Anda di halaman 1dari 9

PANDANGAN ONTOLOGIS DAN OBYEK MATERI ILMU

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


MAKASSAR
0LEH: MUHAMMAD NUR
Table of Contents
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................................................2
A. Latar Belakang...............................................................................................................................2
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................3
A. Pengertian Filsafat lImu.............................................................................................................3
B. Pengertian Ontologi.......................................................................................................................4
C. Obyek Materi lImu.........................................................................................................................6
BAB III PENUTUP....................................................................................................................................8
A. Kesimpulan....................................................................................................................................8
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengetahui apa sesungguhnya ilmu, tidaklah melalui ilmu itu sendiri, tetapi melalui
filsafat ilmu. Melalui filsafat ilmulah segala penjelasan mengenai ilmu diperoleh. Karena itu,
filsafat ilmu demikian penting untuk didalami oleh setiap ilmuan agar ia mengenal hakikat
sesuatu yang dimilikinya, yaitu ilmu.

Dalam Makalah ini akan memaparkan tentang salah satu cabang dalam filsafat, yakni
ontologys; cabang ini menguak tentang objek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana wujud
yang hakiki dari objek tersebut? Dan yang paling utama ontology sesungguhnya bagaimana
membahas tentang sesungguhnya eksistensi Tuhan.

Objek telaah ontology adalah yang ada. Studi tentang yang ada, pada dataran studi
filsafat pada umumnya dilakukan oleh filsafat metaphisika. Istilah ontology banyak
digunakan ketika kita membahas yang ada dalam konteks filsafat ilmu. Persoalan tentang
'ada' (being) menghasilkan cabang filsafat metafisika.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkanlatar belakang tersebut di atas, maka masalah pokoknya adalah
Bagaimana sesungguhnya ontology itu dilihat dari sudut pandang Filsafat llmu Islami?.
Untuk memudahkan pembahasannya maka akan dibahas sub masalah sebagai berikut:

1. Apa Pengertian dari ontology itu sendiri?

2. Bagaimana Objek Materi Ilmu ontologys menurut pandangan Qur'ani?


BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat lImu


Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian
filsafat ilmu dari beberapa ahli yang terangkum dalam Filsafat ilmu.

1. Robert Ackermann: Filsafat ilmu adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat
ilmiah dewasa ini yang dibandingkan dengan pendapat pendapatterdahulu yang telah
dibuktikan.

2. Lewis White Beck: Filsafat ilmu itu dan mempertanyakan metode-metode pemikiran
ilmiah menilai serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu
keseluruhan.

3. Cornelius Benjamin: filsafat ilmu merupakan cabang pengetahuan filsafat ilmui yang
menelaah sistematis mengenai sifat dasar ilmu, konsep praanggapan praanggapan, serta
letaknya dalam cabang-cabang metode-metodenya, konsepnya dan kerangka umum
pengetahuan intelektual. May Brodbeck: filsafat ilmu itu

4.sebagai analisis yang netral secara etis dan filsafat ilmui, pelukisan dan landasan penjelasan
mengenai landasan ilmu.

Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu


merupakan telaah kefilsafat ilmuan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu,
yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain
filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat ilmu pengetahuan) yang secara
spesifik mengakaji hakikat ilmu, seperti:

1. Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut?
Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan
pengetahuan ? (Landasan ontologis)

2.Bagaimana proses yang ditimbanya memungkinkan pengetahuan yang berupa ilmu?

Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendapatkan


pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah
kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan
yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis)

3. Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara
penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang
ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik Prosedural
vang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional ?
(landasan aksiologis).

Bidang garapan Filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang


menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

Dalam perkembangannya Filsafat ilmu juga mengarahkan pandangannya pada


Strategi Pengembangan ilmu, yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampal pada
dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan ilmu, tetapi
juga arti maknanya bagi kehidupan

B. Pengertian Ontologi
Ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada. Dalam kaitan
dengan ilmu, landasan ontologi mempertanyakan tentang objek yang ditelaah oleh ilmu,
bagaimana wujud hakikinya, serta bagaimana hubungannya dengan daya tangkap manusia
yang berupa berpikir, merasa, dan meng-indera yang membuahkan pengetahuan.

Objek telaah Ontologi tersebut adalah yang tidak terlihat pada satu perwujudan
tertentu, yang membahas tentang yang ada secara universal, yaitu berusaha mencari inti yang
dimuat setiap kenyataan yang meliputi segala realitas dalam semua bentuknya. Adanya segala
sesuatu merupakan suatu segi dari kenyataan yang mengatasi semua perbedaan antara benda-
benda dan makhluk hidup, antara jenis-jenis dan individu-individu.

Dari pembahasannya memunculkan beberapa pandangan yang dikelompokkan dalam


beberapa aliran berpikir, yaitu:

1. Materialisme; Aliran yang mengatakan bahwa hakikat dari segala sesuatu yang ada itu
adalah materi. Sesuatu yang ada (yaitu materi) hanya mungkin lahir dari yang ada.
2. Idealisme (Spiritualisme); Aliran ini menjawab kelemahan dari materialisme, yang
mengatakan bahwa hakikat pengada itu justru rohani (spiritual). Rohani adalah dunia ide
yang lebih hakiki dibanding materi.

3. Dualisme; Aliran ini ingin mempersatukan antara materi dan ide, yang berpendapat bahwa
hakikat pengada (kenyataan) dalam alam semesta ini terdiri dari dua sumber tersebut, yaitu
materi dan rohani

4. Agnotisisme; Aliran ini merupakan pendapat para filsuf yang mengambil sikap skeptis,
yaitu ragu atas setiap sikap skeptis, yaitu ragu atas setiap jawaban yang mungkin benar
dan mungkin pula tidak.

Jadi ontology (dalam filsafat ilmu) adalah cara pandang mengenai objek materi suatu
ilmu, pembicaraan mengenai hakikat objek materi ilmu. Atau dengan kata lain penjelasan
tentang keberadaan atau eksistensi yang mempermasalahkan akar-akar (akar yang paling
mendasar tentang apa yang disebut dengan ilmu pengetahuan itu). Sebagai bahan
perbandingan mengenai konsep ontology ilmu yang islami, mari kita lihat Qs. Ali Imran ayat
190-191 sebagai berikut:

Terjemahnya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit bergantinya malam dan siang terdapat
tanda-tanda bagi orang orang yang berakal, (yaitu) orang- orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dan bumi, dan silih dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau,Maka peliharalah kami dari siksa
neraka.

Dari ayat tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa Konsep Ontology llmu yang
Islami memandang realitas dari sudut pandang ke-Khalik-makhluk-an. Artinya, melihat
realitas dari pemahaman adanya Allah sebagai Khalik (pencipta) dan segala sesuatu
selainNya sebagai makhluk, segala atribut yang bisa secara benar dilekatkan pada makhluk
adalah perwujudan niscaya karena kemakhlukannya.

Olehnya itu, dapat ditarik kesimpulan tentang makna sesungguhnya ontology ketika
kita coba menarik makna dari sudut pandang Islami sebagai mata rantai yang nyaris
terlupakan dengan memberikan pengertian dasar Logos yang berarti Tuhan, jadi Ontologi
disini mengandung pengertian tentang hakikat keberadaan Tuhan.
C. Obyek Materi lImu
Objek Materi lLmu Menurut Pandangan Ontologys Qur'ani Dapat dipahami, bahwa
memang bisa timbul kebingungan bagi sementara kalangan terhadap pandangan ontologys
qurani yang telah dikemukakan, khususnya bagi mereka yang berpijak pada cara pandang
ontologysm filsafat Barat dewasa ini.

Betapa mungkin alam gaib juga dinyatakan sebagai obyek materi ilmu sementara
secara epistemologis, atau lebih khusus lagi secara metodologis tidak dimungkinkan adanya
suatu alat verifikasi yang dapat digunakan secara bersama oleh semua orang. Misalnya,
bagaimana menggunakan verifikasi untuk menguji kebenaran pernyataan mengenai hal-hal
yang bersifat gaib.

Sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi sebab dalam rangka verifikasi, dunia ilmu
sekuler sendiri telah mengakui salah satu acuan verifikasi adalah pernyataan-pernyataan
otoritas. pernyataan pernyataan yang berkenaan dengan obyek alam gaib, dapat dilakukan
Verifikasi terhadap mengenai verifikasi rasional terhadap pernyataan-pernyataan doctrinal
yang berkenaan dengannya, yang bersumber dari Allah sebagai sumber ilmu sendiri.

Jawaban tersebut memang masih dapat menimbulkan pertanyaan selanjutnya, yaitu


bagaimana mungkin itu dilakukan oleh mereka yang tidak mengakui adanya Allah?
Jawabnya adalah, dengan melihat pada substansi pernyataan itu sendiri. Apakah ia memenuhi
syarat untuk menjadi acuan? Apakah ia dapat memberi penjelasan secara konsisten dan dapat
diterima secara rasional?

Mesti menjadi perhatian adalah bahwa pandangan Islam tentang realitas sebagai objek
kajian ilmu ternyata tidak hanya terpaku pada dunia empiric atau fiscal tetapi juga mencakup
dunia ruh. Diri manusia sendiri adalah miniatur semesta yang tidak hanya terdiri atas jasad
tetapi juga hati, perasaan, jiwa dan ruh yang merupakan "bagian" darí Tuhan. Karena itu,
metodologi pemikiran Islam tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan dan kegeniusan rasio
tetapi harus dengan kesucian hati.

Maka dalam kajiannya llmu filsafat memiliki obyek materi lLmu yangi terbagi atas
dua, yakni Obyek material dan obyek formal.
1. Obyek Material
Objek Material adalah apa yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan (materi)
pembicaraan, yaitu gejala "manusia di dunia yang mengembara menuju akhirat".
Dalam gejala ini jelas ada tiga hal menonjol, yaitu manusia, dunia, dan akhirat.
Maka ada filsafat tentang manusia (antropologi), filsafat tentang alam
(kosmologi), dan filsafat tentang akhirat (teologi filsafat ketuhanan; kata "akhirat"
dalam konteks hidup beriman dapat dengan mudah diganti dengan kata Tuhan).
Antropologi, sekalipun kelihatan terpisah, saling berkaitan juga, kosmologi dan
teologi, sebab pembicaraan tentang yang satu pastilah tidak dapat dilepaskan dari
yang lain. Juga pembicaraan filsafat tentang akhirat atau Tuhan hanya sejauh yang
dikenal manusia dalam dunianya.

2. Obyek Formal
Obyek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas obyek material, yang
sedemikian khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang kegiatan yang
bersangkutan. Jika cara pendekatan itu logis, konsisten dan efisien, maka
dihasilkanlah sistem filsafat.
Filsafat berangkat dari pengalaman konkret manusia dalam dunianya.
Pengalaman manusia yang sungguh kaya dengan segala sesuatu yang tersirat ingin
dinyatakan secara tersurat. Dalam proses itu intuisi (merupakan hal yang ada
dalam setiap pengalaman) menjadi basis bagi proses abstraksi, sehingga yang
tersirat dapat diungkapkan menjadi tersurat.
Demikianlah sesungguhnya pandangan ontologys qurani sebagaimana
dikemukakan diatas, dapat dibuktikan meniscayakan lahirnya sebuah proses
ilmiah yang konsisten melahirkan sebuah pengetahuan ilmiah yang dapat
diverifikasi.
Maka, Pandangan ontologys pandangan mengenai obyek materi ilmu dengan
tersebut melahirkan pernyataan singkat sebagai berikut:
1. Obyek ilmu adalah alam syahadah maupun alam gaib
2. Membangun pengetahuan ilmiah mengenai alam tersebut dilakukan dengan
acuan petunjuk Allah Swt sebagai penciptanya
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Filsafat ilmu adalah tinjauan kritis tentang pendapat ilmiah dengan menilai metode-metode
pemikirannya secara netral dalam kerangka umum cabang pengetahuan intelektual

2. Ruang lingkup filsafat ilmu melingkupi ontologi ilmu yang mengupas hakikat dari ilmu itu
sendiri, epistemologi ilmu yang membahas tatacara dan landasan untuk mencapai
pengetahuan ilmiah tersebut dan terakhir aksiologi ilmu yang meliputi nilai nilai normatif
dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan.

3. Objek dari filsafat ilmu dapat bersifat umum dan bersifat khusus yang terbagi menjadi dua
yaitu secara mutlak dan tidak mutlak

Anda mungkin juga menyukai