KELOMPOK 9
NAMA:
1. Gerhard Kotong ( 14 )
2. Nalisyah Fanhira ( 23 )
3. Samuel Simanullang ( 31 )
Kata Pengantar
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini yang selesai tepat pada waktunya yang berjudul Persatuan Dan Kesatuan Bangsa
Indonesia Pada Masa Orde Lama ( 5 Juli 1959- 11 Maret 1966)
Makalah ini berisikan tentang bagaimana kami menyadari bahwa makalah kami ini
jauh dari kata sempurna,oleh karena itu kritik dan saran dari pada guru dan teman-
teman yang bersifat membangunselalu kami harapkan demi lebih baiknya makalah
ini.
Untuk itu kami bberterimakasih kepada semua pihak yang telah berpatisipasi
dalam penyusunan makalah ini.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi nkita
semua dan semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Latar belakang dicetuskannya sistem demokrasi terpimpin oleh Presiden
Soekarno :
1. Dari segi keamanan nasional: Banyaknya gerakan separatis pada masa
demokrasi liberal, menyebabkan ketidakstabilan negara.
2. Dari segi perekonomian: Sering terjadinya pergantian kabinet pada masa
demokrasi liberal menyebabkan program-program yang dirancang oleh kabinet
tidak dapat dijalankan secara utuh, sehingga pembangunan ekonomi tersendat.
3. Dari segi politik: Konstituante gagal dalam menyusun UUD baru untuk
menggantikan UUDS 1950.
Masa Demokrasi Terpimpin yang dicetuskan oleh Presiden Soekarno diawali oleh
anjuran Soekarno agar Undang-Undang yang digunakan untuk menggantikan
UUDS 1950 adalah UUD 1945. Namun usulan itu menimbulkan pro dan kontra di
kalangan anggota konstituante. Sebagai tindak lanjut usulannya, diadakan
pemungutan suara yang diikuti oleh seluruh anggota Konstituante. Pemungutan
suara ini dilakukan pada 30 Mei, 1 Juni, dan 2 Juni 1959 dalam rangka mengatasi
konflik yang timbul dari pro kontra akan usulan Presiden Soekarno tersebut.
Hasil pemungutan suara hari pertama menunjukan bahwa: 269 orang setuju untuk
kembali ke UUD 1945 dan 119 orang menolak untuk kembali ke UUD 1945.
Meskipun suara terbanyak menyetujui opsi kembali ke UUD 1945, suara tersebut
belum mencapai 2/3 dari jumlah suara, yaitu 312 suara sehingga pemungutuan
suara harus diulangi.[4] Pemilihan hari kedua menunjukan bahwa: 264 setuju dan
204 menolak. Adapun pemilihan hari ketiga menunjukan bahwa: 263 setuju dan
203 menolak.
Melihat dari hasil voting, usulan untuk kembali ke UUD 1945 tidak dapat
direalisasikan. Hal ini disebabkan oleh jumlah anggota konstituante yang
menyetujui usulan tersebut tidak mencapai 2/3 bagian, seperti yang telah
ditetapkan pada pasal 137 UUDS 1950.
Bertolak dari hal tersebut, Presiden Soekarno mengeluarkan sebuah dekret yang
disebut Dekret Presiden 5 Juli 1959. Isi Dekret Presiden 5 Juli 1959:
1. Tidak berlaku kembali UUDS 1950
2. Berlakunya kembali UUD 1945
3. Dibubarkannya konstituante
4. Pembentukan MPRS dan DPAS
Setelah diberlakukannya Dekrit Presiden diberlakukan, keterlibatan militer dalam
politik dan lembaga politik kian meluas. Pada 10 Juli 1959, Sukarno
mengumumkan Kabinet Kerja, sepertiganya menteri berasal dari militer.
Periode Demokrasi Terpimpin dimulai dengan lahirnya Dekrit Presiden pada 5 Juli
1959. Dekrit Presiden dibuat setelah Konstituante tidak dapat menyelesaikan
tugasnya untuk membentuk undang-undang dasar tetap sehingga tidak
menguntungkan bagi perkembangan ketatanegaraan.
Kabinet yg dibentuk pada tanggal 9 juli 1959 dinamakan kabinet kerja yang terdiri
atas:
a. Kabinet inti, yg terdiri atas seseorang perdana menteri yang di jabat oleh
presiden dan 10 menteri.
b. Menteri- menteri ex officio, yaitu pejabat pejabat negara yang karena jabatannya
diangkat menjadi menteri. pejabat tersebut adalah kepala staf angkatan darat, laut,
udara, kepolisian negara, jaksa agung, ketua dewan perancang nasional dan wakil
ketua dewan pertimbangan agung
c. Menteri-menteri muda sebanyak 60 orang
Penyimpangan pada masa demokrasi terpimpin tahun 1959 sampai 1966 yaitu:
1. Menafsirkan Pancasila terpisah-pisah, tidak dalam kesatuan bulat dan utuh
Periode Demokrasi Terpimpin didasarkan pada penafsiran dari sila keempat
Pancasila, yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Tetapi, Presiden Soekarno saat itu menafsikan
terpimpin dengan arti "pimpinan terletak di tangan pemimpin besar revolusi."
6. Pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif yang cenderung memihak komunis
Pada masa Demokrasi Terpimpin terjadi kecenderungan pemihakan pada Blok
Timur atau RRC.
BAB II
Rumusan masalah
Masa era orde lama (Orla) disebut dengan masa demokrasi terpimpin.
Pada perspektif ketatanegaraan masa ini di awali dengan dekrit presiden 5 Juli
1959 yang mengakhiri kemelut dan ketidakpastian ketatanegaraan. Dengan
kembali berlakunya Undang-Undang Dasar 1945 menandai kembalinya era
pemerintahan presidensial dengan kewenangan besar ada di tangan presiden.
Secara normative, pengelolaan pemerintahan daerah di atur berdasarkan
produk yang dibuat pada masa tersebut, yaitu Penetapan Presiden (Penpres)
Nomor 6 tahun 1959 dan nomor 5 tahun 1960. Bahwa Penpres adalah produk
hukum yang secara kelembagaan tidak ada dalam UUD 1945.
Era Orde Lama yang berlangsung selama setidaknya 22 tahun ini, hampir
tidak terjadinya pembangunan terkecuali pembuatan sebuah sarana olahraga
yang berlokasi di Senayan yang digunakan untuk perhelatan Asian Games IV
dan Ganefo atau yang merupakan singkatan dari games of the news
emerging forces merupakan sebuah pesta olahraga yang dibuat dan
digagaskan oleh Presiden Soekarno yang memiliki tujuan menyaingi
Olimpiade.
Serta dalam era Orde Lama ini dibangun pula Bendungan Jatiluhur, Pabrik
Baja Krakatau Steel. Namun, untuk penyelesaian ketiga sarana ini baru
terjadi di era Orde Baru. Dalam era ini juga kita bisa melihat adanya
pembangunan Masjid Istiqlal serta Monas atau singkatan dari Monumen
Nasional yang merupakan sebuah monumen peringatan kemerdekaan
Indonesia.
Selama era Orde Lama yang berlangsung 22 tahun ini yang dipimpin oleh
Presiden Soekarno dimana adanya sistem presidensial yang berlaku hanya
delapan tahun, di tahun 1945 hingga tahun 1949 terjadinya peperangan
dalam menjaga kemerdekaan, segala daya serta upaya yang dilakukan
bangsa Indonesia saat itu untuk mempertahankan kemerdekaannya dan
berperang melawan agresi militer negara Belanda yang saat itu ingin
menjajah Indonesia lagi.
Pada periode itu juga, terjadi dua kali pemberontakan yang terdiri dari
pemberontakan PKI yang dipimpin oleh Muso di Madiun pada September
1948 dan pemberontakan kedua yang dilakukan oleh Negara Islam Indonesia
yang dipimpin oleh Kartosuwiryo pada Agustus 1949.
Berbagai Pemberontakan
Dalam periode tahun 1950 hingga tahun 1959, adanya penggunaan UUD
Republik Indonesia Serikat serta UUDS 1950 yang memiliki nilai dan
menganut sistem parlementer di mana kekuasaan eksekutif atau
pemerintahan ada pada tangan perdana menteri. Dalam periode tahun ini
terjadi beberapa pemberontakan, yaitu pemberontakan Andi Azis pada tahun
1950, pemberontakan Kahar Muzakar pada tahun 1962, pemberontakan
PRRI serta pemberontakan Permesta pada tahun 1958.
Presiden Soekarno pada saat itu memilih panglima untuk memimpin jalannya
perang dengan pihak Belanda yaitu pemimpin palagan Serangan Umum 1
Maret Letnan Kolonel Soeharto. Pemilihannya tersebut dikarenakan
Presiden Soekarno sudah mengenal Soeharto sejak pemerintahan Indonesia
mengungsi ke Yogyakarta.
Usaha pembunuhan yang kedua terjadi pada tanggal 9 Maret 1960, dimana
terjadinya ledakan yang berasal dari hasil tembakan cannon 23mm pesawat
Mig-17 yang dipiloti oleh Daniel Maukar ditembakkan ke istana. Tembakan
tersebut kemudian mengenai pilar yang membuatnya jatuh tidak jauh dari
meja kerja Presiden Soekarno saat itu. Namun, untungnya presiden pada saat
itu sedang tidak berada di dekat meja kerjanya.
Usaha pembunuhan yang ketiga terjadi pada bulan April 1960, pada saat itu
Presiden Soekarno sedang melakukan perjalanan ke Bandung. Ketika mobil
yang ditumpangi Presiden melewati jembatan Rajamandala, tiba-tiba
sekelompok anggota DI/TII menghadang jalannya mobil dan melemparkan
granat, namun untungnya granat tersebut tidak mengenai presiden.
Usaha pembunuhan yang keempat dan kelima terjadi di tempat yang sama
dimana Presiden Soekarno berusaha dibunuh saat berada di Makassar. Yang
pertama terjadi tepatnya di jalan Cendrawasih melalui pelemparan granat,
dan yang kedua terjadinya penembakan menggunakan mortir pada tahun
1960. Peristiwa yang terjadi ini dikenal dengan Peristiwa Mandai.
Usaha pembunuhan yang ketujuh terjadi pada Desember 1964, dimana ketika
Presiden Soekarno sedang berada dalam perjalanan dari Bogor menuju
Jakarta. Ketika beliau berada di Cimanggis, tiba-tiba sebuah granat dilempar
oleh seorang laki-laki ke mobil presiden. Namun untungnya, jarak antara
titik melempar berada diluar jangkauan laju mobil sehingga Presiden
Soekarno dapat selamat.
BAB III
Adapun kekuasaan Orde Lama berakhir pada 1967, setelah dikeluarkannya Surat
Perintah 11 Maret atau Supersemar.
Supersemar adalah tanda berakhirnya era Orde Lama dan beralih menuju Orde
Baru (1967-1998). Supersemar disebut dikeluarkan oleh Presiden Soekarno pada
11 Maret 1966, yang berisi pemberian mandat kepada Soeharto yang kala itu
menjabat sebagai Menteri/Panglima Angkatan Darat.
Tujuan Supersemar adalah untuk mengatasi konflik kala itu, yakni peristiwa
Gerakan 30 September (G30S) yang mengakibatkan terbunuhnya tujuh jenderal
TNI pada 30 September 1945 hingga 1 Oktober 1945. Tentara menuding bahwa
PKI yang menjadi dalang di balik peristiwa mengenaskan tersebut. Hal ini
kemudian memicu amarah para pemuda antikomunis sehingga membentuk
Kesatuan Aksi Mahasiswa (KAMI) pada Oktober 1965.
KAMI bersama kesatuan-kesatuan lain kemudian menyuarakan protes kepada
Soekarno, yang dianggap tidak memeriksa lebih lanjut kasus G30S. Memasuki
tahun 1966, aksi unjuk rasa semakin gencar setelah inflasi terjadi yang mencapai
600 persen. Peristiwa ini kemudian semakin mendorong masyarakat melakukan
demonstrasi di halaman Gedung DPR-GR pada 12 Januari 1966, dengan
mengajukan tiga tuntutan atau disebut Tritura. Isi Tritura adalah: Pembubaran PKI.
Pembersihan Kabinet Dwikora dari unsur yang terlibat G30S. Penurunan harga.
Melihat situasi yang mendesak ini, Soeharto meminta Presiden Soekarno
memberikan surat perintah untuk mengatasi keadaan.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/
Demokrasi_Terpimpin_(1959%E2%80%931965)#:~:text=Demokra
si%20Terpimpin%20atau%20Orde%20Lama,pemikiran
%20berpusat%20pada%20pemimpin%20negara
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-orde-lama-orde-
baru-reformasi/#Era_Orde_Lama
https://www.kompas.com/stori/read/2022/08/25/120000779/akhir-
pemerintahan-orde lama?
amp=1&page=2&_gl=1*1rhjnwy*_ga*YW1wLVBBMk5fSE5odGY
tTG5wNVdJS196VlBnZEo4MURoSml4cmdLcnM4TTR6bnZPSWx
iUjJKZ09tMVlLUVhGZHJnVEo.*_ga_77DJNQ0227*MTcwMDEz
MjA2OS4zLjEuMTcwMDEzMjA2OS4wLjAuMA..*_ga_7KGEC8E
BBM*MTcwMDEzMjA2OS4zLjEuMTcwMDEzMjA2OS4wLjAuM
A