Anda di halaman 1dari 4

Implementasi Pancasila pada Masa Orde Lama

Oleh; Kelompok 6

Arif Rahman Sahram (195050101111166)

Cheppy Eka Juniar (195050101111158)

Rika Amalia (195050101111142)

Triana Nur Ramdhany (195050101111134)

Tota Berlianta B. (195050101111164)

A. Pembukaan

Pancasila mulai dibicarakan sebagai dasar negara mulai tanggal 1 Juni 1945 dalam
sidang BPUPKI (Badan Penyelidikan Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
oleh Ir. Soekarno dan pada tanggal 18 Agustus 1945 tepatnya saat sidang pertama PPKI
(Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) Pancasila resmi dan sah menurut hukum
menjadi dasar negara Republik Indonesia.

Akibat hukum dari disahkannya Pancasila sebagai dasar negara, maka seluruh
kehidupan bernegara dan bermasyarakat haruslah didasari oleh Pancasila. Landasan
hukum Pancasila sebagai dasar negara memberi akibat hukum dan filosofis; yaitu
kehidupan negara dari bangsa ini haruslah berpedoman kepada Pancasila. Bagaimana
sebetulnya implementasi Pancasila dalam sejarah Indonesia selama ini dan pentingnya
upaya untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila yang setelah reformasi mulai
ditinggalkan demi tegaknya persatuan dan kesatuan NKRI

Walaupun baru ditetapkan pada tahun 1945, sesungguhnya nilai-nilai yang


terkandung di dalam Pancasila disarikan dan digali dari nilai-nilai budaya yang telah
ada dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pencetus dan penggali Pancasila yang
pertama adalah Soekarno sendiri. Sebagai tokoh nasional yang paling berpengaruh pada
saat itu, memilih sila-sila yang berjumlah 5 (lima) yang kemudian dinamakan Pancasila
dengan pertimbangan utama demi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dari Sabang
sampai Merauke.

Pancasila yang merupakan dasar dan ideologi negara dan bangsa wajib
diimplementasikan dalam seluruh aspek kehidupan bernegara. Dalam mewujudkan
Pancasila melalui kebijakan ternyata tidaklah mulus, karena sangat dipengaruhi oleh
pimpinan yang menguasai negara, sehingga pengisian kemerdekaan dengan nilai-nilai
Pancasila menampilkan bentuk dan diri tertentu.

Pada masa orde lama yaitu pada masa kekuasaan Presiden Soekarno. Pada masa
ini Pancasila berusaha untuk dibangun, dijadikan sebagai keyakinan, kepribadian
bangsa Indonesia. Presiden Soekarno, pada masa itu menyampaikan ideologi Pancasila
berangkat dari mitologi atau mitos, yang belum jelas bahwa Pancasila dapat
mengantarkan bangsa Indonesia ke arah kesejahteraan. Tetapi Soekarno tetap berani
membawa konsep Pancasila ini untuk dijadikan ideologi bangsa Indonesia.

Pancasila dipahami berdasarkan paradigma yang berkembang pada situasi dunia


yang ketika itu diliputi oleh kekacauan dan kondisi sosial-budaya berada di dalam
suasana transisional dari masyarakat terjajah menjadi masyarakat merdeka. Masa ini
adalah masa pencarian bentuk implementasi Pancasila terutama dalam sistem
kenegaraan. Pancasila diimplementasikan dalam bentuk yang berbeda-beda pada masa
orde lama.

Dalam masa ini, penerapan Pancasila dibagi menjadi tiga periode berdasarkan
penggunaan konstitusinya, yaitu Periode I (1945 – 1950), Periode II (1950 – 1959), dan
Periode III (1959 – 1960)

B. Pembahasan

1. Periode I (1945 – 1950)

Pada masa ini, sistem kehidupan politik bangsa Indonesia menggunakan UUD
1945 dan Pancasila. Sila-sila pancasila masih dalam tahap menemukan bentuk
penerapannya yang sesuai dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Tahap pencarian ini mendapat banyak tantangan dan hambatan, salahsatunya yaitu
pemberontakan PKI di Madiun pada tahun 1948.

Pemberontakan PKI di Madiun terjadi pada 18 September 1948 dipimpin oleh


Musso. Musso menginginkan dasar negara Indonesia adalah komunis, pergerakannya
dimulai dengan deklarasi atau diproklamasikannya “Republik Soviet Indonesia” di
Madiun Jawa Timur disertai dengan pembentukan pemerintahan baru. Pemberontakan
ini menewaskan beberapa orang, salahsatunya yaitu Gubernur Jawa Timur, R.M. Suryo.

Setelah pemerintah Indonesia berhasil melakukan langkah penumpasan


pemberontakan tersebut hingga tuntas. Kemudian, muncullah pemberontakan baru
bernama Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII).

Pemberontakan DI/TII terjadi pada tanggl 7 Agustus 1949, terjadi pada saat Jawa
Barat ditinggal oleh pasukan Siliwangi yang pindah ke Yogyakarta dan Jawa Tengah
untuk mengikuti ketentuan dalam Perundingan Renville. DI/TII ingin menjadikan
negara Indonesia menjadi Negara Teokrasi (Pemerintahan oleh wakil tuhan), Undang-
Undangnya dinyatakan “ Negara berdasarkan Islam”, dan hukumnya berdasarkan Al-
Qur’an dan Hadist, serta menolak ideologi selain Al-Qur’an dan Hadist shahih (hukum
kafir). Pada saat pasukan Siliwangi berhijrah, pasukan DI/TII melakukan gerakan
dengan membakar rumah-rumah rakyat, membongkar rel kereta api, menyiksa dan
merampok harta benda para penduduk. Dan dalam mengatasi aksi DI/TII ini pemerintah
mengutus pasukan TNI untuk menumpas gerombolan ini, kemudian pada tahun 1960
pasukan siliwangi bersama rakyat melakukan operasi “Pagar Betis” dan operasi
“Bratayudha” pada tanggal 4 Juni 1962 untuk mengatasi gerakan ini.

Jadi, pada masa ini penerapan Pancasila belum menemui hasil karena pola
pergerakan bangsa kita masih fokus untuk mengusir penjajah yang belum mau
mengakui kemerdekaan Indonesia baik melalui konfrontasi senjata maupun diplomasi,
juga adanya pergerakan golongan yang tidak setuju dengan ideologi Pancasila.

2. Periode II (1950 – 1959)

Pada periode ini dasar negara tetap Pancasila. Akan tetapi, dalam penerapannya
menggunakan sistem pemerintahan parlementer dan menggunakan demokrasi liberal.
Hal tersebut dapat dilihat dalam penerapan sila keempat yang tidak lagi berjiwakan
musyawarah mufakat, melainkan suara terbanyak (voting).

Pada periode ini persatuan dan kesatuan mendapatkan tantangan yang berat
dengan munculnya pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS), Pemerintah
Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta)
yang ingin melepaskan diri dari NKRI. Dalam bidang politik, demokrasi berjalan lebih
baik dengan terlaksananya pemilu 1955 yang dianggap paling demokratis. Tetapi,
anggota konstituante hasil pemilu tidak dapat menyusun Undang-Undang Dasar seperti
yang diharapkan. Hal ini menimbulkan krisis politik, ekonomi dan keamanan, yang
menyebabkan Ir. Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 1959 yang berisi
membubarkan konstituante dan Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) Tahun 1950
tidak berlaku sehingga kembali kepada Undang-Undang Dasar Tahun 1945 serta
pembentukan MPRS dan DPAS. Kesimpulan yang ditarik dari penerapan Pancasila
selama periode ini adalah Pancasila diarahkan sebagai ideologi liberal yang ternyata
tidak menjamin stabilitas pemerintah.

3. Periode III (1959 – 1965)


Periode ini dikenal sebagai periode “Demokrasi Terpimpin”. Demokrasi bukan
berada pada kekuasaan rakyat sehingga yang memimpin adalah nilai-nilai pancasila
tetapi berada pada kekuasaan pribadi Presiden Soekarno. Terjadilah berbagai
penyimpangan penafsiran terhadap pancasila dalam konstitusi. Akibatnya soekarno
menjadi otoriter, diangkat menjadi presiden seumur hidup, politik konfrontasi,
menggabungkan nasionalis,agama, dan komunis (NASAKOM) yang ternyata tidak
cocok bagi NKRI.

Terbukti adanya kemerosotan moral disebagian masyarakat yang tidak lagi hidup
bersendikan nilai-nilai Pancasila, dan berusaha untuk menggunakan Pancasila dengan
ideologi lain.untuk memberi arah perjalanan bangsa, beliau menekankan pentingnya
memegang teguh UUD 1945, sosialisme ala Indonesia, demokrasi terpimpin, ekonomi
terpimpin dan kepribadian nasional. Hasilnya terjadi kudeta PKI dan kondisi ekonomi
yang memprihatinkan. Walaupun posisi Indonesia tetap dihormati di dunia internasional
dan integrasi wilayah serta semangat kebangsaan dapat ditegakkan.

Kesimpulan yang ditarik adalah Pancasila telah diarahkan sebagai ideologi


otoriter, konfrotatif dan tidak memberi ruang pada demokrasi bagi rakyat. Hasilnya
terjadi kudeta PKI dan kondisi ekonomi yang memprihatinkan lalu pada masa
pemerintahan soeharto PKI dibubarkan sehari sesudah soekarno terpaksa
menandatangani dokumen “ SUPERSEMAR” pada tanggal 11 maret 1966 dan pada
periode ini soekarno melakukan pamahaman pancasila dengan paradigma yang disebut
dengan USDEK dan menyebarkan Nasionalis, Agama, dan komunis ( NASAKOM) dan
pada periode III ( 1959-1965) terjadi

C. Kesimpulan

Selama perjalanan masa orde baru, implementasi pancasila masih belum


maksimal. Hal ini disebabkan karena pada masa ini pancasila masih menemukan
bentuk penerapannya yang sesuai. Terbukti, ketika pancasila diarahkan sebagai ideologi
liberal, sosialis, maupun dengan terpimpin tidak cocok bagi kehidupan bangsa
Indonesia yang ditandai dengan munculnya beragam pemberontakan di berbagai
wilayah.

Anda mungkin juga menyukai