Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

PERIODESASI SEJARAH ISLAM


Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah
Pengantar Studi Islam

Oleh Dosen M.Arif Khoiruddin.S.Sos.I.,M.PD.I.

Disusun oleh:

Kelompok 5

1. Muhammad Yasir Anan (2101010092)


2. Tika Manzilatur Rohmah (2101010058)

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM TRIBAKTI (IAIT) KEDIRI

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT,yang telah


melimpahkan rahmat,taufik,serta hidayah-NYA sehingga kami
(kelompok 05) dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“PERIODESASI SEJARAH ISLAM”.

Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas terstruktur yang


diberikan Dosen Pengantar Studi Islam kepada kami,Fakultas Ilmu
Tarbiyah,INSTITUT AGAMA ISLAM TRIBAKTI KEDIRI

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh


dari sempurna. Oleh karena itu,dengan segala kerendahan hati,saran
dan kritik yang membangun perbikan makalah ini sangat kami
harapan dari pembaca,guna memperbaiki dan meningkatkan
pembuatan makalah atau tugas yang lainya pada waktu mendatang.

Kiranya yang Maha Kuasa tetap menyertai kita sekalian,


dengan harapan pula agar karya ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkanya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Kediri,03 Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. LATAR BELAKANG MASALAH..........................................................1

B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................3

C. TUJUAN PENULISAN............................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4

A. PENGERTIAN PERIODE SEJARAH ISLAM........................................4

B. MACAM-MACAM SEJARAH PERIODE ISLAM.................................5

BAB III PENUTUPAN.........................................................................................26

A. KESIMPULAN.......................................................................................26

B. KRITIK SARAN.....................................................................................27

DAFTTAR PUSTAKA..........................................................................................28

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Studi Islam secara sederhana dapat dikatakan sebagai usaha untuk
mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam. Dengan
perkataan lain “usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan
memahami serta membahas secara mendalam tentang seluk beluk atau hal-
hal yang berhubungan dengan agama Islam, baik berhubungan dengan
ajaran, sejarah, maupun praktik- praktik pelaksanaannya secara nyata
dalam kehidupan sehari-hari, sepanjang sejarahnya.”
Islam telah menjadi kajian yang menarik minat banyak
kalangan.Studi keislaman pun semakin berkembang.Islam tidak lagi
dipahami hanya dalam pengertian historis dan doktriner, tetapi telah
menjadi fenomena yang kompleks.Islam tidak hanya terdiri dari rangkaian
petunjuk formal tentang bagaimana seorang individu harus memaknai
kehidupannya.Islam telah menjadi sebuah sistem budaya, peradaban,
komunitas politik, ekonomi dan bagian sah dari perkembangan
dunia.Mengkaji dan mendekati Islam, tidak lagi mungkin hanya dari satu
aspek, karenanya dibutuhkan metode dan pendekatan interdisipliner.
Semua aspek kehidupan tidak lepas dari faktor sejarah, sejarah
merupakan bukti yang nyata untuk melangkah lebih maju, karena dengan
sejarah, manusia bisa belajar kesalahan-kesalahan yang telah lalu dan
mengetahui data-data yang bisa di pertanggung jawabkan. Dalam metologi
islam, diperlukan sejarah untuk mengetahui kebenaran yang valid yang
tidak dicampuri oleh orang-orang terdahulu, untuk itu sangatlah urgan
dalam penelitian sejarah.
Ibnu khaldun berkata dalam bukunya muqaddimah sejarah
merupakan hasil upaya penemuan kebenaran, eksplansi kritis tentang
sebab dan genesis kebenaran sesuatu, serta kesalaman pengetahuan
tentangbagaimana dan mengapa peristiwa- peristiwa terjadi. Dalam upaya

1
menumukan kebenaran tersebut, Ibnu khaldun meniscayakan telaah filosif
dan kritik informasi sebagai langkah metodologis yang cukup menentukan
dalam penulisan sejarah kritisnya.
Untuk itu dalam proses penulisan sejarah, harus melalui empat
proses, yaitu heurestik (teknik mencari dan mengumpulkan sumber-
sumber sejarah), kritik, interprestasi, dan historiografi (teknik penulisan
hasil penelitian sejarah). Dan agar pembahasan dalam makalah ini lebih
terfokus dan terarah, maka penulis akan membatasinya pada pentingnya
pendekatan sejarah dalam studi Islam dan eksistensinya dalam sejarah
Islam.

2
B. RUMUSAN MASALAH
 Apa pengertian sejarah Islam?
 Dibagi berapakah macam-macam periodesasi sejarah Islam?

C. TUJUAN PENULISAN
 Untuk mendeskripsikan pengertian sejarah Islam
 Untuk mendeskripsikan periodesai sejarah dalam studi Islam
 Untuk mendeskripsikan metode dan pendekatan sejarah dalam studi
Islam

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERIODE SEJARAH ISLAM

Menurut Amin (2015: 1), kata sejarah berasal dari bahasa Arab
"Syajaratun", artinya pohon. Apabila digambarkan secara sistematik,
sejarah hampir sama dengan pohon, memiliki cabang dan ranting, bermula
dari sebuah bibit, kemudian tumbuh dan berkembang, lalu layu dan
tumbang. Demikian pula peristiwaperistiwa yang terjadi dalam sejarah
peradaban Islam yang mengalami masa pertumbuhan, perkembangan, lalu
kemunduran dan kehancuran.
Kata sejarah secara etimologi (bahasa) dapat
diungkapkan dalam bahasa Arab yaitu Tarikh, sirah atau ilmu
tarikh, yang maknanya ketentuan masa atau waktu, sedang ilmu tarikh
berarti ilmu untuk mengetahui keadaan atau kejadian-kejadian dan
penyebabnya yang terjadi di masa lampau maupun yang sedang terjadi di
kalangan umat. Dalam bahasa inggris sejarah dapat disebut dengan history
yang berarti uraian atau pengalaman tentang kejadian-kejadian masa
lampau (the past experience of menkind)
Adapun secara terminologi (istilah) berarti keadaan atau peristiwa
yang terjadi di masa lampau dan benar-benar terjadi pada diri individu dan
masyarakat sebagaimana benar-benar terjadi pada kenyataan alam dan
manusia1. Sedangkan pengertian yang lain sejarah juga mencakup
perjalanan hidup manusia dalam mengisi perkembangan dunia dari masa
ke masa karena sejarah mempunyai arti dan bernilai sehingga manusia
dapat membuat sejarah sendiri dan sejarah pun membentuk manusia2.
Cabang ilmu pengetahuan sejarah mengungkapkan peristiwa-peristiwa
social, politik, ekonomi maupun agama dan budaya dari suatu bangsa,
negara atau dunia.

4
B. MACAM-MACAM SEJARAH PERIODE ISLAM

1. PERIODE KLASIK

a. Kemajuan Islam I

Sejarah Peradaban Islam 18 Abu Bakar menjadi khalifah pada


tahun 632 M, tetapi dua tahun kemudian meninggal dunia. Masanya yang
singkat ini banyak dipergunakan untuk menyelesaikan Perang Riddah,
yang ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi
kepada Madinah. Mereka menganggap bahwa perjanjian yang mereka buat
dengan Nabi Muhammad saw dengan sendirinya tidak mengikat lagi
setelah beliau wafat. Mereka selanjutnya mengambil sikap menentang Abu
Bakar. Khalid bin al-Walid adalah jenderal yang banyak jasanya dalam
mengatasi Perang Riddah ini. Setelah selesai perang dalam negeri tersebut,
barulah Abu Bakar mulai mengirim kekuatankekuatan ke luar Arabia.
Khalid bin al-Walid dikirim ke Irak dan dapat menguasai al-Hirah pada
tahun 634 M. adapun ke Syiria dikirim tentara di bawah pimpinan tiga
jenderal, Amr bin al-Ash, Yazid bin Abu Sufyan, dan Syurahbil bin
Hasanah.

Untuk memperkuat tentara ini, Khalid bin al-Walid kemudian


diperintahkan untuk meninggalkan Irak dan bergabung dengan tentara di
Syiria. Usaha- usaha yang telah dimulai Abu Bakar ini dilanjutkan oleh
Khalifah kedua, Umar bin al-Khaththab (634-644 M). pada zaman itulah,
gelombang ekspansi pertama terjadi, kota Damaskus jatuh pada tahun 635
M, dan setahun kemudian, setelah tentara Bizantium kalah di pertempuran
Yarmuk, daerah Suria jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Dengan memakai
Suria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan Amr
bin al-Ash dan ke Irak di bawah pimpinan Saad bin Abu al-Waqqash.
Babilon di Mesir dikepung pada tahun 640 M. sementara itu, tentara
Bizantium di Heliopolis dikalahkan dan Alexandria kemudian menyerah
pada tahun 641 M.

5
Dengan demikian, Mesir jatuh pula ke tangan Islam. Tempat
perkemahan Amr bin al-Ash yang terletak di luar tembok Babilon,
menjadi ibu kota dengan nama al-Fusthat. Al-Qadisiyah, suatu kota dekat
al-Hirah, di Irak jatuh pada tahun 637 M. dan dari sana serangan
dilanjutkan ke al-Madain (Ctesiphon), ibu kota Persia, yang dapat dikuasai
pada tahun itu juga. Ibu kota baru bagi daerah ini ialah al-Kufah, yang
pada mulanya merupakan perkemahan militer Islam di daerah al-Hirah.
Setelah jatuhnya al-Madain, Raja Sagan Yazdagrid III, lari ke sebelah
utara. Pada tahun 641 M, Mosul (di dekat Niniveh) dapat pula dikuasai.
Dengan adanya gelombang ekspansi pertama, kekuasaan Islam telah
meliputi juga Palestina, Syiria, Irak, Persia dan Mesir. Pada zaman Usman
bin Affan (644-656 M) Tripoli, Ciprus dan beberapa daerah lain dikuasai,
tetapi gelombang ekspansi pertama berhenti sampai di sini.

Di kalangan umat Islam mulai terjadi perpecahan karena soal


pemerintahan dan dalam kekacauan yang timbul, Usman terbunuh.
Sebagai pengganti Usman, Ali bin Abu Thalib menjadi khalifah keempat
(656-661 M), tetapi ia mendapat tantangan dari pihak pendukung Usman
yang menuntut qishash atas terbunuhnya Usman seperti Muawiyah,
Gubernur Damaskus. Konflik politik antara Ali bin Abu Thalib dan
Muawiyah bin Abu Sufyan diakhiri dengan tahkim. Dari pihak Ali bin
Abu Thalib, diutus Abu Musa al-Asy'ari, sedangkan dari pihak Muawiyah
diutus Amr bin al-Ash. Hasil tahkim tersebut menjadikan pendukung Ali
bin Abu Thalib terpecah menjadi dua kelompok. Kelompok pertama
adalah mereka yang secara terpaksa menghadapi hasil tahkim dan mereka
tetap setia kepada Ali bin Abu Thalib. Adapun kelompok kedua adalah
kelompok yang menolak hasil tahkim dan kecewa terhadap kepemimpinan
Ali bin Abu Thalib dan akhirnya mereka menyatakan diri keluar dari
pendukung Ali bin Abu Thalib yang kemudian melakukan gerakan
perlawanan terhadap semua pihak yang terlibat tahkim, termasuk Ali bin
Abu Thalib.

6
Sebagai oposisi terhadap kekuasaan yang ada, Khawarij
mengeluarkan beberapa pernyataan yang menuduh orang-orang yang
terlibat tahkim sebagai orang-orang kafir. Khawarij berpendapat bahwa
Ali bin Abu Thalib telah menyeleweng dari ajaran Islam karena
melakukan tahkim dan dalam pandangan mereka telah keluar dari Islam,
yaitu murtad dan kafir. Demikian juga halnya Mu'awiyah, Amr bin al-Ash
dan Abu Musa al-Asy'ari serta semua orang yang menerima tahkim. Di
samping Khawarij yang menjadi kelompok penentang, Ali bin Abu Thalib
memiliki kelompok pendukung yang sangat fanatik yang kemudian
dikenal sebagai kelompok Syi'ah. Ali bin Abu Thalib kemudian dibunuh
oleh kaum Khawarij. Setelah Ali terbunuh, kepemimpinan dilanjutkan
oleh Bani Umayyah. Dinasti Bani Umayyah yang didirikan oleh
Muawiyah berumur kurang lebih 90 tahun dan pada zaman ini, ekspansi
yang terhenti pada zaman kedua khalifah terakhir dilanjutkan kembali.
Khalifah-khalifah besar dari Dinasti Bani Umayyah adalah Muawiyah bin
Abu Sufyan (661-680 M), Abdul Malik bin Marwan (685-705 M), al-
Walid bin Abdul Malik (705-715 M), Umar bin Abdul Aziz (717- 720 M),
dan Hisyam bin Abdul Malik (724-743 M). Ekspansi pada zaman
Muawiyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai ke Afghanistan dan
Kabul. Ekspansi ke Timur yang dilakukan Muawiyah kemudian
dilanjutkan oleh Khalifah Abd al-Malik. Dia mengirim tentara
menyeberangi sungai Oxus dan dapat berhasil menundukkan Balkh sampai
Samarkand dan Punjab sampai ke Maltan. Ekspansi ke Barat secara besar-
besaran dilanjutkan di zaman al-Walid ibn Abdul Malik.

Masa pemerintahan Walid adalah masa ketentraman, kemakmuran


dan ketertiban. Umat Islam merasa hidup bahagia. Pasukan Islam
memperoleh kemenangan dengan mudah karena mendapat dukungan dari
rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman penguasa. Di
zaman Umar bin Abdul Aziz, serangan dilakukan ke Perancis melalui
pegunungan Piranee. Serangan ini dipimpin oleh Abd al-Rahman ibn
Abdullah al-Ghafiki. Ia mulai dengan menyerang Bordeau, Poitiers
(Hasan, 1989: 43).

7
Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah baik di Timur
maupun di Barat, wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah ini betul-
betul sangat luas. Daerah-daerah yang dikuasai Islam di zaman Dinasti ini
adalah Spanyol, Afrika Utara, Syiria, Palestina, Semenanjung Arab, Irak,
sebagian dari Asia Kecil, Persia, Afghanistan, daerah yang sekarang
disebut Pakistan, Turkmenia, Uzbek dan Kirgis (di Asia Tengah).
Ekspansi yang dilakukan Dinasti Bani Umayyah inilah yang membuat
Islam menjadi negara besar di zaman itu.

Dari persatuan berbagai bangsa di bawah naungan Islam, timbullah


benih-benih kebudayaan dan peradaban Islam yang baru, walaupun Bani
Umayyah lebih banyak memusatkan perhatian kepada kebudayaan Arab.
Perubahan bahasa administrasi dari bahasa Yunani dan bahasa Pahlawi ke
Bahasa Arab dimulai oleh Abdul Malik. Orang-orang bukan Arab pada
waktu itu telah mulai pandai berbahasa Arab. Untuk menyempurnakan
pengetahuan mereka tentang bahasa Arab, terutama pengetahuan pemeluk-
pemeluk Islam baru dari bangsa-bangsa bukan Arab, perhatian kepada
bahasa Arab, terutama tata bahasanya mulai diperhatikan. Inilah yang
mendorong Imam Sibawaih untuk menyusun al-Kitab, yang selanjutnya
menjadi pegangan dalam masalah tata bahasa Arab. Perhatian kepada syair
Arab Jahiliah timbul kembali dan penyair-penyair Arab baru mulai
muncul, misalnya Umar bin Abu Rabi'ah (w. 719 M), Jamil al-Udhri (w.
701 M), Qays bin alMulawwah (w. 699 M) yang dikenal dengan nama
Laila Majnun, alFarazdaq (w. 732 M), Jarir (w. 792 M), dan al-Akhtal (w.
710 M).

Perhatian dalam bidang tafsir, hadits, fiqih, dan ilmu kalam pada
zaman ini mulai muncul, dan muncullah nama-nama seperti Hasan al-
Bashri, Ibnu Syihab al-Zuhri, dan Washil bin Atha'. Kufah dan Bashrah di
Irak menjadi pusat dari kegiatan-kegiatan ilmiah ini. Menurut Amin, selain
mengubah bahasa administrasi, Abdul Malik juga mengubah mata uang
yang dipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam. Sebelumnya yang
dipakai adalah mata uang Bizantium dan Persia seperti dinar (denarius)

8
dan dirham (Persia: diram dan Yunani: drachme). Sebagai ganti dari mata
uang asing ini, Abdul Malik mencetak uang sendiri di tahun 659 M dengan
memakai katakata dan tulisan Arab. Dinar dibuat dari emas dan dirham
dari perak. Masjid-masjid pertama di luar Semenanjung Arabia juga
dibangun pada zaman Dinasti Bani Umayyah. Katedral St. John di
Damaskus dirubah menjadi masjid.

Di al-Quds (Yerusalem) Abdul Malik membangun masjid al-


Aqsha. Monumen terbaik yang ditinggalkan zaman ini untuk generasi-
generasi sesudahnya ialah Qubbah al-Sakhr (Dome of the Rock) yang juga
terletak di al-Quds, di tempat yang menurut riwayat adalah tempat Nabi
Ibrahim menyembelih Nabi Ismail dan di tempat ini pula Nabi Muhammad
saw mulai melakukan mi'raj ke langit. Masjid Cordova juga dibangun pada
zaman ini. Masjid Mekah dan Madinah diperbaiki dan diperbesar oleh
Abdul Malik dan al-Walid (Amin, 2015: 25).

Demikianlah, fase sejarah peradaban Islam yang dibuat oleh


Dinasti Bani Umayyah hingga akhirnya pada tahun 750 M Dinasti
Umayyah berhasil digulingkan Bani Abbas yang bersekutu dengan Abu
Muslim al-Khurasani. Meskipun Abu al-Abbaslah (750-754 M) yang
mendirikan Dinasti Bani Abbas, tetapi pembangun sebenarnya adalah al-
Mansur (754-775 M). al- Mansur merasa kurang aman di tengah-tengah
Arab, maka ia mendirikan ibu kota baru sebagai ganti Damaskus, yaitu
Baghdad di dekat bekas ibu kota Persia, Ctesiphon, pada tahun 762 M.

Sehingga Bani Abbas berada di tengah-tengah bangsa Persia.


Dalam soal pemerintahan, al-Mansur mengadakan tradisi baru dengan
mengangkat wazir yang membawahi kepala-kepala departemen. Untuk
memegang jabatan wazir itu, ia memilih Khalid bin Barmak, seorang yang
berasal dari Balkh di Persia. Al-Mahdi (775-785 M) menggantikan al-
Mansur sebagai khalifah dan di masanya perekonomian mulai meningkat.
Pertanian ditingkatkan dengan mengadakan irigasi dan penghasilan
gandum, beras, kurma, dan zaitun bertambah. Hasil pertambangan seperti

9
perak, emas, tembaga, besi, dan lain- lain berkembang. Adanya transit
antara timur dan barat juga membawa kejayaan. Bashrah menjadi
pelabuhan yang penting.

Pada zaman Harun al-Rasyid (785-809 M), hidup mewah


sebagaimana digambarkan dalam cerita seribu satu malam, sudah
memasuki masyarakat. Kekayaan yang banyak, dipergunakan alRasyid
juga untuk keperluan sosial. Rumah sakit didirikan, pendidikan dokter
dipentingkan, dan farmasi dibangun. Diceritakan bahwa Baghdad
mempunyai 800 dokter. Di samping itu, dibangun pemandian-pemandian
umum. Harun al-Rasyid adalah raja besar pada zaman itu dan hanya
Charlemagne di Eropa yang dapat menjadi saingannya. Anaknya, al-
Ma'mun (813-833 M), meningkatkan perhatian pada ilmu pengetahuan.
Untuk menerjemahkan buku-buku kebudayaan Yunani, ia menggaji
penerjemah-penerjemah dari golongan Kristen dan golongan agama lain.
Oleh karena itu, alMa'mun mendirikan Bait al-Hikmah.

Di samping lembaga ini, ia juga mendirikan sekolah-sekolah. Pada


masa pemerintahan al-Ma'mun, Baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan
dan ilmu pengetahuan. Khalifah al-Mu'tashim (833-842 M) sebagai anak
dari ibu yang berasal dari Turki, mendatangkan orang-orang Turki untuk
menjadi tentara pengawalnya. Dengan demikian, pengaruh Turki mulai
masuk ke pusat pemerintahan Bani Abbasiyah. Tentara pengawal Turki ini
kemudian menjadi sangat berkuasa di istana, sehingga khalifah-khalifah
pada akhirnya hanya merupakan boneka dalam tangan mereka. Sehingga
pada hakikatnya yang memerintah bukan lagi khalifah, tetapi perwira-
perwira dan tentara pengawal Turki itu. Al-Watsiq (842-847 M) untuk
melepaskan diri dari pengaruh Turki, mendirikan ibu kota Samara (surra
man ra'a/gembira orang yang melihatnya) dan pindah dari Baghdad. Akan
tetapi, di sana khalifah- khalifah justru bertambah mudah dikuasai oleh
tentara pengawal Turki tersebut. Al-Mutawakkil (847-861 M) merupakan
khalifah besar terakhir dari Dinasti Abbasiyah. Para khalifah sesudahnya
pada umumnya lemah dan tidak dapat melawan kehendak tentara

10
pengawal dan sultan-sultan yang kemudian datang menguasai ibu kota. Ibu
kota dipindahkan kembali ke Baghdad oleh Mu'tadid (870-892 M).

Khalifah yang paling terakhir sekali dari Dinasti Abbasiyah adalah


al- Musta'shim (1242-1258 M). pada zamannyalah, Baghdad dihancurkan
oleh Hulagu dari Mongol pada tahun 1258 M. Pada masa Dinasti
Abbasiyah inilah, perhatian pada ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani
memuncak, terutama pada zaman Harun al-Rasyid dan al-Ma'mun. buku-
buku ilmu pengetahuan dan filsafat didatangkan dari Bizantium, kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Kegiatan penerjemahan buku-buku
ini berjalan kira-kira satu abad. Bait al-Hikmah, yang didirikan al-Ma'mun,
bukan hanya merupakan pusat terjemahan, tetapi juga akademi yang
mempunyai perpustakaan.

Di antara cabang-cabang ilmu pengetahuan yang diutamakan


dalam Bait al-Hikmah ialah ilmu kedokteran, matematika, optika,
geografi, fisika, astronomi, dan sejarah di samping filsafat. Di antara
integrasi yang terjadi di zaman ini adalah integrasi dalam bidang bahasa.
Ahasa al-Qur'an yaitu bahasa Arab digunakan di mana-mana. Bahasa ini
telah menggantikan bahasa Yunani dan bahasa Persia sebagai bahasa
administrasi. Bahasa Arab juga menjadi bahasa ilmu pengetahuan, filsafat,
dan diplomasi. Bahkan beberapa bahasa hilang dari pemakaian seperti
bahsa latin yang dipakai di Afrika, bahasa Mesir kuno di Mesir, bahasa
Siriac di Syiria, Lebanon, Yordan, dan Irak, serta bahasa yang digunakan
di pulau Malta.

Dengan hilangnya bahasa-bahasa itu, di Afrika Utara, Mesir,


Suriah, Lebanon, Irak dan Yordan digunakan bahasa Arab, sedangkan di
pulau Malta digunakan bahasa Arab yang bercampur dengan bahasa Italia.
Integrasi terjadi juga dalam bidang kebudayaan. Kebudayaan yang ada
mulai dari Spanyol di Barat sampai ke India di Timur, dan mulai dari
Sudan di Selatan sampai ke Kaukasus di Utara adalah kebudayaan Islam
dengan bahasa Arab sebagai

11
bahasa pengantarnya. Pada masa ini pula untuk pertama kalinya dalam
sejarah terjadi kontak antara Islam dengan kebudayaan Barat, atau
tegasnya dengan kebudayaan Yunani klasik yang terdapat di Mesir, Syiria,
Mesopotamia, dan Persia. Didorong oleh ayat-ayat al-Qur'an yang
menganjurkan kepada umat Islam agar menghargai kekuatan akal yang
dianugerahkan Allah Ta'ala kepada manusia, dan didorong oleh ajaran
Nabi Muhammad saw agar umat Islam senantiasa mencari ilmu
pengetahuan.

Cendekiawan-cendekiawan Islam bukan hanya menguasai ilmu


pengetahuan dan filsafat yang mereka pelajari dari buku-buku Yunani itu,
tetapi menambahkan ke dalamnya hasil-hasil penyelidikan yang mereka
lakukan sendiri dalam lapangan filsafat. Dengan demikian, muncullah
ahli- ahli ilmu pengetahuan dan filsuf-filsuf Islam. Filsuf-filsuf Islam,
sebagaimana halnya filsuf-filsuf Yunani, bukan hanya mempunyai sifat
filsuf, tetapi juga sifat ahli ilmu pengetahuan. Karya mereka bukan hanya
terbatas dalam bidang filsafat, tetapi juga meliputi bidang ilmu
pengetahuan.

Pengaruh Islam yang terbesar terdapat dalam bidang ilmu


kedokteran dan filsafat. Dalam ilmu kedokteran, al-Razi yang berada di
Eropa dikenal dengan nama Rhazes, menulis buku tentang penyakit cacar
dan campak yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, Inggris, dan
bahasa-bahasa Eropa lainnya. Begitu pentingnya buku ini bagi Eropa
sehingga terjemahan bahasa Inggris dicetak 40 kali di antara tahun 1498
dan 1866 M. bukunya al-Hawi, yang terdiri atas lebih dari 20 jilid,
membahas berbagai cabang ilmu kedokteran. Buku ini diterjemahkan ke
dalam bahasa latin pada tahun 1279 M dan menjadi buku pegangan
penting berabad-abad lamanya di Eropa.

Al-Hawi merupakan salah satu dari kesembilan karangan yang


menempati seluruh perpustakaan fakultas kedokteran Paris di tahun 1395

12
M. Ibnu Sina (980-1037 M) selain filsuf adalah juga seorang dokter yang
menulis satu ensiklopedia dalam ilmu kedokteran yang terkenal dengan
nama al- Qanun fi al-Thibb (Canon of Medicine). Buku ini telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, berpuluh kali dicetak dan tetap
digunakan di Eropa sampai pertengahan kedua dari abad XVII. Dalam
bidang filsafat, nama-nama al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd sangat
terkenal.

Al-Farabi menulis buku-buku dalam bidang filsafat,


logika, kenegaraan, etika, dan interpretasi tentang filsafat Aristoteles.
Sebagian dari karyanya itu diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan
masih digunakan di Eropa di abad XVII. Ibnu Sina juga banyak menulis
dan yang termasyhur adalah al-Syifa', suatu ensiklopedia tentang fisika,
metafisika, dan matematika yang terdiri atas 18 jilid. Bagi Eropa, Ibnu
Sina dengan tafsiran yang ditulisnya tentang filsafat Aristoteles lebih
masyhur daripada al-Farabi. Akan tetapi, di antara semuanya, Ibnu Rusyd
atau Averros-lah yang banyak berpengaruh di Eropa dalam bidnag filsafat,
sehingga terdapat aliran yang disebut Averroisme (yang menuntut
kebebasan berpikir).

Pada periode ini pulalah ilmu-ilmu yang bersangkutan dengan


keagamaan dalam Islam disusun. Dalam bidang penyusunan haditshadits
Nabi menjadi buku, terkenal nama Imam Muslim dan Imam Bukhari (abad
IX); dalam bidang fiqh atau hukum Islam nama-nama Malik bin Anas, al-
Syafi'i, Abu Hanifah, dan Ahmad bin Hanbal cukup dikenal (abad VIII
dan IX); al-Thabari (839-923 M) dalam bidang tafsir; dalam bidang
sejarah dikenal Ibnu Hisyam (abad VIII), Ibnu Saad (abad IX), dan lain-
lain; dalam bidang sastra dikenal Abu al-Farraj al-Isfahani dengan
bukunya Kitab al- Aghani. Perguruan tinggi yang didirikan pada zaman ini
antara lain Bait al- Hikmah di Baghdad dan al-Azhar di Kairo yang hingga
kini masih harum namanya sebagai universitas Islam yang termasyhur di
seluruh dunia.

13
Dalam bidang arsitek dan seni, periode ini juga mewujudkan
gedung- gedung, masjid-masjid dan lukisan-lukisan yang indah. Akan
tetapi Hulaghu ketika menyerang Baghdad di tahun 1258 M telah
menghancurkan istana, gedung-gedung dan masjid-masjid yang menghiasi
ibu kota kerajaan Abbasiyah itu. Periode ini adalah periode peradaban
Islam yang tertinggi dan yang memiliki pengaruh, walaupun tidak secara
langsung tercapainya peradaban modern di Barat sekarang. Periode
kemajuan Islam ini menurut Christopher Dawson, bersamaan masanya
dengan abad kegelapan di Eropa.

b. Masa Disintegrasi (1000-1250 M)

Disintegrasi dalam bidang politik sebenarnya sudah mulai terjadi


pada akhir zaman Dinasti Umayyah, tetapi memuncak pada zaman Dinasti
Abbasiyah, terutama setelah khalifah-khalifah menjadi boneka dalam
tangan tentara pengawal. Daerah-daerah yang letaknya jauh dari pusat
pemerintahan melepaskan diri dari kekuasaan khalifah di pusat dan
timbullah dinasti-dinasti kecil. Di Maroko, Idris bin Abdullah berhasil
mendirikan kerajaan Idrisi yang bertahan dari tahun 788 M sampai tahun
974 M dengan Fas (Fez) sebagai ibu kota.

Di Tunisia, Dinasti Aghlabi berkuasa dari tahun 800 M sampai 969


M. kerajaan ini dibentuk oleh Ibrahim bin Aghlab, gubernur yang diangkat
oleh Harun al-Rasyid. Masjid Qairawan yang sampai sekarang terdapat di
Tunis adalah peninggalan dari dinasti ini. Di Mesir, Ahmad bin Tulun
melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad pada tahun 868 M. Dinasti ini
berkuasa di Mesir sampai tahun 905 M. pada tahun 877 M, Ibnu Tulun
dapat meluaskan daerah kekuasaannya sampai ke Syiria. Di bawah
pemerintahan dinasti ini, irigasi diperbaiki, ekonomi meningkat, dan Mesir
mulai menjadi pusat kebudayaan Islam. Ibnu Tulun mendirikan rumah
sakit besar di Fustat dan masjid yang diberi nama masjid Ibn Tulun, yang
sampai sekarang masih terdapat di Kairo. Setelah jatuhnya Dinasti Ibn
Tulun, Mesir untuk beberapa tahun kembali ke bawah kekuasaan khalifah

14
Baghdad, tetapi pada tahun 935 M, dikuasai lagi oleh dinasti lain, yaitu
Dinasti Ikhsyid untuk kemudian jatuh ke tangan khalifah Fatimiah pada
tahun 969 M.

Disintegrasi dalam bidang politik membawa pada disintegrasi


dalam bidang kebudayaan, bahkan juga dalam bidang agama. Perpecahan
di kalangan umat Islam menjadi besar. Dengan adanya daerah-daerah yang
berdiri sendiri di samping Baghdad, sebagaimana dilihat timbul pusat-
pusat kebudayaan lain, terutama Kairo di Mesir, Cordova di Spanyol,
Asfahan, Bukhara, dan Samarkand di timur. Dengan timbulnya pusat-
pusat kebudayaan baru ini, terutama pusatpusat yang berada di bawah
kekuasaan Persia, bahasa Persia Sejarah Peradaban Islam 32 meningkat
menjadi bahasa kedua di dunia Islam. Pada zaman disintegrasi ini, ajaran-
ajaran sufi yang timbul pada zaman kemajuan I mengambil bentuk terikat.

Di samping hal-hal negative tersebut, ekspansi Islam pada zaman


ini meluas ke daerah yang dikuasai Bizantium di barat, ke daerah
pedalaman di timur Afrika melalui gurun Sahara di selatan. Dinasti
Salajiqah meluaskan daerah Islam sampai ke Asia Kecil dan dari sana
kemudian diperluas lagi oleh Dinasti Usmani ke Eropa Timur. Ke India,
ekspansi Islam diteruskan oleh Dinasti Gaznawi. Raja-raja Hindu
dikalahkan dan Punjab serta sebagian dari daerah Sind masuk ke bawah
kekuasaan Islam. Dinasti Ghuri kemudian melanjutkan ekspansi Islam ke
daerah-daerah lain di India sehingga Kerajaan Delhi jatuh pada tahun 1192
M, dan tidak lama sesudah itu Bengal juga menjadi daerah Islam.
Sementara penyiaran Islam ke daerah-daerah sahara di Afrika dilakukan
oleh Kaum Murabit yang menguasai Maroko dan Andalusia. Mereka
mengalahkan Kerajaan Zanj di Ghana di pertengahan kedua dari abad ke-
11 M.

2. PERIODE PERTENGAHAN
Periode ini dapat pula dibagi ke dalam dua masa, Masa
Kemunduran I dan Masa Tiga Kerajaan Besar.

15
a. Masa Kemunduran I (1250-1500 M)
Pada zaman ini Jenghiz Khan dan keturunannya datang
menghancurkan dunia Islam. Jenghiz Khan berasal dari Mongolia.
Setelah menduduki Peking di tahun 1212 M, ia mengalihkan serangannya
ke arah Barat. Satu demi satu kerajaan-kerajaan Islam jatuh ke
tangannya. Transoxania dan Khawarizm dikalahkan di tahun 1219/1220
M. Kerajaan Ghazna pada tahun 1221 M, Azebaijan pada tahun 1223 M
dan Saljuk di Asia Kecil pada tahun 1243 M, dari sini ia meneruskan
serangan- serangannya ke Eropa dan Rusia. Serangan ke Baghdad
dilakukan oleh cucunya, Hulagu Khan. Terlebih dahulu ia mengalahkan
Khurasan di Persia dan kemudian menghancurkan Hasysyasyin di
Alamut. Khalifah dan keluarga serta sebagian besar penduduk dibunuh.
Beberapa dari anggota keluarga Bani Abbasiyah dapat melarikan diri dan
di antaranya ada yang menetap di Mesir. Dari sini Hulagu meneruskan
serangannya ke Syiria dan dari Syiria ia ingin memasuki Mesir. Akan
tetapi, di Ain Jalut (Goliath) ia dapat dikalahkan oleh Baybars, Jenderal
Mamluk dari Mesir di tahun 1260
M. Baghdad dan daerah yang ditaklukkan Hulagu selanjutnya
diperintah oleh Dinasti Ilkhan. Ilkhan adalah gelar yang diberikan kepada
Hulagu. Daerah yang dikuasai dinasti ini ialah daerah yang terletak
antara Asia Kecil di Barat dan India di Timur.
Dinasti Ilkhan berumur hingga 100 tahun. Hulagu bukanlah
beragama Islam dan anaknya Abaga (1265-1281 M) masuk Kristen. Di
antara keturunannya yang pertama masuk Islam yaitu cucunya Tagudar
dengan nama Ahmad, tetapi mendapat tantangan dari para jenderalnya.
Ghasan Mahmud (1295-1305 M) juga masuk Islam dan demikian juga
Uljaytu Khuda Banda (1305-1316 M). Uljaytu pada mulanya beragama
Kristen, ia adalah Raja Mongol Besar yang terakhir. Kerajaan yang
dibentuk oleh Hulagu akhirnya pecah menjadi beberapa kerajaan kecil, di
antaranya Kerajaan Jaylar (1336-1411 M) dengan Baghdad sebagai ibu
kota. Kerajaan Salghari (1148-1282 M) di Faris, dan Muzaffari (1313-
1393 M) juga di Faris. Timur Lenk, seorang yang berasal dari keturunan

16
Jenghiz Khan dapat menguasai Samarkand pada tahun 1369 M. dari
Samarkand ia mengadakan serangan-serangan ke sebelah barat dan dapat
menguasai daerah-daerah yang terletak antara Delhi dan Laut Marmara.
Dinasti Timur Lenk berkuasa sampai pertengahan kedua dari abad
ke-15. keganasan Timur Lenk digambarkan oleh pembunuhan missal
yang dilakukannya di kota-kota yang tidak mau menyerah tetapi justru
melawan kedatangannya. Di kota-kota yang telah ditundukkan, Timur
Lenk mendirikan piramida dari tengkorak rakyat yang dibunuh. Di Delhi
misalnya, ia membunuh 80.000 dari penduduknya. Di Aleppo lebih dari
20.000 orang. Masjid-masjid dan madrasah-madrasah dihancurkan. Dari
masjid Umayyah di Damaskus misalnya, hanya dinding masjid yang
masih ada. Setiap kota yang ia datangi, ia hancurkan. Di Mesir, khilafah
Fathimiyah digantikan oleh Dinasti Shalahuddin al-Ayyubi pada tahun
1174 M. dengan datangnya Shalahuddin, Mesir kembali masuk ke aliran
Sunni. Aliran Syi'ah hilang dengan hilangnya khilafah Fathimiyah.
Shalahuddin dikenal dalam sejarah sebagai pahlawan Islam dalam Perang
Salib. Dinasti al-Ayyubi jatuh pada tahun 1250 M dan kekuasaan di
Mesir berpindah ke tangan kaum Mamluk. Kaum Mamluk ini berasal
dari budak-budak yang kemudian mendapatkan kedudukan tinggi dalam
pemerintahan Mesir. Sultan Mamluk yang pertama adalah Aybak (1250-
1257 M), dan salah satu yang termasyhur di antara mereka adalah Sultan
Baybars (1260-1277 M) yang dapat mengalahkan Hulagu di Ain Jalut.
Kaum Mamluk berkuasa di Mesir sehingga pemerintahan berpindah
tangan ke tangan kaum Mamluk. Kaum Mamluk berkuasa di Mesir
sampai tahun 1517 M. Merekalah yang membebaskan Mesir dan Syiria
dari peperangan Salib dan juga yang membendung serangan-serangan
kaum Mongol di bawah pimpinan Hulagu dan Timur Lenk, sehingga
Mesir terlepas dari serangan seperti yang terjadi di dunia Islam lain. Di
India, persaingan dan peperangan untuk merebut kekuasaan juga selalu
terjadi sehingga India senantiasa menghadapi perubahan penguasa.
Ketika dinasti baru berkuasa, kemudian dijatuhkan dan diganti oleh yang
lain. Kekuasaan Dinasti Ghaznawi dikalahkan oleh pengikut-pengikut

17
Ghaur Khan, yang juga berasal dari salah satu suku bangsa Turki.
Mereka masuk ke India tahun 1175 M, dan bertahan samapai tahun 1206
M. India kemudian jatuh ke tangan Qutbuddin Aybak, yang selanjutnya
menjadi pendiri Dinasti Khalji (1296-1316 M), selanjutnya Dinasti
Tughluq (1320-1413 M) dan dinasti-dinasti lain, sampai Zhahiruddin
Babur datang pada permulaan abad XVI dan membentuk Kerajaan
Mughal di India.
Di Spanyol terjadi peperangan di antara dinasti-dinasti Islam yang
ada di sana dengan raja-raja Kristen. Di dalam peperangan itu, raja-raja
Kristen menggunakan politik adu-domba antara dinastidinasti Islam
tersebut. Sebaliknya, raja-raja Kristen bergabung menjadi satu, dan
akhirnya satu demi satu dinasti-dinasti Islam dapat dikalahkan. Cordova
jatuh pada tahun 1238 M, Sevilla di tahun 1248 M, dan akhirnya Granada
jatuh pada tahun 1491 M. Pada saat itu umat Islam dihadapkan pada dua
pilihan, masuk Kristen atau keluar dari Spanyol. Di tahun 1609 M boleh
dikatakan tidak ada lagi orang Islam di Spanyol. Umumnya mereka
pindah ke kota-kota di pantai utara Afrika. Pada masa ini desentralisasi
dan disintegrasi dalam dunia Islam meningkat. Di zaman ini pula
hancurnya khilafah secara formal. Islam tidak lagi mempunyai khalifah
yang diakui oleh semua umat sebagai lambang persatuan dan ini berlaku
sampai Kerajaan Usmani mengangkat khalifah yang baru di Istambul
pada abad ke- 16 M. Bagian yang merupakan pusat dunia Islam jatuh ke
tangan bukan Islam untuk beberapa waktu. Dan terlebih dari itu, Islam
lenyap dari Spanyol. Perbedaan antara kaum Sunni dan kaum Syi'ah
menjadi memuncak. Demikian pula antara Arab dan Persia. Dunia Islam
terbagi dalam dua bagian; bagian Arab yang terdiri atas Semenanjung
Arab, Irak, Suria, Palestina, Mesir, Afrika Utara dan Sudan dengan Mesir
sebagai pusatnya; dan bagian Persia yang terdiri atas daerah Balkhan,
Turki, Persia, Turkistan, dan India dengan Persia sebagai pusatnya.
Kebudayaan Persia meningkat di dunia Islam bagian Persia serta
mengambil bentuk internasional dan dengan demikian mulai mendesak
bidang kebudayaan Arab.

18
Di samping itu, pengaruh tarekat-tarekat bertambah mendalam dan
bertambah meluas di dunia Islam. Pendapat yang ditimbulkan di zaman
disintegrasi bahwa pintu ijtihad telah tertutup diterima secara umum di
zaman ini. Antara madzhab yang ke empat terdapat suasana damai dan di
madrasah-madrasah di ajarkan madzhab yang keempat. Perhatian pada
ilmu-ilmu pengetahuan sedikit sekali. Akan tetapi sebaliknya, Islam
mendapat pemeluk-pemeluk baru di daerah-daerah yang selama ini
belum pernah dimasuki Islam. Ke daerah Balkan Islam dibawa oleh
Usman, seorang kepala suku bangsa Turki yang menetap di Asia Kecil.
Usman dan anak buahnya pada mulanya mengadakan serangan-serangan
terhadap kerajaan Bizantium di Asia Kecil. Sebelum meninggal di tahun
1326 M, Bursa telah dapat dikuasainya. Serangan-serangan diteruskan
oleh anaknya Orkhan I (1326-1357 M) sampai ke bagian timur dari
benua Eropa. Benteng Tzimpe dan Gallipoli jatuh ke tangannya. Sultan
Murad I (1359-1389 M) menaklukkan Adrianopel di tahun 1365 M. kota
ini kemudian dijadikan ibu kota. Tidak lama sesudah itu Macedonia jatuh
di bawah kekuasaannya di tahun 1385 M, Sofia, ibu kota Rumania
diduduki. Dengan demikian, kesultanan kecil yang dibentuk oleh Usman
berubah menjadi kerajaan besar yang kemudian dikenal dalam sejarah
dengan nama kerajaan Usmani (Ottoman empire). Sultan Bayazid (1389-
1402 M) memperluas daerah kekuasaan kerajaan Usmani di Eropa
dengan menaklukkan sebagian dari Yunani dan daerah-daerah Eropa
Timur sampai ke perbatasan Hongaria- Salonika dikuasai kemudian oleh
Sultan Murad II (1421- 1451 M) dan dari sana ia masuk ke Albania.
Kemajuan-kemajuan lain dibuat oleh sultan- sultan yang datang
sesudahnya.
b. Masa Tiga Kerajaan Besar (1500-1800 M) Masa ini dapat
pula dibagi ke dalam dua fase; fase kemajuan dan fase
kemunduran.
1) Fase Kemajuan (1500-1700 M)
Fase kemajuan ini merupakan kemajuan Islam II. Tiga kerajaan
besar yang dimaksud ialah Kerajaan Usmani di Turki, Kerajaan Safawi di

19
Persia, dan Kerajaan Mughal di India. Sultan Muhammad al-Fatih (1451-
1481 M) dari Kerajaan Usmani mengalahkan kerajaan Bizantium dengan
menduduki Istambul di tahun 1453 M. Dengan demikian, ekspansi ke
arah Barat berjalan lebih lancar. Akan tetapi, di zaman Sultan Salim I
(1512-1520 M) perhatian ke arah Barat dialihkan ke arah Timur. Persia
mulai diserang dan dalam peperangan Syah Ismail dikalahkan. Setelah
menguasai Syiria, Sultan Salim merebut Mesir dari tangan Dinasti
Mamluk. Kairo jatuh pada tahun 1517 M. Kemajuan- kemajuan lain
dibuat oleh Sultan Sulaiman al-Qanuni (1520-1566 M). Sultan Sulaiman
adalah Sultan Usmani yang terbesar. Di zamannya Irak, Belgrado, Pulau
Rhodes, Tunis, Budapest, dan Yaman dapat dikuasai. Ia mengepung
Wina di Astria pada tahun 1529 M. di masa kejayaannya daerah
kekuasaan kerajaan Usmani mencakup Asia Kecil, Armenia, Irak, Syiria,
Hijaz, serta Yaman di Asia, Mesir, Libia, Tunis serta Aljazair di Afrika
dan Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria, dan Rumania di
Eropa. Sementara itu, di Persia muncul salah satu dinasti baru yang
kemudian merupakan suatu kerajaan besar di dunia Islam. Dinasti ini
berasal dari seorang sufi Syaikh Safiuddin (1252-1334 M) dari Ardabil di
Azerbaijan. Syaikh Safiuddin beraliran Syi'ah dan mempunyai pengaruh
besar di daerah itu. Cucunya Syah Ismail Safawi dapat mengalahkan
dinasti-dinasti lain terutama kedua suku bangsa Turki, sehingga Dinasti
Safawi dapat menguasai seluruh daerah Persia. Di sebelah Barat,
kerajaan Safawi berbatasan dengan kerajaan Usmani dan di sebelah timur
berbatasan dengan India yang pada waktu itu berada di bawah kekuasaan
kerajaan Mughal. Syah Ismail berhasil menjadikan aliran Syi'ah sebagai
madzhab yang dianut negara.
Kerajaan Mughal di India dengan Delhi sebagai iu kota, didirikan
oleh Zhahiruddin Babur (1482-1530 M), salah satu dari cucu Timur
Lenk. Setelah menundukkan Kabul (Afghanistan), melalui Sejarah
Peradaban Islam 38 Khybar Pass, ia menyeberang ke India di tahun 1505
M. Lahore jatuh ke bawah kekuasaannya di tahun 1523 M, dan tahun
1527 India Tengah dapat dikuasainya. Humayun anak Zahiruddin Babur

20
(1530- 1556 M) menggabungkan Malwa dan Gujarat ke daerah-daerah
yang dikuasai kerajaan Mughal. Dan Akbar (1556-1606 M) anak
Humayun menaklukkan raja-raja India juga yang masih ada pada waktu
itu. Dalam soal agama, Akbar mempunyai pendapat yang liberal dan
ingin menyatukan semua agama dalam satu bentuk agama baru yang
diberi nama din ilahi. Sultan-sultan besar sesudah Akbar, antara lain
Jehangir (1605-1627 M) dengan permaisurinya Syah Jehan (1629- 1658
M) dan Aurangzeb (1659-1707 M). Sesudah Aurangzeb terdapat sultan-
sultan lemah yang tidak dapat melanjutkan kerajaan Mughal. Akan tetapi,
perhatian pada ilmu pengetahuan kurang sekali dan ilmu pengetahuan di
seluruh dunia Islam sedang mengalami kemerosotan. Tarekat terus
mempunyai pengaruh besar dalam hidup Umat Islam. Dengan timbulnya
Turki dan India sebagai kerajaan besar, di samping bahasa Arab dan
Persia, bahasa Turki dan bahasa Urdu juga mulai muncul sebagai bahasa
penting dalam Islam. Kedudukan bahasa Arab menjadi bahasa persatuan
bertambah menurun.
Kemajuan Islam II ini lebih banyak merupakan kemajuan dalam
bidang politik dan jauh lebih kecil dari kemajuan Islam I. Di samping itu,
Barat mulai bangkit terutama dengan terbukanya jalan ke pusat rempah-
rempah dan bahan-bahan mentah di Timur Jauh, melalui Afrika Selatan
dan ditemukannya Amerika oleh Columbus di tahun 1492 M. Akan
tetapi, kekuatan Eropa pada waktu itu masih lemah jika dibandingkan
dengan kekuatan Islam.

2) Fase Kemunduran II (1700-1800 M)


Sesudah Sulaiman al-Qanuni, kerajaan Usmani tidak lagi
mempunyai sultan-sultan yang kuat. Kerajaan ini mulai memasuki fase
kemundurannya di abad ke-17 M. Di dalam negeri timbul
pemberontakan-pemberontakan, seperti di Syiria di bawah pimpinan
Kurdi Jumbulat, di Lebanon di bawah pimpinan Druze Amir fakhruddin.
Di samping itu, terjadi pula peperangan dengan negaranegara tetangga
seperti Venitia (1645-1664 M) dan dengan Syah Abbasiyah dari Persia.

21
Jenissary, nama yang diberikan kepada tentara Usmani juga
memberontak. Sultan-sultan berada di bawah kekuasaan Harem.
Sementara di Eropa juga mulai timbul negara-negara yang kuat,
sedangkan Rusia di bawah Peter Yang Agung telah pula berubah menjadi
negara yang maju. Dalam peperangan dengan negara-negara ini kerajaan
Usmani mengalami kekalahan dan daerahnya di Eropa mulai diperkecil
sedikit demi sedikit. Misalnya Yunani, memperoleh kemerdekaannya
kembali di tahun 1829 M dan Rumania di tahun 1856 M.
Demikian pula yang lain mengikuti, sehingga akhirnya sesudah
Perang Dunia I, daerah kerajaan Usmani yang dahulu demikian luas kini
hanya mencakup Asia Kecil dan sebagian kecil dari daratan Eropa Timur.
Kerajaan Usmani lenyap dan sebagai gantinya timbul Republik Turki di
tahun 1924 M. Kerajaan safawi di Persia mendapat serangan dari raja
Afghan yang berlainan faham dengan syah-syah Safawi, ia menganut
faham Sunni. Mir Muhammad dapat menguasai Afghan pada tahun 1722
M. Akan tetapi, pada waktu itu Nadir Syah seorang jenderal, atas nama
Syah Tahmasp II dapat merampas ibu kota itu kembali pada tahun 1730
M. Kemudian ia sendiri menjadi Syah di Persia. Namun pada tahun 1750
M, Karim Khan dari Dinasti Zand dapat merebut kekuasaan di seluruh
Persia, kecuali daerah Khurasan. Kekuasaan Dinasti Zand ditentang oleh
Dinasti Qajar dan akhirnya Agha Muhammad dapat mengalahkan Dinasti
Zand pada tahun 1794 M. Sejarah Peradaban Islam 40 Semenjak itu
sampai tahun 1925 M, Persia diperintah oleh Dinasti Qajar. Di India,
Dinasti Mughal Islam setelah Aurangzip meninggal dan digantikan oleh
para penguasa yang lemah, terjadi pemberontakan-pemberontakan dari
pihak golongan Hindu yang merupakan mayoritas penduduk India.
Pemberontakan Sikh dipimpin oleh Guru Tegh Bahadur dan kemudian
oleh Guru Gobind Singh. Negeri Haiderabad Dekan melepaskan diri dari
ikatan Delhi (1724 M). kemudian, mengikut pula Benggala dan Aud
yang semuanya berdekatan tahunnya. Negeri yang tertinggal pada tangan
Mughal hanyalah Delhi, Agra dan negeri-negeri Duab (Hamka, 2016:
387).

22
Sementara itu Inggris telah pula turut memainkan peranan dalam
politik India dan menguasai India di tahun 1857 M sampai tahun 1947 M
India menjadi jajahan Inggris. Pada masa ini kekuasaan militer dan
politik umat Islam semakin menurun. Perdagangan dan ekonomi umat
Islam juga jatuh dengan hilangnya monopoli dagang antara Timur dan
Barat dari tangan mereka. Ilmu Pengetahuan di dunia Islam dalam
keadaan stagnansi. Tarekat-tarekat diliputi oleh suasana khurafat. Umat
Islam dipengaruhi oleh sifat fatalistis. Dunia Islam mengalami
kemunduran dan statis. Sementara Eropa dengan kekayaan-kekayaan
yang diangkut dari Amerika dan laba dari perdagangan langsung dengan
Timur jauh bertambah kaya dan maju. Penetrasi Barat, yang kekuatannya
bertambah besar ke dunia Islam yang didudukinya, kian lama bertambah
mendalam. Akhirnya di tahun 1798 M Napoleon menduduki Mesir,
sebagai salah satu pusat Islam terpenting. Jatuhnya pusat Islam ini ke
tangan Barat, menginsafkan dunia Islam akan kelemahannya dan
menyadarkan umat Islam bahwa di Barat telah timbul peradaban yang
lebih tinggi dari peradaban Islam, dan merupakan ancaman bagi hidup
Islam sendiri.
3. PERIODE MODERN

Periode ini merupakan zaman kebangkitan Islam. Ekspedisi


Napoleon di Mesir yang berakhir pada tahun 1801 M, membuka mata
dunia Islam terutama Turki dan Mesir akan kemunduran dan kelemahan
umat Islam di samping kemajuan dan kekuatan Barat. Raja dan pemuka-
pemuka Islam mulai berpikir dan mencari jalan untuk mengembalikan
balance of power, yang telah pincang dan membahayakan Islam. Kontak
islam dengan Barat sekarang berlainan sekali dengan kontak Islam
dengan Barat periode klasik. Pada waktu itu, Islam sedang naik dan Barat
sedang dalam kegelapan. Sekarang sebaliknya, Islam tampak dalam
kegelapan dan Barat tampak gemilang.
Dengan demikian, timbullah apa yang disebut pemikiran dan aliran
pembaharuan atau modernisasi dalam Islam. Pemukapemuka Islam

23
mengeluarkan pemikiran-pemikiran bagaimana caranya membuat umat
Islam maju kembali sebagaimana yang terjadi pada periode klasik.
Usaha-usaha ke arah itupun mulai dijalankan dalam kalangan umat
Islam. Akan tetapi, dalam hal itu, Barat juga bertambah maju. Beberapa
tokoh pembaharu atau modernisasi di kalangan dunia Islam di antaranya:
Muhammad bin Abdul Wahab di Arabia. Muhammad Abduh,
Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Rasyid Ridha di Mesir. Sayyid
Ahmad Khan, Syah Waliyullah dan Muhammad Iqbal di India. H. Abdul
Karim Amrullah, KH. Ahmad Dahlan, dan KH. Hasyim Asy'ari di
Indonesia, dan masih banyak yang lainnya (Amin2015: 46).
Demikian gambaran umum periodesasi peradaban Islam dari
periode klasik, pertengahan dan modern sebagai cermin masa lalu dan
sebagai pelajaran bagi orang yang datang kemudian agar mampu
menghadapi masa depan dengan penuh optimisme serta belajar dari
kegagalan masa lalu dan agar terhindar dari pesimisme.
Syamruddin menyebutkan, "Periode modern (1800 - sekarang)
merupakan zaman kebangkitan umat Islam."Umat Islam mulai sadar
bahwa di Barat telah timbul peradaban baru yang lebih tinggi dan
menjadi ancaman. Itu dimulai sejak jatuhnya Mesir ke tangan Barat.
Pada periode modern umat Islam heran melihat kebudayaan dan
kemajuan Barat. Raja-raja dan para pemuka Islam mulai memikirkan
bagaimana meningkatkan mutu dan kekuatan umat Islam kembali.
"Karena umat Islam heran melihat alat-alat ilmiah seperti teleskop,
mikroskop, alat-alat untuk percobaan kimiawi, dan dua set alat
percetakan dengan huruf Latin, Arab dan Yunani yang dibawa serta oleh
Napoleon. Jadi, di periode modern ini, timbullah pemikiran-pemikiran,
ide-ide mengapa umat Islam lemah, mundur, dan bagaimana
mengatasinya, dan perlu adanya pembaharuan dalam Islam," ungkap
Syamruddin.

24
25
BAB III
PENUTUPAN

A. KESIMPULAN
Dalam bahasa Indonesia, sejarah sebagai istilah diangkat dari
tema bahasa Arab ’syajaratun’ yang berarti pohon. Kata ini
memberikan gambaran pertumbuhan peradaban manusia dengan
”pohon”, yang tumbuh dari biji yang kecil menjadi pohon yang rindang
dan berkesinambungan. Pengertian sejarah ini yang dikaitkan dengan
masalah syajarah (pohon) juga tertuang dalam ayat-ayat A1 Quran.
Sedangkan macam dari periode sejarah islam ada 3 yakni, periode
klsik, periode pertengahan, dan periode modern.
Pada periode klasik, dibagi menjadi dua masa di dfalamnya,
yakni masa kemajuan Islam 1 dan masa disintegrasi. Dalam masa
Kkemajuan Islam 1 ditandai dengan adanya berbagai kmajuan dalam
bidaag ilmu fan perluasan wilayah oleh khalifah-khalifah pada masa
Dinasti Abbasiyah. Selain pengetahuan, kemajuan juga diraih alam
bidang arsitek dan seni yang juga juga mewujudkan gedung-gedung,
masjid-masjid dan lukisan-lukisan yang indah.
Selanjutnya adalah periode Pertengahan. Periode ini dapat pula
dibagi ke dalam dua masa, Masa Kemunduran I dan Masa Tiga
Kerajaan Besar. Dalam masa kemunduran 1 terjadi pada zaman
Jenghiz Khan dan keturunannya yang datang menghancurkan dunia
Islam serta dipengaruhi oleh tarekat-tarekat yang tambah dalam dan
bertambah meluas di dunia Islam. Pendapat yang ditimbulkan di zaman
disintegrasi bahwa pintu ijtihad telah tertutup diterima secara umum di
zaman ini. Disintegrasi dalam bidang politik membawa pada
disintegrasi dalam bidang kebudayaan, bahkan juga dalam bidang
agama. Perpecahan di kalangan umat Islam menjadi besar.
Periode ini merupakan zaman kebangkitan Islam. Ekspedisi
Napoleon di Mesir yang berakhir pada tahun 1801 M, membuka mata

26
dunia Islam terutama Turki dan Mesir akan kemunduran dan
kelemahan umat Islam di samping kemajuan dan kekuatan Barat.
Demikian gambaran umum periodesasi peradaban Islam dari periode
klasik, pertengahan dan modern sebagai cermin masa lalu dan sebagai
pelajaran bagi orang yang datang kemudian agar mampu menghadapi
masa depan dengan penuh optimisme serta belajar dari kegagalan masa
lalu dan agar terhindar dari pesimisme.
B. KRITIK SARAN
Adapun saran yang penulis berikan kepada pembaca, Diantaranya:
1. Para pembaca dapat lebih memahami dan memaknai petingnya belajar
Periode Sejarah Islam
2. Bagi generasi muda,Khususnya mahasiwa mulailah mencari tahu
mengenai hal hal yang berkaitan tentang sejarah agama supaya dapat
mengetahui pentingnya agama dalam kehidupan

27
DAFTTAR PUSTAKA

https://raulina.wordpress.com/2009/12/30/m/
https://www.suara.com/news/2020/04/30/155720/sejarah-
peradaban- islam-dari- periode-klasik-hingga-modern?page=all

Zakariya, Din Muhammad. 2018. Sejarah Peradaban Islam. Malang:


CV. Intrans Publishing.

28

Anda mungkin juga menyukai