Anda di halaman 1dari 10

Penerapan Pancasila dari Masa ke Masa

Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa telah disepakati oleh
seluruh bangsa Indonesia. Akan tetapi, dalam perwujudannya banyak sekali mengalami pasang
surut. Bahkan sejarah bangsa kita telah mencatat bahwa pernah ada upaya untuk mengganti
Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa dengan ideologi lainnya.

Upaya ini dapat digagalkan oleh bangsa Indonesia sendiri. Meskipun demikian, tidak berarti
ancaman terhadap Pancasila sebagai dasar negara sudah berakhir. Tantangan masa kini dan
masa depan yang terjadi dalam perkembangan masyarakat Indonesia dan dunia internasional,
dapat menjadi ancaman bagi nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup.

Masa Orde Lama

Pada masa Orde lama, kondisi politik dan keamanan dalam negeri diliputi oleh kekacauan dan
kondisi sosial-budaya berada dalam suasana peralihan dari masyarakat terjajah menjadi
masyarakat merdeka. Masa orde lama adalah masa pencarian bentuk penerapan Pancasila
terutama dalam sistem kenegaraan.

Pancasila diterapkan dalam bentuk yang berbeda-beda pada masa orde lama. Terdapat 3 periode
penerapan Pancasila yang berbeda, yaitu periode 1945-1950, periode 1950-1959, dan periode
1959-1966.

A. Periode 1945-1950

Pada periode ini, penerapan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup menghadapi
berbagai masalah. Ada upaya-upaya untuk mengganti Pancasila sebagai dasar negara dan
pandangan hidup bangsa. Upaya-upaya tersebut terlihat dari munculnya gerakan-gerakan
pemberontakan yang tujuannya menganti Pancasila dengan ideologi lainnya. Ada dua
pemerontakan yang terjadi pada periode ini yaitu:
1). Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun terjadi pada tanggal 18
September 1948. Pemberontakan ini dipimpin oleh Muso. Tujuan utamanya adalah mendirikan
Negara Soviet Indonesia yang berideologi komunis. Dengan kata lain, pemberontakan tersebut
akan mengganti Pancasila dengan paham komunis. Pemberontakan ini pada akhirnya bisa
digagalkan.

2). Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia dipimpin oleh Sekarmaji Marijan
Kartosuwiryo. Pemberontakan ini ditandai dengan didirikannya Negara Islam Indonesia (NII)
oleh Kartosuwiryo pada tanggal 17 Agustus 1949. Tujuan utama didirikannya NII adalah
untuk mengganti Pancasila sebagai dasar negara dengan syari’at islam. Upaya penumpasan
pemberontakan ini memakan waktu yang cukup lama. Kartosuwiryo bersama para pengikutnya
baru bisa ditangkap pada tanggal 4 Juni 1962.

B. Pada periode 1950-1959

Pada periode ini dasar negara tetap Pancasila, akan tetapi dalam penerapannya lebih diarahkan
seperti ideologi leberal. Hal tersebut dapat dilihat dalam penerapan sila keempat yang tidak lagi
berjiwakan musyawarah mufakat, melainkan suara terbanyak (voting).

Pada periode ini persatuan dan kesatuan mendapat tantangan yang berat dengan munculnya
pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS), Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia
(PRRI), dan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) yang ingin melepaskan diri dari NKRI.

Dalam bidang politik, demokrasi berjalan lebih baik dengan terlaksananya pemilu 1955 yang
dianggap paling demokratis. Tetapi anggota Konstituante hasil pemilu tidak dapat menyusun
Undang-Undang Dasar seperti yang diharapkan.

Hal ini menimbulkan krisis politik, ekonomi, dan keamanan, yang menyebabkan pemerintah
mengeluarkan Dekrit Presiden 1959 untuk membubarkan Konstituante, Undang-Undang Dasar
Sementara Tahun 1950 tidak berlaku, dan kembali kepada Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

Kesimpulan yang ditarik dari penerapan Pancasila selama periode ini adalah Pancasila
diarahkan sebagai ideology liberal yang ternyata tidak menjamin stabilitas pemerintahan.

C. Periode 1956-1965

Periode ini dikenal sebagai periode demokrasi terpimpin. Demokrasi bukan berada pada
kekuasaan rakyat sehingga yang memimpin adalah nilai-nilai Pancasila tetapi berada pada
kekuasaan pribadi presiden Soekarno. Terjadilah berbagai penyimpangan penafsiran terhadap
Pancasila dalam konstitusi.
Akibatnya Soekarno menjadi otoriter, diangkat menjadi presiden seumur hidup, dan
menggabungkan Nasionalis, Agama, dan Komunis, yang ternyata tidak cocok bagi NKRI.
Terbukti adanya kemerosotan moral di sebagian masyarakat yang tidak lagi hidup bersendikan
nilai-nilai Pancasila, dan berusaha untuk menggantikan Pancasila dengan ideologi lain.

Pada periode ini terjadi Pemberontakan PKI pada tanggal 30 September 1965 yang dipimpin
oleh D.N Aidit. Tujuan pemberontakan ini adalah kembali mendirikan Negara Soviet di
Indonesia serta mengganti Pancasila dengan paham komunis. Pemberontakan ini bisa
digagalkan, dan semua pelakunya berhasil ditangkap dan dijatuhi hukuman sesuai dengan
perbuatannya
A. Era Orde Lama
Pada masa Orde lama, Pancasila dipahami berdasarkan paradigma yang berkembang pada situasi dunia
yang diliputi oleh tajamnya konflik ideologi. Pada saat itu kondisi politik dan keamanan dalam negeri
diliputi oleh kekacauan dan kondisi sosial-budaya berada dalam suasana transisional dari masyarakat
terjajah (inlander) menjadi masyarakat merdeka. Masa orde lama adalah masa pencarian bentuk
implementasi Pancasila terutama dalam sistem kenegaraan. Pancasila diimplementasikan dalam bentuk
yang berbeda-beda pada masa orde lama. Terdapat 3 periode implementasi Pancasila yang berbeda.
Era orde lama ditandai dengan dikeluarkannya dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959.
Pada masa itu berlaku demokrasi terpimpin. Setelah menetapkan berlakunya kembali UUD 1945,
Presiden Soekarno meletakkan dasar kepemimpinannya. Yang dinamakan demokrasi terimpin yaitu
demokrasi khas Indonesia yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan. Demokrasi terpimpin dalam prakteknya tidak sesuai dengan makna yang terkandung
didalamnya dan bahkan terkenal menyimpang. Dimana demokrasi dipimpin oleh kepentingan-
kepentingan tertetnu.
Pada masa pemerintahan Orde Lama, kehidupan politik dan pemerintah sering terjadi
penyimpangan yang dilakukan Presiden dan juga MPRS yang bertentangan dengan pancasila dan UUD
1945. Artinya pelaksanaan UUD1945 pada masa itu belum dilaksanakan sebagaimana mestinya. Hal ini
terjadi karena penyelenggaraan pemerintahan terpusat pada kekuasaan seorang presiden dan lemahnya
control yang seharusnya dilakukan DPR terhadap kebijakan-kebijakan.
Ddcebtj6n Selain itu, muncul pertentangan politik dan konflik lainnya yang berkepanjangan
sehingga situasi politik, keamanaan dan kehidupan ekonomi makin memburuk puncak dari situasi
tersebut adalah munculnya pemberontakan G30S/PKI yang sangat membahayakan keselamatan bangsa
dan Negara.
Mengingat keadaan makin membahayakan Ir. Soekarno selaku presiden RI memberikan perintah
kepada Letjen Soeharto melalui Surat Perintah 11 Maret 1969 (Supersemar) untuk mengambil segala
tindakan yang diperlukan bagi terjaminnya keamanaan, ketertiban dan ketenangan serta kesetabilan
jalannya pemerintah. Lahirnya Supersemar tersebut dianggap sebagai awal masa Orde Baru.
Pada masa orde lama ini banyak terjadi penyimpangan dalam badan UUD dan Pancasila. Juga terjadi
hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan seperti munculnya liberlaisme dan komunisme. Puncaknya
yaitu saat G 30 S/PKI dan pemeritah dinilai tidak mampu mengatasinya sehingga Presiden Soekarno
memberikan mandat kepada Jenderal Soeharto untuk mengambil tindakan
1. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Pancasila Secara etimologis,
Pancasila berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari kata Panca dan
Syila, Panca artinya lima dan syila artinya alas atau dasar. Jadi Pancasila
artinya lima dasar (aturan) yang harus ditaati dan dilaksanakan. Didalam
agama Budha juga terdapat istilah Pancasila yang ditulis dalam bahasa
Pali yaitu “Pancha Sila” yang artinya lima larangan atau lima pantangan
sebagai berikut : 1. Jangan membunuh 2. Jangan mencuri 3. Jangan zina
4. Jangan berkata palsu/dilarang berdusta 5. Jangan minum-minuman
keras Secara terminologis, istilah Pancasila dipergunakan oleh
Ir.Soekarno yang dicetuskan dalam pidatonya didepan sidang BPUPKI
(Dokuritsu Ziumbi Tyoosakai) pada tanggal 1 Juni 1945. Pancasila adalah
dasar Negara Indonesia yang merupakan identitas Negara Indonesia dan
tidak dimiliki oleh negara lain. B. Kedudukan dan Fungsi Pancasila bagi
Negara Republik Indonesia Pancasila dapat diartikan sebagai lima dasar
yang dijadikan dasar Negara serta pandangan hidup bangsa. Suatu bangsa
tidak akan berdiri dengan kokoh tanpa ada suatu dasar negara yang kuat
dan tidak akan mengetahui kemana arah tujuan yang akan dicapai tanpa
pandangan hidup. Dengan adanya dasar negara suatu negara tidak akan
terombang- ambing dalam menghadapi suatu permasalahan yang datang
baik dari dalam maupun dari luar. Adapun kedudukan dan fungsi pancasila
bagi Indonesia adalah sebagai berikut :
2. 7. 1. Pancasila sebagai Dasar Negara Inilah sifat dasar Pancasila yang
pertama dan utama, yakni sebagai dasar negara (Philosophische
Grondslaag) Republik Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara berarti
bahwa Pancasila dijadikan dasar dalam berdirinya NKRI dan digunakan
sebagai dasar dalam mengatur pemerintah negara atau penyelenggaraan
negara. Pengertian Pancasila sebagai dasar negara ini sesuai dengan
bunyi pembukaan UUD 1945 alinea keempat, yang berbunyi “..….maka
disusunlah Kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia,yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar
kepada:…..”. Selanjutnya Pancasila sebagaimana termuat dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea keempat tersebut dituangkan dalam wujud
berbagai macam aturan-aturan dasar/pokok seperti yang terdapat dalam
Batang Tubuh UUD 1945 dalam bentuk pasal-pasalnya yang kemudian
dijabarkan dalam peraturan pelaksananya yaitu berbagai instrumen
perundang-undangan sebagai hukum tertulis dan dalam wujud konvensi
atau kebiasaan ketatanegaraan sebagai hukum dasar tidak tertulis.
Penetapan Pancasila sebagai dasar negara itu memberikan pengertian
bahwa negara Indonesia adalah Negara Pancasila. Hal itu mengandung
arti bahwa negara harus tunduk kepadanya, membela dan
melaksanakannya dalam seluruh perundang-undangan. Mengenai hal itu,
Kirdi Dipoyudo (1979:30) menjelaskan : “Negara Pancasila adalah suatu
negara yang didirikan, dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan
untuk melindungi dan mengembangkan martabat dan hak-hak azasi semua
warga bangsa Indonesia (kemanusiaan yang adil dan beradab), agar
masing-masing dapat hidup layak sebagai manusia, mengembangkan
dirinya dan mewujudkan kesejahteraannya lahir batin selengkap mungkin,
memajukan kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan lahir batin seluruh
rakyat, dan mencerdaskan kehidupan bangsa (keadilan sosial).”
3. 8. Sebagai dasar negara maka pancasila bersifat imperatif atau bersifat
mengikat, artinya sebagai norma-norma hukum yang tidak boleh
dikesampingkan atau dilanggar. Apabila melanggar norma-norma tersebut
maka akan dikenakan denda atau sanksi. 2. Pancasila sebagai Ideologi
Negara Yang dimaksud dengan istilah Ideologi Negara adalah kesatuan
gagasan-gagasan dasar yang sistematis dan menyeluruh tentang manusia
dan kehidupannya baik individual maupun sosial dalam kehidupan
kenegaraan. Ideologi negara menyatakan suatu cita-cita yang ingin
dicapai sebagai titik tekanannya dan mencakup nilai-nilai yang menjadi
dasar serta pedoman negara dan kehidupannya. Pancasila adalah ideologi
negara yaitu gagasan fundamental mengenai bagaimana hidup bernegara
milik seluruh bangsa Indonesia bukan ideologi milik negara atau rezim
tertentu. Sebagai ideologi, yaitu selain kedudukannya sebagai dasar
Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila berkedudukan juga
sebagai ideologi nasional Indonesia yang dilaksanakan secara konsisten
dalam kehidupan bernegara. Sebagai ideologi bangsa Indonesia, yaitu
Pancasila sebagai ikatan budaya (Cultural Bond) yang berkembangan
secara alami dalam kehidupan masyarakat Indonesia bukan secara
paksaan atau Pancasila adalah sesuatu yang sudah mendarah daging
dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia. Sebuah ideologi dapat
bertahan atau pudar dalam menghadapi perubahan masyarakat tergantung
daya tahan dari ideologi itu. Menurut Alfian, kekuatan ideologi tergantung
pada kualitas tiga dimensi yang dimiliki oleh ideologi itu, yaitu dimensi
realita, idealisme, dan fleksibelitas. Pancasila sebagai sebuah ideologi
memiliki tiga dimensi tersebut: 1. Dimensi realita, yaitu nilai-nilai dasar
yang ada pada ideologi itu yang mencerminkan realita atau kenyataan
yang hidup dalam masyarakat dimana ideologi itu lahir atau muncul untuk
pertama kalinya paling
4. 9. tidak nilai dasar ideologi itu mencerminkan realita masyarakat pada
awal kelahirannya. 2. Dimensi idealisme, adalah kadar atau kualitas
ideologi yang terkandung dalam nilai dasar itu mampu memberikan
harapan kepada berbagai kelompok atau golongan masyarakat tentang
masa depan yang lebih baik melalui pengalaman dalam praktik kehidupan
bersama sehari-hari. 3. Dimensi fleksibelitas atau dimensi pengembangan,
yaitu kemampuan ideologi dalam mempengaruhi dan sekaligus
menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakatnya. Mempengaruhi
artinya ikut mewarnai proses perkembangan zaman tanpa menghilangkan
jati diri ideologi itu sendiri yang tercermin dalam nilai dasarnya.
Mempengaruhi berarti pendukung ideologi itu berhasil menemukan tafsiran
– tafsiran terhadap nilai dasar dari ideologi itu yang sesuai dengan realita -
realita baru yang muncul di hadapan mereka sesuai perkembangan zaman.
Dengan demikian, Pancasila merupakan sebuah ideologi yang tidak
bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat terbuka. Hal ini dimaksudkan
bahwa ideologi Pancasila adalah bersifat aktual, dinamis, antisipatif, dan
senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan jaman.
Keterbukaan ideologi Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar
Pancasila namun mengeksplisitkan wawasannya secara lebih kongkrit,
sehingga memiliki kemampuan yang labih tajam untuk memecahkan
masalah- masalah baru dan aktual. Sebagai ideologi terbuka, Pancasila
memiliki ciri – ciri sebagai berikut : a. Nilai - nilai dan cita-citanya tidak
dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari suatu kekayaan
rohani, moral dan budaya masyarakat itu sendiri. b. Dasarnya bukan
keyakinan ideologis sekelompok orang, melainkan hasil musyawarah c.
Milik seluruh rakyat Indonesia
5. 10. Pancasila sebagai ideologi negara dengan tujuan segala sesuatu
dalam bidang pemerintahan ataupun semua yang behubungan dengan
hidup kenegaraan harus dilandasi dalam hal titik tolak pelaksanaannya
dan diarahkan dalam mencapai tujuannya dengan pancasila. Dengan
menyatukan cita-cita yang ingin dicapai ini maka dasarnya adalah sila
kelima, ingin mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
yang dijiwai oleh sila-sila yang lainnya sebagai kesatuan. 3. Pancasila
sebagai Sumber dari segala Sumber Hukum Pancasila sebagai sumber dari
segala sumber hukum berarti bahwa semua produk hukum atau peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia mulai dari UUD 1945, Tap
MPR, Undang-Undang, Perpu (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang), PP (Peraturan Pemerintah), Keppres (Keputusan Presiden), dan
seluruh peraturan pelaksanaan yang lainnya harus bersumberkan pada
Pancasila sebagai landasan hukumnya. Pancasila sebagai sumber hukum
dinyatakan dalam Ketetapan No.XX/MPRS/1966, Ketetapan MPR
No.V/MPR/1973 dan Ketetapan MPR No.IX/MPR/1978 yang menegaskan
kedudukan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum atau
sumber dari tertib hukum di Indonesia. Lebih lanjut, Pancasila sebagai
sumber dari segala sumber hukum negara dinyatakan dalam pasal 2
Undang-Undang (UU) No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan. Pengertian pembentukan peraturan perundang-
undangan adalah proses pembuatan peraturan perundangundangan yang
pada dasarnya dimulai dari perencanaan, persiapan, teknik penyusunan,
perumusan, pembahasan, pengesahan, pengundangan, penyebarluasan.
Rumusan UU tersebut selain memenuhi pertimbangan dan salah satu
syarat dalam rangka pembangunan hukum nasional, juga sekaligus
menunjukkan bahwa implementasi nilai-nilai Pancasila sebagai dasar
negara telah memiliki landasan aturan formal. Dalam pasal 7 dinyatakan
ruang lingkup hirarki
6. 11. Peraturan Perundang-undangan meliputi Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang/Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden dan
Peraturan Daerah Semua produk hukum harus sesuai dengan Pancasila
dan tidak boleh bertentangan dengannya. Oleh sebab itu, bila Pancasila
diubah, maka seluruh produk hukum yang ada di Negara RI sejak tahun
1945 sampai sekarang secara otomatis produk hukum itu tidak berlaku
lagi. Atau dengan kata lain, semua produk hukum sejak awal sampai akhir,
semuanya “Batal Demi Hukum”. Karena sumber dari segala sumber hukum
yaitu Pancasila telah dianulir. Oleh sebab itu Pancasila tidak bisa diubah
dan tidak boleh diubah. . 4. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa
Indonesia Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia
sebagaimana yang ditujukan dalam ketetapan MPR No. II/MPR/1979, maka
Pancasila itu adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, pandangan hidup
bangsa Indonesia dan dasar negara kita. Dalam hal ini Pancasila
dipergunakan sebagai petunjuk hidup sehari-hari, dengan kata lain
Pancasila digunakan sebagai penunjuk arah semua kegiatan atau aktivitas
hidup di segala bidang. Tingkah laku dan tindakan perbuatan setiap warga
negara Indonesia harus dilandasi dari semua sila Pancasila, karena
Pancasila adalah satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan satu sama
lain. Pancasila dijadikan pandangan hidup bangsa dan Negara Indonesia
yang harus dihayati dan dijunjung tinggi sebagaimana tercantum dalam
pembukaan UUD 1945 yang mengandung jiwa beragama (sila pertama),
jiwa berperikemanusiaan (sila kedua), jiwa berkebangsaan (sila ketiga),
jiwa berkerakyatan (sila keempat), dan jiwa yang menjunjung tinggi
keadilan sosial (sila kelima).
7. 12. Pancasila sebagai pandangan hidup bagi rakyat Indonesia sangat
penting artinya karena merupakan pegangan yang mantap, agar tidek
terombang ambing oleh keadaan apapun, bahkan dalam era globalisasi. 5.
Pancasila sebagai Jiwa Bangsa Indonesia Lahirnya Pancasila bersamaan
dengan adanya bangsa Indonesia. Pancasila sendiri pada hakekatnya di
gali dari kebudayaan Indonesia sendiri yang merupakan jiwa bangsa
Indonesia, Pancasila memberikan corak yang khas kepada bangsa
Indonesia dan tak dapat dipisahkan dari bangsa Indonesia, serta
merupakan ciri khas yang dapat membedakan bangsa Indonesia dari
bangsa yang lain. 6. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia
Pancasila dalam pengertian ini adalah bahwa sikap, tingkah laku, dan
perbuatan Bangsa Indonesia mempunyai ciri khas. Artinya, dapat
dibedakan dengan bangsa lain, dan kepribadian bangsa Indonesia adalah
Pancasila. Oleh karena itu, Pancasila disebut juga sebagai kepribadian
bangsa Indonesia. 7. Pancasila sebagai Cita-Cita dan Tujuan Nasional
Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan nasional berarti bahwa cita-cita
luhur Bangsa Indonesia tegas termuat dalam Pembukaan UUD 1945 yang
merupakan perjuangan jiwa proklamasi, yaitu Jiwa Pancasila. Dengan
demikian, Pancasila merupakan Cita-Cita dan Tujuan Nasional Bangsa
Indonesia (Alinea II dan IV Pembukaan UUD 1945). 8. Pancasila sebagai
Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia Pancasila disahkan bersama-sama
dengan disahkannya UUD 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945. PPKI ini merupakan wakil-
wakil dari seluruh rakyat Indonesia yang mengesahkan perjanjian luhur
tersebut
8. 13. Perjanjian luhur rakyat Indonesia yang disetujui oleh wakil-wakil
rakyat Indonesia menjelang dan sesudah Proklamasi Kemerdekaan yang
kita junjung tinggi, bukan sekedar karena ia ditemukan kembali dari
kandungan kepribadian dan cita-cita bangsa Indonesia yang terpendam
sejak berabad-abad yang lalu, melainkan karena Pancasila itu telah
mampu membuktikan kebenarannya setelah diuji oleh sejarah perjuangan
bangsa. C. Pengamalan Butir-butir Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari
Pancasila tidak akan memiliki makna tanpa pengamalan. Pancasila bukan
sekedar simbol persatuan dan kebanggaan bangsa. Tetapi, Pancasila
adalah acuan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh
karena itu, kita wajib mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari. Berikut adalah pengamalan butir-butir pancasila dalam
kehidupan sehari-hari : 1. Sila Pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa) 1)
Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya
terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2) Mengembangkan sikap hormat
menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut
kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 3)
Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 4) Mengembangkan sikap
saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaannya masing-masing. 5) Tidak memaksakan suatu agama
dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain. 2.
Sila Kedua (Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab) 1) Mengakui dan
memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa. 2) Mengakui persamaan derajad,
persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-
bedakan suku, keturrunan, agama,
9. 14. kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan
sebagainya. 3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira. 5) Gemar
melakukan kegiatan kemanusiaan. 3. Sila Ketiga (Persatuan Indonesia) 1)
Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan. 2) Sanggup dan rela berkorban untuk
kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan. 3) Mengembangkan
rasa cinta kepada tanah air dan bangsa. 4) Memelihara ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. 5)
Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika. 4.
Sila Keempat (Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan) 1) Mengutamakan musyawarah
dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama. 2) Musyawarah
untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan. 3)
Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai
sebagai hasil musyawarah. 4) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada
orang lain. 5) Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah dan dapat
dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa.
10.15. 5. Sila Kelima (Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia) 1)
Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. 2) Mengembangkan sikap
adil terhadap sesama. 3) Menjaga keseimbangan antara hak dan
kewajiban. 4) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat
bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama. 5) Suka melakukan kegiatan
dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosia
Sumber : https://www.kompasiana.com/hasyimsiregar9948/5def9880097f3675731c9022/pancasila-
dari-masa-ke-masa

https://ppkn.co.id/penerapan-pancasila-dari-masa-ke-masa/

https://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila

Anda mungkin juga menyukai