Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Dinamika Pancasila Pada Era Orde Lama

Dosen pembimbingn:

Disusun oleh

KELOMPOK II

Brian Fernandez (132018003) Tama Baruna (132018026)

Rivaldi Anhar (132018004) Finkky Ramadhan (132018028)

Zeandy Marcendy (132018013) Rian Sukamto (132018032)

Afandi (132018021) Wawan (132018037)

Makalah Ini Menjelaskan Tentang “Dinamika Pancasila Pada Era Orde Lama”
di ikuti dengan sejarah dalam proses perkembangannya.

PROGRAM STUDY TEKNIK ELELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNUVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pancasila adalah dasar filsafat negara republik indonesia yang secara resmi
di sahkan oleh PPKI pada tanggal 18 agustus 1945 dan tercantum dalam
pembukaan UUD 1945.
Dalam pejalanan secara eksistensi pancasila sebagai dasar filsafat negara republik
indonesia mengalami berbagai macam interpretasi dan manipulasi politik sesuai
dengan kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya kekuasaan yang
berlindung di balik legitimasi ideologi negara pancasila. Dengan kata lain dalam
kedudukan yang seperti ini pancasila tidak lagi di letakkan sebagai dasar filsafat
serta pandangan hidup bangsa dan negara indonesia melainkan direduksi, dibatasi,
dan di manipulasi demi kepentingan politik penguasa saat itu.
1.2 Rumusan Masalah
1. menjelaskan tentang Makna Ideologi Bagi Suatu Negara
2. menjelaskan tentang pengertian Ideologi
3. menjelaskan tentang terjadinya implentasi pada saat orde lama ?
4. Menjelaskan tentang terjadinya Demokrasi Pada Saat Orde Lama
5. Menjelaskan tentang terjadinya pelaksanakan ideologi pancasila pada saat
orde lama
6. Sejarah Perkembangan Pancasila Orde Lama

1.3 Tujuan dan saran


1. Mengetahui kondisi politik indonesia pada masa Orde Lama
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Makna Ideologi Bagi Suatu Negara


Pada hakikatnya ideologi adalah merupakan hasil reflesi manusia berkat
kemampuannya mengadakan distansi terhadap dunia kehidupannya. Maka
terdapat suatu yang bersifat dialektis antara ideologi dengan masyarat negara. Di
suatu pihak membuat ideologi semakin realistis dan pihak yang lain mendorong
masyarakat mendekati bentuk yang ideal. Idologi mencerminkan cara berpikir
masyarakat, bangsa maupun negara, namun juga membentuk masyarakat menuju
cita-citanya.
Dengan demikian ideologi sangat menentukan eksestensi suatu bangsa dan
negara untuk mencapai tujuannya melalui berbagai realisasi pembanggunan. Hal
ini disebabkan dalam ideologi terkandung suatu oreantasi praktis.

2.2 Pengertian ideologi


Pengertian ideologi pancasila pada hakikatnya tidak cuma adalah satu hasil
perenungan atau pemikiran seorang atau grup seperti ideologi-ideologi lain
didunia. Pancasila di ambil dari nilai-nilai mulia budaya serta nilai religius bangsa
Indonesia. Pancasila berkedudukan juga sebagai ideologi bangsa serta negara.
Dengan hal tersebut, pancasila juga sebagai ideologi bangsa serta negara
Indonesia berakar pada pandangan hidup serta budaya bangsa serta bukannya
mengangkat atau mengambil ideologi dari negara lain. Pengertian Ideologi
Pancasila adalah kumpulan nilai/norma yang meliputi sila-sila Pancasila.

2.3 Implementasi Pancasila dalam Sejarah.


Setelah bangsa Indonesia berhasil merebut kedaulatan dan berhasil
mendirikan negara merdeka, perjuangan belum selesai. Perjuangan malah bisa
dikatakan baru mulai, yaitu upaya menciptakan masyarakat yang sejahtera lahir
batin, sebagaimana diamanatkan oleh Pembukaan UUD 1945. Para pendiri Negara
(the founding father) telah sepakat bahwa kemerdekaan bangsa akan diisi nilai-
nilai yang telah ada dalam budaya bangsa, kemudian disebut nilai-nilai Pancasila.
Pancasila mulai dibicarakan sebagai dasar negara mulai tanggal 1 Juni
1945 dalam sidang BPPK oleh Ir. Soekarno dan pada tanggal 18 Agustus 1945
Pancasila resmi dan sah menurut hukum menjadi dasar negara Republik
Indonesia. Kemudian mulai Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan Ketetapan MPRS No.
XX/MPRS/1966 berhubungan dengan Ketetapan No. I/MPR/1988 No.
I/MPR/1993, Pancasila tetap menjadi dasar falsafah Negara Indonesia hingga
sekarang. Akibat hukum dari disahkannya Pancasila sebagai dasar negara, maka
seluruh kehidupan bernegara dan bermasyarakat haruslah didasari oleh Pancasila.
Landasan hukum Pancasila sebagai dasar negara memberi akibat hukum dan
filosofis; yaitu kehidupan negara dari bangsa ini haruslah berpedoman kepada
Pancasila. Bagaimana sebetulnya implementasi Pancasila dalam sejarah Indonesia
selama ini dan pentingnya upaya untuk mengimplementasikan nilai-nilai
Pancasila yang setelah reformasi mulai ditinggalkan demi tegaknya persatuan dan
kesatuan NKRI.
Penetapan Pancasila sebagai dasar negara dapat dikatakan mulai pada
masa orde lama, tanggal 18 Agustus 1945 sehari setelah Indonesia baru
memproklamirkan diri kemerdekaannya. Apalagi Soekarno akhirnya menjadi
presiden yang pertama Republik Indonesia. Walaupun baru ditetapkan pada tahun
1945, sesungguhnya nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila disarikan dan
digali dari nilai-nilai budaya yang telah ada dalam kehidupan masyarakat
Indonesia. Pencetus dan penggali Pancasila yang pertama adalah Soekarno
sendiri. Sebagai tokoh nasional yang paling berpengaruh pada saat itu, memilih
sila-sila yang berjumlah 5 (lima) yang kemudian dinamakan Pancasila dengan
pertimbangan utama demi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dari Sabang
sampai Merauke.
Pancasila yang merupakan dasar dan ideologi negara dan bangsa wajib
diimplementasikan dalam seluruh aspek kehidupan bernegara. Dalam
mewujudkan Pancasila melalui kebijakan ternyata tidaklah mulus, karena sangat
dipengaruhi oleh pimpinan yang menguasai negara, sehingga pengisian
kemerdekaan dengan nilai-nilai Pancasila menampilkan bentuk dan diri tertentu.

2.4 Demokrasi Pada Saat Orde Lama


Orde Lama adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soekarno di
Indonesia. Ir. Soekarno adalah presiden Indonesia pertama yang menjabat pada
periode 1945 – 1966. Ia memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa
Indonesia dari penjajahan Belanda. Ia adalah penggali Pancasila. Ia adalah
Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang
terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno menandatangani Surat Perintah
11 Maret 1966 Supersemar yang kontroversial, yang isinya – berdasarkan versi
yang dikeluarkan Markas Besar Angkatan darat – menugaskan Letnan Jenderal
Soeharto untuk mengamankan dan menjaga keamanan negara dan institusi
kepresidenan. Supersemar menjadi dasar Letnan Jenderal Soeharto untuk
membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan mengganti anggota-
anggotanya yang duduk di parlemen. Setelah pertanggung jawabannya ditolak
Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada sidang umum ke
empat tahun 1967, Presiden Soekarno diberhentikan dari jabatannya sebagai
presiden pada Sidang Istimewa MPRS di tahun yang sama dan mengangkat
Soeharto sebagai pejabat Presiden Republik Indonesia.
Orde Lama berlangsung dari tahun 1945 hingga 1968. Dalam jangka waktu
tersebut, Indonesia menggunakan bergantian sistem ekonomi liberal dan sistem
ekonomi komando. Di saat menggunakan sistem ekonomi liberal, Indonesia
menggunakan sistem pemerintahan parlementer. Presiden Soekarno di gulingkan
waktu Indonesia menggunakan sistem ekonomi komando.
Di pemerintahan Soekarno malah terjadi pergantian sistem pemerintahan
berkali-kali. Liberal, terpimpin, dsb mewarnai politik Orde Lama. Rakyat muak
akan keadaan tersebut. Pemberontakan PKI pun sebagian dikarenakan oleh
kebijakan Orde Lama. PKI berhaluan sosialisme/komunisme (Bisa disebut
Marxisme atau Leninisme) yang berdasarkan asas sama rata, jadi faktor
pemberontakan tersebut adalah ketidakadilan dari pemerintah Orde Lama.
Masa orde lama yaitu masa pemerintahan yg dimulai dari proklamasi
kemerdekaan 17 agustus 1945 sampai masa terjadinya G30 S PKI. Dizaman orde
lama partai yang ikut pemilu sebanyak lebih dari 25 partai peserta pemilu. Masa
orde lama ideologi partai berbeda antara yang satu dengan lainnya, ada Nasionalis
PNI-PARTINDO-IPKI-dll, Komunis PKI; Islam NU-MASYUMI- PSII-PI PERI,
Sosialis PSI-MURBA, Kristen PARKINDO dll. Pelaksanaan Pemilu pada Orde
Lama hampir sama seperti sekarang.

2.5 Pelaksanaan Pancasila Orde Lama.


Pada masa Orde lama, Pancasila dipahami berdasarkan paradigma yang
berkembang pada situasi dunia yang diliputi oleh tajamnya konflik ideologi. Pada
saat itu kondisi politik dan keamanan dalam negeri diliputi oleh kekacauan dan
kondisi sosial-budaya berada dalam suasana transisional dari masyarakat terjajah
(inlander) menjadi masyarakat merdeka. Masa orde lama adalah masa pencarian
bentuk implementasi Pancasila terutama dalam sistem kenegaraan. Pancasila
diimplementasikan dalam bentuk yang berbeda-beda pada masa orde lama.
Terdapat 3 periode implementasi Pancasila yang berbeda, yaitu periode 1945-
1950, periode 1950-1959, dan periode 1959-1966.
Pada periode 1945-1950, implementasi Pancasila bukan saja menjadi
masalah, tetapi lebih dari itu ada upaya-upaya untuk mengganti Pancasila sebagai
dasar negara dengan faham komunis oleh PKI melalui pemberontakan di Madiun
tahun 1948 dan oleh DI/TII yang akan mendirikan negara dengan dasar islam.
Pada periode ini, nilai persatuan dan kesatuan masih tinggi ketika menghadapi
Belanda yang masih ingin mempertahankan penjajahannya di bumi Indonesia.
Namun setelah penjajah dapat diusir, persatuan mulai mendapat tantangan. Dalam
kehidupan politik, sila keempat yang mengutamakan musyawarah dan mufakat
tidak dapat dilaksanakan, sebab demokrasi yang diterapkan adalah demokrasi
parlementer, dimana presiden hanya berfungsi sebagai kepala negara, sedang
kepala pemerintahan dipegang oleh Perdana Menteri. Sistem ini menyebabkan
tidak adanya stabilitas pemerintahan. Kesimpulannya walaupun konstitusi yang
digunakan adalah Pancasila dan UUD 1945 yang presidensiil, namun dalam
praktek kenegaraan system presidensiil tak dapat diwujudkan.
Pada periode 1950-1959, walaupun dasar negara tetap Pancasila, tetapi rumusan
sila keempat bukan berjiwakan musyawarah mufakat, melainkan suara terbanyak
(voting). Sistem pemerintahannya yang liberal sehingga lebih menekankan hak-
hak individual. Pada periode ini persatuan dan kesatuan mendapat tantangan yang
berat dengan munculnya pemberontakan RMS, PRRI, dan Permesta yang ingin
melepaskan diri dari NKRI. Dalam bidang politik, demokrasi berjalan lebih baik
dengan terlaksananya pemilu 1955 yang dianggap paling demokratis. Tetapi
anggota Konstituante hasil pemilu tidak dapat menyusun UUD seperti yang
diharapkan. Hal ini menimbulkan krisis politik, ekonomi, dan keamanan, yang
menyebabkan pemerintah mengeluarkan Dekrit Presiden 1959 untuk
membubarkan Konstituante, UUD 1950 tidak berlaku, dan kembali kepada UUD
1945. Kesimpulan yang ditarik dari penerapan Pancasila selama periode ini adalah
Pancasila diarahkan sebagai ideology liberal yang ternyata tidak menjamin
stabilitas pemerintahan.
Pada periode 1959-1965, dikenal sebagai periode demokrasi terpimpin.
Demokrasi bukan berada pada kekuasaan rakyat sehingga yang memimpin adalah
nilai-nilai Pancasila tetapi berada pada kekuasaan pribadi presiden Soekarno.
Terjadilah berbagai penyimpangan penafsiran terhadap Pancasila dalam
konstitusi. Akibatnya Soekarno menjadi otoriter, diangkat menjadi presiden
seumur hidup, politik konfrontasi, menggabungkan Nasionalis, Agama, dan
Komunis, yang ternyata tidak cocok bagi NKRI. Terbukti adanya kemerosotan
moral di sebagian masyarakat yang tidak lagi hidup bersendikan nilai-nilai
Pancasila, dan berusaha untuk menggantikan Pancasila dengan ideologi lain.
Dalam mengimplentasikan Pancasila, Bung Karno melakukan pemahaman
Pancasila dengan paradigma yang disebut USDEK. Untuk memberi arah
perjalanan bangsa, beliau menekankan pentingnya memegang teguh UUD 45,
sosialisme ala Indonesia, demokrasi terpimpin, ekonomi terpimpin dan
kepribadian nasional. Hasilnya terjadi kudeta PKI dan kondisi ekonomi yang
memprihatinkan. Walaupun posisi Indonesia tetap dihormati di dunia internasional
dan integritas wilayah serta semangat kebangsaan dapat ditegakkan. Kesimpulan
yang ditarik adalah Pancasila telah diarahkan sebagai ideologi otoriter, konfrotatif
dan tidak memberi ruang pada demokrasi bagi rakyat. kesimpulan orde lama
periode 1959-1965,pancasila telah diarahkan sebagai ideologi otoriter,konfrotatif
dan tidak memberi ruang pada demokrasi bagi rakyat hingga nilai-nilai Pancasila
pada masyarakat melemah. Orde Lama telah dikenal prestasinya dalam memberi
identitas, kebanggaan nasional dan mempersatukan bangsa Indonesia. Namun
demikian, Orde Lama pula yang memberikan peluang bagi kemungkinan
kaburnya identitas tersebut (Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945).
Beberapa peristiwa pada Orde Lama yang mengaburkan identitas nasional kita
adalah; Pemberontakan PKI pada tahun 1948, Demokrasi Terpimpin, Pelaksanaan
UUD Sementara 1950, Nasakom dan Pemberontakan PKI 1965.

2.6 Sejarah Perkembangan Pancasila Orde Lama


Kedudukan pancasila sebagai idiologi Negara dan falsafah bangsa yang
pernah dikeramatkan dengan sebutan azimat revolusi bangsa, pudar untuk pertama
kalinya pada akhir dua dasa warsa setelah proklamasi kemerdekaan. Meredupnya
sinar api pancasila sebagai tuntunan hidup berbangsa dan bernegara bagi jutaan
orang diawali oleh kahendak seorang kepala pemerintahan yang terlalu gandrung
pada persatuan dan kesatuan. Kegandrungan tersebut diwujudkan dalam bentuk
membangun kekuasaan yang terpusat, agar dapat menjadi pemimpin bangsa yang
dapat menyelesaikan sebuah revolusi perjuangan melawan penjajah( nekolim,
neokolonialisme ) serta ikut menata dunia agar bebas dari penghisapan bangsa
atas bangsa dan penghisapan manusia dengan manusia. Namun sayangnya
kehendak luhur tersebut dilakukan dengan menabrak dan mengingkari seluruh
nilai-nilai dasar pancasila.
Setelah menetapakan berlakunya kembali UUD 1945, Presiden Soekarno
meletakkan dasar kepemimpinannya. Yang dinamakan demokrasi terimpin.
Adapun yang dimaksud dengan demokrasi terpimpin oleh Soekarno adalah
demokrasi khas Indonesia yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan. Demokrasi terpimpin dalam prakteknya tidak
sesuai dengan makna yang terkandung didalamnya dan bahkan terkenal
menyimpang. Dimana demokrasi dipimpin oleh kepentingan-kepentingan tertetu.

2.6.1. Penyimpangan-Penyimpangan Orde Lama


Penyimapangan-penyimpangan di era Orde Lama itu antara
lain
1. Presiden membubarkan DPR hasil pemilihan umum 1955 dan
membentuk DPR Gotong Royong. Hal ini dilakukan karena DPR
menolak rancangan pendapaan dan belanja Negara yang diajukan
pemerintah.
2. Pimpinan lembaga-lembaga Negara diberi kedudukan sebagai
menteri-menteri Negara yang berarti menempatkannya sebagai
pembantu presiden.
3. Kekuasaan presiden melebihi wewenang yang ditetapkan didalam
UUD 1945. Hal ini terbukti dengan keluarnya beberapa presiden
sebagai produk hukum yang setingkat dengan UUD tanpa
prsetujuan DPR. Penetapan ini antara lain meliputi hal-hal sebagai
berikut:
4. a) Penyederhanaan kehidupan partai-partai politik dengan
dikeluarkannya Penetapan Presiden nomer 7 than 1959
5. b) Pembentukan Front Nasional dengan PEnetapan Presiden nomer
13 tahun 1959.
6. c) Pengangkatan dan pemberhentian anggota-anggota MPRS, DPA
dan MA oleh presiden.
4 Hak budget DPR tidak berjalan karena pemerintah tidak mengajukan rancangan
undang-udang APBN untuk mendapatkan persetujuan DPR..

2.7 Pengamalan Pancasila Di Era Orde Lama


Pada masa pemerintahan Orde Lama, kehidupan politik dan pemerintah
sering terjadi penyimpangan yang dilakukan Presiden dan juga MPRS yang
bertentangan dengan pancasila dan UUD 1945. Artinya pelaksanaan UUD1945
pada masa itu belum dilaksanakan sebagaimana mestinya. Hal ini terjadi karena
penyelenggaraan pemerintahan terpusat pada kekuasaan seorang presiden dan
lemahnya control yang seharusnya dilakukan DPR terhadap kebijakan-kebijakan.
Selain itu, muncul pertentangan politik dan konflik lainnya yang berkepanjangan
sehingga situasi politik, keamanaan dan kehidupan ekonomi makin memburuk
puncak dari situasi tersebut adalah munculnya pemberontakan G 30 S/PKI yang
sangat membahayakan keselamatan bangsa dan Negara. Mengingat keadaan
makin membahayakan Ir. Soekarno selaku presiden RI memberikan perintah
kepada Letjen Soeharto melalui Surat Perintah 11 Maret 19669(Supersemar)
untuk mengambil segala tindakan yang diperlukan bagi terjaminnya keamanaan,
ketertiban dan ketenangan serta kesetabilan jalannya pemerintah. Lahirnya
Supersemar tersebut dianggap sebagai awal masa Orde Baru.

2.8 Berakhirnya Orde Lama


Setelah turunnya presiden soekarno dari tumpuk kepresidenan maka
berakhirlah orde lama.kepemimpinan disahkan kepada jendral soeharto mulai
memegang kendali.pemerintahan dan menanamkan era kepemimpinanya sebagai
orde baru konsefrasi penyelenggaraan sistem pemerintahan dan kehidupan
demokrasi menitipberatkan pada aspek kestabilan politik dalam rangka
menunjang pembangunan nasional.untuk mencapai titik-titik tersebut
dilakukanlah upaya pembenahan sistem keanekaragaman dan format politik yang
pada prinsipnya mempunyai sejumlah sisi yang menonjol.yaitu;
1. adanya konsep difungsi ABRI
2. pengutamaan golonga karya
3. manifikasi kekuasaan di tangan eksekutif
4. Diteruskannya sistem pengangkatan dalam lembaga-lembaga pendidikan
pejabat
5. kejaksaan depolitisan khususnya masyarakat pedesaan melalui konsep
masca
mengembang (flating mass)
6. Karal kehidupan pers konsep diaturfungsikan ABRI pada masa itu secara
inplisit sebelumnya sudah ditempatkan oleh kepala staf angkatan darat.
Mayjen A.H.Nasution tahun 1958 yaitu dengan konsep jalan tengah
prinsipnya menegaskan bahwaperan tentara tidak terbatas pada tugas
profesional militer belaka melainkan juga mempunyai tugas-tugas di
bidang sosial politik dengan konsep seperti inilah dimungkinkan dan
bhakan menjadi semacam kewajiban jikalau militer berpartisipasi di
bidang politik penerapan, konjungsi ini menurut pennafsiran militer dan
penguasa orde baru memperoleh landasan yuridi konstitusional di dalam
pasal 2 ayat 1 UUD 1945 yang menegaskan majelis permusyawaratan
rakyat.

2.9 Mengetahui kondisi politik indonesia pada masa Orde Lama


Selama kurun waktu berkuasanya pemerintahan orde lama, secara perlahan
tetapi pasti virtue (keutamaan) nilai-nilai luhur Pancasila seakan akan lumat oleh
sebuah proses akumulasi kekuasaan yang sangat agresif tanpa mengindahkan cita-
cita luhur yang dijadikan alasan untuk membangun kekuasaan itu sendiri.
Retorika dan jargon politik yang bersumber dari gagasan bahwa revolusi belum
selesai, termasuk cara cara revolusioner untuk membangun tatanan dunia baru,
dijadikan legitimasi politik untuk membenarkan perlunya seorang pemimpin
revolusi yang ditaati oleh seluruh rakyatnya. Dengan semangat dan alasan
melaksanakan amanat revolusi 1945 itu pulalah nilai-nilai luhur, konstitusi, norma
dan aturan dapat ditabrak kalau tidak sesuai dengan jalannya revolusi. Sedemikian
membaranya semangat berevolusi waktu itu, sehingga andai kata revolusi
memerlukan korban, apapun harus diberikan. Hal itu sesuai dengan ungkapan
yang seringkali diucapkan oleh Pemimpin Besar Revolusi bahwa pengorbanan
adalah sesuatu yang dianggap sebagai konsekwensi logis dari hakekat revolusi,
karena demi sebuah perjuangan yang revolusioner kadang-kadang revolusi bahkan
harus tega memakan anaknya sendiri.
Catatan singkat di atas adalah fakta sejarah yang mudah-mudahan dapat
menyegarkan ingatan kita semua, bahwa kesaktian serta kekeramatan Pancasila
sebagai ideologi dan falsafah bangsa sangat rentan terhadap penyelewengan oleh
aktor politik pemegang kekuasaan negara. Runtuhnya sistem kekuasaan
pemerintahan Orde Lama adalah akibat dari perilaku para pemimpin politik yang
menjungkir-balikkan nilai-nilai Pancasila demi ambisi politik yang mengatas
namakan Pancasila.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Pada periode 1945-1950, implementasi Pancasila bukan saja menjadi
masalah, tetapi lebih dari itu ada upaya-upaya untuk mengganti Pancasila
sebagai dasar negara dengan faham komunis oleh PKI melalui
pemberontakan di Madiun tahun 1948 dan oleh DI/TII yang akan
mendirikan negara dengan dasar islam.
2. Pada periode 1956-1965, dikenal sebagai periode demokrasi terpimpin.
Demokrasi bukan berada pada kekuasaan rakyat sehingga yang memimpin
adalah nilai-nilai Pancasila tetapi berada pada kekuasaan pribadi presiden
Soekarno. Terjadilah berbagai penyimpangan penafsiran terhadap
Pancasila dalam konstitusi. Akibatnya Soekarno menjadi otoriter, diangkat
menjadi presiden seumur hidup, politik konfrontasi, menggabungkan
Nasionalis, Agama, dan Komunis, yang ternyata tidak cocok bagi NKRI.

Hal itu akan makin jelas dari penjelasan beikut ini .Pertama, Pancasila adalah
pandangan hidup yang berakar pada kesadaran masyarakat Indonesia. Pancasila
buka impor dari luar negeri, bukan pula suatu ideologi yang dipikirkan oleh satu
adau dua orang pintar, melainkan milik masyarakat Indonesia sendiri sebagai
kesadaran dan cita-cita moralnya. Pancasila buka ideologi milik kelompok
tertentu, tetapi milik seluruh masyarakat Indonesia . Kedua, isi Pancasila tidak
langsung operasional. Sebagaimana kita ketahui, Pancasila hanya berisi lima nilai
dasar. Kelima nilai dasar itu berfungsi sebagai acuan penyelenggaraan negara.
Dalam Pancasila tidak tersedia rumusan yang berisi tuntuan-tuntutan konkret dan
opersional yang harus dilaksanakan. Karena “hanya” berisi nila-nila dasar ,
penerapan Pancasila memerlukan penafsiran. Penafsiran dilakukan untuk mencari
implikasi kelima nilai dasar itu bagi situasi nyata. Setia generasi bangsa Indonesia
dapat dan bahkan perlu melakukan penafsiran terhadap Pancasila. Dengan
demikian, Pancasila menjadi ideologi yang senantiasa relevan dan aktual . Ketiga,
Pancasila bukan ideologi yang membatasi kebebasan dan tanggung jawab
masyarakat. Sebaliknya, Pancasila justru menghargai kebebasan dan tanggung
jawab masyarakat. Sila “kemanusiaan yang adil dan beradab”, misalnya,
mengakui kebebasan dan kesama derajatan manusia ( hak asasi manusia ) bahkan
tidak hanya meliputi manusi Indonesia, melainkan juga semua umat maanusi
diakui sebagai makhluk yang memliliki kebebasan dan kesamaderajatan .
Keempat, Pancasila buka ideologi Totaliter. Oleh para pendiri negara ini,
Pancasila tidak dimaksudkan sebagai ideologi totaliter,yang mengurusi segala segi
kehidupan masyarakat. Melainkan, Pancasila adalah ideologi politik , sebuah
pedoman hidup dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Dengan kata lain,
Pancasil merupakan ideologi yang terbatas. Karena itu, Pancasil tidak boleh
diubah menjadi ideologi totaliter. Kelima, Pancasil menghargai Pluralitas. Hal itu
bisa kita lihat, misalnya dalam sejarah perumusan Pancasila. Rumusan definitif
Pancasila dicapai justru karena didorong oleh semangat untuk tetap menghargai
pluralias. Pluralitas menjadi kata kunci substansi ideologi Pancasila.
Sejarah Kelam : dijadikan tertutup

3.2 Daftar Pustaka

Buku K13 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan kelas IX

Geri Ismanto, SH. M. Hum. Pendidikan Pancasila, CV MULIA INDAH


KEMALA, Pekanbaru, Oktober 2011

http://dokumenqu.blogspot.co.id/2012/07/pancasila-dalam-era-orde-lama.html

Anda mungkin juga menyukai