KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, berkat limpahan Rahmat dan Taufiq Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan
kita Nabi Besar Muhammad Saw., beserta keluarga, sahabat dan pengikut beliau sampai akhir jaman.
Penulis mengucapkan dan menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada Dosen Pengasuh Mata Kuliah “Pancasila”, yakni Bapak Dosen Mahfudz yang telah memberikan
pengetahuan kepada penulis terutama tentang mata kuliah ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul Pancasila Sebagai Ideologi Pada Masa Orde Lama ini sesuai dengan waktunya.
Walaupun penulis berusaha semaksimal mungkin untuk menyempurnakan makalah ini, penulis
menyadari betul bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu
yang penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran serta masukan yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya hanya kepada Allah kita berserah diri dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua, dan penulis khususnya, dan mudah-mudahan Allah selalu memberikan Ridho-Nya, Amien Ya
Rabbal ‘Alamin.
Penulis
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI MASA ORDE LAMA
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
KATA PENGANTAR
BAB II
PEMBAHASAN 2
BAB III
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
4.2. SARAN..
Daftar Pustaka.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Pancasila adalah dasar filsafat negara republik indonesia yang secara resmi di sahkan oleh PPKI pada
tanggal 18 agustus 1945 dan tercantum dalam pembukaan UUD 1945.
Menjelaskan tentang terjadinya pelaksanakan ideologi pancasila pada saat orde lama
Dengan demikian ideologi sangat menentukan eksestensi suatu bangsa dan negara untuk mencapai
tujuannya melalui berbagai realisasi pembanggunan. Hal ini disebabkan dalam ideologi terkandung
suatu oreantasi praktis.
Orde Lama berlangsung dari tahun 1945 hingga 1968. Dalam jangka waktu tersebut, Indonesia
menggunakan bergantian sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi komando. Di saat menggunakan
sistem ekonomi liberal, Indonesia menggunakan sistem pemerintahan parlementer. Presiden Soekarno
di gulingkan waktu Indonesia menggunakan sistem ekonomi komando.
Masa orde lama yaitu masa pemerintahan yg dimulai dari proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945
sampai masa terjadinya G30 S PKI. Dizaman orde lama partai yang ikut pemilu sebanyak lebih dari 25
partai peserta pemilu. Masa orde lama ideologi partai berbeda antara yang satu dengan lainnya, ada
Nasionalis PNI-PARTINDO-IPKI-dll, Komunis PKI; Islam NU-MASYUMI- PSII-PI PERI, Sosialis PSI-MURBA,
Kristen PARKINDO dll. Pelaksanaan Pemilu pada Orde Lama hampir sama seperti sekarang.
Pada periode 1945-1950, implementasi Pancasila bukan saja menjadi masalah, tetapi lebih dari itu ada
upaya-upaya untuk mengganti Pancasila sebagai dasar negara dengan faham komunis oleh PKI melalui
pemberontakan di Madiun tahun 1948 dan oleh DI/TII yang akan mendirikan negara dengan dasar islam.
Pada periode ini, nilai persatuan dan kesatuan masih tinggi ketika menghadapi Belanda yang masih ingin
mempertahankan penjajahannya di bumi Indonesia. Namun setelah penjajah dapat diusir, persatuan
mulai mendapat tantangan. Dalam kehidupan politik, sila keempat yang mengutamakan musyawarah
dan mufakat tidak dapat dilaksanakan, sebab demokrasi yang diterapkan adalah demokrasi
parlementer, dimana presiden hanya berfungsi sebagai kepala negara, sedang kepala pemerintahan
dipegang oleh Perdana Menteri. Sistem ini menyebabkan tidak adanya stabilitas pemerintahan.
Kesimpulannya walaupun konstitusi yang digunakan adalah Pancasila dan UUD 1945 yang presidensiil,
namun dalam praktek kenegaraan system presidensiil tak dapat diwujudkan.
Pada periode 1950-1959, walaupun dasar negara tetap Pancasila, tetapi rumusan sila keempat bukan
berjiwakan musyawarah mufakat, melainkan suara terbanyak (voting). Sistem pemerintahannya yang
liberal sehingga lebih menekankan hak-hak individual. Pada periode ini persatuan dan kesatuan
mendapat tantangan yang berat dengan munculnya pemberontakan RMS, PRRI, dan Permesta yang
ingin melepaskan diri dari NKRI. Dalam bidang politik, demokrasi berjalan lebih baik dengan
terlaksananya pemilu 1955 yang dianggap paling demokratis. Tetapi anggota Konstituante hasil pemilu
tidak dapat menyusun UUD seperti yang diharapkan. Hal ini menimbulkan krisis politik, ekonomi, dan
keamanan, yang menyebabkan pemerintah mengeluarkan Dekrit Presiden 1959 untuk membubarkan
Konstituante, UUD 1950 tidak berlaku, dan kembali kepada UUD 1945. Kesimpulan yang ditarik dari
penerapan Pancasila selama periode ini adalah Pancasila diarahkan sebagai ideology liberal yang
ternyata tidak menjamin stabilitas pemerintahan.
Pada periode 1959-1965, dikenal sebagai periode demokrasi terpimpin. Demokrasi bukan berada pada
kekuasaan rakyat sehingga yang memimpin adalah nilai-nilai Pancasila tetapi berada pada kekuasaan
pribadi presiden Soekarno. Terjadilah berbagai penyimpangan penafsiran terhadap Pancasila dalam
konstitusi. Akibatnya Soekarno menjadi otoriter, diangkat menjadi presiden seumur hidup, politik
konfrontasi, menggabungkan Nasionalis, Agama, dan Komunis, yang ternyata tidak cocok bagi NKRI.
Terbukti adanya kemerosotan moral di sebagian masyarakat yang tidak lagi hidup bersendikan nilai-nilai
Pancasila, dan berusaha untuk menggantikan Pancasila dengan ideologi lain. Dalam mengimplentasikan
Pancasila, Bung Karno melakukan pemahaman Pancasila dengan paradigma yang disebut USDEK. Untuk
memberi arah perjalanan bangsa, beliau menekankan pentingnya memegang teguh UUD 45, sosialisme
ala Indonesia, demokrasi terpimpin, ekonomi terpimpin dan kepribadian nasional. Hasilnya terjadi
kudeta PKI dan kondisi ekonomi yang memprihatinkan. Walaupun posisi Indonesia tetap dihormati di
dunia internasional dan integritas wilayah serta semangat kebangsaan dapat ditegakkan. Kesimpulan
yang ditarik adalah Pancasila telah diarahkan sebagai ideologi otoriter, konfrotatif dan tidak memberi
ruang pada demokrasi bagi rakyat. kesimpulan orde lama periode 1959-1965
pancasila telah diarahkan sebagai ideologi otoriter,konfrotatif dan tidak memberi ruang pada demokrasi
bagi rakyat hingga nilai-nilai Pancasila pada masyarakat melemah.
Orde Lama telah dikenal prestasinya dalam memberi identitas, kebanggaan nasional dan
mempersatukan bangsa Indonesia. Namun demikian, Orde Lama pula yang memberikan peluang bagi
kemungkinan kaburnya identitas tersebut (Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945). Beberapa
peristiwa pada Orde Lama yang mengaburkan identitas nasional kita adalah; Pemberontakan PKI pada
tahun 1948, Demokrasi Terpimpin, Pelaksanaan UUD Sementara 1950, Nasakom dan Pemberontakan
PKI 1965.
Setelah menetapakan berlakunya kembali UUD 1945, Presiden Soekarno meletakkan dasar
kepemimpinannya. Yang dinamakan demokrasi terimpin.
Adapun yang dimaksud dengan demokrasi terpimpin oleh Soekarno adalah demokrasi khas Indonesia
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Demokrasi terpimpin
dalam prakteknya tidak sesuai dengan makna yang terkandung didalamnya dan bahkan terkenal
menyimpang. Dimana demokrasi dipimpin oleh kepentingan-kepentingan tertetu.
Selain itu, muncul pertentangan politik dan konflik lainnya yang berkepanjangan sehingga situasi politik,
keamanaan dan kehidupan ekonomi makin memburuk puncak dari situasi tersebut adalah munculnya
pemberontakan G 30 S/PKI yang sangat membahayakan keselamatan bangsa dan Negara.
Mengingat keadaan makin membahayakan Ir. Soekarno selaku presiden RI memberikan perintah kepada
Letjen Soeharto melalui Surat Perintah 11 Maret 19669(Supersemar) untuk mengambil segala tindakan
yang diperlukan bagi terjaminnya keamanaan, ketertiban dan ketenangan serta kesetabilan jalannya
pemerintah. Lahirnya Supersemar tersebut dianggap sebagai awal masa Orde Baru.
Karal kehidupan pers konsep diaturfungsikan ABRI pada masa itu secara inplisit sebelumnya sudah
ditempatkan oleh kepala staf angkatan darat. Mayjen A.H.Nasution tahun 1958 yaitu dengan konsep
jalan tengah prinsipnya menegaskan bahwaperan tentara tidak terbatas pada tugas profesional militer
belaka melainkan juga mempunyai tugas-tugas di bidang sosial politik dengan konsep seperti inilah
dimungkinkan dan bhakan menjadi semacam kewajiban jikalau militer berpartisipasi di bidang politik
penerapan, konjungsi ini menurut pennafsiran militer dan penguasa orde baru memperoleh landasan
yuridi konstitusional di dalam pasal 2 ayat 1 UUD 1945 yang menegaskan majelis permusyawaratan
rakyat.
Catatan singkat di atas adalah fakta sejarah yang mudah-mudahan dapat menyegarkan ingatan kita
semua, bahwa kesaktian serta kekeramatan Pancasila sebagai ideologi dan falsafah bangsa sangat
rentan terhadap penyelewengan oleh aktor politik pemegang kekuasaan negara. Runtuhnya sistem
kekuasaan pemerintahan Orde Lama adalah akibat dari perilaku para pemimpin politik yang
menjungkir-balikkan nilai-nilai Pancasila demi ambisi politik yang mengatas namakan Pancasila.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Pada periode 1945-1950, implementasi Pancasila bukan saja menjadi masalah, tetapi lebih dari itu ada
upaya-upaya untuk mengganti Pancasila sebagai dasar negara dengan faham komunis oleh PKI melalui
pemberontakan di Madiun tahun 1948 dan oleh DI/TII yang akan mendirikan negara dengan dasar islam.
Pada periode 1956-1965, dikenal sebagai periode demokrasi terpimpin. Demokrasi bukan berada pada
kekuasaan rakyat sehingga yang memimpin adalah nilai-nilai Pancasila tetapi berada pada kekuasaan
pribadi presiden Soekarno. Terjadilah berbagai penyimpangan penafsiran terhadap Pancasila dalam
konstitusi. Akibatnya Soekarno menjadi otoriter, diangkat menjadi presiden seumur hidup, politik
konfrontasi, menggabungkan Nasionalis, Agama, dan Komunis, yang ternyata tidak cocok bagi NKRI
Hal itu akan makin jelas dari penjelasan beikut ini .Pertama, Pancasila adalah pandangan hidup yang
berakar pada kesadaran masyarakat Indonesia. Pancasila buka impor dari luar negeri, bukan pula suatu
ideologi yang dipikirkan oleh satu adau dua orang pintar, melainkan milik masyarakat Indonesia sendiri
sebagai kesadaran dan cita-cita moralnya. Pancasila buka ideologi milik kelompok tertentu, tetapi milik
seluruh masyarakat Indonesia . Kedua, isi Pancasila tidak langsung operasional. Sebagaimana kita
ketahui, Pancasila hanya berisi lima nilai dasar. Kelima nilai dasar itu berfungsi sebagai acuan
penyelenggaraan negara. Dalam Pancasila tidak tersedia rumusan yang berisi tuntuan-tuntutan konkret
dan opersional yang harus dilaksanakan. Karena “hanya” berisi nila-nila dasar , penerapan Pancasila
memerlukan penafsiran. Penafsiran dilakukan untuk mencari implikasi kelima nilai dasar itu bagi situasi
nyata. Setia generasi bangsa Indonesia dapat dan bahkan perlu melakukan penafsiran terhadap
Pancasila. Dengan demikian, Pancasila menjadi ideologi yang senantiasa relevan dan aktual . Ketiga,
Pancasila bukan ideologi yang membatasi kebebasan dan tanggung jawab masyarakat. Sebaliknya,
Pancasila justru menghargai kebebasan dan tanggung jawab masyarakat. Sila “kemanusiaan yang adil
dan beradab”, misalnya, mengakui kebebasan dan kesama derajatan manusia ( hak asasi manusia )
bahkan tidak hanya meliputi manusi Indonesia, melainkan juga semua umat maanusi diakui sebagai
makhluk yang memliliki kebebasan dan kesamaderajatan . Keempat, Pancasila buka ideologi Totaliter.
Oleh para pendiri negara ini, Pancasila tidak dimaksudkan sebagai ideologi totaliter,yang mengurusi
segala segi kehidupan masyarakat. Melainkan, Pancasila adalah ideologi politik , sebuah pedoman hidup
dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Dengan kata lain, Pancasil merupakan ideologi yang
terbatas. Karena itu, Pancasil tidak boleh diubah menjadi ideologi totaliter. Kelima, Pancasil menghargai
Pluralitas. Hal itu bisa kita lihat, misalnya dalam sejarah perumusan Pancasila. Rumusan definitif
Pancasila dicapai justru karena didorong oleh semangat untuk tetap menghargai pluralias. Pluralitas
menjadi kata kunci substansi ideologi Pancasila.
Sejarah Kelam : dijadikan tertutup
3.2. SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas ada beberapa saran yang dapat diberikan guna mewujudkan upaya
pembinaan masyarakat dalam menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila yang meliputi paham
kebangsaan, rasa kebangsaan dan semangat
Untuk meningkatkan Wawasan Kebangsaan bagi segenap komponen bangsa diperlukan perhatian dan
penanganan pihak-pihak terkait secara integratif. Untuk itu,perlu diwujudkan adanya suatu wadahatau
lembaga yang akan menangani masalahWawasan Kebangsaan serta perlunya buku pedoman nasional
yang dapat digunakan baik melalui pendidikan formal maupun nonformal.
Peran para elit pemerintah, elit politik dan tokoh masyarakat LSM serta media massa sangat diperlukan
untuk meningkatkan wawasan Kebangsaan. Untuk itu para tokoh tersebut harus mempunyai komitmen
untuk selalu mengutamakan kepentingan bangsadan negara di ataskepentingan pribadi dan golongan
dengan mengeyampingkan pemikiran sempit yang menguntungkan hanya sekelompok orang Perlunya
pengamalan Pancasila secara nyata dalam kehidupan sehari-hari melaluipenataran atau sertifikasi
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4), diseluruh lembaga pendidikan, baik formal
maupun nonformal, agarlebih tertanam rasacinta tanah air, bangsa dan negara bahkan selalu siap dalam
usaha bela negara.
Perlunya penyelengaran di seluruh elemen masyarakat tentang pembinaan dalam menghayati dan
mengamalkan nilai-nilai Pancasila yang meliputi paham kebangsaan,rasa kebangsaan dan semangat
kebangsaan, di setiap Kabupaten atau Kota dengan melibatkan instansi terkait secara bertahap dan
berlanjut. Demikianlah makalah ini kami buat dengan segala kerendahan hati. Saya mohon maaf yang
sebesar-besarnya jika penyampaian materi di dalamnya kurang berkenan di hati pembaca sekalian.Akhir
kata, saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum WR. WB
Penyusun
Geri Ismanto, SH. M. Hum. Pendidikan Pancasila, CV MULIA INDAH KEMALA, Pekanbaru, Oktober 2011
http://dokumenqu.blogspot.co.id/2012/07/pancasila-dalam-era-orde-lama.html