FAHRI PERMANA
Nim : 10300122048
10300122052
Makalah ini kami buat dengan harapan semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi teman-teman semua khususnya bagi saya sendiri.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik bentuk,
isi, dan lainnya. Oleh sebab itu, sebuah kritikan sangat dibutuhkan. Semoga
kehadiran makalah ini mendatangkan banyak manfaat bagi pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Permasalahan
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Istilah ontology baru muncul pada pertengahan abad 17, yang pada
waktu itu juga muncul istilah philosophia entis atau filsafat mengenai
yang ada. Tapi sebagai pencarian jawaban mengenai hakikat asal alam
semesta, ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling
kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan
sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan
yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles.
Pada masanya, kebanyakan orang belum membedakan antara
penampakan dengan kenyataan. Thales terkenal sebagai filsuf yang
pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam
yang merupakan asal mula segala sesuatu.
Pembahasan tentang ontologi sebagi dasar ilmu berusaha untuk
menjawab “apa” yang menurut Aristoteles merupakan The First
Philosophy dan merupakan ilmu mengenai esensi benda. Kata ontologi
berasal dari bahasa Yunani, yaitu On=being, dan Logos=logic. Jadi,
ontologi adalah The Theory of Being Qua Being (teori tentang
keberadaan sebagai keberadaan). [Amsal Bakhtiar, 2007:132]
Sedangkan Jujun S. Suriasamantri mengatakan bahwa ontologi
membahas apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu,
atau dengan perkataan lain suatu pengkajian mengenai yang
“ada”. [Jujun S. Suriasumantri, 1985:5]
Jadi dapat disimpulkan bahwa:
- Menurut bahasa, ontologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu
On/Ontos=ada, dan Logos=ilmu. Ontologi adalah ilmu tentang hakikat
yang ada.
- Menurut istilah, ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat
yang ada, yang merupakan Kenyataan yg asas, baik yang berbentuk
jasmani / konkret, maupun rohani / abstrak.
1. Naturalisme
adalah sebuah aliran filsafat yang secara harfiah mengandung arti
sebagai faham serba alam. Secara sederhana, menurut naturalisme,
kenyataan pada hakikatnya bersifat kealaman, yang kategori pokoknya
adalah kejadian-kejadian dalam ruang dan waktu. Apapun yang nyata
pasti termasuk dalam kategori alam. Sesuatu yang dapat dikategorikan
demikian itu, dapat “dijumpai” dan dapat dipelajari oleh manusia,
dengan cara-cara sebagaimana dikenal dewasa ini dengan metode
ilmiah.
Dengan demikian pandangan ontologys naturalisme mengenai
kenyataan ialah apa saja yang bersifat alam, yakni segala yang berada
dalam ruang dan waktu. Akibat dari pandangan ini adalah:
(1) segala sesuatu yang dianggap ada, namun di luar ruang dan waktu,
tidak mungkin merupakan kenyataan,
(2) segala sesuatu yang tidak mungkin dipahami melalui metode-
metode yang digunakan dalam ilmu-ilmu kealaman, tidak mungkin
merupakan kenyataan.
2. Materialisme
Hakikat kenyataan adalah materi. Demikian doktrin pandangan
filsafat materialisme. Doktrin tersebut didasarkan pada argument
filosofis bahwa segala sesuatu yang hendak dikatakan nyata (1) pada
hakekatnya berawal dari materi, atau (2) terjadi karena gejala-gejala
yang bersangkutan dengan materi. Karena itu, materialisme
menyatakan bahwa tidak ada entitas nonmaterial dan kenyataan
supranatural. Pikiran dan aksi mental lain yang oleh kebanyakan orang
dianggap tidak bersubstansi material, pada dasarnya adalah
perwujudan dari gejala-gejala yang bersangkut paut dengan materi.
Materialisme menolak hal – hal yang tidak kelihatan. Baginya,
yang ada sesungguhnya adalah keberadaan yang semata-mata bersifat
material atau sama sekali tergantung pada material. Jadi realitas yang
sesungguhnya adalah lambang kebendaan dan segala sesuatu yang
mengatasi alam kebendaan. Oleh sebab itu seluruh realitas hanya
mungkin dijelaskan secara materialistic.
3. Idealisme
Bertolak belakang dengan materialisme dan naturalisme, idealisme
merupakan satu corak kefilsafatan yang berpandangan bahwa hakikat
terdalam dari kenyataan tidaklah bersifat materi, melainkan bersifat
rohani dan spiritual (kejiwaan). Karena itu istilah idealisme terkadang
dikenal juga dengan istilah immaterialisme atau mentalisme.
4. Hilomorfisme
Hilomorfisme merupakan istilah yang dalam bahasa yunani
merupakan bentukan dari dua kata yaitu hyle (materi) dan morphe
(bentuk, rupa). Hilomorfisme meletakkan pandangannya dengan
doktrin bahwa tidak satupun hal yang bersifat fisis yang bukan
merupakan kesatuan dari esensi dan eksistensi. Artinya ia selalu
memiliki sifat fisis dan hakikat tertentu. Eksistensi dapat dipersepsi
secara inderawi dan esensi dapat dipahami secara akali.
5. Positivisme
adalah aliran filsafat yang secara radikal beranjak dan ketidak
percayaan terhadap pandangan-pandangan dan pembicaraan-
pembicaraan metafisis yang dilakukan oleh aliran filsafat sebelumnya.
karena itu, para penganutnya menyatakan bahwa positivisme adalah
suatu filsafat non metafisik.
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Ontologi merupakan ilmu yang menerangkan teori-teori tentang realitas,
Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas, Pendekatan realitas
tampil dalam kuantitas atau jumlah, akan menjadi kualitatif, realitas akan
tampil menjadi aliran-aliran materialisme, idealisme, naturalisme. Metode
yang digunakan dalam ontologi adalah abstraksi fisik, abstraksi bentuk dan
abstraksi metafisik.
Ontologi juga merupakan salah satu di antara lapangan penyelidikan
kefilsafatan yang paling kuno. Awal mula alam pikiran Yunani telah
menunju aninculnya perenungan di bidang kkan ontologi. Yang tertua di
antara segenap filsafat Yunani yang kita kenal adalah Thales. Atas
perenungannya terhadap air merupakan substansi tordalarn yang segala
sesuatu.
Dalam persoalan ontologi orang menghadapi persoalan bagaimanakah
kita mimerangkan hakikat dart segala yang ada ini? Pertama kali orang
dihadapkan pada adanya dua macam kenyataan. Yang pertama, kenyataan
yang berupa materi (kebenaran) dan kedua, kenyataan yang berupa rohani
(kejiwaan). Pembicaraan tentang hakikat sangatlah luas sekali, yaitu segala
yang ada dam yang mungkin ada. Hakikat adalah realitas; realita adzilah ke-
real-an, Riil artinya kenyataan yang sebenarnya. Jadi hakikat adalah
kenyataan sebenarnya sesuatu. bukan kenyataan sementara atau keadaan
yang menipu, juga bukan kenyataan yang berubah.
Term ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goelenius pada
tahun 1636 M. Untuk menamai teori tentang hakikat yang ada yang bersifat
metafisis. Dalam perkem bangannya Christian Wolff (1679-1754 M)
membagi metafisika menjadi dua, yaitu metafisika umum dan metafisika
khusus. Metafisika umum dimaksudkan sebagai istilah lain dari ontologi.
3.2 SARAN
Ibid, hlm. 72