Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

RUANG LINGKUP FILSAFAT


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pengantar Filsafat
Dosen Pengampu :
Ahmad Khoirul Mustamir, M.Pd.I

Disusun oleh :
Kelompok 2
M Hayat Hf (2101010073)
Soviatun Munadhiroh (2101010067)
Nadia Putri Mashoda (2101010070)

INSTITUT AGAMA ISLAM TRIBAKTI (IAIT) KEDIRI


FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FEBRUARI 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, kami kelompok 2 dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Filsafat Dan Ruang Lingkupnya” dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar filsafat
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Pengertian Dan
Pemahaman Tentang Ilmu Filsafat dan Ruang Lingkupnya bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Ahmad Khoirul Mustamir
M,Pd.I selaku dosen mata kuliah Pengantar filsafat. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah
ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah
ini.

September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................5
C. Tujuan Makalah...................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN...............................................................................................................6
A. Pengertian Ontologi.............................................................................................6
B. Ruang Lingkup Ilmu Hadits................................................................................7
BAB III...........................................................................................................................10
PENUTUP.......................................................................................................................10
Kesimpulan.................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filsafat membahas segala sesuatu yang ada bahkan yang mungkin ada baik
bersifat abstrak ataupun riil meliputi Tuhan,manusia dan alam
semesta.Sehingga untuk faham betul semua masalah filsafat sangatlah sulit
tanpa adanya pemetaan-pemetaan dan mungkin kita hanya bisa menguasai
sebagian dari luasnya ruang lingkup filsafat.

Sistematika filsafat secara garis besar ada tiga pembahasan pokok atau
bagian yaitu;epistemologi atau teori pengetahuan yang membahas bagaimana
kita memperoleh pengetahuan,ontologi atau teori hakikat yang membahas
tentang hakikat segala sesuatu yang melahirkan pengetahuan dan aksiologi atau
teori nilai yang membahas tentang guna pengetahuan. Mempelajari ketiga
cabang tersebut sangatlah penting dalam memahami filsafat yang begitu luas
ruang lingkup dan pembahansannya.

Ketiga teori di atas sebenarnya sama-sama membahas tentang hakikat,hanya


saja berangkat dari hal yang berbeda dan tujuan yang beda pula. Epistemologi
sebagai teori pengetahuan membahas tentang bagaimana mendapat
pengetahuan,bagaimana kita bisa tahu dan dapat membedakan dengan yang
lain. Ontologi membahas tentang apa objek yang kita kaji,bagaimana wujudnya
yang hakiki dan hubungannya dengan daya pikir. Sedangkan aksiologi sebagai
teori nilai membahas tentang pengetahuan kita akan pengetahuan di atas
klasifikasi tujuan dan perkembangannya.

B. Rumusan Masalah
A. Apa itu ontologi, epistemologi dan aksiologi?
B. Apa saja Ruang lingkup ilmu hadits dan penjelasannya?
C. Tujuan Makalah
Dengan membaca makalah ini diharapkan pembaca pahan dan mengerti tentang;

A. Definisi dan maksud dari ontologi,epistemologi dan aksiologi.


B. Apa objek dan ruang lingkup ontologi, epistemologi dan aksiologi?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ontologi
Ontologi adalah bagian metafisika yang mempersoalkan tentang hal-hal yang
berkenaan dengan segala sesuatu yang ada atau the existence khususnya
esensinya. Dalam dictionary of philosophy,James K Frebleman mengatakan bahwa
ontologi adalah “the theory of being qua being” teori tentang keberadaan sebagai
keberadaan. Menurut Aristoteles ontologi adalah the first of philosophy dan
merupakan ilmu mengenai esensi benda. Dari sekian definisi ini dapat disimpulkan
bahwa ontologi adalah salah satu bagian penting dalam filsafat yang membahas
atau mempermasalahkan hakikat-hakikat semua yang ada baik abstrak maupun riil.
Ontologi di sini membahas semua yang ada secara universal,berusaha mencari inti
yang dimuat setiap kenyataan meliputi semua realitas dalam segala bentuknya. Jadi
objek dari ontology adalah segala yang ada dan tidak terikat pada satu perwujudan
tertentu (hakikat). Hasbullah Bakry mengatakan bahwa ontology mempersoalkan
bagaimana menerangkan hakekat segala yang ada baik jasmani maupun rohani dan
hubungan antara keduanya.

Dalam penyelesaian masalah dan pertanyaan tentang hakekat,lahirlah


mazhab-mazhab ontology yang mencoba menjawab semuanya melalui
beberapa pendekatan yang berbeda yaitu; Naturalisme, Materialisme,
Idealisme, hylomorphisme dan Logic Empiricism (Louis O Katsof). Untuk
lebih jelasnya mari kita bahas satu persatu kelima mazhab tersebut secara
umum saja.

a) Naturalisme

Menurut Hasbullah Bakri naturalisme juga mempersoalkan bagaimana


menerangkan hakikat segala yang ada baik rohani maupun jasmani serta
hubungan keduanya. Penganut naturalisme modern beranggapan bahwa
kategori pokok tentang kenyataan adalah kejadian-kejadian kealaman. Jadi
menuurut paham naturalisme ini semua kenyataan itu pasti bersifat kealaman
yang dapat ketahui dengan bebagai kejadian alam.

b) Materialisme

Materialisme adalah teori yang mengatakan bahwa atom materi yang


berada sendiri dan merupakan unsur-unsur yang membentuk alam. Menurut
penganut materialisme hakikat dari suatu benda adalah benda itu sendiri atau
wujud materi dari benda tersebut dan dunia fisik itu adalah satu.

c) Idealisme

Idealisme adalah pandangan dunia metafisik yang mengatakan bahwa


realitas terdiri atas atau sangat erat hubungannya dengan ide-ide,fikiran,akal
dan jiwa. Jadi Idealisme juga merupakan ajaran kefilsafatan yang berusaha
menunjukkan agar kita dapat memahami materi atau tatanan kejadian yang
terdapat dalam ruang dan waktu sampai pada hakikat terdalam dengan
menggunakan ide,akal,fikiran-fikiran dan jiwa atau ruh.

d) Hylomorphisme

Secara etimologi hylomorphisme berasal dari bahasa yunani yaitu hylo


yang berarti materi atau substansi dan morph atau bentuk. Dari sini dapat
disimpulkan bahwa tidak satu hal-pun yang ragawi itu bukan merupakan
kesatuan dari esensi dan eksistensi. Esensi adalah segi tertentu dari yang ada
yang memasuki akal kita sehingga dapat diketahui atau bisa dibilang wujud
nyata suatu benda yang pertama kali dapat menyentuh akal kita saat
melihatnya. Menurut Mariatin esensi adalah sesuatu yang terdapat pada
obyek manapun yang dipikirkan secara langsung dan yang pertama
dihadapkan pada akal. Sedangkan eksistensi adalah hal-hal yang satu demi
satu bersifat khusus,mandiri dan mempunyai sarana lengkap untuk berada dan
berbuat.
e) Logic Empiricism

Logika adalah ilmu yang memberikan peraturan-peraturan yang harus


diikuti agar dapat berfikir valid. Sedangkan empris adalah pengalaman-
pengalaman atau fakta. Jadi Logic empiricism di sini adalah semua
pandangan yang sampai saat ini telah dibicarakan mendasarkan diri pada
penalaran akal dan semuanya memakai perangkat fakta yang sama sebagai
landasan penopang untuk menunjukkan kebenarannya.

B. Epistimologi

Epistemologi atau Teori Pengetahuan berhubungan dengan hakikat dari ilmu


pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung
jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap
manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera
dengan berbagai metode, diantaranya; metode induktif, metode deduktif, metode
positivisme, metode kontemplatis dan metode dialektis.

Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu pengetahuan.
Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat episteme, pengetahuan; dan
logos, theory. Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai
masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan. Epistemologi
bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu, ragam ilmu yang bersifat nisbi
dan niscaya, dan relasi eksak antara 'alim (subjek) dan ma'lum (objek). Atau
dengan kata lain, epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul,
asumsi dasar, sifat-sifat,dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi
penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat. Dengan pengertian ini
epistemologi tentu saja menentukan karakter pengetahuan, bahkan menentukan
“kebenaran” macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak.

Manusia dengan latar belakang, kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-


kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan
seperti, dari manakah saya berasal? Bagaimana terjadinya proses penciptaan
alam? Apa hakikat manusia? Tolak ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia?
Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia? Mana pemerintahan yang benar dan
adil? Mengapa keadilan itu ialah baik? Pada derajat berapa air mendidih? Apakah
bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya? Dan pertanyaan-pertanyaan yang
lain.Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya
mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal
yang akan dihadapinya.

Pada dasarnya, manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui
sesuatu yang tidak diketahuinya.Manusia sangat memahami dan menyadari
bahwa:

1. Hakikat itu ada dan nyata;

2. Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu;

3. Hakikat itu bisa dicapai,diketahui,dan dipahami;

4. Manusia bisa memiliki ilmu, pengetahuan,dan makrifat atas hakikat itu.

Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang


dihadapinya,dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia.

Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru,misalnya bagaimana


kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada? Mungkin
hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita
belaka? Kalau pun hakikat itu ada, lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa
yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu
sebagaimana adanya? Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas
eksternal itu? Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai
untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya, keraguan ini akan menguat
khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra
lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang
sejarah manusia?

Persoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan


sebelumnya,yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi
bahwa hakikat itu ada,akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir
ini,keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan.
Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini. Seseorang sedang melihat
suatu pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat berbagai benda
dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda, lantas dia meneliti benda-
benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya.
Dengan perantara teropong itu sendiri,dia berupaya menjawab dan menjelaskan
tentang realitas benda-benda yang dilihatnya. Namun, apabila seseorang bertanya
kepadanya: Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam
menampilkan warna,bentuk dan ukuran benda-benda tersebut? Mungkin benda-
benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil?
Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan
penampakan oleh teropong. Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan
keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong. Dengan ungkapan lain,
tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal, akan tetapi yang
dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan
untuk melihat benda-benda yang jauh.

Keraguan-keraguan tentang hakikat pikiran, persepsi-persepsi pikiran, nilai dan


keabsahan pikiran, kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas
eksternal, tolak ukur kebenaran hasil pikiran,dan sejauh mana kemampuan akal-
pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal, masih
merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia. Terkadang kita
mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan
eksternal dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh
oleh akal-pikiran dan indra. Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu
epistemologi.

Dengan memperhatikan definisi epistemologi, bisa dikatakan bahwa tema dan


pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu, makrifat dan pengetahuan.Dalam hal
ini, dua poin penting akan dijelaskan:
a) Cakupan pokok bahasan, yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara
umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushûlî.Ilmu itu sendiri
memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu
itu. Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikut:

1. Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan
mencakup segala hal yang hakiki, sains, teknologi, keterampilan, kemahiran dan
juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhûrî, hushûlî,ilmu Tuhan, ilmu para malaikat
dan ilmu manusia.

2. Ilmu adalah kehadiran (hudhûrî) dan segala bentuk penyingkapan.Istilah ini


digunakan dalam filsafat Islam.Makna ini mencakup ilmu hushûlî dan ilmu
hudhûrî.

3. Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushûlî dimana berhubungan


dengan ilmu logika (mantik).

4. Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang
diyakini dan belum diyakini.

5. Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan
realitas eksternal.

6.Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian


dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografi.

7. Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik.

b) Sudut pembahasan,yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan


makrifat, maka dari sudut mana subyek ini dibahas,karena ilmu dan makrifat juga
dikaji dalam ontologi, logika, dan psikologi. Sudut-sudut yang berbeda bisa
menjadi pokok bahasan dalam ilmu. Terkadang yang menjadi titik tekan adalah
dari sisi hakikat keberadaan ilmu. Sisi ini menjadi salah satu pembahasan
dibidang ontologi dan filsafat. Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan
realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemology. Sementara aspek
penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil
yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika.
Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia
terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu. Sudut pandang pembahasan akan
sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan
ilmu.

Dalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan,


pembagian dan observasi ilmu, dan batasan-batasan pengetahuan. Dan dari sisi
ini, ilmu hushûlî dan ilmu hudhûrî juga akan menjadi pokok-pokok
pembahasannya. Dengan demikian, ilmu yang diartikan sebagai keumuman
penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam
epistemologi.

C. Aksiologi

Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana


manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata
Yunani yaitu axios yang berarti sesuai atau wajar. Sedangkan logos yang berarti
ilmu. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Jujun S.Suriasumantri mengartika
aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan
yang diperoleh. Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat nilai merujuk
pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial dan agama. sedangkan
nilai itu sendiri adalah sesuatu yang berharga, yang diidamkan oleh setiap insan.

Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu
sendiri. Jadi Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat
yang sebenarnya dari pengetahuan, dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada
yang sia-sia kalau kita bisa memanfaatkannya dan tentunya dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya dan di jalan yang baik pula. Karena akhir-akhir ini banyak sekali
yang mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih itu dimanfaatkan di jalan yang
tidak benar.

Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu.Ilmu tidak bebas


nilai.Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan
nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat; sehingga nilai kegunaan ilmu
tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan
kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malahan menimbulkan bencana.

Dalam aksiologi, ada dua penilain yang umum digunakan yaitu;

1. Etika

Etika adalah cabang filsafat yang membahas secara kritis dan sistematis masalah-
masalah moral. Kajian etika lebih fokus pada prilaku, norma dan adat istiadat
manusia. Etika merupakan salah-satu cabang filsafat tertua.Setidaknya ia telah
menjadi pembahasan menarik sejak masa Sokrates dan para kaum shopis. Di situ
dipersoalkan mengenai masalah kebaikan, keutamaan, keadilan dan sebagianya.
Etika sendiri dalam buku Etika Dasar yang ditulis oleh Franz Magnis Suseno
diartikan sebagai pemikiran kritis, sistematis dan mendasar tentang ajaran-ajaran
dan pandangan-pandangan moral. Isi dari pandangan-pandangan moral ini
sebagaimana telah dijelaskan di atas adalah norma-norma,adat,wejangan dan adat
istiadat manusia.Berbeda dengan norma itu sendiri,etika tidak menghasilkan suatu
kebaikan atau perintah dan larangan, melainkan sebuah pemikiran yang kritis dan
mendasar.Tujuan dari etika adalah agar manusia mengetahi dan mampu
mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan.

Didalam etika,nilai kebaikan dari tingkah laku manusia menjadi sentral persoalan.
Maksudnya adalah tingkah laku yang penuh dengan tanggung jawab,baik
tanggung jawab terhadap diri sendiri,masyarakat,alam maupun terhadap tuhan
sebagai sang pencipta.

Dalam perkembangan sejarah etika ada empat teori etika sebagai sistem filsafat
moral yaitu, hedonisme, eudemonisme, utiliterisme dan deontologi. Hedoisme
adalah padangan moral yang menyamakan baik menurut pandangan moral dengan
kesenangan. Eudemonisme menegaskan setiap kegiatan manusia mengejar tujuan.
Dan adapun tujuan dari manusia itu sendiri adalah kebahagiaan.

Selanjutnya utilitarisme yang berpendapat bahwa tujuan hukum adalah


memajukan kepentingan para warga negara dan bukan memaksakan perintah-
perintah ilahi atau melindungi apa yang disebut hak-hak kodrati. Selanjutnya
deontologi, adalah pemikiran tentang moral yang diciptakan oleh Immanuel Kant.
Menurut Kant, yang bisa disebut baik dalam arti sesungguhnya hanyalah
kehendak baik. Semua hal lain disebut baik secara terbatas atau dengan syarat.
Misalnya kekayaan manusia apabila digunakan dengan baik oleh kehendak
manusia.

2. Estetika

Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang nilai


keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa didalam diri segala sesuatu
terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan
hubungan yang utuh menyeluruh. Maksudnya adalah suatu objek yang indah
bukan semata-mata bersifat selaras serta berpola baik melainkan harus juga
mempunyai kepribadian.

Sebenarnya keindahan bukanlah merupakan suatu kualitas objek, melainkan


sesuatu yang senantiasa bersangkutan dengan perasaan. Misalnya kita bengun
pagi, matahari memancarkan sinarnya kita merasa sehat dan secara umum kita
merasaakan kenikmatan. Meskipun sesungguhnya pagi itu sendiri tidak indah
tetapi kita mengalaminya dengan perasaan nikmat. Dalam hal ini orang cenderung
mengalihkan perasaan tadi menjadi sifat objek itu, artinya memandang keindahan
sebagai sifat objek yang kita serap. Padahal sebenarnya tetap merupakan perasaan.

Aksiologi berkenaan dengan nilai guna ilmu,baik itu ilmu umum maupun ilmu
agama, tak dapat dibantah lagi bahwa kedua ilmu itu sangat bermanfaat bagi
seluruh umat manusia, dengan ilmu sesorang dapat mengubah wajah
dunia.Berkaitan dengan hal ini,menurut Francis Bacon seperti yang dikutip oleh
Jujun.S.Suriasumatri yaitu bahwa “pengetahuan adalah kekuasaan” apakah
kekuasaan itu merupakan berkat atau justru malapetaka bagi umat manusia.
Memang kalaupun terjadi malapetaka yang disebabkan oleh ilmu, bahwa kita
tidak bisa mengatakan bahwa itu merupakan kesalahan ilmu, karena ilmu itu
sendiri merupakan alat bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidupnya, lagi
pula ilmu memiliki sifat netral, ilmu tidak mengenal baik ataupun buruk
melainkan tergantung pada pemilik dalam menggunakannya.

Nilai kegunaan ilmu, untuk mengetahui kegunaan filsafat ilmu atau untuk apa
filsafat ilmu itu digunakan, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai
tiga hal,yaitu:

1. Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan memahami dan mereaksi dunia


pemikiran.

Jika seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikut mendukung suatu ide yang
membentuk suatu dunia, atau hendak menentang suatu sistem kebudayaan atau
sistem ekonomi, atau sistem politik, maka sebaiknya mempelajari teori-teori
filsafatnya. Inilah kegunaan mempelajari teori-teori filsafat ilmu.

2. Filsafat sebagai pandangan hidup.

Filsafat dalam posisi yang kedua ini semua teori ajarannya diterima kebenaranya
dan dilaksanakan dalam kehidupan. Filsafat ilmu sebagai pandangan hidup
gunanya ialah untuk petunjuk dalam menjalani kehidupan.

3. Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah.

Dalam hidup ini kita menghadapi banyak masalah. Bila ada batui didepan pintu,
setiap keluar dari pintu itu kaki kita tersandung, maka batu itu masalah.
Kehidupan akan dijalani lebih enak bila masalah masalah itu dapat diselesaikan.
Ada banyak cara menyelesaikan masalah, mulai dari cara yang sederhana sampai
yang paling rumit. Bila cara yang digunakan amat sederhana maka biasanya
masalah tidak terselesaikan secara tuntas.penyelesaian yang detail itu biasanya
dapat mengungkap semua masalah yang berkembang dalam kehidupan manusia.

Nilai itu bersifat objektif, tapi kadang-kadang bersifat subjektif.Dikatakan objektif


jika nilai-nilai tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai. Tolak
ukur suatu gagasan berada pada objeknya, bukan pada subjek yang melakukan
penilaian. Kebenaran tidak tergantung pada kebenaran pada pendapat individu
melainkan pada objektivitas fakta. Sebaliknya, nilai menjadi subjektif, apabila
subjek berperan dalam memberi penilaian; kesadaran manusia menjadi tolak ukur
penilaian.Dengan demikian nilai subjektif selalu memperhatikan berbagai
pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan yang akan mengasah
kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang.

Bagaimana dengan objektivitas ilmu? Sudah menjadi ketentuan umum dan


diterima oleh berbagai kalangan bahwa ilmu harus bersifat objektif. Salah satu
faktor yang membedakan antara peryataan ilmiah dengan anggapan umum ialah
terletak pada objektifitasnya. Seorang ilmuan harus melihat realitas empiris
dengan mengesampingkan kesadaran yang bersifat idiologis, agama dan budaya.
Seorang ilmuan haruslah bebas dalam menentukan topik penelitiannya, bebas
melakukan eksperimen-eksperimen. Ketika seorang ilmuan bekerja dia hanya
tertuju kepada proses kerja ilmiah dan tujuannya agar penelitiannya be rhasil
dengan baik. Nilai objektif hanya menjadi tujuan utamanya, dia tidak mau terikat
pada nilai subjektif.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Filsafat sangat luas pembahasannya yang mana objek materinya meliputi
segala yang ada bahkan yang mungkin ada sekalipun baik tampak maupun
tidak.Penelitian tentang filsafat terus berkembang dan tak kan pernah
berhenti,sehingga sampai saat ini banyak sekali penemuan-penemuan para
filsuf.

Secara garis besar ada tiga bagian struktur filsafat yaitu epistemologi,
ontologi dan aksiologi. Epistemologi atau teori pengetahuan membahas tentang
bagaimana kita memperoleh pengetahuan,ontologi atau teori hakikat
membahas tentang hakikat segala sesuatu yang melahirkan pengetahuan dan
aksiologi atau teori nilai membahas tentang guna pengetahuan.

Epistemologi sebagai teori pengetahuan membahas tentang bagaimana


mendapat pengetahuan,bagaimana kita bisa tahu dan dapat membedakan
dengan yang lain. Ontologi membahas tentang apa objek yang kita kaji,
bagaimana wujudnya yang hakiki dan hubungannya dengan daya pikir.
Sedangkan aksiologi sebagai teori nilai membahas tentang pengetahuan kita
akan pengetahuan di atas, klasifikasi, tujuan dan perkembangannya.

Dalam penyelesaian masalah dan pertanyaan tentang hakekat, lahirlah


mazhab-mazhab ontologi yang mencoba menjawab semuanya melalui
beberapa pendekatan yang berbeda yaitu Naturalisme, Materialisme, Idealisme,
hylomorphisme dan Logic Empiricism (Louis O Katsof).

Dalam aksiologi, ada dua penilain yang umum digunakan yaitu;Pertama


Etika atau cabang filsafat yang membahas secara kritis dan sistematis masalah-
masalah moral dan yang Kedua Estetika atau bidang studi manusia yang
mempersoalkan tentang nilai keindahan
DAFTAR PUSTAKA

Syafiie, Inu Kencana, 2004, Pengantar Filsafat. PT Rafika Aditama

Katsof, O Louis, Pengantar filsafat. PT Tiara Wacana: Jogja

Romdon. Drs. MA, Ajaran Ontologi Ilmu Kebatinan.

Praja,Juhaya s, 1997,Aliran-Afilsafat dan Etika. PT Yayasan Piara Bandung

Azyumardi, Azza. Integrasi Keilmuan, PPJM dan UIN Jakarta Press:Jakrta

Elmasyar, MA Bidin Masri, dkk, Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Hukum, UIN
Jakarta Press: Jakarta

Burhanuddin, Salam. 1997, Logika Materil, Filsapat Ilmu Pengetahuan, Reneka


Cipta: Jakarta

Jujun S, Sumatria Sumatri.1988, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Sinar


Harapan: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai