini mengakibatkan partai politik bermunculan dan 48 di
antaranya akan bersaing dalam pemilihan legislatif 1999.

Pada Mei 1999, pemerintahan Habibie mengesahkan Undang-Undang Otonomi


Daerah[3] yang merupakan langkah pertama dalam desentralisasi pemerintahan
Indonesia dan memungkinkan provinsi-provinsi untuk lebih berperan dalam
mengatur daerahnya. Pers lebih dibebaskan pada pemerintahan Habibie, meskipun
Kementerian Penerangan tetap dipertahankan. Tahanan politik seperti Sri Bintang
Pamungkas, Muchtar Pakpahan, dan Xanana Gusmão juga dibebaskan atas perintah
Habibie.

Pada era Habibie juga dilangsungkan pemilihan umum legislatif 1999, yang
merupakan pemilihan bebas pertama sejak pemilu legislatif 1955. Pemilu ini diawasi
oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang independen, bukan komisi pemilihan yang
diisi menteri-menteri pemerintah seperti yang terjadi pada masa Orde Baru.

Habibie juga menyerukan referendum untuk menentukan masa depan Timor Timur.
Tindakan ini mengejutkan banyak orang dan membuat marah beberapa orang. Pada
tanggal 30 Agustus, penduduk Timor Timur memilih untuk merdeka. Lepasnya
provinsi ini merugikan popularitas dan aliansi politik Habibie.

Kepresidenan Abdurrahman Wahid (1999–2001)


Pada 1999, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjadi Presiden Indonesia. Kabinet
pertama, yang diberi nama Kabinet Persatuan Nasional, adalah kabinet koalisi yang
mewakili beberapa partai politik: Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P),
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Golkar, Partai Persatuan Pembangunan (PPP),
Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Keadilan (PK). Perwakilan nonpartisan dan
militer (TNI) juga ditempatkan dalam kabinet. Salah satu reformasi administrasi
negara yang dilakukan Gus Dur adalah penghapusan Kementerian Penerangan,
senjata utama Orde Baru untuk mengendalikan media, dan pembubaran
Kementerian Kesejahteraan, yang telah menjadi korup pada masa Orde Baru.

Kepresidenan Megawati (2001–2004)


Pada masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri, putri pendiri Indonesia sekaligus
presiden pertama Sukarno, proses reformasi demokrasi yang dimulai pada periode
Habibie dan Gus Dur terus berlanjut, meskipun berjalan lambat dan tidak menentu.
Megawati mengumumkan susunan Kabinet Gotong Royong pada 10 Agustus 2001
untuk membantunya mengatur negara. Selama kabinet ini bertugas, Megawati tidak
pernah melakukan perombakan kabinet dan hanya mengangkat beberapa pelaksana
tugas karena beberapa menteri mengundurkan diri sehubungan dengan pencalonan
mereka pada Pilpres 2004.

Munculnya ikon oposisi terhadap rezim Suharto ke kursi kepresidenan pada awalnya
disambut secara luas, tetapi segera terlihat bahwa kepresidenannya ditandai dengan
ketidaktegasan, kurangnya arah ideologis yang jelas, dan "dikenal pasif dalam urusan
kebijakan penting". Sisi baik dari lambatnya kemajuan reformasi dan menghindari
konfrontasi adalah bahwa Megawati menstabilkan proses demokratisasi secara
keseluruhan dan hubungan antara legislatif, eksekutif, dan militer.

Meskipun pada tahun 2004 ekonomi telah stabil dan cukup pulih dari krisis 1997,
angka pengangguran dan kemiskinan tetap tinggi. Konstitusi Indonesia kemudian
diamendemen agar presiden dipilih langsung oleh rakyat, dan Megawati
mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua. Ia secara konsisten tertinggal dalam
berbagai jajak pendapat. Sebagian penyebabnya adalah pemilih Muslim yang
cenderung memilih kandidat laki-laki dan kinerja Megawati dipandang biasa-biasa
saja selama menjabat sebagai presiden. Meski tampil lebih baik dari perkiraan pada
putaran pertama pemilu presiden 2004, tetapi di putaran kedua ia dikalahkan oleh
Susilo Bambang Yudhoyono, mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum,
dan Keamanan pada masa pemerintahan Megawati.

Kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono (2004–2014)


Pemilu Presiden Indonesia 2004 merupakan pemilu pertama yang memilih pasangan
presiden dan wakil presiden secara langsung. Pasangan Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY) dan Jusuf Kalla memenangi pemilu setelah melewati dua putaran pemilihan.
Pada 21 Oktober 2004, SBY mengumumkan susunan Kabinet Indonesia Bersatu.
Dua bulan setelah SBY menjabat, gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004
melanda Aceh dan negara-negara lain di sepanjang garis pantai Samudra Hindia. Tiga
bulan kemudian, gempa susulan memicu tsunami di Pulau Nias. Pada tahun 2006,
Gunung Merapi meletus dan disusul gempa bumi di Yogyakarta.

Indonesia juga mengalami wabah flu burung dan semburan lumpur Sidoarjo. Pada
tahun 2007, banjir besar melanda Jakarta. SBY mengizinkan Gubernur DKI Jakarta
Sutiyoso membuka pintu air Manggarai dengan risiko membanjiri Istana
Kepresidenan.

Pada 1 Oktober 2005, bom bunuh diri terjadi di pulau Bali. Kelompok Islam militan
Jemaah Islamiyah diduga berada di balik serangan tersebut, meskipun penyelidikan
polisi masih dilakukan. Kelompok tersebut juga bertanggung jawab atas bom Bali
2002. SBY mengutuk serangan itu serta berjanji untuk "memburu para pelakunya
dan membawa mereka ke pengadilan".

Pada tahun 2005, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,6% yang kemudian menurun
menjadi 5,5% pada tahun 2006. Inflasi mencapai 17,11% pada tahun 2005, tetapi
menurun menjadi 6,6% pada tahun 2006.

SBY juga mengalokasikan lebih banyak dana untuk mengurangi kemiskinan. Pada
tahun 2004, 18 triliun rupiah dalam APBN dialokasikan untuk mengentaskan
kemiskinan, yang meningkat menjadi 23 triliun pada tahun 2005 dan 51 triliun pada
tahun 2006. Pada bulan Maret dan Oktober 2005, SBY membuat keputusan untuk
memotong subsidi bahan bakar yang menyebabkan kenaikan harga bahan bakar.
Masyarakat miskin diberi kompensasi dengan Bantuan Langsung Tunai (BLT), tetapi
pemotongan subsidi kemudian menurunkan popularitas SBY. Pada Mei 2008,
kenaikan harga minyak turut mendorong keputusan SBY untuk sekali lagi memotong
subsidi BBM, yang menjadi penyebab protes masyarakat pada Mei dan Juni 2008.

Pada pemilu presiden 2009, SBY terpilih untuk masa jabatan kedua bersama
Boediono, mantan Gubernur Bank Indonesia. Mereka mengalahkan dua kandidat:
Megawati Soekarnoputri–Prabowo Subianto dan wakil presiden saat itu, Jusuf Kalla–
Wiranto.
Pasangan SBY–Boediono memenangkan pemilu dengan lebih dari 60% suara nasional
pada putaran pertama. Mereka lalu mengumumkan susunan Kabinet Indonesia
Bersatu II pada 21 Oktober 2009.

Pada Oktober 2010, Gunung Merapi meletus, menewaskan 353 orang. Sementara
itu, gempa bumi dan tsunami juga melanda Kepulauan Mentawai

Kepresidenan Joko Widodo (2014–2024)


Serangkaian demonstrasi massa yang dipimpin oleh mahasiswa terjadi di kota-kota
besar Indonesia pada September 2019 untuk memprotes undang-undang baru yang
mengurangi kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) serta beberapa RUU
lainnya. Protes tersebut kemudian berkembang menjadi gerakan mahasiswa
terbesar di Indonesia sejak demonstrasi tahun 1998 yang menjatuhkan rezim
Suharto.

Penyakit koronavirus 2019 (COVID-19), yang sedang berlangsung di seluruh dunia,


pertama kali dikonfirmasi menyebar ke Indonesia pada 2 Maret 2020. Hingga 5
November 2020, virus ini telah mengakibatkan lebih dari 14.000 kematian di
Indonesia. Pada akhir 2020, pandemi menyebabkan perekonomian jatuh ke dalam
resesi untuk pertama kalinya dalam 22 tahun. Pada Oktober 2020, sejumlah protes
meluas di seluruh Indonesia setelah DPR mengesahkan Undang-Undang Cipta Kerja
yang kontroversial.
2. Dinamika Nilai Nilai Pancasila Sesuai dengan Perkembangan Zaman

A. Hakikat Ideologi Terbuka

Pancasila sebagai ideologi negara merupakan ciri khas atau identitas bangsa
Indonesia yang
perlu dipertahankan dan terus dijadikan sebagai pedoman dalam menentukan
arah dan tujuan yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku bangsa Indonesia.
Jika Pancasila tidak diwujudkan atau diamalkan dalam kehidupan sehari-hari
oleh bangsa Indonesia, maka bangsa Indonesia akan kehilangan jati dirinya.
Sebagai suatu sistem pemikiran, ideologi sangatlah wajar jika mengambil
sumber dari pandangan dan falsafah hidup bangsa. Hal tersebut akan membuat
ideologi tersebut berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
kecerdasan kehidupan bangsa. Artinya, ideologi tersebut bersifat terbuka
dengan senantiasa mendorong terjadinya perkembangan pemikiran baru
tentang ideologi tersebut, tanpa harus kehilangan jati dirinya. Kondisi ini
akan berbeda sama sekali, jika ideologi tersebut berakar pada nilai-nilai yang
berasal dari luar bangsanya atau pemikiran perseorangan. Dengan kata lain, ideologi
tersebut bersifat tertutup. Ideologi terbuka memiliki nilai dan cita-cita yang digali
dari kekayaan rohani, budaya, dan moral masyarakat, tidak diciptakan oleh negara.
Sementara itu, ideologi tertutup diberikan oleh negara dengan asal dari cita-cita
sebuah kelompok, sehingga tidak kaya dan tidak menganut unsur keberagaman.

B. Kedudukan Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka

Pancasila berakar pada pandangan hidup bangsa dan falsafah bangsa sehingga
memenuhi prasyarat menjadi ideologi yang terbuka. Keterbukaan Pancasila,
mengandung pengertian bahwa Pancasila senantiasa mampu berinteraksi secara
dinamis. Nilai-nilai Pancasila tidak berubah, namun pelaksanaannya disesuaikan
dengan kebutuhan dan tantangan nyata yang kita hadapi dalam setiap waktu. Hal ini
dimaksudkan untuk menegaskan bahwa ideologi Pancasila bersifat aktual, dinamis,
antisipatif, serta senantiasa mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan
zaman, ilmu pengetahuan, teknologi, serta dinamika perkembangan aspirasi
masyarakat.
1. Keterbukaan ideologi Pancasila harus selalu memperhatikan:
a. stabilitas nasional yang dinamis;
b. larangan untuk memasukan pemikiran-pemikiran yang mengandung nilainilai
ideologi marxisme, leninisme dan komunisme;
c. mencegah berkembangnya paham liberal;
d. larangan terhadap pandangan ekstrim yang menggelisahkan kehidupan
masyarakat;
e. penciptaan norma yang harus melalui kesepakatan.
2. Keterbukaan ideologi Pancasila mengandung nilai-nilai sebagai berikut.
a. Nilai dasar, yaitu hakikat kelima sila Pancasila: Ketuhanan Yang Maha Esa;
kemanusiaan yang adil dan beradab; persatuan Indonesia; kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan; keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Nilai-nilai dasar tersebut, bersifat universal sehingga di
dalamnya terkandung cita-cita, tujuan, serta nilai-nilai yang baik dan benar. Nilai
dasar ini bersifat tetap dan melekat pada kelangsungan hidup negara. Nilai dasar
Pancasila selanjutnya dijabarkan dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
Adapun perwujudan nilai dasar Pancasila sebagai ideologi terbuka tersebut adalah
sebagai berikut.
1) Nilai ketuhanan dalam Pancasila, sebagai ideologi terbuka merupakan bentuk
hubungan warga negara Indonesia sebagai insan pribadi atau makhluk individu
dengan Tuhan Yang Maha Esa pencipta alam semesta. Bangsa Indonesia sebagai
bangsa yang religius atau bangsa yang beragama memiliki keyakinan dan
kepercayaan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa. Hal tersebut dibuktikan
dengan pemelukan salah satu agama yang diakui negara atau menganut aliran
kepercayaan tertentu terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2) Nilai kemanusiaan dalam Pancasila, diwujudkan dalam bentuk hubungan warga
negara Indonesia dengan sesama manusia sebagai insan sosial. Manusia tidak dapat
hidup sendiri senantiasa hidup saling membutuhkan. Oleh karena itu, harus dijalin
sikap kekeluargaan dan tolong menolong antarsesama manusia tanpa membedakan
suku bangsa, agama, ras, antargolongan, maupun antarbangsa.
3) Nilai persatuan dalam Pancasila, diwujudkan dalam bentuk hubungan warga
negara Indonesia dengan bangsa dan negaranya sebagai insan politik. Setiap warga
negara, terikat oleh peraturan perundangundangan yang berlaku di negara tersebut.
Oleh karena itu setiap warga negara dituntut untuk menaati peraturan itu sebagai
wujud rasa cinta tanah air, mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi dan golongannya.
4) Nilai kerakyatan dalam Pancasila, diwujudkan dalam bentuk hubungan warga
negara Indonesia dengan kekuasaan dan pemerintahan sebagai pemegang
kedaulatan rakyat. Setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk ikut serta
dalam pemerintahan.
5) Nilai keadilan dalam Pancasila, diwujudkan dalam hubungan warga negara
Indonesia dengan kesejahteraan serta keadilan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Setiap warga negara, dituntut untuk meningkatkan taraf
hidupnya yang lebih baik dengan berusaha dan bekerja keras, menerapkan pola
hidup sederhana, berlaku adil, serta menghargai karya orang lain.
b. Nilai instrumental, ini sebagai penjabaran dari nilai-nilai dasar ideologi Pancasila
berupa peraturan perundangan dan lembaga pelaksanaannya. Misalnya; UUD,
ketetapan MPR, UU, serta peraturan perundangundangan lainnya. Dapat disesuaikan
dengan perkembangan zaman dan aspirasi masyarakat berdasarkan nilai-nilai
Pancasila.
c. Nilai praksis, merupakan realisasi dari nilai-nilai instrumental berupa suatu
pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Dalam realisasi praksis inilah, penjabaran nilai-nilai Pancasila
senantiasa berkembang dan selalu dapat dilakukan perubahan dan perbaikan
(reformasi) sesuai dengan perkembangan zaman dan aspirasi masyarakat, sehingga
Pancasila merupakan ideologi terbuka. Suatu ideologi, selain memiliki aspek-aspek
yang bersifat ideal berupa cita-cita, pemikiran-pemikiran, serta nilai-nilai yang
dianggap baik, juga harus memiliki norma yang jelas. Hal ini dikarenakan suatu
ideologi harus mampu direalisasikan dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu,
Pancasila sebagai ideologi terbuka secara struktural memiliki tiga dimensi. Adapun
ketiga dimensi Pancasila tersebut, diantaranya sebagai berikut.
a. Dimensi idealism
Dimensi ini menekankan bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila
yang bersifat sistematis, rasional, dan menyeluruh itu, pada hakikatnya bersumber
pada filsafat Pancasila. Hal tersebut karena setiap ideologi, bersumber pada suatu
nilai-nilai filosofis atau sistem filsafat. Dimensi idealisme yang terkandung dalam
Pancasila, mampu memberikan harapan, optimisme, serta memberikan motivasi
pendukungnya untuk berupaya mewujudkan cita-citanya. Ideologi mengandung cita-
cita yang ingin dicapai dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara, sehingga masyarakat atau bangsa dapat mengetahui ke arah mana
mereka ingin membangun kehidupan bersama.
b Dimensi normatif
Dimensi ini mengandung pengertian bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila, perlu dijabarkan dalam suatu sistem norma. Artinya, Pancasila terkandung
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang merupakan tertib hukum tertinggi dalam Negara Republik Indonesia serta
merupakan staatsfundamentalnorm (pokok kaidah negara yang fundamental).
Dengan kata lain, agar Pancasila mampu dijabarkan ke dalam langkah-langkah yang
bersifat operasional, maka perlu memiliki norma atau aturan hukum yang jelas.
c. Dimensi realitas
Dimensi ini mengandung makna bahwa suatu ideologi harus mampu mencerminkan
realitas kehidupan yang berkembang dalam masyarakat. Pancasila memiliki
keluwesan yang memungkinkan adanya pengembangan pemikiran-pemikiran baru
yang relevan tentang dirinya, tanpa menghilangkan atau mengingkari hakikat yang
terkandung dalam nilai-nilai dasarnya. Oleh karena itu, Pancasila harus mampu
dijabarkan dalam kehidupan masyarakatnya secara nyata, baik dalam kehidupan
sehari-hari maupun dalam penyelenggaraan negara (Alfian, 1992:195
3. Perwujudan Nilai Nilai Pancasila dalam Berbagai Kehidupan

A. Perwujudan Nilai - Nilai Pancasila dalam Bidang Politik dan Hukum

1. Pengembangan Lembaga-Lembaga Negara


Perwujudan nilai Pancasila dalam pengembangan lembaga-lembaga negara
disesuaikan dengan zaman, dikutip dari Buku Siswa Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan oleh Sri Nurhayati, S.Pd., M.Pd. dan Iwan Muharji, S.Pd., M.Pd.
Contoh, sebelum era reformasi, MPR adalah lembaga tertinggi negara yang
membawahi lembaga tinggi negara seperti DPR, MA, MK, BPK, dan DPA. Setelah
reformasi, tidak lagi ada lembaga tertinggi negara dan MPR menjadi setara dengan
lembaga tinggi negara lainnya. Dengan persamaan kedudukan ini, semua lembaga
tinggi negara diharapkan dapat saling mengawasi dan mengoreksi. Contoh lainnya
yakni pembentukan lembaga negara baru dan penghapusan lembaga tinggi negara.
DPD untuk badan legislatif, KY untuk memilih hakim dalam badan yudikatif, dan MK
sebagai badan kehakiman dibentuk, sementara DPA dihapus sebagai lembaga tinggi
negara.
2. Pengembangan Hak Asasi Manusia sesuai Nilai-Nilai Pancasila
Saat UUD 1945 diamandemen, pasal-pasal tentang HAM dimasukkan ke dalam dasar
negara tersebut pada pasal 28A-28J sebagai perwujudan nilai-nilai Pancasila di
kehidupan politik Indonesia. Sebab, sistem politik Indonesia pada dasarnya
menjunjung tinggi HAM. seiring peristiwa HAM di Indonesia dan perkembangan
zaman, dilahirkan undang-undang baru tentang HAM pada UU No. 39 Tahun 1999
yang disahkan Presiden B.J. Habibie. Undang-undang 11 bab dengan 106 pasal ini
diharapkan memenuhi kebutuhan hukum tentang semua masalah HAM yang
mungkin terjadi di kemudian hari.
3. Pengembangan Demokrasi Pancasila di Indonesia
Pengembangan demokrasi Pancasila sebagai perwujudan nilai-nilai Pancasila di
bidang politik dimanifestasikan ke dalam berbagai bentuk. Salah satunya yakni
menjunjung pendapat rakyat dalam keputusan politik Indonesia. Contohnya yakni
berubahnya sistem pemilihan umum di Indonesia yang sejak 1999 memungkinkan
rakyat memilih presiden secara langsung di pemilu, tidak lagi dipilih MPR. Sementara
itu pada 2004, rakyat juga dapat memilih langsung kepala daerah. Pemilihan
langsung ini menandakan bahwa Indonesia menjunjung nilai musyawarah dan
mufakat sebagaimana menjadi nilai Pancasila. Pemilu juga menjadi tanda bahwa
bangsa Indonesia tidak lagi bergantung pada dominasi mayoritas partai atau
kelompok tertentu.
4. Pengembangan Hukum Berdasarkan Pancasila
Penciptaan sistem hukum nasional berdasarkan Pancasila menjadi salah satu
perwujudan nilai-nilai Pancasila di bidang politik dan hukum. Hukum Indonesia
bersumber pada nilai-nilai Pancasila sebagai sumber dari segala hukum.
B. Perwujudan Nilai - Nilai Pancasila dalam Bidang Ekonomi

Sistem perekonomian di Indonesia harus dikembangkan dengan sistem ekonomi


yang didasari oleh nilai-nilai Pancasila.
Landasan penerapan sistem ekonomi yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila
ditegaskan dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun1945 Pasal 33, yang
menyatakan beberapa hal berikut:

a. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

b. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup
orang banyak, dikuasai oleh negara.

c. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

d. Perekonomian nasional, diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi


dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan
ekonomi nasional.

Berbagai wujud sistem ekonomi, baik yang sudah ada dalam masyarakat Indonesia
maupun sebagai bentuk pengaruh asing, bisa terus dikembangkan selama sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila.

Saat ini masyarakat sudah mengenal bank, supermarket, mal, bursa saham,
perusahaan, dan sebagainya. Semua lembaga perekonomian tadi, bisa kita terima
selama masih sejalan dengan nilai-nilai Pancasila.

C. Perwujudan Nilai - Nilai Pancasila dalam Bidang Sosial Budaya

1. Gotong Royong

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang menerapkan sikap gotong royong untuk
menumbuhkan kerukunan dan rasa kekeluargaan.

Ketika masyarakat terbiasa menerapkan gotong royong maka akan mendorong


terjadinya persatuan bangsa yang makin solid.

2. Toleransi antara suku, ras, dan agama

Indonesia sebagai negara kepulauan mendorong terjadinya keberagaman suku, ras,


dan agama.Perbedaan itu bisa jadi kekuatan tapi juga punya risiko konflik dalam
masyarakat.
Sehingga perlu adanya kesadaran untuk menerapkan sikap toleransi agar tiap
individu bebas untuk menjalankan kepercayaan dan tradisinya.

3. Menghargai pendapat dan pandangan yang berbeda

Dalam pengambilan keputusan, masyarakat Indonesia biasanya akan melakukan


musyawarah.Tiap orang berhak berpendapat dan punya pandangan berbeda, tiap
orang juga wajib menghargai dan menghormati pendapat yang ada.
Dengan begitu keputusan yang akan diambil bisa adil dan bermanfaat untuk seluruh
anggota.

4. Melestarikan Budaya Lokal

Keberagaman budaya Indonesia sangat berharga dan enggak ternilai harganya.

Tiap budaya dan tradisi masyarakat harus dilestarikan dan diimplementasikan dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari.

Misalnya penggunaan bahasa daerah hingga pelaksanaan upacara adat atau tradisi
lokal.

5. Menjunjung Tinggi Hak Asasi Manusia (HAM)

Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia.

Itulah kenapa masyarakat perlu memahami sikap adil dan jauh dari tindakan
kekerasan juga diskriminasi supaya semua orang bisa hidup dengan damai dan
tenteram.

Enggak hanya nilai-nilai sosial dari dalam negeri saja yang berkembang di
masyarakat, ada juga nilai-nilai sosial yang bisa masuk dan berkembang di
masyarakat.Selama nilai-nilai itu masih bisa diterima dan sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila maka nilai itu bisa diadaptasi dalam keseharian masyarakat.

Beberapa sikap seperti feodal, eksklusif, dan budaya asing lain bisa juga
bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila dalam bidang sosial budaya.

Pengaruh budaya luar seperti iptek disebut bisa diterapkan karena bisa memperkaya
dan menunjang kemajuan bangsa.

D. Perwujudan Nilai - Nilai Pancasila dalam Bidang Pertahanan & Keamanan

Pembangunan dalam bidang pertahanan dan keamanan, secara tegas dinyatakan


dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 27 ayat (3) yang
menyatakan bahwa pembelaan negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga
negara. Demikian juga Pasal 30 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
menyatakan bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara. Usaha pertahanan dan keamanan negara
Indonesia dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta.
Dengan demikian, kedua pasal ini menegaskan perlunya partisipasi seluruh rakyat
dalam upaya bela negara serta usaha pertahanan dan keamanan negara

Pasal 27 ayat 3 UUD 1945 berbunyi, "Setiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam upaya pembelaan negara”.

Kemudian pasal 30 ayat 1 UUD 1945 berbunyi, “Tiap-tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara”
BAB 3 : Penutupan

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan tersebut dapat di simpulkan bahwa Pancasila mampu


menampung dinamika perkembangan masyarakat. Kedudukan Pancasila sebagai
dasar negara dan pandangan hidup bangsa telah mengalami berbagai pengalaman
sejarah yang memiliki tujuan akhir merubah Pancasila sebagai dasar negara.
Berbagai tantangan saat ini dan masa depan juga dapat mengancam kedudukan
Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa apabila kita tidak
mewaspadainya.
Pancasila sebagai ideologi terbuka memiliki makna bahwa Pancasila memiliki nilai-
nilai dasar yang tetap dan tidak dapat berubah. Nilai dasar ini diwujudkan dalam nilai
instrumental dan nilai praksis yang disesuaikan dengan perkembangan masyarakat.
Sebagai ideologi terbuka, Pancasila telah mampu membuktikan selalu menjadi dasar
negara dan ideologi nasional bangsa Indonesia.
Kami bisa menggambarkan bahwa pelaksanaan demokrasi Pancasila masih jauh dari
harapan. Pelaksanaan nilai-nilai Pancasila secara murni dan konsekuen hanya
dijadikan alat politik penguasa belaka. Kenyataan yang terjadi demokrasi Pancasila
sama dengan kediktatoran.

B. Daftar Pusaka

https://bobo.grid.id/read/083037410/perwujudan-nilai-nilai-pancasila-dalam-bidang-pertahanan-
dan-keamanan?page=all
https://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi_Terpimpin_(1959%E2%80%931965)
https://doc.lalacomputer.com/makalah-dinamika-perwujudan-pancasila-sebagai-dasar-dan-
pandangan-hidup-bangsa/
https://bobo.grid.id/read/082913603/perwujudan-nilai-nilai-pancasila-dalam-bidang-ekonomi?
page=all
https://kids.grid.id/amp/473646819/perwujudan-nilai-nilai-pancasila-dalam-bidang-sosial-budaya-
materi-pkn-kelas-9-smp
https://wirahadie.com/materi-pkn-kelas-9-bab-1/amp/
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5836367/3-perbedaan-ideologi-terbuka-dan-tertutup-
siswa-perlu-tahu#:~:text=Ideologi%20terbuka%20memiliki%20nilai%20dan,dan%20tidak
%20menganut%20unsur%20keberagaman
https://id.wikipedia.org/wiki/Reformasi_Indonesia_(1998%E2%80%93sekarang)
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6042076/masa-orde-baru-latar-belakang-sistem-
pemerintah-dan-penyebab-jatuhnya

Anda mungkin juga menyukai